Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143489 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mike Kumara Adhitama
"Fast track adalah sistem antrian pasien rawat inap yang telah diberlakukan di RSUP Dr kariadi dengan tujuan untuk mengurangi lama antrian pasien rawat inap dan mengurangi waktu tunggu antrian. Setelah di berlakukan sistem antrian fast track, jumlah pasien yang belum mendapatkan tempat tidur masih cukup tinggi yaitu sebanyak 1.080 pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan evaluasi pemberlakukan antrian fast track terhadap waktu tunggu antrian rawat inap di RSUP Dr Kariadi Semarang. Jenis penelitian ini adalah penilitian deskriptif dengan menerapkan pendekatan sistem. Data yang dikumpulkan adalah periode Agustus 2014 sampai Nopember 2014.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang sebagian besar kasus tidak kriteria diagnosis dari sistem fast track sejumlah 77,01%, 48,85 % karena memiliki diagnosis sekunder, dan 66,09% tidak lengkap pemeriksaan penunjangnya. Disarankan untuk merevisi SOP verifikasi dari petugas RPPRI dan sosialisasi pada staf terkait.

Fast track is a queue system for inpatient services implemented in Dr Kariadi Hospital, with the aim is to reduce the queue length of hospitalization and reduce the waiting time of inpatients queuing. After fast track queuing system implemented, the number of patients who do not get the bed is still high enough that reach 1,080 patients. The purpose of this study was to evaluate the queue fast track implementation to inpatients? queue waiting time in Dr Kariadi Hospital. Data was collected in the period of August to November 2014.
The results showed that many cases did not meet the three criteria for fast track implementation which are 77.01% of cases have diagnosis which can not use fast tract system (should use regular tract system), 48.85% have secondary diagnosis or complication of illness, and 66.09% have not been completed by supporting medical test. This study suggested to revise the standard operational procedures, verification by the staff at inpatients registration room (RPPRI) and dissemination to physicians and related personnel.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Suryanto
"Sistem manajemen kinerja merupakan proses sitematis yang memiliki ruang lingkup sangat luas mulai dari proses input, proses, output dan outcome untuk mencapai tujuan organisasi. Dokter spesialis merupakan SDM yang sangat sentral dalam rumah sakit. Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui implementasi analisis manajemen kinerja dokter spesialis di RSUP Dr.Kariadi Semarang.Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif.
Hasil penelitian ini input; perencanaan, rekrutmen, kredensial, pembinaan, pengembangan, imbal jasa, kelengkapan pedoman panduan klinis dan sarana prasarana sudah berjalan, program kerja, target kinerja dan tindak lanjut belum berjalan. Proses; kepatuhan terhadap pedoman pelayanan klinis belum baik. Output; pengukuran, evaluasi kinerja dan umpan balik belum berjalan.
Kesimpulan implementasisis manajemen kinerja dokter spesialis di RSUP Dr.Kariadi belum berjalan secara terpadu dan berkesinambugan. Saran untuk melaksanakan system manajemen kinerja secara benar dan konsisten.

Performance management system is a systematic process that has a very wide field of an organization including input, process, output and outcomes to achieve organizational goals. Specialists are the major of human resource in hospital. This study aims to determine the implementation of performance management system analytics of specialist at Dr.Kariadi Hospital Semarang. This study is descriptive qualitative research design.
The results of this study consist of input include planning, recruitment, credentials, training, development, reward, guidance of medical care and complete infrastructure is already running. Work programs and targets have not been running.Process; adherence to guidance of medical yet either. Output; measurement, performance evaluation and feedback mechanism are not running well.
Conclusion; the implementation of performance management systems of specialists at Dr.Kariadi Hospital have not been integrated and sustainable.The suggestion is to organize performance management system of specialists correctly and consistently at Dr.Kariadi Hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T36769
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rochyatun
"Tesis ini membahas hubungan kualitas kehidupan kerja dan stress kerja berkaitan dengan kepuasan kerja dan pencapaian kinerja. Tesis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan empat komponen quality of work life (pengembangan karir, kompensasi yang seimbang, keselamatan, keterlibatan karyawan, keselamatan lingkungan kerja) dan stres kerja (informasi dan kejelasan peran dan tugas, supervisi atasan dan beban kerja), dengan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi.
Metode penelitian dengan menggunakan desain kuantitatif dan pendekatan cross-sectional pada 130 perawat pelaksana. Digunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat dengan uji statistik chi-square dan regresi linear.
Hasil penelitian hanya satu komponen dalam beban kerja yaitu persepsi perawat tentang sering disalahkan atas kesalahan yang bukan menjadi tanggung jawabnya yang berhubungan dengan kinerja perawat.
Persepsi akibat dari sering disalahkan atas pekerjaan yang bukan menjadi tanggung jawabnya ternyata akan meningkatkan kewaspadaan dan kehati-hatian perawat sehingga akan meningkatkan pencapaian hasil kinerja.
Saran untuk manajemen RSUP Dr. Kariadi perlu dibentuk mekanisme komunikasi dalam satu tim kesehatan dalam pengelolaan pasien yang melibatkan semua profesi yang terkait diharapkan dapat menyelesaikan konflik yang terjadi pada tim kesehatan.

This thesis explores the relationship quality of work life and job stress related to job satisfaction and performance achievement. This thesis aims to determine the relationship of the four components of quality of work life (career development, equitable compensation, employee participation, save environment) and work stress (information and clarity of roles and tasks, supervision and workload), with performance of nurses in the inpatient Doctors Kariadi’s General Hospital.
Design research methods using quantitative and cross-sectional approach in 130 nurses. Used univariate, bivariate, and multivariate statistical chi-square test and linear regression.
The result is only one component of the workload on nurses perceptions are often blamed for mistakes that are not its responsibility relating to the performance of nurses.
Perception is often blamed for the result of the work turned out not to be his responsibility will increase alertness and caution nurses that will enhance the achievement of performance results.
Suggestions for management of the department Dr. Kariadi communication mechanisms should be put in the patient's health care team in the management involving all relevant professions are expected to resolve the conlict on the healthcare team.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T38259
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Purwaningsih Teguh Rahayu
"Prosentase pembayaran piutang Jamkesda terhadap jumlah piutang selama tiga tahun terakhir mengalami penurunan yaitu tahun 2010 sebesar 89,01 %, tahun 2011 sebesar 72,25 % dan tahun 2012 sebesar 70,54 %. Prosentase ini masih di bawah indikator mutu manajemen yaitu 90 % atau jumlah pasien belum terbayar kurang dari 10 %.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengelolaan piutang pasien jaminan kesehatan daerah di RSUP Dr. Kariadi Semarang tahun 2012, Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan penelitian yang membicarakan beberapa kemungkinan untuk memecahkan masalah. Jenis penelitian bersifat deskriptif bertujuan memberikan gambaran pengelolaan piutang pasien jamkesda.
Dari hasil penelitian didapat bahwa rata-rata pembayaran klaim oleh Dinas Kesehatan adalah 93,75 % di atas satu bulan dari pengiriman tagihan. Keterlambatan pembayaran dipengaruhi oleh factor internal dan ekstenal. Faktor internal antara lain dari input yang melakukan proses pada pengelolaan piutang. Sedang factor eksternal adalah pihak penjamin atau pasien dan keluarga pasien.
Pada akhir penelitian disarankan penambahan SDM sesuai penghitungan analisis beban kerja, evaluasi dan monitoring PKS, melengkapi seluruh prosedur kerja dan membuat system informasi piutang yang handal.

Jamkesda percentage of receivables to total receivables during the last three years decreased in 2010 by 89.01%, in 2011 amounted to 72.25% and by 70.54% in 2012. This percentage is still under the management of quality indicators is 90% or the number of patients has not paid less than 10%.
The purpose of this study was to analyze the patient's health insurance receivable management area in Dr. Kariadi Semarang in 2012. Methods This study is a qualitative research approach to discuss some possible research to solve the problem. Type a descriptive study aims to provide an overview of patient accounts receivable management Jamkesda.
From the results obtained that the average claim payment by the Department of Health was 93.75% above the one month of the delivery bill. Late payments is influenced by internal factors and ekstenal. Internal factors such as the input of the receivables management process. Being an external factor is the guarantor or the patient and the patient's family.
At the end of the study suggested the addition of appropriate human resource calculation workload analysis, evaluation and monitoring of Cooperation Agreement, complete all work procedures and make the system reliable receivables information.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T39366
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agoes Oerip Poerwoko
"Menurut standar nasional, pelayanan obstetri harus mampu melakukan tindakan bedah sesar emergensi dalam waktu 30 menit dari keputusan dibuat (response time). Evaluasi pada tahun 2012, RSUP dr Kariadi tidak dapat memenuhi standar tersebut.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka response tim bedah sesar emergensi dan faktor–faktor yang menyebabkan tidak tercapainya standar tersebut.Dilakukan penelitian kuantitatif untukmencari angka response tim disertai wawancara untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi response time tersebut. Sebanyak 207 operasi bedah sesar emergensi dilakukan evaluasi.Didapatkan angka response time 54 menit.Tidak tercapainya standar nasional response tim berkaitan dengan belum adanya standar prosedur operasional tentang persiapan operasi bedah sesar emergensi. Sehingga disarankan untuk segera dibuat standar prosedur operasional yang melibatkan tim multidisiplin.

According to national standards, obstetric services must be able to perform emergency cesarean section within 30 minutes of the decision made (response time). Evaluation in 2012, Doctor Kariadi General Hospital was unable to meet this standards. This study aims to determine the response time of emergency cesarean section and the factors that lead to failure to achieve this standards. Quantitative research conducted to find the response time and interview to determine what factors affect the response time. A total of 207 emergency cesarean section evaluated during the study. The mean response time was 54 minutes. Failure to achieve the national standard response time is related to the lack of standard operating procedures on the preparation of emergency cesarean section. So it is advisable to immediately create a standard operating procedure that involves a multidisciplinary team.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T39274
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sudarmanto
"Kesiapan Instalasi Gawat Darurat di RSUP Dr. Kariadi sebagai rujukan Sistem Gawat Darurat Terpadu Sehari-Hari sangat dipengaruhi oleh faktor input : Sumber Daya Manusia dan pengaturan jaganya, tersedianya ambulan 24 jam, melalui call center, sarana fisik bangunan, sarana medik dan non medik, ketersediaan obat alat kesehatan dan bahan habis pakai di ruang tindakan, Standar prosedur pelayanan pasien, serta faktor proses pelayanan pasien meliputi alur pasien, triase, pelayanan gawat darurat di label merah, pemeriksaan penunjang laboratorium dan radiologi dan ketersediaan obat di farmasi 24 jam.
Hasil penelitian ini dengan membandingkan Kepmenkes No 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit didapatkan bahwa mampu memberikan semua jenis pelayanan 100%, tersedianya SDM sesuai dengan kualifikasi dan pendidikan serta dokter jaga spesialis anak, bedah, penyakit dalam, obstetrik dan kandungan serta anesthesi 24 jam 100%, terpenuhinya syarat fisik bangunan di ruang tindakan, operasi dan observasi 100%, tersedianya obat, prasarana medik di ruang tindakan berupa obat, bahan habis pakai dan peralatan medik 100%, tersedianya layanan ambulan 24 100%, tersedianya pemeriksaan penunjang laboratorium, radiologi dan farmasi 24 jam 100% dan belum berfungsinya call center.

Preparedness of Emergency Department Kariadi Hospital Semarang as a referral Emergency Comprehensive Services System Daily influenced by input factors, human resources and distribution services, 24 hour ambulance services, call center ,physical building , medical and non medical equipment, drugs and single used material in service area standard operating procedure for patients services, and process factor as patient flow through an emergency department, triage, true emergency services (red label), supporting services as laboratory, radiology and pharmacies 24 hours.
Result of this study compare with the Kepmenkes No 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit, is prepared for all services case, qualification and education of human resources and prepared of special doctor on site pediatrician, surgeon, internist, obstetric and gynecologist also anesthesiologist 24 hours, prepared of physical building in services area, operation room, and observation room 100%, prepared of medication, medical equipment and material single used 100%, ambulance services 24 hours, prepared of supporting services as laboratory, radiology and pharmacies 24 hour and call center is not well done.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T39234
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Yuniarti Rahayu
"Program Jamkesda diselenggarakan sebagai pengembangan sistem jaminan kesehatan daerah. Program ini memberlakukan urun biaya pada peserta sehingga berakibat timbulnya piutang pribadi di RSUP Dr.Kariadi yang semakin tahun terjadi peningkatan. Piutang tersebut dapat dikategorikan sebagai piutang tidak terbayar yang memerlukan penghapusan dikarenakan terkait dengan hak rakyat untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis prosedur perbaikan penghapusan piutang pasien Jamkesda rawat inap di RSUP Dr. Kariadi Semarang tahun 2012. Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan penelitian yang membicarakan beberapa kemungkinan untuk memecahkan masalah.
Dari hasil penelitian didapat prosedur penghapusan piutang yang berlaku sangat panjang dan tidak membedakan asal piutang. Masyarakat tidak mampu non kuota masih belum terlindungi oleh program Jamkesda Jawa Tengah. Pasien yang berpiutang berkisar 90% memang memerlukan pelayanan pada PPK 3. RSUP Dr.Kariadi sebagai PPK 3 dalam program Jamkesda menjadi tempat masyarakat tersebut mencari penyembuh medis.
Pada akhir penelitian disarankan perubahan format pemberian piutang di RSUP Dr.Kariadi dan prosedur penghapusan piutang di RSUP Dr.Kariadi serta perubahan kebijakan pemerintah terkait hak rakyat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sebagai hak dasar dan kebijakan pembiayaan kesehatan bagi masyarakat miskin di daerah.

Jamkesda program organized as a development of regional health insurance system . The program imposes cost-sharing to participants resulting in the emergence of personal accounts in the Dr. Kariadi Hospital ever year there was an increase. Receivables can be categorized as unpaid accounts that require removal due to associated with the right of the people to meet their basic needs .
The purpose of this study was to analyze the improvement receivables Jamkesda hospitalized patients in Dr. Kariadi Semarang in 2012. Methods This study is a qualitative research approach to research that addresses some possibilities to solve the problem. Type a descriptive study aims to provide an overview of patient receivables in Dr.Kariadi Hospital.
From the research results obtained are valid receivables procedure is very long and does not distinguish the origin of receivables . Poor people can not afford non- quota still not protected by Jamkesda Central of Java programs . Patients ranged who have receivables, 90 % did require service on the top refferal hospital . Dr.Kariadi as top refferal hospital in Jamkesda programs into the people need health services.
At the end of the study suggested format changes in the accounts receivable department of administration Dr.Kariadi and procedures in the department Dr.Kariadi receivables and changes in government policies related to people's right to health care as a fundamental right and health financing policies for the poor in the are.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T39295
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Joni Karjono
"Mutu pelayanan kesehatan yang tinggi memerlukan kerjasama tim interdisiplin. Ada 3 faktor yang berkontribusi terhadap terlaksananya kerjasama tim interdisiplin berjalan dengan baik yaitu faktor interaksional, faktor organisasional dan faktor sistemik. Pada penelitian ini ingin diketahui hubungan antara faktor interaksional dan organisasional terhadap kerjasama tim interdisiplin. Penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional. Alat pengumpul data berupa kuesioner pertanyaan tertutup. Pada penelitian ini diperoleh 43 responden. Menunjukan bahwa hubungan antar faktor interaksional dan kerjasama interdisiplin sangat kuat sedangkan hubungan antara faktor organisasional dan kerjasama interdisiplin lebih lemah. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor interaksional dan organisasional diakui oleh para dokter spesialis sebagai faktor yang sangat penting dalam mewujudkan kerjasama interdisiplin.

High quality of health care requires interdisciplinary teamwork. There are three factors that contribute to the good implementation of interdisciplinary teamwork which are interactional factors, organizational factors and systemic factors. This study wanted to know the relationship between interactional and organizational factors on interdisciplinary teamwork. This is quantitative study with cross-sectional design. The instrument was a closed questionaire. Total respondents are 43. This research showed that the relationship between interactional factors and interdisciplinary teamwork very strong while the relationship between organizational factors and interdisciplinary teamwork is less strong. This study concluded that interactional and organizational factors recognized by specialists as a very important factor in realizing interdisciplinary teamwork."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haryo Wicaksono
"Penelitian ini bertujuan untuk memahami penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Badan Layanan Umum (BLU) di RSUP Dr. Kariadi tahun 2006-2012. Materi penelitian ini terdiri dari proses-proses penganggaran termasuk perencanaan, implementasi, pengukuran dan evaluasi kinerja serta pelaporan. Disamping itu penelitian ini juga menggambarkan faktor-faktor regulasi, sumber daya manusia, komitmen dan kinerja keuangan, serta kendala-kendala yang dihadapi dalam proses penganggaran.
Dalam penelitian kualitatif ini, data diperoleh dengan setting alamiah. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Hasil pengumpulan data dianalisis dengan metode kualitatif menggunakan paradikma diskriptif.
Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum Penganggaran Berbasis Kinerja Badan Layanan Umum yang ideal belum tercapai, dan para pegawai dan pimpinan kurang begitu memahami makna Penganggaran Berbasis Kinerja BLU. Faktor-faktor regulasi, sumber daya manusia, komitmen dan kinerja keuangan berpengaruh secara koordinatif, sehingga terdapat beberapa kesalahan dalam tahapan proses penganggaran termasuk perencanaan, penerapan, pengukuran dan evaluasi kinerja serta pelaporan. Penerapan Kurangnya komunikasi dan sistem aplikasi komputer yang sudah terintegrasi menjadi penyebab kendala dan permasalahan yang dihadapi dalam penerapan anggaran berbasis kinerja BLU.

This study aims to understand the implementation of Performance-Based Budgeting Public Service Agency (BLU) in Dr. Kariadi years 2006-2012. The research material consists of budgetary processes including planning, implementation, measurement and evaluation of performance and reporting. Besides, this study also describes the regulatory factors, human resources, commitment and financial performance, as well as the constraints faced in the budgeting process.
In this qualitative study, the data obtained with the natural setting. Data was collected through observation, interviews and documentary studies. Results were analyzed by the method of data collection using qualitative descriptive paradigm.
The findings of this study indicate that the overall Performance-Based Budgeting Public Service Board that ideal has not been achieved, and the employees and leaders understand the significance less BLU Performance Based Budgeting. Regulatory factors, human resources, commitment and financial performance in coordination effect, so there are some errors in the stages of the budgeting process, including planning, implementation, measurement and evaluation, and reporting. Lack of communication and application of computer application systems which are integrated into the causes of the problems and constraints faced in the implementation of performance based budgeting BLU.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T36764
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Hidayati
"ABSTRAK
Pasien stroke biasanya mengalami disfungsi, termasuk gangguan eliminasi karena
neurogenic bladder. Residu urin digunakan untuk melihat kemampuan dalam
pengosongan kandung kemih. Penelitian ini bertujuan membandingkan residu urin
antara bladder training yang waktu dimulainya/inisiasi sejak pasien stroke pasca fase
akut dengan yang dimulai satu hari sebelum kateter dilepas. Desain penelitian
menggunakan Quasy experiment post-test-only design with a comparison group dan
pengambilan sampel menggunakan metode purposive random sampling. Residu urin
diukur dengan alat bladder scan dan dicatat dalam lembar observasi. Pengaruh bladder
training pada kelompok treatment dan kelompok kontrol terhadap volume residu urin
diuji dengan uji t independen. Rata-rata residu urin pada kelompok treatment lebih kecil
(54,00 ml dengan SD= 144,22 ml) dibandingkan rata-rata volume residu urin kelompok
kontrol (101,71 ml dengan SD= 42,55 ml). Hasil uji t independen menunjukkan tidak
ada perbedaan volume urin residu pada kelompok treatment dan kelompok kontrol
(p=0,84). Dengan demikian institusi pelayanan perlu mempertimbangakan
mengembangkan sistem dan membuat prosedur tetap untuk tindakan bladder training
dan perawat perlu melakukan bladder training sebelum kateter urin dilepaskan.

ABSTRACT
The stroke patients usually experience with various dysfunction, including disturbance
in elimination because of neurogenic bladder. Urine residue can be used to detect the
bladder function in contracting and voiding urine. This research was aimed to compare
bladder training initiation after stroke patients have passed the acute phase and one day
before the urine catheter was removal. This research was used Quasy experiment
posttest-only design with a comparison group design. The sample in this research taking
by purposive random sampling method. Urine residue measuring with bladder scan and
recorded in the observation sheet. The mean of urine residue in the treatment group was
smaller (54,00 ml with SD=144,22 ml) if compared with the urine residue volume in
control group (101,71 ml with SD=42,55 ml). The influence bladder training in both of
treatment and control groups and the differences of the urine residue volume was
analyzed with t test independent, there wes no differences between urine residue volume
in the groups (p=0,84). Therefore the health institution must consider to develop the
system and made a procedure in bladder training program’s and the nurse must do
bladder training before the urine catheter was removal."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>