Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156988 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wijayanti
"[ABSTRAK
Ruang adalah salah satu sumber daya yang terbatas. Ruang harus dikelola
pemanfaatannya dengan baik. Pemanfaatan ruang terus dilakukan dengan banyak
mengabaikan keberlanjutan kota padahal seharusnya mempertimbangkan kualitas
lingkungan dan kesehatan masyarakat yang tinggal di dalamnya. Selain itu pemerintah
dan masyarakat seringkali berpikir jangka pendek dalam mengambil keputusan
pemanfaatan ruang, padahal peran serta masyarakat dan kebijakan pemerintah adalah
salah satu faktor yang berperan dalam menentukan masa depan keberlanjutan sebuah
perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh suatu strategi untuk
mewujudkan kota sehat berkelanjutan. Penelitian dilakukan di Kota Bekasi karena
kota Bekasi adalah salah satu daerah penyangga ibukota Jakarta yang pemanfaatan
ruangnya berlangsung besar-besaran. Metode yang digunakan adalah analisis
komparasi, korelasi, dan menyusun scenario planning. Hasil dari penelitian ini adalah
bahwa saat ini kualitas udara di Kota Bekasi masih layak menurut PP 41 tahun 1999
tentang Pengendalian Pencemaran udara karena masih berada di bawah baku mutu,
akan tetapi harus diwaspadai karena kecenderungan yang meningkat. Meskipun
kualitas udara mengalami kecenderungan polutan meningkat dan kuantitas RTH
semakin menurun tetapi tidak ada pengaruh yang sinifikan antara dua variable
tersebut. Kualitas kesehatan masyarakat Kota Bekasi menurun jika dilihat dari tingkat
prevalensi ISPA. Peran serta masyarakat sebagai salah satu subyek pembangunan juga
sangat penting, pengetahuan, sikap dan perilaku yang baik pada pemanfaatan lahan
menjadi potensi yang harus dikelola dengan baik. Skenario yang tersusun
menggambarkan kemungkinan-kemungkinan yang dapat diminimalisasi dengan
berbagai strategi bidang energi dan pemanfaatan ruang untuk memenuhi ruang hijau
perkotaan.;

ABSTRACT
Space is one of the limited resources. Space utilization must be managed properly.
Utilization of space continue to be made with many ignoring the sustainability of
cities when it should consider the quality of the environment and the health of people
living in it. In addition, governments and communities are often short-term thinking in
decision making utilization of space, whereas the role of the community and the
government's policy is one of the factors that play a role in determining the
sustainability of an urban future. This study aimed to obtain a strategy to achieve
sustainable healthy city. The study was conducted in Bekasi as the city of Bekasi is
one area that the use of buffer capital Jakarta ongoing massive space. The method
used is a comparative analysis, correlation, and prepare scenario planning. Results
from this study is that the current air quality in the city of Bekasi still worth the PP 41
of 1999 on air pollution control standards, but will have to watch out because the
upward trend. Although the quality of the air is increased and the quantity of
pollutant trends RTH decreases but no effect sinifikan between the two variables. The
quality of the Bekasi City public health declined when viewed from the prevalence of
ARI. Community participation as one of the subject of development is also very
important, knowledge, attitudes and behavior both on land use potential that must be
managed properly. Arranged scenario illustrates the possibilities that can be
minimized with a variety of strategies in energy and space utilization to being the
urban green space., Space is one of the limited resources. Space utilization must be managed properly.
Utilization of space continue to be made with many ignoring the sustainability of
cities when it should consider the quality of the environment and the health of people
living in it. In addition, governments and communities are often short-term thinking in
decision making utilization of space, whereas the role of the community and the
government's policy is one of the factors that play a role in determining the
sustainability of an urban future. This study aimed to obtain a strategy to achieve
sustainable healthy city. The study was conducted in Bekasi as the city of Bekasi is
one area that the use of buffer capital Jakarta ongoing massive space. The method
used is a comparative analysis, correlation, and prepare scenario planning. Results
from this study is that the current air quality in the city of Bekasi still worth the PP 41
of 1999 on air pollution control standards, but will have to watch out because the
upward trend. Although the quality of the air is increased and the quantity of
pollutant trends RTH decreases but no effect sinifikan between the two variables. The
quality of the Bekasi City public health declined when viewed from the prevalence of
ARI. Community participation as one of the subject of development is also very
important, knowledge, attitudes and behavior both on land use potential that must be
managed properly. Arranged scenario illustrates the possibilities that can be
minimized with a variety of strategies in energy and space utilization to being the
urban green space.]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: LP3ES, 2006
363.739 JAK
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Raehan Khalifsyah
"Pencemaran udara merupakan masuknya polutan ke lingkungan yang menyebabkan efek negatif terhadap lingkungan seperti menurunkan tingkat kesehatan manusia dan organisme lain. Polusi udara terdiri dari dua jenis polutan yang berbentuk partikel dan gas dimana partikel berisikan PM2.5&PM10, sedangkan gas bersisikan Karbon Monoksida (CO), Nitrogen Dioksida (NO2), Sulfur Dioksida (SO2), dan Ozon (O3). Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sistem yang dapat memantau tingkat polusi udara untuk mengetahui kualitas udara. Dengan menggunakan sistem berbasis Internet of Things (IoT), monitoring polusi udara dapat dilakukan secara real-time. Sistem IoT yang digunakan adalah berbasis Low Power Wide Area Network (LPWAN) yang cenderung baik untuk pemantauan polusi udara karena memiliki karakteristik konsumsi daya yang sedikit dan jarak jangkauan yang cukup luas. Parameter yang diukur pada penelitian ini adalah partikel PM2.5 & PM10 yang didasarkan oleh Air Quality Index (AQI).

Air pollution is the entry of pollutants into the environment that causes negative effects on the environment, such as reducing the health levels of humans and other organisms. Air pollution consists of two types of pollutants in the form of particles and gases. Particles include PM2.5 and PM10, while gases include Carbon Monoxide (CO), Nitrogen Dioxide (NO2), Sulfur Dioxide (SO2), and Ozone (O3). Therefore, a system is needed to monitor air pollution levels to determine air quality. By using an Internet of Things (IoT) based system, air pollution monitoring can be done in real-time. The IoT system used is based on Low Power Wide Area Network (LPWAN), which is well-suited for air pollution monitoring due to its low power consumption and wide coverage range. The parameters measured in this research are PM2.5 and PM10 particles, based on the Air Quality Index (AQI)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diinii Haniifah
"Kualitas udara dalam ruangan di rumah sakit harus menjadi perhatian khusus karena pasien salah satu sumber pencemar mikroorganisme patogen ke udara yang dapat memicu persebaran infeksi nosokomial, maka dilakukan penelitian terhadap kualitas udara di salah satu rumah sakit di Depok, yaitu Rumah Sakit Tugu Ibu, untuk mengetahui konsentrasi mikroorganisme di udara. Sampel udara diambil menggunakan EMS Bioaerosol Sampler Single Stage Sampler dengan debit aliran udara sebesar 28,3 L/menit. Bakteri di udara diambil selama dua menit pada media Tryptic Soy Agar dan diinkubasi pada temperatur 35-37oC selama 24 jam, sementara itu jamur pada media Malt Extract Agar selama dua menit dan diinkubasi pada temperatur 25-29oC selama 48-72 jam. Koloni yang tumbuh dihitung sebagai colony-forming Units CFU/m3 . Hasil penelitian menunjukkan hasil angka kuman, temperature dan kelembaban udara dalam ruangan pada rentang 1.385-2.930 CFU/m3, 25-28oC dan 72-91 yang mana melebihi batas baku mutu KepMenKes No. 1204/MENKES/SK/X/2004. Hasil pengukuran konsentrasi diuji secara statistik menggunakan uji non-parametrik untuk menunjukkan korelasi dengan jumlah orang dan hasil menunjukkan korelasi sig< 0,05 pada konsentrasi bakteri dengan jumlah orang dan tidak menunjukkan korelasi sig > 0,05 pada konsentrasi jamur dengan jumlah orang. Berdasarkan pengukuran dan perhitungan, sebagian besar Bilangan Reynold lebih besar dari 2.000 yang mengindikasikan bahwa jenis aliran udara didominasi oleh aliran turbulen. Jumlah pertukaran udara sebagian besar kurang dari 4 kali/jam sehingga tidak memenuhi standar yang ditetapkan oleh ASHRAE 1999 . Besarnya konsentrasi bakteri dan jamur dipengaruhi oleh temperature, kelembaban udara, kecepatan udara, jenis aliran udara, dan pertukaran udara per jam. Sementara itu, jumlah orang sangat berpengaruh terhadap konsentrasi bakteri namun tidak berpengaruh terhadap konsentrasi jamur.

Indoor air quality in hospital has to be considered because patients could be a source of pollutant and lead a nosocomial infection. Therefore, bioaerosol was measured in selected hospitals at city of Depok, which is Tugu Ibu Hospital. Air sampling was conducted by using EMS Bioaerosol Single Stage Sampler and worked at a flowrate of 28.3 l min. Airborne bacteria were collected for two min on Tryptic Soy Agar and then incubated at 35 37oC for 24 h, while fungi on Malt Extract Agar for two min and then incubated at 25 29oC for 48 72 h. The colonies were counted as colony forming units CFU m3 . The result showed that indoor air bacteria and fungi concentrations, air temperature and humidity with the range approximately between 1,385 2,930 CFU m3, 25 28oC and 72 91 , respectively. All the numbers have exceeded the quality of standards by Ministry of Health Decree No. 1204 MENKES SK X 2004. Spearman rank correlation showed strong correlation sig 0.05 between indoor air bacteria concentrations and number of visitors and no correlation sig 0.05 between indoor air fungi concentrations and number of visitors. Based on measurements and calculations, Reynold numbers were mostly over 2,000, which indicated the indoor airflow dominated by turbulent flow. Air change rates were mostly less than 4 times hour and did not meet quality standards by ASHRAE 1999 . Indoor air bacteria and fungi concentrations were influenced by temperature, air humidity and velocity, type of airflow and air change rates. Meanwhile, number of visitors affected the concentration of bacteria but did not on fungi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67487
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Della Kumalaningrum
"Dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, pemerintah berupaya agar terus menjaga ketersediaan listrik di Indonesia. Hingga saat ini kebutuhan terhadap energi listrik di Indonesia masih dipasok dari pembangkit listrik berbahan bakar fosil, khususnya pembangkit listrik Tenaga Uap dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap. Dampak negatif yang ditimbulkan dari aktivitas pembangkit listrik salah satunya adalah pencemaran udara. Pencemaran udara yang dihasilkan berupa limbah gas seperti PM10, SO2, NO2, dan gas-gas tersebut tidak hanya menyebabkan pemanasan global, tetapi berdampak juga terhadap kesehatan manusia. Pada penelitian ini besarnya dampak negatif tersebut dihitung berdasarkan dampak terhadap kesehatan masyarakat yang kemudian akan dikonversi ke dalam nilai ekonomi (biaya eksternalitas). Biaya eksternalitas merupakan kondisi efek dari produksi barang atau jasa membebankan biaya atau manfaat kepada pihak lain dan biaya tersebut tidak tercermin dalam harga yang dibebankan untuk barang dan jasa yang diproduksi. Estimasi dampak kesehatan masyarakat dan biaya eksternalitas yang dihitung pada penelitian ini berasal dari pembangkit listrik yang beroperasi di Unit Pembangkitan Muara Karang dengan menggunakan pemodelan Robust Uniform World Model (RUWM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya dampak kesehatan masyarakat dan biaya eksternalitas yang diperoleh untuk setiap pembangkit listrik masing-masing berbeda, karena setiap pembangkit memiliki kondisi pengoperasian yang juga berbeda. Pada PLTGU Blok 1 biaya eksternalitas yang dihasilkan sebesar 18,51 cent USD/kWh, PLTGU Blok 2 sebesar 3,05 cent USD/kWh, dan PLTGU Blok 3 yaitu 1,75 cent USD/kWh. Kedua unit PLTU Muara Karang menghasilkan biaya eksternalitas yang juga berbeda yaitu 1,52 cent USD/kWh untuk PLTU Unit 4 dan PLTU Unit 5 sebesar 1,10 cent USD/kWh.

To encourage national economic growth, efforts are made to maintain electricity availability in Indonesia. Until now, the need for electrical energy in Indonesia is still supplied by fossil fuel power plants, especially Steam Power Plants and Gas Steam Power Plants. One of the negative impacts arising from electricity generation activities is air pollution. Air pollution is produced in the form of waste gases such as PM10, SO2, NO2, and these gases causes global warming and impact of human health. In this study, the magnitude of the negative impact calculated based on the impact on public health, which will the be limited to economic value (cost of externalities). Cost of externalities are conditions when the effect of the production of goods or services imposes costs or benefits on other parties, and these costs are not reflected in the price charged for the goods or services produced. The estimation of public health impacts and externality costs calculated in this study from power plants operating at the Muara Karang Generation Unit using Robust Uniform World Model (RUWM). The research results show that the amount of health and externality costs obtained for each power plant are different because each power plant has different operating conditions. In PLTGU Blok 1, the resulting externality cost was 18,51 cents USD/kWh, PLTGU Block 2 was 3,05 cents USD/kWh, and PLTGU Blok 3 was 1,75 cents USD/kWh. The two Unit of PLTU Muara Karang generate different externality costs, namely 1,52 cents USD/kWh for PLTU unit 4 and PLTU Unit 5 was 1,10 cents USD/kWh. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayudha Desga Putranto
"ABSTRAK
Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) adalah salah satu elemen terpenting dalam sistem pengelolaan limbah padat. Keberadaan TPS open dumping di Jakarta pada kenyataannya menimbulkan permasalahan khususnya bagi kualitas udara bioaerosol di sekitarnya. Bioaerosol adalah mikroorganisme atau partikel, gas, substansi dalam gas, atau organisme yang hidup dan terdapat dalam udara. Keberadaan bioaerosol dalam jumlah tertentu yang terhirup akan menimbulkan infeksi pernapasan seperti alergi dan asma. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh peningkatan volume, komposisi, dan kandungan air sampah, serta parameter fisik udara selama proses penimbunan dan pengangkutan sampah terhadap kualitas udara bioaerosol di sekitar TPS. Metode yang digunakan untuk melakukan penelitian ini diantaranya ASTM D5231-92 dikombinasikan dengan SNI 19-3964-1994 untuk timbulan dan komposisi sampah, AIHA untuk pengambilan sampel bioaerosol, load-count analysis untuk volume sampah, dan wet-weight moisture content untuk kandungan air sampah. Hasil pemeriksaan menunjukan konsentrasi bakteri dan jamur mencapai puncaknya pada pukul 12.00 WIB disaat volume sampah juga mencapai puncaknya dalam satu hari. Di lokasi TPS, konsentrasi bakteri tertinggi mencapai 9720 CFU/m3 dan konsentrasi jamur tertinggi yaitu 6000 CFU/m3. Di lapangan sekolah yang berjarak 25 m dari TPS, konsentrasi bakteri tertinggi mencapai 1789 CFU/m3 dan konsentrasi jamur tertinggi yaitu 2439 CFU/m3. Konsentrasi bioaerosol akan menurun hingga 420?8040 CFU/m3 ketika terjadi pengangkutan ritasi pertama yang mengangkut sampah sekitar 18?24 m3. Semakin tinggi persentase komposisi sampah organik dan kandungan air sampah di TPS maka konsentrasi bakteri dan jamur di sekitarnya juga semakin tinggi. Bioaerosol tumbuh optimum pada kelembaban relatif antara 40?80%, temperatur udara sebesar 26?36oC, dan kecepatan udara <1,5 m/s. Oleh karena itu, diperlukan langkah khusus mengurangi dampak sampah seperti renovasi bangunan TPS dan adanya pengelolaan sampah meliputi komposting dan pengembangan bank sampah.

ABSTRACT
Solid waste transfer station is one important element in a solid waste management system. The existence of the open dumping transfer station in Jakarta in fact cause problems, especially for bioaerosol air quality in the vicinity. Bioaerosol are the particles, gases, substance, or organisms that live in the air. The existence of bioaerosol in a certain amount inhaled would cause respiratory infections such as allergies and asthma. This research aimed to study the effect of the increase in volume, composition, moisture content of solid waste, and physical parameters of the air during the process of stockpiling and transporting waste to bioaerosol air quality around transfer station. The methods that are used in this research are ASTM D5231-92 combined with SNI 19-3964-1994 for waste generation and composition measurement, AIHA for the sampling procedure of bioaerosol, load-count analysis for waste volume and wet-weight moisture content for waste moisture content.The results showed the concentration of bacteria and fungi peaked at 12.00 p.m while the volume of waste also culminated in a day. At the location of trasfer station, the highest bacterial concentration reaches 9720 CFU/m3 and the highest concentration of fungi 6000 CFU/m3. In the field school that is within 25 meters of tranfer stations, the highest bacterial concentration reaches 1789 CFU/m3 and the highest concentration of fungi 2439 CFU/m3. Bioaerosol concentration will decline to 420-8040 CFU/m3 when the first carriage carrying trash around 18-24 m3. The higher the percentage of organic waste composition and water content of garbage in transfer station, the concentration of bacteria and fungi in the vicinity are also higher. Bioaerosol optimum growing at between 40-80% relative humidity, air temperature of 26-36oC, and air velocity <1.5 m/s. Therefore, special steps are needed to reduce the impact of waste such as the renovation of the building in transfer station includes composting their waste management and development of waste banks."
2016
S63084
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Katania Rosela Putri
"Dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari industri beton adalah pajanan debu partikulat terhadap pekerja yaitu Particulate Matter 2,5 mikron PM2,5 karena dapat terhirup ke dalam paru hingga masuk ke dalam peredaran darah. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis risiko kesehatan pekerja di Concrete Batching Plant PT. X akibat pajanan inhalasi debu partikulat PM2,5. Risiko dihitung menggunakan metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan ARKL untuk mengetahui nilai Risk Quotient RQ. Nilai RQ diperoleh dengan membagi Asupan pajanan perberat badan perhari dengan nilai reference Concentration RfC. Jika nilai RQ>1 maka perlu dilakukan manajemen risiko. Penelitian ini menghitung risiko pajanan PM2,5 pada 59 pekerja di Batching Plant PT. X. Sampling dilakukan di 4 titik selama 1 jam menggunakan HVAS, masing-masing titik dilakukan 2 kali sampling yaitu pada siang hari dan malam hari dengan konsentrasi rata-rata 120 Konsentrasi tersebut setelah dikonversi berada diatas baku mutu. Perhitungan risiko dengan durasi real time secara rerata tidak berisiko namun berisiko bagi 5 orang pekerja. Perusahaan akan terus berjalan, maka perlu dilakukan penilaian risiko pada durasi life time 25 tahun dengan hasil rerata berisiko paling tidak selama 9 tahun kedepan. Maka, perlu dilakukan manajemen risiko untuk 25 tahun kedepan dengan cara menurunkan konsentrasi PM2,5 menjadi jika kondisi masih sama yaitu pekerja dengan rata-rata berat badan 66,85kg bekerja 12 jam perhari dalam 317 hari pertahun.

The negative impact that can be generated from the Concrete industry is particulate dust exposure to workers which is Particulate Matter 2.5 micron PM2,5 because it can be inhaled into the lungs and enter the blood circulation. This research has purpose to analyze worker health risk in Concrete Batching Plant PT. X due to inhalation exposure of particulate dust of PM2.5. The risk is calculated using the Environmental Health Risk Analysis method ARKL to determine the value of Risk Quotient RQ. The RQ value is obtained by dividing body exposure intake by reference concentration RfC. If the value of RQ 1 then it is necessary to do risk management. This study calculated the risk of PM2,5 exposure on 59 workers in Batching Plant PT. X. Sampling is done at 4 points for 1 hour using HVAS, each point is done 2 times that is during day and night with concentration average 120 mg m3. The concentration after converting is above the quality standard. The average calculation of risk with real time duration is not risky but only risky for 5 workers. The company will continue to run so it is necessary to do risk assessment on life time duration 25 years with the average yield at least for the next 9 years. Thus, risk management is required for the next 25 years by reducing the concentration of PM2,5 to 0.039mg m3 if the condition is still the same for workers with average weight are 66,85kg, working 12 hours per day in 317 days per year.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Tamara
"Kota Bekasi adalah kota dengan penduduk terbanyak di Provinsi Jawa Barat. Di Bekasi, pergerakan utamanya menggunakan kendaraan. Salah satu polutan hasil pembakaran mesin kendaraan adalah PM10 yang dapat diperoleh dari data volume kendaraan, passive sampler, dan Landsat 8. Penelitian ini bertujuan menganalisis pola spasial PM10 di Kota Bekasi serta menganalisis validitas model spasial PM10 dari volume kendaraan/Landsat 8 dengan PM10 dari passive sampler sebagai validator. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif spasial dan analisis statistik RMSE. Berdasarkan PM10 dari volume kendaraan, jalan arteri berkapasitas besar mencakup wilayah PM10 dengan indeks kualitas buruk. Berdasarkan PM10 dari Landsat 8, hal tersebut terjadi berlawanan. Berkaitan dengan kondisi kemacetan, di jalan arteri berkapasitas kecil terdapat beberapa titik pengukuran volume kendaraan yang mengalami macet sekaligus tidak macet. PM10 dengan indeks kualitas udara tidak sehat juga dapat bersumber dari wilayah pemukiman, perdagangan dan jasa, serta industri. RMSE model spasial PM10 dari volume kendaraan memiliki tingkat kesalahan lebih rendah daripada model spasial PM10 dari Landsat 8. Meskipun begitu, jika dilakukan analisis lebih lanjut dengan mempertimbangkan aspek keruangan (seperti penggunaan lahan) maka terdapat beberapa area dan titik model yang berlokasi di wilayah penggunaan lahan yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi kesalahan model dan hubungannya dengan karakteristik spasial dapat menjadi pendekatan baru untuk menilai kinerja model.

Bekasi City is a city with the largest population in West Java Province. In Bekasi City, the movement mainly uses vehicles. This study aims to analyze PM10 spatial pattern in Bekasi City and analyze validity of PM10 spatial model from vehicle volume/Landsat 8 with PM10 from passive sampler as a validator. This research uses descriptive spatial analysis and Root Mean Square Error (RMSE) statistical analysis. Based on PM10 from vehicle volume, large capacity arterial roads cover PM10 with poorer quality index. Based on PM10 from Landsat 8, it happens in opposite phenomena. In relation to congestion traffic, on small capacity arterial roads some points of vehicle volume measurement are congested, and other points are not. PM10 with unhealthy air quality index also can be sourced from residential, trade & service, and industrial areas. Then, RMSE of PM10 spatial model from vehicle volume has lower error than PM10 spatial model from Landsat 8. However, if further analysis considers spatial characteristics (such as land use), there are several areas models that are in the same land use. This shows that combination of model errors and their relationship to spatial characteristics can be a new approach to assessing model performance."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Ayu Hastiaty
"Polusi udara dapat meningkatkan kerentanan terhadap COVID-19. Pengendalian polusi udara serta pengendalian COVID-19 di Kota Tangerang belum dilaksanakan dengan maksimal. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan model prediksi hubungan polusi udara terhadap kasus COVID-19 Kota Tangerang Tahun 2020-2022. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi tren waktu serta kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Tangerang pada bulan April- Juni 2023. Penelitian ini menggunakan data sekunder meliputi data ISPU (NO2, SO2, PM10, dan PM2,5), suhu, kelembapan udara dan kasus COVID-19 di Kota Tangerang. Analisis data menggunakan analisis univariat, uji korelasi, uji regresi linier berganda. Gambaran NO2, SO2, PM10 tahun 2020-2022 berada dalam kategori baik, sedangkan PM2,5 adalah kategori sedang. Hasil uji korelasi spearman menunjukkan SO2 (p= 0,001 ; r= -0,109) dan PM10 (p= 0,000 ; r= -0,210) berhubungan signifikan terhadap kasus konfirmasi COVID-19. Analisis multivariat menunjukkan polusi udara yang paling dominan mempengaruhi kasus COVID-19 di Kota Tangerang adalah PM10, setelah dikontrol dengan PM2,5, suhu dan kelembapan. Variabel PM10, PM2,5, suhu, dan kelembapan dapat menjelaskan variasi variabel kasus COVID-19 sebesar 17,7%. Model prediksi hubungan polusi udara dengan kasus COVID-19 di Kota Tangerang Tahun 2020-2022 adalah kasus konfirmasi COVID-19 = 4384,38 + 22,47PM10 + 1,63PM2,5 - 120,39suhu - 13,33kelembapan.

Air pollution can increase vulnerability to COVID-19. Air pollution control and COVID-19 control in Tangerang City have not been implemented optimally. The purpose of this study is to determine the prediction model of the relationship between air pollution and COVID-19 cases in Tangerang City in 2020-2022. This research uses a time trend ecological study design and qualitative. This research was conducted in Tangerang City in April-June 2023. This study used secondary data including ISPU data (NO2, SO2, PM10, and PM2,5), temperature, humidity and COVID-19 cases in Tangerang City. Data analysis used univariate analysis, correlation test, multiple linear regression test. The overview of NO2, SO2, PM10 in 2020-2022 is in the good category, while PM2,5 is in the moderate category. The results of the spearman correlation test showed that SO2 (p = 0.001; r = -0.109) and PM10 (p = 0.000; r = -0.210) were significantly associated with confirmed cases of COVID-19. Multivariate analysis shows that the most dominant air pollution affecting COVID-19 cases in Tangerang City is PM10, after controlling for PM2,5, temperature and humidity. PM10, PM2,5, temperature, and humidity variables can explain 17,7% of the variation in COVID-19 case variables. The prediction model of the relationship between air pollution and COVID-19 cases in Tangerang City in 2020-2022 is confirmed COVID-19 cases = 4384,38 + 22,47PM10 + 1.63PM2,5 - 120.39 temperature - 13.33 humidity."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liza Puspadewi
"Program Pembangunan Daerah Kota Tangerang bertujuan mengembangkan Kota Tangerang menjadi sebuah kota Industri, Perdagangan dan Pemukiman. Pengembangan ini membawa dampak antara lain pencemaran udara oleh timah hitam (timbal) dari emisi gas buang kendaraan bermotor. Ini sudah menjadi kenyataan dengan hasil pengukuran oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang yang mendapatkan kadar timbal dalam udara ambien dan dalam darah anak usia sekolah sudah melebihi nilai Ambang Batas.
Pemerintah Daerah Kota Tangerang walaupun mempunyai Visi, Misi dan Rencana Strategis sebagai pedoman arah pembangunan dan pengembangan wilayah sampai dengan tahun 2006, ternyata belum mempunyai rencana strategis untuk menanggulangi pencemaran udara oleh timah hitam yang sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyusunan suatu rencana strategis penanggulangan pencemaran udara (timah hitam) oleh emisi gas buang kendaraan bermotor terhadap kesehatan masyarakat dalam kurun waktu 5 tahun antara tahun 2004-2008. Adapun desain penelitian yang digunakan penelitian operasional dengan analisa kuantitatif dan kualitatif.
Data tentang faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal yang berpengaruh terhadap posisi Pemda Kota Tangerang dalam menanggulangi pencemaran udara (timah hitam) oleh emisi gas buang kendaraan bermotor diperoleh dari data sekunder dan wawancara mendalam. Data yang terkumpul dibahas dalam Consensus Decision Making Group (CDMG) yang terdiri dari para pejabat Pemda Kota Tangerang yang terkait dan dilakukan analisa lingkungan (SWOT analisis), Kemudian tahap berikutnya (matching stage), CDMG melakukan analisis dengan TOWS Matriks dan IE Matriks, yang menyimpulkan bahwa dalam penanggulangan pencemaran udara (timah hitam), Pemda Kota Tangerang berada pada posisi Hold and Maintain dengan strategi utama Penetrasi Pasar dan Pengembangan Produk.
Dari berbagai altematif strategi yang dapat difikirkan melalui Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) dapat diidentifikasi strategi-strategi yang paling memungkinkan untuk dilaksanakan, dan disusun dalam suatu rencana program kerja penanggulangan pencemaran udara (timah hitam) untuk jangka waktu 5 tahun ke depan.

Strategic Planning to Overcome Air Pollution by Lead from the Exhaust of Motor Vehicles as a Health Hazard to the Population of the City of Tangerang, year 2004-2008The Regional Development Program of the City of Tangerang envisions Tangerang to develop into an industrial, commercial and residential city. This development brings the implication of air pollution by lead originating from the exhaust of motor vehicles. This implication has become a reality, as proven by measurements carried out by the City of Tangerang Health Service, which shows the concentration of lead in ambient air and in the blood of school age children above normal limits.
Although the government of the City of Tangerang already has vision and mission statements, and a strategic plan as a course of regional development up to year 2006, it has no strategic plan to overcome the effects of air pollution by lead as a public health problem.
This research is carried out to analyze factors affecting the making of a strategic plan to overcome the effects of air pollution by lead for a five year period from 2004 to 2008. The research design used is an operational research with quantitative and qualitative analysis.
Data about the external and internal factors affecting the position of the government of the City of Tangerang to overcome the effects of air pollution by lead was obtained from secondary data and in depth interviews. Data thus obtained was discussed by a Consensus Decision Making Group (CDMG) of city government officials involved in environmental issues, then analyzed using the method of SWOT analysis. Further in the matching stage, the CDMG converts the data into TOWS and IE Matrices respectively, with the resulting conclusion in regard to overcoming the effects of air pollution by lead, the City of Tangerang is in a "Hold and Maintain" position with the main strategies of Market Penetration and Product Development.
From various alternative strategies formulated through Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM), strategies most feasible to implement are adopted as a working plan to overcome the effects of air pollution by lead for the future 5 year period.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12926
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>