Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 201234 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahajeng Dewantari
"Ketaatan minum obat dalam penanganan HIV/AIDS dengan pengobatan ARV merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan terapi. Di Indonesia belum ada data yang menyebutkan angka pasti ketaatan minum obat ARV pada ODHA. Ketaatan minum obat ARV dipengaruhi oleh adanya faktorfaktor psikologis (stigma diri dan fungsi kognitif) dan non psikologis yang terdiri dari faktor demografi (umur, waktu tempuh tempat tinggal ke rumah sakit, akses berobat, tingkat pendidikan, pekerjaan, tinggal sendiri atau bersama orang lain, pembiayaan berobat, penggunaan NAPZA) dan faktor obat dan penyakit (kompleksitas regimen obat, adanya infeksi oportunistik, sumber transmisi HIV).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi ketaatan minum obat ARV pada ODHA yang berobat di UPT HIV RSUPN Cipto Mangunkusumo adalah 67,7%, stigma diri memiliki hubungan yang bermakna dengan ketaatan minum obat ARV, sedangkan faktor non psikologis yang diteliti dan fungsi kognitif tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan ketaatan minum obat ARV.

Adherence to ARV is an important factor in determining the success of HIV/AIDS treatment. There has been no data about adherence to ARV in plwh in indonesia. Adherence to ARV is influenced by psychological factors (self-stigma and cognitive function) and non-psychological factors consisting of demographic (age, travel time between living place and hospital, access to treatment, level of education, occupation, living alone or with others, treatment payment, illicit drugs use), disease and treatment factor (treatment regimen complexity, opportunistic infections, source of HIV transmission).
The result of this study showed that prevalence of adherence to ARV in plwh coming to HIV integrated service unit Cipto Mangunkusumo hospital is 67,7%, that self-stigma had significant relation with adherence to ARV, while psychological factors and cognitive function had no significant relation with adherence to ARV.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neneng Aini
"Terapi antiretroviral mampu menekan replikasi HIV, mencegah morbilitas dan mortalitas. Kepatuhan pengobatan dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan terapi, mencegah resistensi obat antiretroviral dan risiko penularan HIV ditengah masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pengobatan obat antiretroviral pasien HIV/AIDS di empat rumah sakit di DKI Jakarta tahun 2018-2019. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional dari data baseline penelitian INA-PROACTIVE (data sekunder). dimana sebanyak 666 ODHA dipilih sebagai sampel. Kepatuhan pengobatan diukur berdasarkan self report. Data dianalisa dengan menggunakan cox proportional hazard regression dengan perangkat lunak STATA12. Hasil penelitian menunjukkan proporsi kepatuhan <95% sebesar 17,9%. Analisis faktor determinan kepatuhan berobat pada penelitian ini menggunakan analisis multivariat cox regresi dan besar pengaruh dinyatakan dalam prevalensi rasio (PR) dengan confident interval (CI) 95%. Penelitian ini menunjukkan faktor sosio-demografi yang berhubungan dengan ketidakpatuhan pengobatan pada ODHA yang mendapat terapi ARV adalah variabel jenis kelamin, usia, status pernikahan dan rute transmisi HIV. Faktor klinis yang mempunyai hubungan dengan kepatuhan minum obat ARV adalah variabel adanya riwayat infeksi oportunistik sifilis dan nilai CD4. Faktor pengobatan yang mempunyai hubungan dengan kepatuhan minum obat ARV adalah variabel jenis paduan ARV dan lama pengobatan ARV. Semua variabel tersebut tidak berpengaruh signifkan secara statistik dengan nilai p value > 0,05.

Antiretroviral therapy suppresses HIV replication, prevent mobility and mortality. Treatment adherence is needed to achieve therapeutic success, prevent antiretroviral drug resistance and the risk of HIV transmission in the community. This study aims to determine the factors that associated with the adherent of antiretroviral drug treatment of HIV / AIDS patients in four hospitals in Jakarta in 2018-2019. This study was an observational study with a cross sectional design from the baseline data of INA-PROACTIVE study (secondary data) from 666 people living with HIV. Treatment compliance was measured by self-report. Data were analyzed using cox proportional hazard regression with STATA12 software. The results showed the proportion of non-adherent by 17.9%, Analysis of determinant factors for compliance with treatment in this study using multivariate cox regression analysis and the magnitude of the effect was expressed in the prevalence ratio (PR) with 95% confidence interval (CI). Our study showed a proportion of ARV treatment adherence ≥ 95% showed 82.1%.
This study showed that the socio-demographic factors associated with ARV treatment adherence among people living with HIV who received ARV therapy were gender, age, marital status and HIV transmission route. Clinical factors that have a relationship with adherence of ARV were the variable history of opportunistic infection syphilis and CD4 value. Treatment factors that have a relationship with adherence of ARV were the variable type of ARV regiment and duration of ARV treatment. All these variables were not statistially significant effect with p value > 0.05.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Reuwpassa, Jauhari Oka
"Jumlah kasus HIV yang semakin meningkat setiap tahunnya. Status gizi pada penderita HIV/AIDS merupakan salah satu masalah yang sedang dihadapi oleh berbagai negara berkembang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pasien HIV/AIDS di RSUPN Cipto Mangunkusumo tahun 2012.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi cros seksional, sampel dihitung menggunakan rumus satu proporsi sehingga diperoleh jumlah sampel 96 responden. Sampel dipilih dengan metode acak sederhana (simple random sampling) dan data diperoleh dari catatan rekam medis pasien.
Dari 91 pasien, proporsi pasien yang berstatus gizi baik atau lebih 74% dan gizi kurang 26%. Prevalensi Rasio (PR) untuk variabel jumlah T-CD4 11,88 (CI85% 1.683-83,911), status hemoglobin (PR=2,34, Ci95% 0.879-6,224), umur (PR=2,46 CI95% 1.076-5,622), jenis kelamin (PR=0,741, CI95% 0.369-1,486), pendidikan (PR=7,33, CI95%1,050-51,223), pekerjaan (PR=1,283, 0,683-2,580), status pernikahan (PR=0,80, CI95% 0,391-1,638), status ART (PR=0,517, CI95% 0,264-1,012), lama ART (PR=2,98, CI95% 1,219-7,286), Infeksi oportunistik (PR=1,60, CI95% 0,667-3.851), pengguna narkoba (PR=1,431, CI95% 0,711-2,881) dan konsumsi alkohol (PR=1,648, CI95% 0,830-3,274).
Pasien yang memiliki status gizi baik atau lebih, lebih banyak dibandingkan pasien yang memiliki status gizi kurang. Penelitian lebih lanjut tentang status gizi masih perlu dilakukan.

The numbers of HIV cases are increasing every year. Poor nutritional status in patients with HIV/AIDS is one of the issues.
The purpose of this study to know the description of the nutritional status of patients with HIV/AIDS in RSUPN Cipto Mangunkusumo 2012.
Design study in this research is cross sectional. The numbers of respondents were 96 samples. The sample was selected by simple random method (simple random sampling) and data collected from medical records of patient.
Of 91 patients, the proportion of patients who were normal or overweight BMI 74% and 26% were underweight. Prevalensi Rasio (PR) for each variable T-CD4 (PR=11,88, CI85% 1.683-83,911), hemoglobin status (PR=2,34, Ci95% 0.879-6,224), age (PR=2,46 CI95% 1.076-5,622), sex (PR=0,741, CI95% 0.369-1,486), education status (PR=7,33, CI95%1,050-51,223), work status (PR=1,283, 0,683-2,580), marital status (PR=0,80, CI95% 0,391-1,638), ART status (PR=0,517, CI95% 0,264-1,012), ART duration (PR=2,98, CI95% 1,219-7,286), opportunistic infection (PR=1,60, CI95% 0,667-3.851), illicit drugs (PR=1,431, CI95% 0,711-2,881) and alcohol consumption (PR=1,648, CI95% 0,830-3,274).
The amount of patients with good nutritional status more than patients with less nutritional status and patients with more nutrition. More research on the nutritional status still needs to be done.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Safitri Fadilla Wardhani
"Antiretroviral (ARV) terbukti efektif untuk menurunkan angka kematian akibat HIV-AIDS. Namun demikian efektifitas ARV sangat dipengaruhi oleh kepatuhan Orang dengan HIV-AIDS (ODHA) dalam mengkonsumsi ARV. Salah satu faktor yang memengaruhi kepatuhan ODHA terhadap pengobatan ARV adalah intimasi pasangan sebagai bentuk dukungan psikososial bagi ODHA yang terbangun dari aspek emosional, sosial dan seksual. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan antara intimasi pasangan dengan kepatuhan pengobatan ARV. Penelitian ini menggunakan desain analitik observasional dengan pendekatan cross sectional pada 115 responden ODHA dewasa yang mendapat pengobatan ARV, sampel diperoleh dengan teknik consecutive sampling.
Hasil analisis uji Chi Square menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara intimasi pasangan dengan kepatuhan pengobatan ARV (p value = 0,000; 95% CI). ODHA yang memiliki tingkat intimasi tinggi, memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi pula. Dari hasil penelitian ini perawat dan konselor dapat melibatkan pasangan ODHA dalam memotivasi, mengawasi dan mengingatkan ODHA untuk patuh terhadap pengobatan ARV.

Antiretroviral therapy has been proven effectively in reducing mortality caused by HIV-AIDS. However, the effectiveness of antiretroviral therapy is affected by adherence. The factor that influences Antiretroviral adherence is spousal intimacy as a psychosocial support that built on emotional, social and sexual aspects. The research aimed to identify the relationship between spousal intimacy with Antiretroviral adhenrence. This research used a cross sectional design with a consecutive sampling method involving 115 adult People Living With HIV-AIDS (PLWHA) who received Antiretroviral as respondents.
The results of the research was analyzed by Chi Square test and showed a significant relationship between spousal intimacy with Antiretroviral adherence (p value = 0,000; 95% CI). PLWHA who have a high level of intimacy also have a high level of Antiretroviral adherence. This research is beneficial for the health provider in supporting the improvement of ART adherence by involving PLWHA partners in care, support and treatment programs.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Richard Hudson
"Keluarga inti merupakan sistem pendukung utama dalam perawatan kesehatan terhadap anggotanya. Dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat pada pasien pengidap HIV/AIDS yang memiliki durasi pengobatan seumur hidup. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga inti dengan kepatuhan minum obat ARV pada pasien HIV/AIDS di RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso.
Penelitian ini menggunakan studi kuantitatif, dan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah sampel 337 responden. Variabel independen menggunakan kuesioner dukungan keluarga yang meliputi 4 aspek yaitu dukungan emosional, dukungan instrumen, dukungan informasi, dukungan penghargaan. Variabel dependen menggunakan instrumen Morisky Scale. Uji data menggunakan Chi Square.
Hasil penelitian terdapat hubungan yang signifikan pada dukungan emosional (p=0,032; OR=3,427) dan dukungan informasi (p=0,048; OR=3,365) dengan kepatuhan minum obat ARV. Responden yang mendapatkan dukungan emosional memiliki peluang 3,427 kali lebih besar untuk patuh mengkonsumsi ARV dibandingkan responden yang tidak mendapatkan dukungan emosional keluarga inti. Dukungan penghargaan (p=0,227) dan dukungan instrumental (p=0,243) tidak menunjukkan hubungan dengan kepatuhan minum obat ARV.

Nuclear Family is one of the esssential support in health caring for family member. Family support influence the level of adherence to antiretroviral (ARV) medication consumption in people living with HIV/AIDS who have a duration treatment for a lifetime. The aim of this research was to identify the relationship between family support and adherence to ARV people living with HIV/AIDS at Sulianti Saroso Hospital.
This study used the quantitative study, and cross sectional design. The sampling was 337 total respondents. The independent variable uses a questionnaire support family that includes four aspects: emotional support, information support, award support, and instrumental support. The Morisky Scale instrument was used to assess level of adherence. The data test used Chi Square.
There is a significant results in the emotional support (p=0,032; OR=3,427) and information support (p=0,048; OR=3,365) with the adherence in taking to ARV. The respondents who received the support of emotional were 3,427 more likely to adherence than those who did not receive emotional support from nuclear family. The awards support (p=0,227) and instrumental support (p=0,243) did not show significant relationship with adherence in taking to ARV.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S61218
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairina Widyanti
"Penelitian ini ingin melihat hubungan antara dukungan sosial yang diberikan oleh orang-orang di sekitar subjek dengan kepatuhan subjek dalam menjalani terapi antiretroviral (ARV). Subjek penelitian berjumlah 40 orang, mayoritas berjenis kelamin laki-laki (38 orang). Data penelitian dimabil dengan menggunakan metode self report (laporan pribadi subjek penelitian) yang berbentuk kuesioner. Data penelitian ini kemudian diolah oleh peneliti dengan menggunakan teknik penghitungan korelasi pearson product moment.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi mengenai jumlah dukungan sosial yang diterima subjek tidak berhubungan secara signifikan dengan kepatuhan menjalani terapi ARV-nya. Begitu juga dengan persepsi kepuasan terhadap dukungan sosial yang diterimanya. Namun, jika diteliti lebih lanjut, terdapat satu item mengenai persepsi kepuasan terhadap dukungan sosial yang diterima subjek yang dapat membuatnya merasa lebih baik ketika ia sedang merasa di bawah yang berhubungan secara signifikan dengan kepatuhan menjalani terapi ARV.
Disamping hasil penelitian di atas, peneliti juga mencoba untuk meneliti hubungan yang terdapat antara data tambahan yang terdapat di data kontrol dengan golongan kepatuhan subjek. Penggolongan kepatuhan didasarkan pada ketaatan subjek dalam mengkonsumsi ARV tepat waktu selama empat hari terakhir (7 kali waktu konsumsi ARV). Jika subjek melewatkan satu kali saja, berarti ia digolongkan sebagai tidak patuh. Penghitungan ini menggunakan metode chi-square. Hasilnya, tidak ada satupun informasi yang didapatkan dari data tambahan tersebut yang berhubungan dengan golongan kepatuhan menjalani terapi ARV pada Odha karena tidak dapat dipenuhinya syarat penghitungan chisquare.

The research is about the correlation between social support the people living with HIV/AIDS (PLWHA) receives from neighbourhood with their adherence in running the antiretroviral (ARV) therapy. The majority of respondents are male (38 men) and the other two are women. Researcher using a self-report questionnaires in collecting the data. The data then was calculating using the pearson product moment correlation.
The result shows that the perception about the amount of social support isn't significantly related to the PLWHA's adherence. So do the perception of satisfaction of social support. It isn't significantly related to PLWHA's adherence also. But, if we see the correlation of each item to the adherence, there is an item about perception of satisfaction of social support that can make PLWHA feel better if he/she feel very bad which significantly related to his/her adherence in running ARV therapy.
Besides the result above, researcher also try to find if the data control she got related to the PLWHA's adherence group in running their ARV therapy. The groups divided into two, adhere or not adhere. Respondent will be considered as adhere if he/she got the perfect result in the last 7 times of consuming ARV. The method used here is chi-square. The result shows that there is no correlation between the data control and the divisions of adherence.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
155.92 WID h
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Khalid Mohammad Shidiq
"Latar belakang. HIV/AIDS merupakan penyakit kronik yang memiliki spektrum klinis yang sangat luas, memerlukan terapi seumur hidup, dan dapat menurunkan kualitas hidup. Belum terdapat alat evaluasi keluhan penyakit dan efek samping pengobatan pasien HIV/AIDS yang sederhana untuk digunakan saat evaluasi di rawat jalan. Pemantauan keluhan secara objektif penting karena berhubungan dengan kualitas hidup dan kepatuhan berobat pasien HIV/AIDS. Belum diketahui apakah pasien HIV/AIDS yang sudah dalam terapi masih memiliki banyak keluhan yang dapat mempengaruhi kualitas hidupnya secara keseluruhan. Tujuan. Menilai keandalan kuesioner Indeks Simtom HIV untuk menilai keluhan pasien HIV/AIDS, mengetahui profil keluhan pasien HIV/AIDS di Indonesia dengan menggunakan kuesioner Indeks Simtom HIV, mengetahui korelasi keluhan dengan kualitas hidup pasien HIV/AIDS. Metode. Penelitian ini merupakan studi potong lintang pada subjek pasien HIV/AIDS yang berobat jalan rutin di poliklinik HIV. Subjek direkrut secara random pada September hingga November 2018 di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Uji coba kuesioner dilakukan pada 20, dan evaluasi keluhan dilakukan pada 87 subjek. Sebelum uji coba, dilakukan proses adaptasi bahasa kuesioner Indeks Simtom HIV yang dikembangkan Justice et al ke bahasa Indonesia dengan metode Beaton dan Guillemin. Setelah itu dilakukan uji keandalan dengan analisis Alpha Cronbach's a coefficient, serta uji validitas internal dengan multitrait scaling analysis. Selanjutnya evaluasi keluhan dilakukan pada pasien di unit pelayanan terpadu HIV RS Cipto Mangunkusumo. Bersamaan dengan itu subjek juga dinilai kualitas hidupnya dengan kuesioner WHOQOL-HIV BREF. Dilakukan analisis korelasi keluhan dengan kualitas hidup dengan analisis korelasi spearman. Hasil. Kuesioner Indeks Simtom HIV hasil adaptasi bahasa Indonesia andal (Cronbach alpha 0,760) dan valid (korelasi multitrait >0,4) untuk menilai keluhan pasien HIV/AIDS. Keluhan yang terbanyak dialami subjek adalah kelelahan (55,7%), gangguan tidur (43,3%), pusing/keliyengan (42,3%), masalah pada kulit (42,3%) dan nyeri, mati rasa, atau kesemutan di kaki atau tangan (39,2%), sementara yang paling jarang adalah demam (15,5%), batuk (20,6%), mual (20,6%), diare (21,6%), dan penurunan nafsu makan (23,7%). Korelasi keluhan pasien HIV/AIDS saat rawat jalan dengan kualitas hidup tidak ada (r=-0,245, p=0,022), terdapat korelasi sedang antara keluhan dengan tingkat independensi (r =-0,575, p < 0,001), dan terdapat korelasi lemah dengan domain fisik, sosial, lingkungan, spiritual (r > -0,3, p < 0,05). Kesimpulan. Penggunaan kuesioner Indeks Simtom HIV dalam bahasa Indonesia sahih dan andal untuk menilai keluhan pasien HIV/AIDS dengan lebih objektif. Tiga keluhan terbanyak yang dialami pasien HIV yang sudah mendapat terapi antiretroviral adalah kelelahan atau kurang energi, pusing atau keliyengan, dan gangguan tidur, keluhan tersebut berkaitan dengan efek samping terapi antiretroviral. Keluhan pasien HIV/AIDS yang sudah mendapat terapi tidak berhubungan dengan kualitas hidup.

Backgrounds. HIV/AIDS is a chronic disease with a wide clinical spectrum which needs a long life treatment, and could decrease quality of life. There is yet a simple tool to evaluate symptoms of HIV infection and treatments side effect that can be used in outpatient setting. Objective symptoms measurement is important because it is correlated to treatment adherence and progressivity of the disease. Whether symptoms in outpatient HIV subjects whom are already treated are correlated to the quality of life is not yet known. Reliability of Indonesian version of HIV Symptom Index for measuring symptoms of HIV/AIDS patients, knowing the symptom profile/pattern of HIV/AIDS patients in Indonesia using HIV Symptom Index, and knowing the correlation between symptoms and quality of life in HIV/AIDS patients. Method. It is a cross sectional study in outpatient HIV/AIDS subjects. Subjects are recruited randomly in Cipto Mangunkusumo National Hospitals HIV  clinic from September until November 2018. Questionaire reliability assessment is done on 20 subjects, and symptom evaluation is done on 87 subjects. Language adaptation from the original english version into Indonesian was done with Beaton and Guillemin method. Realibility of Indonesian version of HIV Symptom Index was tested by alpha cronbachs a coefficient analysis, and the internal validity was tested with multitrait scaling analysis. The Valid and reliable Indonesian version of HIV Symptom Index is then used to profile the symptom pattern of HIV/AIDS patients in Cipto Mangunkusumo National Hospital. Quality of life of the subjects were measured with WHOQOL-HIV BREF questionnaire. Correlation between symptoms and quality of life was analyzed with spearman correlation analysis. Result.  Indonesian version of HIV Symptom Index is reliable (cronbach alpha 0,76) and valid (multitrait correlation >0,4) to measure symptoms of HIV/AIDS patients. The most common symptom is fatigue (55,7%), followed by insomnia (43,3%), dizziness and lightheaded (42.3%), skin problems (42,3%), and pain, numbness, or tingling in the hands or feet (39,2%). The rarest symptoms are fever (15,5%), cough (20,6%), nausea or vomiting (20,6%), diarrhea (21,6%), and lost of appetite (23,7%). Symptoms of HIV/AIDS patients treated with Antiretroviral (ARV) are not correlated with the quality of life (r=0,245, p=0,022) but have a moderate correlation with independence domain (r=0,575, p<0,001), and have a weak correlation with physical, social, environment, and spiritual domains (r>-0,3, p<0,05). Conclusion. Indonesian version of HIV symptom Index is reliable and valid to measure symptoms of HIV/AIDS patiens objectively. Three most frequent symptoms are fatigue or weakness, dizzines or lightheaded, and insomnia. These symptoms are related to side effects of antiretroviral therapy. Symptoms of ARV treated HIV/AIDS patients were not correlated with the quality of life. "
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58728
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khalid Mohammad Shidiq
"Latar belakang HIV / AIDS adalah penyakit kronis dengan spektrum klinis luas yang membutuhkan perawatan seumur hidup, dan dapat menurunkan kualitas hidup. Belum ada alat sederhana untuk mengevaluasi gejala infeksi HIV dan efek samping pengobatan yang dapat digunakan dalam pengaturan rawat jalan. Pengukuran gejala objektif penting karena berkorelasi dengan kepatuhan pengobatan dan progresifitas penyakit.
Objektif. Untuk menilai keandalan Indeks Gejala HIV versi Indonesia untuk mengukur gejala pasien HIV / AIDS, dan mengetahui profil gejala / pola pasien HIV / AIDS di Indonesia menggunakan Indeks Gejala HIV.
Metode. Ini adalah studi cross sectional pada subyek HIV / AIDS rawat jalan. Subjek direkrut secara acak di klinik HIV Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dari September hingga November 2018. Penilaian reliabilitas onaire Questi dilakukan pada 20 subjek, dan evaluasi gejala dilakukan pada 87 subjek. Adaptasi bahasa dari versi bahasa Inggris asli ke bahasa Indonesia dilakukan dengan metode Beaton dan Guillemin. Realibility dari versi Indonesia Indeks Gejala HIV diuji dengan alpha cronbach adalah analisis koefisien, dan validitas internal itu diuji dengan multitrait analisis skala. Indeks Gejala HIV versi Indonesia yang valid dan andal kemudian digunakan untuk membuat profil pola gejala pasien HIV / AIDS di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo .
Hasil. Indeks Gejala HIV versi Indonesia dapat diandalkan ( cronbach alpha 0,76) dan valid ( korelasi multitrait > 0,4) untuk mengukur gejala pasien HIV / AIDS. Gejala yang paling umum adalah kelelahan (55,7%), diikuti oleh insomnia (43,3%), pusing dan pusing (42,3%), masalah kulit (42,3%), dan nyeri, mati rasa, atau kesemutan di tangan atau kaki (39,2%). Keluhan paling jarang adalah demam (15,5%), batuk (20,6%), mual atau muntah (20,6%), diare (21,6%), dan kehilangan nafsu makan (23,7%).
Kesimpulan. Indeks gejala HIV versi Indonesia dapat diandalkan dan valid untuk mengukur gejala pasien HIV / AIDS secara objektif. Gejala yang paling sering adalah kelelahan atau kelemahan, pusing atau sakit kepala ringan, susah tidur, masalah kulit, dan nyeri, mati rasa, atau kesemutan di tangan atau kaki.

Backgrounds. HIV/AIDS is a chronic disease with a wide clinical spectrum which needs a long life treatment, and could decrease quality of life. There is yet a simple tool to evaluate symptoms of HIV infection and treatment s side effect that can be used in outpatient setting. Objective symptoms measurement is important because it is correlated to treatment adherence and progressivity of the disease.
Objective. To assess reliability of Indonesian version of HIV Symptom Index for measuring symptoms of HIV/AIDS patients, and knowing the symptom profile/pattern of HIV/AIDS patients in Indonesia using HIV Symptom Index.
Method. It is a cross sectional study in outpatient HIV/AIDS subjects. Subjects are recruited randomly in Cipto Mangunkusumo Hospital s HIV clinic from September until November 2018. Questionaire reliability assessment was done on 20 subjects, and symptom evaluation is done on 87 subjects. Language adaptation from the original english version into Indonesian was done with Beaton and Guillemin method. Realibility of Indonesian version of HIV Symptom Index was tested by alpha cronbach s a coefficient analysis, and the internal validity was tested with multitrait scaling analysis. The Valid and reliable Indonesian version of HIV Symptom Index is then used to profile the symptom pattern of HIV/AIDS patients in Cipto Mangunkusumo Hospital.
Result. Indonesian version of HIV Symptom Index is reliable (cronbach alpha 0,76) and valid (multitrait correlation >0,4) to measure symptoms of HIV/AIDS patients. The most common symptom is fatigue (55,7%), followed by insomnia (43,3%), dizziness and lightheaded (42.3%), skin problems (42,3%), and pain, numbness, or tingling in the hands or feet (39,2%). The rarest symptoms are fever (15,5%), cough (20,6%), nausea or vomiting (20,6%), diarrhea (21,6%), and lost of appetite (23,7%).
Conclusion. Indonesian version of HIV symptom Index is reliable and valid to measure symptoms of HIV/AIDS patiens objectively. Most frequent symotoms are fatigue or weakness, dizzines or lightheaded, insomnia, skin problems, and pain, numbness, or tingling in the hands or feet.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rostini
"Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap petugas puskesmas terhadap Orang Dengan HIV-AIDS (ODHA) di Kota Bandung melalui pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan data primer di empat puskesmas (Salam, Kopo, Pasundan, dan Ibrahim Adji/Kiaracondong) di Kota Bandung pada bulan Oktober - Nopember 2010.
Hasil penelitian didapatkan 59.6% petugas puskesmas bersikap positif terhadap ODHA. Faktor yang berhubungan dengan sikap petugas puskesmas terhadap ODHA adalah pengalaman menolong ODHA dengan nilai p=0.016 (OR: 4.827, 95%CI: 1.343-17.349). Artinya, petugas puskesmas yang pernah menolong ODHA akan memberi sikap positif terhadap ODHA sebesar 4.8 kali lebih tinggi dibandingkan petugas puskesmas yang belum pernah menolong ODHA setelah dikontrol variabel dukungan rekan kerja. Hasil penelitian kualitatif ditemukan informasi tentang sikap negatif petugas Puskesmas terhadap ODHA dan mutasi petugas Puskesmas yang mengganggu kelancaran pelayanan kesehatan HIV-AIDS di Puskesmas.

The study was designed to explore the relationship of the factors of health center providers attitude toward People Living with HIV-AIDS (PLWH) in HIV-AIDS Care, through quantitative and qualitative approach using primary data in four health centers (Ibrahim Adjie/Kiaracondong, Kopo, Pasundan, and Salam) in Bandung in October - November 2010.
The result showed 59.6% health center providers had positive attitude toward PLWH. Only one factor was significant related to attitude of health center providers toward PLWH with p=0.16 (OR: 4.827, 95% CI: 1.343-17.349). Meaning, there was 4.8 chance for health center providers who had helped PLWH having positive attitude toward PLWH compared with those who never helped PLWH. The qualitative study found negative attitude of health centre providers toward PLWH and mutation of health centre providers was the problem in HIV-AIDS care at health centers in Bandung.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T21797
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>