Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 90018 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Albert Ahmad
"Unalloyed titanium atau biasa disebut commercially pure (CP) titanium banyak dipakai pada aplikasi yang memerlukan tingkat ketahan korosi tinggi sedangkan dengan kekuatan tinggi tidak diperlukan. Pada aplikasinya, titanium membutuhkan pengelasan dengan kualitas baik. Pengelasan titanium dengan metode GTAW konvensional, yaitu constant current GTAW (C-GTAW) menghasilkan pengkasaran butir pada fusion zone dan daerah pengaruh panas (HAZ). Hal ini menyebabkan turunnya sifat mekanis dan juga mempengaruhi perilaku korosi. Pulsed current GTAW (P-GTAW) merupakan salah satu teknologi pengelasan yang menghasilkan kekuatan mekanik yang lebih baik dari pada C-GTAW.
Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh parameter P-GTAW, yaitu pulse current, background current, dan pulse-on-time pada perilaku korosi CP titanium grade 2. Uji korosi celup dengan 3,5 M HCl dan polarisasi dengan 1 M HCl dilakukan untuk mengukur laju korosi dan melihat perilaku sample hasil pengelasan. Uji kekerasan mikro (Vickers Hardness Test) dilakukan pada sample hasil pengelasan untuk melihat pengaruh parameter P-GTAW terhadap kekerasan. Pengamatan dengan menggunakan mikroskop optik untuk melihat pengaruh panas pada strukturmikro, yaitu pada logam dasar, daerah pengaruh panas (HAZ), dan fusion zone. Morfologi permukaan dan komposisi sample pasca uji korosi celup diamati dengan scanning electron microscope (SEM) dan energy dispersive x-ray (EDX).
Nilai open circuit potential (OCP) dan potensial korosi (Ecorr) hasil PGTAW lebih rendah dari C-GTAW, namun masih berada di daerah kesetimbangan TiO2. Perilaku elektrokimia hasil pengelasan P-GTAW, C-GTAW, dan parent material, menunjukan daerah aktif, passive dan transpassive. Uji korosi celup dan uji polarisasi potensiodinamik menunjukan terjadi preferential weld corrosion pada hasil pengelasan P-GTAW dan C-GTAW. Laju korosi hasil pengelasan P-GTAW lebih rendah dari pada C-GTAW. Hasil uji kekerasan mikro menunjukan kekerasan hasil P-GTAW lebih tinggi dari hasil C-GTAW.

Unalloyed titanium or commercially pure (CP) titanium is widely used in applications that require high corrosion resistant, while the high strength is not required. In its application, titanium weld with high quality is needed. To weld titanium with the conventional method, i.e. constant current GTAW (C-GTAW), produces grain coarsening at the fusion zone and heat affected zone (HAZ). This affects the mechanical properties and corrosion behavior of weldment. Pulsed current GTAW (P-GTAW) is one technology that produces better mechanical strength than the C-GTAW.
This study examines the effect of P-GTAW parameters, namely pulse current, background current, and pulse on-time on the corrosion behavior of CP titanium grade 2. Immersion corrosion testing with 3.5 M HCl and potentiodynamic polarization method with 1 M HCl were carried out to measure the corrosion rate and to observe the corrosion behavior of the weldment. Microhardness testing was performed to see the effect of P-GTAW parameters on hardness. The surface morphology and constituent compositions of the sample after immersion corrosion test, was characterized with scanning electron microscope (SEM) and energy dispersive x-ray (EDX).
The open circuit potential (OCP) and corrosion potential (Ecorr) produced by P-GTAW were lower than the C-GTAW, but still in area of TiO2 equilibrium. The electrochemical behavior of welds produced by P-GTAW, the C-GTAW, and also parent material, shows the active, passive and transpassive. Corrosion immersion testing and potentiodynamic polarization testing showed preferential weld corrosion was occurred. Corrosion rate of sample which are produced by the P-GTAW were lower than the C-GTAW. The microhardness testing showed PGTAW welds were higher than the C-GTAW weld.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42836
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarief Hasan Lutfie
"ABSTRAK
Teknik penyambungan material pada logam terus dikembangkan untuk
meningkatkan kualitas dan ketahanannya pada penggunaan di beberapa
lingkungan. Penyambungan material dengan metode GTAW arus konstan telah
digunakan secara luas pada banyak industri. GTAW arus berpulsa kemudian hadir
dengan kelebihannya menghasilkan kualitas daerah sambungan yang lebih baik
daripada GTAW konvensional. Pada pengelasan GTAW arus berpulsa
menghasilkan struktur mikro dengan ukuran butir yang lebih halus dengan heat
input yang lebih rendah. Bentuk, distribusi dan ukuran butir yang dihasilkan
mempengaruhi sifat mekanis dan ketahanan korosi dari suatu material. Pada
penelitian yang dilakukan, diamati pengaruh parameter pada GTAW arus berpulsa
daerah lasan commercially pure titanium grade 2 terhadap laju korosi pada
lingkungan H2SO4 1M. Variabel parameter yang digunakan yaitu arus puncak
sebesar 60 A, 70 A, dan 80 A dengan pulse on time 40%, 50%, dan 60%. Hasil
pengelasan dilakukan karakterisasi sifat mekanis, kimia, dan ketahanan korosi.
Fasa yang terbentuk adalah fasa α, β dan partikel TiH. Kekerasan tertinggi
mencapai 329 HV pada daerah fusion zone dengan arus puncak 80 A dan pulse on
time 60%. Laju korosi meningkat seiring dengan meningkatnya arus puncak dan
pulse on time.

ABSTRACT
Metal welding technique continue to be developed for better quality and
recistance for any environment. Constant current GTAW method was used widely
in many industry. Advantage of pulsed current welding reported produce better
weld zone than constant current GTAW. Pulsed current GTAW produced finer
grain size and lower heat input. Grain shape, distribution dan size on material can
effected in mechanical properties and corrosion resistance. An attempt of
investigation has been made to study the effect of pulsed current GTAW
parameters on corrosion resistance of commercially pure titanium grade 2 weld
zone in H2SO4 1M solution. Variable welding parameter used in the experiment
was the number of peak current 60 A, 70 A, and 80 A with pulse on time 40%,
50%, and 60%. Several characterization was performed such as hardness,
chemical composition and corrosion resistance. Phase and microstructure formed
α, β phase and TiH particle. Highest hardness achieved is 329 HV on fusion zone
at 80 A peak current and 60% pulse on time. Corrosion rate increased with the
increase of peak current and pulse on time."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57570
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Suryanda Laksono
"ABSTRAK
Konstruksi dan penggunaan metal di bidang industri memerlukan
dukungan dari sisi produksi untuk memenuhi syarat dan kualifikasi material.
Pengelasan sebagai metode penyambungan yang paling banyak dan umum
digunakan memerlukan hasil kekuatan yang baik agar dapat masuk dalam
acceptance criteria produksi. Proses pengelasan GTAW arus berpulsa hadir
dengan kelebihan pada hasil pengelasan yang lebih baik dibandingkan metode
pengelasan GTAW konvensional. Pengelasan GTAW arus berpulsa menghasilkan
struktur mikro yang lebih halus hasil dari osilasi arus yang diberikan secara
berkala dengan frekuensi tertentu. Physical Disturbance yang dihasilkan dari
osilasi arus yang diberikan ini secara efektif mengatur heat input yang dihasilkan
dan mereduksi ukuran butir menjadi lebih kecil dan halus. Pada pengelasan
titanium, fasa yang dihasilkan pada daerah pengelasan (fusion zone) memiliki
komposisi yang berbeda dengan hasil pengelasan GTAW konvensional. Fasa α-β
pada titanium bertransformasi sesuai dengan panas yang dihasilkan. Ketahanan
korosi pada lingkungan ion Cl- titanium dipengaruhi fasa yang terbentuk serta
ukuran butir pada daerah lasan.

ABSTRACT
Construction and the using of metal in industry requires support from the
production side to qualify the qualification product of materials. Welding as
joining methods most commonly used must have a good result in order to pass the
acceptance criteria in the production. Pulsed current GTAW welding process
comes with advantages in welding rather than conventional GTAW welding
methods. Pulsed current GTAW welding produce finer structure microstructure
caused by the oscillation current that attemps periodically with a certain
frequency. Physical Disturbance resulting from the applied of current oscillations
effectively control the heat input and the reducing the grain size becomes smaller
and finer. In titanium welding, phase that produced in fusion zone has a
composition that is different from the conventional GTAW welding results. α-β
phase in titanium, transform according to the heat generated. The corrosion
resistance of Cl-ions in the environment influenced bythe phase of titanium that
formed and the grain size in the weld region."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54625
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarmizi
"Tesis ini membahas hasil penelitian tentang pengaruh arus dan gas pelindung baik pada torch, backing gas dan trailing gas pada pengelasan paduan titanium (Ti-6Al-4V) dengan proses gas tungsten arc welding. Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan hasil lasan yang optimum dengan variasi arus mulai dari 70, 80, 90, 100, 110 dan 120 amper, voltase 13 volt, kecepatan pengelasan 4,5 in/menit dan aliran gas pelindung pada backing gas 5 l/menit, trailing gas 15 l/menit dan torch gas 15 l/menit.
Dari hasil pengujian visual, komposisi kimia, x-ray, sifat mekanik, metalografi dan kandungan hidrogen pada hasil lasan maka didapatkan bahwa pada arus 90 amper kandungan hidrogen pada daerah logam las 60,96 ppm dan pada daerah terpengaruh panas 76,72 ppm ini lebih rendah dibandingkan dengan arus 80 Amper (pada logam las 65,74 ppm dan pada daerah pengaruh panas 95,03 ppm), tetapi kekuatan tarik dengan arus 90 Amper (92,7 kgf/mm²) lebih rendah dibandingkan dengan arus 80 Amper (103,3 kgf/mm²). Kawat las atau logam pengisi sudah sesuai dengan logam induk hal ini ditunjukkan dengan harga kekerasan yang sama pada logam las dan logam induk yaitu 371 Hv. Backing gas dan trailing gas dapat berfungsi dengan baik melindungi daerah lasan hal ini ditunjukkan oleh rendahnya kandungan hidrogen pada logam las dan daerah terpengaruh panas dibandingkan dengan logam induk (80,18 ppm), sehingga terbentuknya presifitat hidrid dan hidrogen embrittlement pada logam las dapat dihindari.

The research is focused on the effects of current and shielding gas on torch, backing gas and trailing gas of Titanium Alloy (Ti-6Al-4V) using gas tungsten arc welding (GTAW) process. Weld current varies from 70, 80, 90, 100, 110 and 120 Amperes, and need parameters are kept constant such as voltage of 13 Volt, welding speed 4.5 in/minute and flow rate of shielding backing gas was 5 liters/minute, trailing gas and torch gas were 15 liters/minute. Respectively visual, X-ray radiograph, mechanical properties testing and metallographic, chemical composition as well as hydrogen content analysis were performed.
The results show that at the condition of 90 amperes the hydrogen content was 60.96 ppm on the weld and 76.72 ppm on the heat affected zone with tensile strength was 92.7 kgf/mm². This tensile -strength value is lower than that results from 80 Amperes (103,3 kgf/mm²) although the hydrogen content is a bit higher that is 65.74 ppm on weld and 95.03 ppm on heat affected zone. All those hydrogen contents are below the critical value (>100 ppm for formation hydride precipitate and > 240 ppm occur hydrogen embrittlement) which may show that both welding conditions are appropriate welding parameters to avoid hydrogen embrittlement. The filler metal used in this investigation is suitable for Ti-6A1-4V which have identical hardness value weldment of 371 HV.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dondokambey, Nathaniel Viandy
"Titanium sudah lama digunakan untuk menyembuhkan trauma, terutama fraktur, pada tulang kranial. Titanium sudah lama terkenal dengan kekuatan mekanisnya, juga biokompatibilitasnya yang mumpuni, di dunia biomedis. Meski terkenal sangat kuat, timbul pertanyaan apakah kita dapat menambah kekuatan dari titanium? Pada instalasinya / pemasangannya, titanium dihadapkan dengan bending, yang juga dapat menyebabkan pre-straining pada benda metalik. Pre-straining ini juga yang dapat memberikan tambahan kekuatan pada titanium, melalui efek strain hardening. Riset ini lalu berfokus pada efek pre-strain terhadap dua varian titanium, CP-Ti grade 4 (ASTM F67) dan Ti-6Al-4V (ASTM B265).
Riset ini akan melihat apa yang akan terjadi kepada mechanical properties dari kedua varian titanium apabila diberikan pre-strain. Uji tarik akan dilakukan sesuai panduan ASTM E8, dengan parameter pre-strain 6%, 11%, 15% untuk CP-Ti grade 4 dan 6%, 9%, 12% untuk Ti-6Al-4V. Hasilnya nanti juga akan dibandingkan dengan simulasi bending yang dilakukan di AutoDesk Inventor, guna melihat efek bending pada instalasi implan. Apa yang dihasilkan menunjukkan sifat inkonsistensi sehingga sulit untuk menarik kesimpulan yang konkrit. Namun, dapat dikatan bahwa pada umumnya pre-strain pada titanium tidak memberikan penambahan kekuatan yang signifikan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Usman Munandar
"Pengelasan sambungan banyak digunakan pada industri berbahan baja termasuk kapal. Permasalahan utama untuk proses pengelasan tersebut adalah terjadinya distorsi dan tegangan sisa. Tegangan sisa dan distorsi adalah fenomena yang terjadi pada logam yang dilas, yang dapat menyebabkan kegagalan pada logam tersebut saat beroperasi. Proses pengelasan tipe butt joint dilakukan pada spesimen baja SS400 dengan ukuran panjang, lebar, dan tebal adalah 100 x 50 x 2 mm. Mesin las yang digunakan adalah mesin las TIG otomatis di laboratorium Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia.
Pada penelitian ini akan diuji hubungan antara parameter kuat arus dengan variasi 60, 70, 80 ampere dan kecepatan pengelasan dengan variasi 1,2; 1,4; 1,8 mm/s terhadap terciptanya distorsi setelah proses las. Kajian dititik beratkan pada perhitungan distorsi dan tegangan sisa dengan pengukuran distorsi menggunakan mesin CMM (Coordinate Measuring Machine) setelah material mengalami pendinginan menuju temperatur ruangan. Dari hasil uji coba di laboratorium diperoleh distorsi terbesar diperoleh pada variabel kuat arus terbesar dan kecepatan terkecil. Dari hasil analisa didaptkan bahwa besarnya tegangan sisa yang terbentuk berbandung lurus dengan besarnya distorsi yang tercipta.

The application of welding used in many industries such as shipbuilding. The trouble which is often occurred is distortion and residual stress on the plate after welding. Residual stress and distortion is a phenomenon that can cause the failure of the material at operation condition. Butt joint weldment is applied onto SS400 steel with measurement of length, width, and thickness is 100 x 50 x 2 mm. This experiment used automatic TIG machines in Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia laboratory.
In this experiment, the correlation between welding current and welding speed will be examined. Using 60, 70, and 80 ampere welding current and 1,2; 1,4; 1,8 mm/s welding speed. The measuring of distortion is using CMM (Coordinate Measuring Machine) after the material undergoing cooling process into room temperature. From the experiment it shows that the biggest distortion is obtained when using highest welding current and the lowest welding speed. From analysis it is obtained that the number of residual stress is linear with the formation of distortion in welding.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S58950
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Milyardi
"Pada penelitian ini dilakukan pengelasan Tungsten Inert Gas TIG tanpa logam pengisi autogenous pada aplikasi sambungan tumpul aluminium paduan AA 1100. Dimensi dari material uji adalah 12 mm panjang, 5 mm lebar dan 3 mm tebal. Pengelasan dilakukan untuk mengetahui pengaruh arus dan kecepatan pengelasan terhadap lebar manik las, porositas, sifat mekanik serta mikrostruktur pada sambungannya. Parameter arus pengelasan yang dilakukan adalah 160; 165; dan 170 A, sedangkan parameter kecepatan pengelasan adalah 1; 1,1; 1,2 mm/detik.
Dari hasil penelitian didapatkan lebar manik las berbanding lurus dengan peningkatan arus dan berbanding terbalik dengan peningkatan kecepatan. Kemudian untuk pengujian porositas menggunakan X-Ray radiografi, tidak didapati adanya porositas berukuran besar pada semua variable pengelasan. Untuk kekuatan mekanik didapatkan penurunan kekuatan tarik sebesar 40 - 45 dibandingkan dengan logam dasar. Untuk uji kekerasan mikro dengan metode vickers, penurunan kekerasan pada daerah Heat Affected Zone HAZ adalah 26 dan penurunan kekerasan pada daerah pengelasan adalah 18.
Tahap terakhir pada pengujian dipenelitian ini adalah pengamatan struktur mikro. Pada arus 160 -170A didapati adanya porositas berukuran mikro pada daerah pengelasan yang dapat mengurangi kekuatan dari material.

In this research, Tungsten Inert Gas TIG welding without metal filler autogenous in the butt joint application of aluminum alloy AA 1100 was performed. The dimensions of the test material were 12 mm long, 5 mm wide and 3 mm in thickness. The welding was conducted to determine the effect of current and welding speed to the weld bead width, porosity, mechanical properties and microstructure on the joint. The welding current parameters were 160 165 and 170 A, while the welding speed parameters were 1 1,1 1.2 mm sec.
From the research results obtained the weld bead width was directly proportional to the increase in current and inversely proportional to the increase in speed. Subsequently for porosity testing using X Ray radiography, there was no large porosity in all welding variables. For mechanical properties, the tensile strength reduced by 40 45 and the hardness decrease in the Heat Affected Zone HAZ area was 26 and the hardness decrease in the welding area was 18.
The final stage of this research was observed of microstructure. In the current 160 165 and 170A, micro porosity was found in the welding area which reduced the strength of the material.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T51583
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Surya
"Studi penelitian ini membandingkan hasil perbaikan pengelasan (welding repair) antara metode Friction Stir Welding (FSW) dengan Gas Tungsten Arc Welding pada sambungan las Aluminium 5083 tebal 6 mm. Empat sampel Aluminium dilas dengan metode FSW menggunakan mesin frais dengan kecepatan las 29 mm/menit, kecepatan rotasi 1555 rpm dan panjang pin tool 5,0 mm berbentuk silinder berulir. Dua sampel dari hasil pengelasan tersebut dilas perbaikan dengan metode FSW dengan kondisi sama dengan proses awal, dengan satu sampel dengan kondisi posisi terbalik yang mana bagian akar las dijadikan bagian muka las perbaikan. Satu sampel lainnya dilas perbaikan dengan metode GTAW seluruhnya.
Dari pengujian menunjukkan bahwa kekuatan tarik, kekerasan, makro dan struktur mikro hasil pengelasan repair GTAW lebih baik dari proses FSW. Hal ini disebabkan masukan panas (temperatur) dari pengelasan FSW kurang maksimal, sehingga mengakibatkan terjadnya ketidaksempurnaan pada hasil lasannya.

This research study to compare the results of repair welding (welding repair) the method of Friction Stir Welding (FSW) with Gas Tungsten Arc Welding the weld joints 6 mm thick 5083 aluminum. Four samples of aluminum welded with FSW method using a milling machine with a welding speed of 29 mm / min, the rotational speed of 1555 rpm and a length of 5.0 mm pin tool cylindrical threaded. Two samples of the weld the welded repairs to the FSW method with the same conditions with the initial process, with one sample with the conditions upside down which part of the root weld is made part of the face of the weld repair. One other sample GTAW welded repair method entirely.
From the test showed that the tensile strength, hardness, macro and microstructure results GTAW welding repair is better than FSW process. This is due to the input of heat (temperature) of the welding FSW less than the maximum, resulting in terjadnya imperfections on weld join results.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T45363
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafdi Hidayat
"Pengelasan pada industri kapal di Indonesia cenderung masih banyak menggunakan metode las SMAW. Dengan menggunakan metode pengelasan GMAW yang memiliki deposition rate dan efisiensi yang tinggi, proses pengelasan dapat dilakukan lebih cepat. Dengan meningkatnya kecepatan dan kuat arus las, rentan terjadinya kemungkinan distorsi pada pengelasan. Salah satu penyebab terjadinya distorsi adalah heat input yang tidak merata pada material las, sehingga muncul perbedaan suhu antara area las dan area yang telah dilas dan mengakibatkan tegangan pada area yang telah mendingin dan regangan pada area yang dilas. Dengan demikian, diperlukan heat input yang tepat agar hal tersebut tidak terjadi, distorsi sudut menyebabkan munculnya pekerjaan tambahan yang memerlukan waktu tak sedikit seperti seperti fairing, cutting, attaching, fitting, gap fitting. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh heat input seperti kuat arus dengan kecepatan pengelasan terhadap distorsi sudut yang muncul setelah pengelasan akibat adanya tegangan sisa. Selain dari munculnya distorsi sudut, pada bagian HAZ Heat Affected zone terdapat perbedaan kekuatan yang mengakibatkan rentannya patahan terjadi disana, dengan menggunakan kekerasan, dan rumus empiris didapatkan HAZ las yang mewakili kekuatan sambungan. Pada penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa kuat arus memiliki pengaruh terhadap distorsi transversal yang hampir sama dengan kecepatan pengelasan dan makin tinggi heat input yang diberikan maka makin besar residual atau distorsi yang dihasilkan.dan pengaruh kuat arus lebih tinggi terhadap distorsi longitudinal dibanding kecepatan pengelasan. Proses pengelasan mempengaruhi kekuatan sambungan.

Welding in the ship industry in Indonesia tends to still use the SMAW welding method, by using GMAW welding method that has a high deposition rate and high efficiency, welding process can be done more quickly. With the increasing speed of welding and electricity current, it is prone to possible distortion in welding. One of the causes of distortion is the uneven heat input of the welding material, resulting in a temperature difference between the weld area and the welded area and causing the tension in the area to cool and strain on the welded area. Thus, proper heat input is required so that it does not occur, angular distortion leads to the emergence of additional jobs that require less time such as fairing, cutting, attaching, fitting, gap fitting. Therefore, this study aims to determine the effect of heat input such as the current strength with welding speed to the angular distortion that emerges after welding due to residual stresses. Apart from the emergence of angular distortion, in the Heat Affected zone HAZ section there is a difference in strength that causes the fracture susceptibility to occur there, using hardness, and empirical formula obtained HAZ welding representing the strength of the connection. In this study it can be concluded that the current strength has an effect on the transversal distortion which is almost equal to the welding speed and the higher the heat input given the greater the residual or distortion generated. And the effect of higher current strength on longitudinal distortion than welding speed The welding process affect the strength of the connection."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasudungan, Eric Mamby
"Karakterisasi hasil proses pengelasan dengan metode Gas Metal Arc Welding, Gas Tungsten Arc Welding dan Plasma Arc Welding pada baja lembaran berlapis seng dibandingkan untuk mengetahui pengaruh seng terhadap hasil lasannya. Perbedaan besar butir yang sangat jauh antara daerah fusion zone, yaitu 32 μm, dan daerah HAZ, yaitu 90 μm, pada proses pengelasan dengan metode Gas Metal Arc Welding menyebabkan penggetasan dan perpatahan di fusion line pada pengujian tarik dan pengujian tekuk. Hasil pengelasan dengan metode Plasma Arc Welding memiliki sifat fisik yang paling optimum di antara kedua metode lainnya, dengan kekuatan tarik sebesar 352 N/mm² dan struktur butir mikro yang relatif halus. Terdapat pelarutan seng ke daerah fusion zone, dengan kandungan paling besar pada metode pengelasan Plasma Arc Welding.

The characterization of weldments produced by Gas Metal Arc Welding, Gas Tungsten Arc Welding and Plasma Arc Welding methods in joining zinc coated steel sheet is compared to know the effect of Zinc on the properties of weldments. The grain size difference between the fusion zone, which is 32 μm, and HAZ area, which is 90 μm, on Gas Metal Arc Welding method is causing the brittleness and cracking at the fusion line while testing with tensile and bending test. Weldments produced by Plasma Arc Welding have the optimum physical property among the two other welding process, with tensile strength 352 N/mm² and relatively fine microstructure. There is some zinc dilution in fusion zone, with the biggest concentration occurs in Plasma Arc Welding process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T25122
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>