Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58277 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andra Dwita Putri
" ABSTRAK
Di Indonesia fenomena perempuan menggunakan hijab sudah menjadi tren dalam beberapa tahun belakangan ini Media massa maupun media sosial berlomba lomba menampilkan para perempuan yang menggunakan hijab baik dari sisi fesyen maupun dari sisi tingkat religiusitas seseorang Namun berbanding lurus dengan tren perempuan berhijab fenomena perempuan yang melepas hijab juga meningkat Berdasarkan fenomena tersebut yang menjadi pertanyaan penulis adalah sejauh mana motivasi hijabers dalam keputusan melepaskan hijabnya Untuk menjawab pertanyaan tersebut penulis menggunakan data sekunder yaitu mengutip hasil penelitian yang dibuat oleh penulis buku terkait dengan kasus para perempuan hijabers yang melepaskan hijabnya Dari hasil analisis dan pembahasan terungkap bahwa adanya komunikasi persuasif dengan banyak pihak yang dirasa dekat serta self esteem yang rendah membuat mereka memiliki pergeseran makna akan hijab yang kemudian melepas hijabnya

ABSTRACTIn Indonesia the phenomena of women using hijab has become a trend in these past view years Mass media and social media has been competing to show women wearing hijab for fashion purposes and religious purposes But besides using hijab the number of individual who decides to take off their hijab is also increasing Based on that phenomena my question is ldquo How far the motivation impacting the decision of taking off the hijab rdquo To answer that question i used secondary data gathered from various research about why women taking off their hijab The result is that they still have a low self esteem that causes the regression of meaning in wearing hijab "
[, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia], 2014
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Teresa Metta Rosario
"Tulisan ini membahas mengenai dinamika pengetahuan dalam pengambilan keputusan
tiga perempuan yang melepas jilbabnya. Dalam tulisan ini juga dijelaskan bagaimana
proses mereka dari awal memakai jilbab hingga melepasnya. Teori connectionism
digunakan untuk menjelaskan proses pembentukan makna mereka terhadap jilbab.
Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan bagaimana pengalaman-pengalaman
mereka membentuk pengetahuan mereka tentang agama dan jilbab juga yang digunakan
untuk menginterpretasi dan memberi makna kepada jilbab itu sendiri. Penelitian ini
adalah penelitian kualitatif dengan strategi naratif. Hasil penelitian ini adalah
pengetahuan yang didapatkan dari pengalaman-pengalaman mereka saling terkait
membentuk skema-skema yang menjadi faktor pendukung dalam pertimbangan untuk
melepas jilbab. Pengetahuan tersebut juga menambah kapasitas agency mereka sehingga
dapat mewujudkan keinginan untuk melepas jilbab. Kemampuan mewujudkan agency
juga bergantung pada struktur atau lingkungan tempat mereka berada.

This thesis discusses the dynamics of knowledge in the decision making of three women
who removed their hijab. This thesis also explains their journey from the beginning of
wearing the veil to removing it. Connectionism theory is used to explain the women’s
process of forming the meaning of the veil. The purpose of this research is to explain how
their experiences shaped their knowledge of religion and the hijab and to explain how
such knowledge is also used to interpret and give meaning to the hijab itself. This study
presents qualitative research through a narrative strategy. This study concludes that, for
each of these women, the various forms of knowledge gained from their experiences are
interrelated to form schemas that become a supporting factor in the consideration to
remove the veil. Such knowledge also adds to their capacity of agency so that they can
realize the desire to remove the veil. The ability to utilize this agency also depends on the
social structure or environment.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Maryam
"Penelitian ini membahas mengenai makna budaya dalam perkembangan fesyen muslim di Indonesia pada masa pandemi Covid-19. Fesyen atau busana merupakan sesuatu yang dipakai dari ujung rambut hingga ujung kaki. Fesyen muslim adalah busana yang memiliki nilai-nilai spiritual bagi penggunanya. Pada masa pandemi Covid-19 ini, fesyen muslim tidak berhenti mengalami perkembangan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Peneliti melihat adanya kekhasan dalam perkembangan fesyen muslim di Indonesia pada masa pandemi Covid-19. Kekhasan tersebut terlihat melalui tahapan fenomenologi hingga akhirnya terlihat makna budaya yang terdapat dalam fenomena perkembangan fesyen muslim di Indonesia dalam masa pandemi Covid-19. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan makna budaya dalam perkembangan fesyen muslim di masa pandemi Covid-19 di Indonesia. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat dua macam makna budaya pada perkembangan fesyen muslim di Indonesia pada masa pandemi Covid-19, yaitu makna spiritual dan makna estetika yang memengaruhi perkembangan fesyen muslim pada masa itu.

This study discusses the value of culture in the development of muslim fashion in Indonesia during the pandemic of Covid-19. Fashion or clothing is everything that is worn from head to toe. Muslim fashion is clothing that has spiritual values for its users. During the Covid-19 pandemic, Muslim fashion did not stop experiencing developments. This research uses qualitative method. The researcher saw a peculiarity in the development of Muslim fashion in Indonesia during the Covid-19 pandemic. This uniqueness can be seen through the phenomenological stages until finally the cultural meaning contained in the phenomenon of the development of Muslim fashion in Indonesia during the Covid-19 pandemic. The purpose of this research is to explain the meaning of culture in the development of Muslim fashion during the Covid-19 pandemic in Indonesia. The results of this study are that there are two kinds of cultural meaning in the development of Muslim fashion in Indonesia during the Covid-19 pandemic, namely spiritual meaning and aesthetic meaning that influenced the development of Muslim fashion at that time."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Kartikawati
"Fokus penelitian ini adalah bagaimanakah konstruksi makna dan identitas hijabers di komunitas hijab Jakarta, Depok dan Bekasi yang dilakukan melalui aktivitas komunikasi kelompoknya. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme dengan metode kualitatif, menghasilkan lima macam makna yaitu: (1) Hijab adalah untuk hijrah. (2) Hijab adalah kontrol tingkah laku. (3) Hijab adalah alat dakwah (4) Hijab adalah motivator diri sendiri (5) Hijab adalah pelindung muslimah. Pada proses pembentukan identitas hijabers melahirkan ciri hijabers: (1) Hijabers berkegiatan positif.(2) Hijabers kreatif, mandiri, berjiwa entrepreneur. (3) Hijabers berkesadaran mengaji.(4) Hijabers yang bermanfaat (5) Hijabers berkesadaran moral, berjiwa keibuan. Aktivitas komunikasi kelompok untuk menjaga rasa solidaritas anggota.

The focus of this is “How is the Construction of Meaning and Hijabers’ Identities in Hijab Community in Jakarta, Depok, and Bekasi Conducted through Their Group Communication Activities”. By using constructivism paradigm with qualitative method, the research result showed five kinds of meaning, namely: (1) Hijab is for moving. (2) Hijab is behavior control. (3) Hijab is a propaganda tool. (4) Hijab is a self motivator. (5) Hijab is Muslim women’s protector. In the hijabers’ identity formation process reveals special characteristics as hijabers, namely: (1) Hijabers have positive activities. (2) Hijabers are creative, independent, and entrepreneurial. (3) Hijabers are aware of reading and reciting Al-Qur’an. (4) Hijabers are helpful for others. (5) Hijabers are mature and have moral. Overall activities conducted by group communication activities as an effort to keep solidarity among the members
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
D1960
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atsarina Adani Soetikno
"ABSTRAK

Motivasi merupakan faktor utama yang menentukan efek hijab terhadap pemakainya, dan efek tersebut dapat memengaruhi subjective well-being. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara motivasi untuk memakai hijab dengan subjective well-being yang dimiliki muslimah yang bersangkutan. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Subjective Happiness Scale yang dikembangkan oleh Lyubomirsky dan Lepper (1999) untuk mengukur subjective well-being serta Relative Autonomy Index yang digunakan oleh Sheldon, Ryan, Deci, dan Kasser (2004) untuk mengukur motivasi berhijab. Pengambilan data dilakukan Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berhijab dengan subjective well-being partisipan.


ABSTRACT

Motivation is a major factor that determines the effect of hijab to its wearer, and these effects can influence subjective well-being. This study aims to find the relationship between motivation to wear hijab and subjective well-being of muslim women. This research is a quantitative research with correlational design. This study used Subjective Happiness Scale developed by Lyubomirsky and Lepper (1999) to measure subjective well-being and the Relative Autonomy Index by Sheldon, Ryan, Deci, and Kasser (2004) to measure motivation to wear hijab. The results showed that there was no significant relationship between motivation to wear hijab and subjective well-being of participants.

"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55325
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Khairunnisa S.
"Berbagai alasan mengapa wanita di Indonesia menggunakan hijab saat ini, membuat
Penggunaan hijab sendiri memiliki berbagai makna dibalik penggunaan hijab. Sebagian wanita muslimah di Indonesia yang memakai jilbab mengartikan hijab itu bagian dari syariah, ketakwaan, identitas, penanda bagian, perlawanan, fashion, mengikuti modernitas, dan melindungi diri dari laki-laki. Proses berjilbab bagi wanita muslimah bukanlah tujuan, tetapi masih sebuah proses. Proses-proses ini ditinjau sehingga menimbulkan kebingungan dalam menafsirkan memakai hijab kembali. Hal ini menimbulkan fenomena baru yaitu trend melepas jilbab. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan mencari tahu mengapa melepas jilbab bisa dibentuk dan bagaimana wanita muslimah yang telah melepas hijab dalam memaknai hijab, serta bagaimana membentuk identitas identitas baru Wanita muslimah yang melepas jilbabnya. Penelitian ini menggunakan metode etnografi yang dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia
(FISIP UI) sebagai salah satu fakultas yang dikenal sebagai fakultas sekuler dengan dinamika yang sangat tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gambar Wanita muslimah yang telah melepas jilbabnya, bagi para informan difokuskan pada pada perilaku lahiriah dan pemeliharaan aturan berpakaian tertentu, bukan pada makna praktik berkerudung. Karena itu, menjauhkan diri dari model ketakwaan seseorang wanita muslimah. Penelitian ini kemudian menemukan bahwa melepas jilbab menanamkan hubungan baru dengan tubuhnya, terkait dengan bagian-bagian tubuhnya yang terlihat dengan dengan cara baru, membentuk kembali kepekaannya terhadap pandangan dunia luar di beberapa bagian tubuh yang sampai saat itu tetap tertutup, sebagai bagian dari 'privasi' pribadinya.

The use of hijab itself has various meanings behind the use of hijab. Some Muslim women in Indonesia who wear the hijab interpret the hijab as part of sharia, piety, identity, part marker, resistance, fashion, following modernity, and protecting themselves from men. The process of veiling for Muslim women is not a goal, but still a process. These processes are reviewed so that it creates confusion in interpreting wearing the hijab again. This gives rise to a new phenomenon, namely the trend of removing the hijab. The purpose of this study is to examine and find out why removing the hijab can be formed and how Muslim women who have removed their hijab interpret the hijab, as well as how to form a new identity for Muslim women who take off their headscarves. This study uses an ethnographic method conducted at the Faculty of Social and Political Sciences, University of Indonesia
(FISIP UI) as one of the faculties known as a secular faculty with very high dynamics. The results of this study indicate that the image of Muslim women who have removed their headscarves, for the informants, is focused on outward behavior and the maintenance of certain dress codes, not on the meaning of veiling practices. Therefore, stay away from the model of piety of a Muslim woman. This research then found that removing the hijab instilled a new relationship with her body, related to the parts of her body that were seen in new ways, reshaping her sensitivity to the view of the outside world in some parts of the body that until then had remained closed, as part of 'privacy'. personal.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tourmalina Tri Nugrahenny
"ABSTRAK
Hijab makin dikenal di Indonesia justru ketika maknanya terus berubah seiring
konteks penggunaannya. Dampaknya, terjadi peningkatan produksi sekaligus
konsumsi, hingga hijab menjadi tren mode. Dalam konsep Jean Baudrillard, hijab
lantas menjadi hiperriil, dengan representasi makna yang juga terus-menerus
berubah hingga menjadi hiperrealitas. Hijab kemudian ?menggantikan‟ jilbab,
sekaligus memutus hubungan dengan realitas jilbab sebelumnya
Studi ini secara kritis menyingkap mekanisme tanda yang terjadi balik
terbentuknya sebuah hiperrealitas, khususnya pada tren mode hijab. Analisis
semiotika Peirce digunakan agar studi ini mampu menyajikan secara
komprehensif dan mendetil, berlangsungnya proses semiosis dalam simulasi, di
tengah masyarakat konsumeris

ABSTRACT
Hijab is getting more familiar in Indonesia, while on the other hand it‟s meaning
keep changing in accordance to it‟s usage. It effects the increase in comodification
and consumption, so it become a fashion trend. Referring to Jean Baudrillard's
concept, Hijab becomes hyper-real, with ever-changing representation of meaning
towards hyperreality. Hijab then 'replaces' Jilbab and at the same time
disconnected it from previous reality that comes with Jilbab.
This study critically uncover the construction that exist behind the formation of a
hyperreality, especially in Hijab fashion trend. Peirce's Semiotic Analysis is used
so this study can give comprehensive and detailed picture on how this semiotic
process happen in simulation within consumerist society"
2016
T45724
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Agustinus Alexander
"Sejarah panjang Islam dan budaya populer di Indonesia memunculkan fenomena baru yang disebut hijab cosplay pada awal tahun 2000. Diskursus mengenai apa itu hijab cosplay dan bagaimana hal tersebut mewakili identitas grup sebagai perempuan muslim dan pecinta J-Pop amsih menjadi perbincangan yang tabu dan kontroversial di kalangan publik. Bagaimana cosplayer menggunakan dan memodifikasi hijabnya agar sesuai dengan karakter yang diperankan bertentangan dengan autentisitas cosplay dan kesalehan perempuan muslim berhijab. Menggunakan metode penelitian etnografi, penelitian ini mengadakan FGD terhadap 10 cosplayer berhijab Indonesia yang didapat dari Facebook dan Instagram. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cosplayer berhijab mengartikan autentisitas dan persaingan identitas sebagai perempuan muslim yang berhijab dan sebagai cosplayers. Penelitian ini menunjukan bahwa autentistias hijab cosplay dapat diproduksi dan dinegosiasikan dengan mempertimbangkan konteks historitas dan budaya. Identitas mereka yang berkontestasi juga menempatkan mereka kedalam kategori “ruang antara” atau “ruang ketiga”, atau yang disebut dalam penelitian ini sebagai pertunjukan identitas yang “slippery” atau licin. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa identitas yang hijab cosplay yang “slippery” dapat dijelaskan menggunakan kerangka Pos-Islamisme dari Asef Bayat sebagai hasil dari negosiasi antara Islamisme dan modernitas dalam konteks Islam di Indoneisa.

The rise of Hijab Cosplay since the early 2000s should be contextualized within the long history of Islam and and pop culture in Indonesia. The discourse about what Hijab Cosplay is and how it represents young muslim women’s identity as well as fans of J-Pop, remain taboo and controversial in public discussions. The way cosplayers use hijab and modify their costumes to fit into a character has also also been considered to be in contrast with the notion of authenticity of cosplay performance as well as the identity of pious hijabi muslim women. The main method of data collection is through ethnography, in which the researcher conducted FGDs with 10 Indonesian hijabi cosplayers from social media such as Facebook and Instagram. This study aims to understand how they define authenticity and what the Hijab Cosplay Community is trying to say about their contesting identity as young hijabi Muslim women and cosplayers. The study shows that the authenticity of hijab cosplay is produced and negotiated by considering the cultural and historical context. Their contesting identities also put them in an in-between or third space, which could also be read as “slippery” performance of identity. This study also shows that such Hijab Cosplay’s slippery identity could be explained through the framework of Asef Bayat’s Post-Islamism as the result of negotiation between Islamism and modernity in the context of Islam in Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilda Balqis Hasba
"Identitas muslimah seringkali dikaitkan dengan gagasan penggunaan hijab sebagai bentuk ketaatan terhadap agama. Dalam sirkuit budaya, individu memiliki kemampuan untuk membentuk kembali identitasnya dengan menghasilkan makna baru melalui beberapa proses. Penelitian ini bertujuan untuk memahami pengalaman muslimah yang menggunakan budaya cosplay untuk menyalurkan bakat dan kreativitas mereka dengan membuat budaya baru yaitu hijab cosplay. Cosplay merujuk pada kegiatan penggemar karakter media utama untuk meniru karakter favoritnya dengan mengadopsi ciri khas karakter tersebut. Kreativitas tersebut terletak dalam pengalaman sehari-hari hijab cosplayer, sehingga seluruh tindakan sosial hijab cosplayer adalah praktik bermakna untuk menciptakan makna dan budaya baru. Peneliti menggunakan teori sirkuit budaya Paul du Gay dan Stuart Hall untuk menganalisis negosiasi muslimah dalam proses penciptaan hijab cosplay. Metodologi yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dan diary study seperti teknik photo diary untuk mengumpulkan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses penciptaan hijab cosplay melalui proses identitas, produksi, konsumsi, regulasi, dan representasi yang saling mempengaruhi serta mendefinisikan satu sama lain. Identitas sebagai muslimah mempengaruhi bagaimana hijab cosplay diproduksi dan dijalankan. Kostum dan karakter yang ditampilkan menunjukkan bagaimana hijab cosplayer mengonsumsi suatu produk. Terdapat regulasi yang mengatur kegiatan hijab cosplayer seperti norma hijab cosplay yang berasal dari nilai-nilai Islam dan karakteristik cosplay. Keseluruhan proses pun merepresentasikan dan direpresentasikan oleh penampilan hijab cosplayer dalam kehidupan sehari-hari. Budaya hijab cosplay menjadi arena bagi muslimah untuk menciptakan makna dengan menyatukan dua wacana — praktik cosplay dan hijab— melalui tindakan sehari-hari.

The identity of muslim women is often associated with the idea of using hijab as a form of obedience to religion. Based on circuit of culture theory, individuals have the ability to reshape their identity by generating new meanings through several processes. This research aims to examine the experiences of hijab women who make use of cosplay culture to represent their talents and creativity by creating a new culture. The creativity lies in the everyday life of hijab cosplayer so that hijab cosplayer’s social actions are meaningful practice to create new meaning and culture. This research uses circuit of culture theory by Paul du Gay and Stuart Hall to analyse hijab cosplayer’s experiences in the process of making hijab cosplay. The method used in this research is the qualitative research method and diary study photo study technique to collect the data. The result of this research shows that the process of creating hijab cosplay pass through identity process, production, consumption, regulation, and representation that interplay and define one another. Their identity as hijab women influence how hijab cosplay was produced and carried out. The costume and the character that they are cosplaying relate to how hijab cosplayers consume a product. There are regulations that regulate the activities of hijab cosplayers, such as the norm of hijab cosplay which comes from Islamic values and cosplay characteristics. Such as the norm of hijab cosplay which comes from Islamic values and cosplay characteristics. The whole process also represents and represented by the appearance of hijab cosplayers in everyday life. Therefore, hijab cosplay culture become an arena for hijab women to create new meanings by uniting two discourses — the practice of cosplay and hijab —through daily practice."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Hasna Annuha
"Saat ini wanita muslim telah melakukan revolusi gaya berpakaian dengan mengikuti tren fashion namun tetap sesuai aturan agama Islam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh fashion consciousness terhadap hijab fashion consumption pada hijabers Generasi X dan Y. Penelitian ini melibatkan 430 hijabers dari seluruh Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fashion consciousness secara signifikan berpengaruh terhadap hijab fashion consumption. Fashion consciousness pada Generasi X dipengaruhi oleh source of fashion knowledge dan fashion uniqueness. Fashion consciousness pada Generasi Y dipengaruhi oleh source of fashion knowledge, dressing style dan fashion uniqueness. Pada kedua generasi, fashion consciousnesss tidak dipengaruhi oleh fashion motivation.

Muslim women have transformed themselves in the way they dress to follow fashion trends while complying Islamic rules. This study aims to analyze the effect of fashion consciousness towards hijab fashion consumption on hijabers Generation X and Y. Data for this research were 430 hijabers from around Indonesia. The result of this research shows that fashion consciousness has significant effect on hijab fashion consumption. Fashion consciousness on Generation X is significantly affected by source of fashion knowledge and fashion uniqueness. Meanwhile fashion consciousness on Generation Y is significantly affected by source of fashion knowledge, dressing style and fashion uniqueness. On both generations, fashion consciousnesss is not affected by fashion motivation."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S69829
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>