Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146723 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syahrul Hidayah
"Iklan televisi punya kekuatan untuk merepresentasi realitas secara hiperrealitas seperti pada iklan produk-produk kecantikan. Iklan-iklan tersebut selalu menampilkan wanita dalam bentuk yang diafirmasikan sebagai bentuk yang ideal dan mengharapkan setiap wanita mencontoh sosok yang dianggap ideal atau cantik tersebut. Karena itu menarik untuk mengkaji Konsep Diri wanita atas hiperrealitas dalam iklan kecantikan. Pengumpulan data menggunakan data primer, yaitu dengan mewawancarai 3 (tiga) orang informan, dan data sekunder dari iklan TV. Dari hasil wawancara tersebut didapatkan bahwa hiperrealitas pada iklan kecantikan di media televisi tidak serta merta memberikan gambaran diri (Konsep Diri) yang ideal sebagaimana yang digambarkan iklan. Dapat disimpulkan bahwa hiperrealitas media atas konsep kecantikan wanita tidak berpengaruh terhadap konsep diri wanita yang memiliki self-esteem yang tinggi.

Television commercials have the power to represent the situation into hiperreality as in beauty products commercials. The commercials always show ideal woman and expect each woman modeled a figure that is considered ideal or the beautiful. So it is interesting to analyze Self-Female Concept above hiperreality in television commercials. The data collected by interviewing three informants, and secondary data from TV ads. The results of these interviews showed that hyperreality in commercials of beauty product does not give direct overview of self (self concept) as portrayed ads. It can be concluded that media hiperreality on the concept of woman beauty has no effect toward the self concept of women who have a high self-esteem.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Frida Aryani Antari Putri
"Kasus yang dibahas adalah mengenai proses pembentukan self image dari wanita di Korea Selatan yang berprofesi sebagai public figure. Secara umum, public figure wanita di Korea Selatan memiliki kebutuhan untuk tampil cantik. Hal tersebutlah yang membuat mereka melakukan apa saja untuk dapat membuat diri mereka tampak menarik seperti yang diharapkan oleh masyarakat. Dalam beberapa kasus, terdapat public figure yang memutuskan untuk bunuh diri jika dirinya tidak dapat terllihat cantik. Pertanyaan yang saya ajukan adalah, sejauh mana seorang wanita di Korea Selatan memiliki self esteem yang rendah terkait denga operasi plastik yang dilakukannya, atau bahkan hingga mencoba untuk bunuh diri jika dirinya tidak dapat terlihat cantik? Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan data sekunder dari media online. Kesimpulan yang didapat dari wawancara di media online antara andministrator media online tersebut dengan salah seorang wanita Korea Selatan adalah bahwa tampil cantik bagi seorang public figure di Korea Selatan merupakan nilai penting khususnya dalam pembentukan self image yang baik bagi orang lain.

The case discussed here is about the process of building a self image of a woman in South Korea, who had a profession as a public figure. In general, a public figure women in South Korea have some needs to be beautiful. That’s why for that reason, they will do everything, just for making them attractive as such those expected by it's society. Another way around, they will do suicide trial if they didn't get the opportunity to be beautiful. My question here is, how far a woman in South Korea have feeling of low self-esteem regarding of doing some plastic surgery, or even trying to do suicide if she could not get the opportunity to be attractive? The methode I use here is by collecting secondary data from media online. At last, I get the conclusion from the interview in media online that for a public figure in South Korea, being beauty is an important value especially in forming a good self image to be seen by other people.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nurprihatin
"Skripsi ini mengenai harga diri dan masalah- masalah yang dihadapi istri tanpa anak. Pada para istri tanpa anak akan dijumpai berbagai masalah sehubungan dengan ketiadaan anak. Diasumsikan hal ini juga berpengaruh terhadap harga dirinya. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui gambaran harga diri istri tanpa anak, gambaran permaaalahan yang dihadapi istri tanpa anak, dan apakah masalah yang dihadapi istri tanpa anak yang barharga diri tinggi berbeda dengan masalah yang dihadapi istri tanpa anak yang berharga diri rendah.
Subyek penelitian adalah istri tanpa anak yang tergolong usia dewaea muda sejumlah 32 orang. Alat yang digunakan adalah kuesioner inventori harga diri yang merupakan adpatasi dari Self-esteem Inventory (Coopersmith, 1967) dan daftar masalah yang dihadapi istri tanpa anak. Metode analisanya adalah prosentase dan chi- square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar subyek skor harga dirinya berada pada interval atas, namun masih dijumpai skor harga diri subyek yang sangat rendah. Lima masalah yang paling banyak dirasakan oleh subyek adalah cemas akan keadaan hari tua, kesepian, takut ditinggalkan suami, merasa bersalah karena belum juga hamil, dan hidup kurang tenteram. Berdasarkan urutan seringnya suatu masalah dirasakan, merasa bersalah karena belum hamil menduduki peringkat pertama. Juga ditemukan tidak ada perbedaan masalah antara istri tanpa anak yang berharga diri tinggi dengan istri tanpa anak yang berharga diri rendah, kecuali dalam masalah mengalami kemarahan kepada orang yang menanyakan tentang anak kepadanya. Untuk selanjutnya, disarankan mengadakan penelitian serupa dengan memperhatikan faktor- faktor yang mungkin berpengaruh, misalnya nilai anak."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvieni M. Angelica
"Self esteem remaja yang rendah dapat menghasilkan kondisi stress anxiety serta depresi Kondisi ini memicu tingkah laku berisiko salah satunya adalah seks pra nikah yang berujung pada kehamilan yang tidak dikehendaki Self esteem rendah ditambah dengan peristiwa kehamilan yang tidak dikehendaki semakin memperburuk kondisi self esteem seseorang Salah satu teknik intervensi yang dapat membantu meningkatkan self esteem seseorang ialah teknik acceptance and commitment therapy ACT Desain penelitian yang digunakan ialah pretest posttest one group design Alat ukur yang digunakan ialah Coopersmith Self Esteem Inventory CSEI serta Depression Anxiety Stress Scale 21 DASS 21 Selain itu juga dilakukan pengukuran kualitatif berupa observasi dan wawancara Partisipan ialah remaja 11 tahun di bawah 20 tahun hamil luar nikah dengan penyebab kehamilan ialah hubungan seksual tanpa paksaan dengan pacar serta memiliki self esteem rendah Intervensi dilakukan dalam setting kelompok di dua shelter yaitu Bantul dan Jatinegara dengan 4 orang partisipan yang diambil untuk menjadi fokus dalam penelitian Intervensi terdiri dari 5 sesi dengan waktu pelaksanaan berkisar antara 1 5 ndash 3 5 jam Berdasarkan pengukuran kuantitatif dan kualitatif di atas diketahui bahwa terjadi peningkatan self esteem pada seluruh partisipan namun bervariasi pada kondisi stress anxiety dan depresi

Teenagers low self esteem are able to produce stress anxiety also depression It also prompts some risk behaviors such as premarital sex which can cause unintended pregnancy Low self esteem teenagers who have unintended pregnancy may exacerbate their self esteem condition One of many intervention techniques to help increasing self esteem is acceptance and commitment therapy ACT Research design applied was pretest posttest one group design Inventories used were Coopersmith Self Esteem Inventory CSEI and Depression Anxiety Stress Scale 21 DASS 21 Observation and interview held as part of qualitative research method Research participants were teenagers 11 years to below 20 years with unintended pregnancy caused by premarital sex with their own partner without any coercion and having low self esteem Intervention held in group setting in 2 shelters Bantul and Jatinegara with 4 participants taken as part of the research focus This intervention consists of 5 sessions each held within 1 5 to 3 5 hours Quantitative and qualitative measurement showed increase on all participants rsquo self esteem but varied results found in stress anxiety and depression
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T42042
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuanita Zandy Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kekerasan dalam pacaran dan self esteem pada perempuan dewasa muda. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional study. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 101 perempuan dewasa muda. Pengukuran kekerasan dalam pacaran menggunakan alat ukur The Revised Conflict Tactics Scales 2 dan pengukuran self esteem menggunakan Rosenberg Self Esteem Scale. Hasil dari penelitian membuktikan bahwa terdapat hubungan antara kekerasan dalam pacaran dan self esteem perempuan dewasa muda (r = -0,252, p<0,05). Ketiga bentuk kekerasan yaitu psikologis, fisik dan seksual juga berhubungan signifikan dengan self esteem.

This research investigates the relationship between dating violence and self esteem on young women. This study uses a quantitative approach with cross sectional study design. One hundred and one young women were served as a participants in study. Measurement of dating violence using The Revised Conflict Tactics Scales 2 and measurement of self esteem using Rosenberg Self Esteem Scale. The result of study authenticate that there is a significant relationship between dating violence and self esteem on young women (r = -0,252, p<0,05). The third form of violence, that is psychological, physical, and sexual has a significant relationship with self esteem."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S44811
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nirmala Ika Kusumaningrum
"ABSTRAK
Masa dewasa muda merupakan suatu masa yang cukup sulit, karena masa itu merupakan masa persiapan dimana seseorang mulai memikirkan perkawinan dan persiapan membentuk sebuah keluarga. Namun disisi lain masa tersebut juga merupakan suatu masa isolasi, dengan masuknya seseorang ke dunia keija dan makin berkurangnya ketergantungan dengan keluarga. Pada masa ini kehadiran teman, sahabat dan khususnya kekasih sangat berarti bagi seseorang, ketidak hadiran orang-orang tersebut dapat menimbulkan perasaan kesepian. Perasaan kesepian itu dapat dipengaruhi oleh rendahnya harga diri yang dimiliki seseorang. Dalam usaha mempertahankan hubungan yang sudah dimiliki dengan pasangannya, orang sering dituntut untuk melakukan pengorbanan. Namun bentuk pengorbanan yang diberikan itu bisa bermacam-macam, salah satunya adalah dengan mau melakukan hubungan seksual pranikah. Dari penelitian sebelumnya diperoleh hasil bahwa orang yang memiliki harga diri rendah cenderung lebih permisif terhadap perilaku seksual pranikah. Untuk itu dibuat penelitian ini untuk melihat apakah perasaan kesepian dengan kontrol dari harga diri berpengaruh terhadap kesiapan seseorang untuk mau berkorban dengan melakukan hubungan seksual pranikah. Dan juga akan dilihat apakah kesepian akan berpengaruh terhadap kesiapan seseorang untuk berkorban dengan melakukan hubungan seksual pranikah atau malah harga diri seseorang yang akan berpengaruh terhadap hal tersebut.
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan seksual pranikah dari lingkup usia dewasa muda, karena selama ini penelitian mengenai hal tersebut lebih banyak dilakukan dikalangan remaja. Selain itu juga untuk mencoba mengangkat masalah pengorbanan sebagai salah satu alasan dari tujuan melakukan hubungan seksual pranikah.
Teori yang digunakan sebagai landasan meliputi kesepian, harga diri, hubungan seksual pranikah dan pengorbanan serta batasan tentang usia dewasa muda.
Dalam penelitian ini ada 3 buah kuesioner yang digunakan yaitu UCLA Loneliness Scale, Sel/ Esteem Inventory dan vignet yang berisi 3 macan cerita yang masing-masing memberikan stimulasi yang berbeda-beda terutama pada alasan mengapa seorang wanita mau berkorban. Perbedaan alasan pengorbanan yang diberikan adalah karena ketakutan akan munculnya perasaan kesepian sosial, perasaan kesepian emosional dan karena cinta terhadap pasangannya. Perhitungan yang digunakan adalah dengan menghitung coefficient contingency dengan menggunakan chi-square sebagai dasar perhitungannya. Sehingga hasil yang di dapat bisa dianalisa secara lebih mendalam.
Data yang diperoleh dari dari hasil perhitungan terhadap 109 subyek, menunjukkan bahwa subyek sudah memenuhi karakteristik sampel yang dibutuhkan dan penyebaran subyek sudah terbagi cukup merata. Namun ternyata sebagian besar subyek memiliki tingkat kesepian yang rendah dan harga diri yang cukup tinggi.
Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa perasaan kesepian tidak berhubungan dengan kesiapan seseorang untuk berkorban berupa melakukan hubungan seksual pranikah. Sedangkan harga diri berhubungan dengan kesepian seseorang untuk berkorban berupa melakukan hubungan seksual pranikah hanya jika pengorbanan itu dilakukan karena ketakutan akan munculnya perasaan kesepian emosional. Dan harga diri sebagai variabel kontrol juga tidak berpengaruh terhadap hubungan antara perasaan kesepian yang dirasakan seseorang dengan kesiapannya untuk berkorban berupa melakukan hubungan seksual pranikah.
Saran yang diajukan untuk penelitian ini adalah memperbesar jumlah sampel sehingga dapat diperoleh orang-orang yang memang memiliki tingkat kesepian yang tinggi dan harga diri yang rendah. Selain itu ada baiknya jika dilakukan penelitian lain yang juga berkaitan dengan masalah pengorbanan. Karena dari penelitian ini muncul kenyataan bahwa sebagian besar subyek menerima bahwa dalam suatu hubungan memang memerlukan pengorbanan namun saat ini mereka belum dapat menerima hubungan seksual pranikah sebagai suatu bentuk pengorbanan."
2000
S2876
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Khadijah
"[ABSTRAK
Profil demografi tenaga kerja telah banyak berubah. Perempuan banyak memasuki dunia kerja dan hampir mencapai 50% dari angkatan kerja. Ibu bekerja memiliki peran ganda dalam keluarga dan pekerjaan. Dibanding laki-laki, perempuan lebih terkena dampak pada persoalan terkait dengan gender di tempat kerja. Telah banyak penelitian dilakukan mengenai konflik pekerjaan-keluarga, sehingga fokus penelitian ini pada area kepuasan kerja, kepuasan kehidupan rumah, dukungan pasangan dan self-esteem pada ibu bekerja di sektor kesehatan. Analisis kuantitatif data dengan jumlah sampel 234, menemukan bahwa dukungan pasangan memiliki korelasi terhadap kepuasan kerja. Kepuasan kehidupan rumah dan self-esteem mempengaruhi secara signifikan terhadap kepuasan kerja. Temuan lain menujukkan bahwa ibu bekerja di Kementerian Kesehatan yang berlokasi di kota Jakarta memiliki perbedaan yang signifikan pada kepuasan kehidupan rumah dan kepuasan kerja, yang lebih rendah dari pada ibu bekerja di luar Jakarta.

ABSTRACT
The demographic profile of the workforce has shifted dramatically. Women have entered workplace and taken almost 50% of the workforce. Working mothers have double role in their family and organization. Compared to men, women are more sensitive to the gender issued in the workplace. There have been many research done to seek the problem of work-family life, therefore the focus of this study is within the area of job satisfaction, home-life satisfaction, partner supportiveness and self-esteem of the working mothers who work in the health sector. Using quantitative data analysis and with the total participants of 234, this study found that partner supportiveness positively correlate to job satisfaction. Home life satisfaction and self esteem have significant effect on job satisfaction. This study also found that there are some differences in home life and job satisfaction between working mothers who work in Ministry of Health in Jakarta and mothers who work outside Jakarta. Working mothers based in Jakarta have lower home life and job satisfaction compared to mothers outside Jakarta.;The demographic profile of the workforce has shifted dramatically. Women have entered workplace and taken almost 50% of the workforce. Working mothers have double role in their family and organization. Compared to men, women are more sensitive to the gender issued in the workplace. There have been many research done to seek the problem of work-family life, therefore the focus of this study is within the area of job satisfaction, home-life satisfaction, partner supportiveness and self-esteem of the working mothers who work in the health sector. Using quantitative data analysis and with the total participants of 234, this study found that partner supportiveness positively correlate to job satisfaction. Home life satisfaction and self esteem have significant effect on job satisfaction. This study also found that there are some differences in home life and job satisfaction between working mothers who work in Ministry of Health in Jakarta and mothers who work outside Jakarta. Working mothers based in Jakarta have lower home life and job satisfaction compared to mothers outside Jakarta.;The demographic profile of the workforce has shifted dramatically. Women have entered workplace and taken almost 50% of the workforce. Working mothers have double role in their family and organization. Compared to men, women are more sensitive to the gender issued in the workplace. There have been many research done to seek the problem of work-family life, therefore the focus of this study is within the area of job satisfaction, home-life satisfaction, partner supportiveness and self-esteem of the working mothers who work in the health sector. Using quantitative data analysis and with the total participants of 234, this study found that partner supportiveness positively correlate to job satisfaction. Home life satisfaction and self esteem have significant effect on job satisfaction. This study also found that there are some differences in home life and job satisfaction between working mothers who work in Ministry of Health in Jakarta and mothers who work outside Jakarta. Working mothers based in Jakarta have lower home life and job satisfaction compared to mothers outside Jakarta.;The demographic profile of the workforce has shifted dramatically. Women have entered workplace and taken almost 50% of the workforce. Working mothers have double role in their family and organization. Compared to men, women are more sensitive to the gender issued in the workplace. There have been many research done to seek the problem of work-family life, therefore the focus of this study is within the area of job satisfaction, home-life satisfaction, partner supportiveness and self-esteem of the working mothers who work in the health sector. Using quantitative data analysis and with the total participants of 234, this study found that partner supportiveness positively correlate to job satisfaction. Home life satisfaction and self esteem have significant effect on job satisfaction. This study also found that there are some differences in home life and job satisfaction between working mothers who work in Ministry of Health in Jakarta and mothers who work outside Jakarta. Working mothers based in Jakarta have lower home life and job satisfaction compared to mothers outside Jakarta., The demographic profile of the workforce has shifted dramatically. Women have entered workplace and taken almost 50% of the workforce. Working mothers have double role in their family and organization. Compared to men, women are more sensitive to the gender issued in the workplace. There have been many research done to seek the problem of work-family life, therefore the focus of this study is within the area of job satisfaction, home-life satisfaction, partner supportiveness and self-esteem of the working mothers who work in the health sector. Using quantitative data analysis and with the total participants of 234, this study found that partner supportiveness positively correlate to job satisfaction. Home life satisfaction and self esteem have significant effect on job satisfaction. This study also found that there are some differences in home life and job satisfaction between working mothers who work in Ministry of Health in Jakarta and mothers who work outside Jakarta. Working mothers based in Jakarta have lower home life and job satisfaction compared to mothers outside Jakarta.]"
[2015;2015;2015;2015;2015, 2015]
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosi Widarani
"Penelitian ini ingin melihat sejauh mana ilmu psikologi membantu mahasiswa psikologi memahami konsep diri yang dimiliki. Penelitian dilakukan pada 195 mahasiswa Fakultas Psikologi UI yang terdiri dari angkatan 2008, 2009, 2010, 2011, dan 2012. Kuesioner kualitatif digunakan untuk mengetahui pandangan mahasiswa terhadap kebermanfaatan ilmu psikologi, sementara pendekatan kuantitatif menggunakan kuesioner Tennese Self-Concept Scale (TSCS) untuk melihat aspek konsep diri yang mengalami peningkatan sebagai hasil dari adanya pemahaman konsep diri mahasiswa psikologi. Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa ilmu psikologi sudah membantu pemahaman konsep diri mahasiswa psikologi UI, dimana pemahaman tersebut terlihat pada aspek personal dan sosial.

This research aims to observe how far psychology helps psychology students to understand self-concept owned. Research’s participants were from five batches, which are 2008, 2009, 2010, 2011, and 2012. Qualitative approach is used to understand student’s perspective towards psychology. While, Tennesse Self-Concept Scale (TSCS) Questionnaire used is used for Quantitative approach to see certain self-concept aspect(s) which developed because of the improvement of psychology students understanding of self-concept. This research concludes that psychology has already helped psychology students in Universitas Indonesia to understand deeper self-concept in both personal and social aspects."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45535
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shauma Lannakita
"Tujuan dari studi ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh kualitas pelayanan dan nilai yang dirasakan terhadap kepuasan pasien dan dampaknya terhadap minat berprilaku pasien. Di dalam penelitian ini, pennulsi menyebarkan kuesioner kepada 155 orang responden yang pernah menjadi pasien rawat jalan di rumah sakit swasta di Jakarta. Untuk menganalisis data menggunakan metode Structural Equation Model dengan bantuan software LISREL 8.51.
Hasil penelitian mengindikasikan bahwa kualitas pelayanan dan nilai yang dirasakan mempengaruhi kepuasan pasien yang dapat menggerakkan behavioral intention. Hail lain dari penelitian ini adalah bahwa baik kualitas pelayanan dan nilai yang dirasakan pelanggan tidak berpengaruh secara langsung terhadap behavioral intention.

The objective of this study is to examine the influence off perceived service quality and perceived value toward patient satisfaction and its impact on behavioral intention.. In conducting the survey, the author distributed the questionnaire to 155 respodents who has been gone to private hospitals in Jakarta. This research use Structural Equation Modeling (SEM) as an analytical tool by LISREL 8.51.
Findings indicate that both perceived service quality and perceived value have influence satisfaction that drives behavioral intention. Interestingly, both perceived service quality and perceived value have no direct impact on behavioral intention while value assessment was influenced by perceived service quality.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Usia remaja adalah fase saat terjadi perubahan-perubahan kematangan fisik, seksual, psikologis, dan sosial. Perubahan-perubahan yang biasa terjadi pada masa remaja ini disebut juga dengan masa pubertas. Dalam fase perubahan tersebut tak lepas dari bagairnana persepsi remaja terhadap perubahan-perubahan konsep diri yang terjadi pada masa pubertas yang akan mempengaruhi perkembangannya selama fase tersebut dan perkembangan pada fase selanjutnya. Penelitian ini betujuan untuk membandingan persepsi, apakah terdapat perbedaan atau persamaan, antara persepsi remaja putra dan remaja putri tentang perubahan-perubahan konsep diri yang terjadi pada masa pubertas. Desain penelitian ini adalah deskriptifperbandingan. Populasi yang diambil adalah remaja putrra dan remaja putri usia 12-14 tahun yang bersekolah di SMPN 98 Jakarta dan pengambilan sarnpel mengglmakan cara sampel acak sederhana dengan jumlah sampel sebanyak 96 orang. Data diperoleh melalui pengisian kuesioner atas persetujuan responden. Dari data tersebut dihitung dengan menggunakan uji chi squre dengan hasil p value < os, yang artinya ada perbedaan persepsi yang signiiikan antara remaja putra dan remaja putri tentang perubahan-perubahan yang teljadi pada dirinya pada masa pubertas. Mayorilas remaja putra berpersepsi positif (66,7%), sedangkan mayoritas remaja putri memiliki persepsi yang negatif (66,7%)."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5685
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>