Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58838 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rina Nur Aufa Arifin
" ABSTRAK
Perkembangan industri televisi di era reformasi telah menelurkan beragamnya program televisi yang siap menghibur khalayak Sayangnya program program televisi saat ini didominasi oleh tayangan yang tidak mendidik berlebihan dan menimbulkan kondisi hiperrealitas bagi khalayak Dampak buruk dari media televisi tersebut seharusnya dapat diimbangi dengan kemampuan khalayak dalam memahami isi media siapa dalang dibalik terciptanya produk media sehingga khalayak tidak begitu saja terjebak dalam realitas semu televisi. Kemampuan khalayak tersebut dapat dimiliki dengan mempelajari literasi media

ABSTRACTThe development of the television industry in the reform era has spawned various television programs that are ready to entertain audiences Unfortunately the television programs currently dominated by uneducative excessive and created the hiperreality conditions for the audience Negative effects from the television media should be balanced with the public 39 s ability to understand media contents and who are people that create the program behind the media products so that the audience does not just get stuck in a pseudo reality television The ability of the audience can be owned by studying media literacy "
[, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia], 2014
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Sadri
"Migrasi dari analog ke digital dan persaingan dengan media baru termasuk video on demand (VOD) telah menjadi tantangan tersendiri bagi industri media televisi terestrial, yang belum banyak dikaji dari perspektif industri media oleh para akademisi. Tesis ini bertujuan untuk memahami strategi yang diambil oleh SCTV sebagai media televisi terestrial dalam menghadapi Analog Switch Off (ASO) di Indonesia dan menghadapi persaingan dengan VOD.
Penelitian ini menggunakan paradigma post positivistik dengan meminjam teori Mediamorfosis, Konvergensi Media, dan Disruptive Innovation sebagai kerangka dalam menganalisis strategi yang diambil oleh manajemen media SCTV dan holding company-nya, SCM, dalam menghadapi ASO dan persaingan dengan VOD tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, dengan pengumpulan data dilakukan melalui indepth interview, observasi dan studi literatur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen SCTV dan SCM sebagai holding company-nya, telah mengambil sejumlah strategi sesuai dengan ketiga teori yang dipinjam di atas, di dalam menghadapi migrasi televisi terestrial ke sistem digital atau ASO, dan menyikapi persaingan dengan VOD. Di antara strategi yang diambil yaitu: melakukan positioning dengan flagship sebagai televisi sinetron, menjunjung prinsip “konten adalah raja”, prinsip ekslusivitas, mengadopsi prinsip konvergensi media (multimedia, multichannel, dan multiplatform), membangun Vidio.com sebagai platform VOD dari grup, memberdayakan media sosial yang dimiliki, dan melakukan efisiensi serta rasionalisasi dalam biaya produksi.

Migration from analog to digital and competition with new media including video on demand (VOD) has posed unique challenges for the terrestrial television media industry, which has not been extensively studied by academics, from a media industry perspective. This thesis aims to understand the strategy adopted by SCTV, a terrestrial television media, in facing the Analog Switch Off (ASO) in Indonesia and competing with VOD.
This research utilizes post-positivistic paradigm, drawing upon theories of Mediamorphosis, Media Convergence, and Disruptive Innovation as frameworks for analyzing the strategy adopted by SCTV's management and its holding company, SCM, in addressing ASO and competition with VOD. This study employs a descriptive qualitative approach, with data collection conducted through in-depth interviews, observations, and literature studies.
The findings reveal that the management of SCTV, and SCM as its holding company, have implemented several strategies in line with the three aforementioned theories, in dealing with the terrestrial television migration to the digital system or ASO, and in responding to competition with VOD. Among the strategies adopted are: positioning with a flagship as a soap opera television, adhering to the principle of "content is the king", exclusivity principle, adopting the principle of media convergence (multimedia, multichannel, and multiplatform), developing Vidio.com as the group's VOD platform, leveraging owned social media, and implementing efficiency and rationalization in production costs.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Atiqa Khaneef
"Penelitian ini dilakukan untuk membongkar hiperrealitas hero yang dilakukan pemasar melalui iklan produk yang menyasar segmen anak. Persaingan sengit membuat produsen mengubah orientasi komunikasi pemasaran dari sekedar memasarkan produk menjadi penciptaan imaji palsu melalui penggunaan mitos untuk mendorong terjadinya konsumsi.Hal itu dilakukanu ntuk mengamankan aliran produksi. Menurut Baudrillard konsumsi pada masyarakat kontemporer bukan sekedar menggunakan, memakai atau mencerna namun konsumsi adalah menyerap tanda-tanda. Masyarakat diarahkan menjadi etalase tanda dan meniadakan refleksi diri.
Penelitian ini adalah penelitian kritis dengan desain kualitatif menggunakan metode semiotika Barthes. Hasilnya, hiperrealitas hero dilakukan dengan menggeser makna hero menjadi jagoan yang diidentikan dengan kepemilikan kekuatan dan pertarungan sementara produk diposisikan sebagai pemberi kekuatan untuk menjadi jagoan.

This research conducted to dismantle hyperreality hero that marketers did through advertising products to targeting children segment. Fierce competition makes producers to change the orientation of marketing communications than just marketing the products into the creation of false images making through the use of myth to encourage consumption. According to Baudrillard, consumption in contemporary society is not merely use, wear, or digest but consumption is absorbing the signs. Community directed into a display case of signs and negate self-reflection.
This research is critical research with qualitative design using the semiotic method of Barthes. The results are hyperreality hero conducted by shifting the meaning of the hero became "jagoan" that identified with ownership of power and the fight while the product is positioned as a giver of power to be the "jagoan".
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T42764
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismayanti
" ABSTRAK
Penyebaran program program televisi menggunakan jejaring sosial terus meningkat sebuah fenomena yang terjadi dalam lingkup ilmu penyiaran seiring dengan berkembangnya era digitalisasi Penelitian ini akan membahas mengenai media baru di dalam strategi bisnis televisi swasta nasional sehingga membentuk budaya jejaring sosial yaitu untuk eksplorasi konten program televisi Peneliti juga berargumen bahwa internet merupakan sarana yang efektif untuk meningkatkan kualitas dan status televisi di masyarakat Kata kunci Media Baru Bisnis Televisi Jejaring Sosial Digitalisasi Internet

ABSTRACT
The update of television programs through social media has been intensifying a phenomenon that happens sideways with the development of digital era This study discusses the new media in nationwide private television business strategy that eventually constitutes a social media culture In gaining its objective this study performed an in depth examination on the content of television programs This research argues that internet is an effective mean to improve the quality and satus position of television in society Keyword New Media Bussiness Television Media Social Digitaliazation Internet"
[Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, ], 2014
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Herlinda Fitria
"Penelitian ini akan mengkaji mengenai fenomena makan di restoran yang saat ini telah menjadi sebuah gaya hidup baru disebut sebagai makan cantik. Kegiatan tersebut sedang tren dilakukan anak muda khususnya yang tinggal di perkotaan seperti Jakarta. Makan cantik dilakukan dalam rangka untuk memberitahukan kegiatannya kepada orang melalui social media. Makan cantik merupakan simulasi yang sengaja dibentuk untuk menampilkan image tertentu, karena hal tersebut dianggap dapat merepresentasikan masyarakat kelas atas. Di balik makan cantik yang di unggah di social media, ternyata hal tersebut berlainan dengan kondisi yang nyata. Sehingga dapat dikatakan bahwa telah terjadi pengaburan kelas dimana tidak adanya kejelasan dari status kelas yang dimunculkan di social media. Social media saat ini tidak lagi menampilkan realitas yang sebenarnya, namun menampilkan hiperrealitas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk melihat dan menggambarkan makan cantik sebagai sebuah hiperealita pada social media yang dibentuk melalui simulasi.
This study reviews the phenomenon of eating in restaurants that recently came out as a new lifestyle known as "makan cantik" (aesthetic eating). This lifestyle is currently trending among young people, especially those in the urban areas such as Jakarta. Makan cantik is done with an intention of broadcasting the activity through social media. Makan cantik is a simulation that is intentionally constructed to present certain image, such that represents the upper class society. Beneath what's been presented in social media, there is a contrasting condition of real life. Therefore, it can be said that there is no clarity of class status on social media, for social media nowadays is no longer presenting the reality, but instead the hyperreality. This study uses qualitative methods to observe and describe makan cantik as a hyperreality on social media, constructed through simulation"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mecca Yumna Ning Prisie
"Iklan tidak dapat lepas dari hiperrealitas, karena iklan merupakan penggambaran dari realitas sosial dengan simbol dan makna yang sudah diubah sedemikian rupa agar sesuai dengan kebutuhan korporasi. Dengan mengetahui realitas sosial masyarakat, pengiklan seringkali mengeksploitasi masyarakat lewat persuasinya melalui celah berupa kurangnya literasi media masyarakat. Misinterpretasi sering terjadi karena kurangnya kemampuan literasi media. Untuk mengatasi hal ini diperlukan adanya kemampuan literasi media oleh kedua belah pihak. Pengiklan dapat menyampaikan pesan yang dapat membujuk konsumen tanpa harus mengorbankan etika periklanan, dan masyarakat dapat memahami pesan iklan tersebut dengan konteks yang sesuai.

Advertisement is always tied to hyperreality, since advertisement mirrors the social reality within a society, but with its symbols and meanings altered to fit the corporation's needs. By acknowledging the social reality, advertisers often exploit the society through its persuasion, through the gap which is their target's lack of media literacy. Misinterpretation is a common case because of the absence of this skill. As a solution to this, it is important to possess media literacy, be it the advertisers or the people. Advertisers can convey messages without sacrificing the ethics, while the people can comprehend the advertisement's message with the proper context. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Victorina A.
"Semakin banyaknya jumlah media dan semakin banyaknya jenis media akhir-akhir ini menunjukkan perkembangan media yang semakin dinamis, begitupula industri yang berhubungan dengan penggunaan media. Dinamika media yang sangat cepat ini khususnya terjadi di media televisi. Secara kasat mata teramati makin beragamnya program dan semakin banyaknya program-program yang serupa. Perubahan ini menimbulkan dan sekaligus disebabkan oleh terjadinya persaingan diantara stasiun televisi.
Kondisi ini menyebabkan terbagi-baginya penonton ke program-program yang semakin banyak, sehingga jumlah penonton semakin sedikit untuk suatu program. Hal inilah yang disebut dengan fragmentasi. Di sisi lain terjadi segmentasi di masyarakat, yaitu masyarakat semakin terbagi-bagi dalam berbagai segmen dengan pola hidup, cara berpikir dan cara mengkonsumsi media yang berbeda-beda. Masyarakat saat ini semakin mempunyai banyak pilihan dan semakin dapat menentukan pilihan sendiri.
Bagi pengiklan kondisi ini membawa dampak yaitu semakin suiitnya menggapai para konsumen yang hendak menjadi target. Semakin sulit menentukan media mana yang paling tepat. Sehingga diperlukan ukuran yang Iebih akurat dan tajam.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa apakah ukuran yang saat ini dipergunakan masih relevan dalam kondisi fragmentasi media dan segmentasi masyarakat atau khalayak.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan mengumpulkan data melalui wawancara kepada para perencana media yang melakukan pemilihan dan penempatan iklan ke media-media melalui suatu pengolahan perencanaan media dan sehari-hari dalam pekerjaannya menggunakan data pemeringkatan acara televisi.
Sebagai kerangka berpikir dari penulisan tesis ini digunakan tiga jenis teori yaitu pertama teori fragmentasi media yang menjelaskan adanya perubahan di media yaitu terjadinya kondisi fragmentasi di media, kedua teori segmentasi khalayak yang menjelaskan perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat, dan ketiga yaitu teori-teori yang digunakan dalam perencanaan media terutama yang berhubungan dengan pengukuran khalayak.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa pemeringkatan acara teievisi sebagai ukuran dalam perencanaan media sangat diperlukan, namun saat ini dianggap masih kurang tajam sehingga tidak sepenuhnya membantu para perencana media dalam kondisi masyarakat yang semakin tersegmen dan media yang semakin banyak atau semakin terfragmentasi. Bahkan ada perencana media yang sudah tidak menggunakan data pemeringkatan acara televisi yang ada sekarang ini.
Peneiitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada para perencana media dan klien-kliennya serta patnernya yaitu dalam hal ini pihak televisi dan badan research mengenai kebutuhan akan data khalayak yang lebih tajam untuk suatu kampanye iklan."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T22616
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Potter, W. James
California: Sage, 2005
302.23 POT m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>