Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 75696 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lukas Kukuh Dwisarantyo
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh luas panen, jumlah tenaga kerja pertanian, jumlah penggunaan benih, jumlah pemakaian pestisida dan jumlah pemakaian urea terhadap ketersediaan beras di Propinsi Jawa Timur.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder runtut waktu (time series) mulai tahun 1980 hingga 2013. Dalam penelitian ini analisis dilakukan dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Alat bantu dalam mengolah data sekunder ini adalah Program Eviews versi 6.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak keseluruhan variabel bebas yaitu luas panen, jumlah tenaga kerja pertanian, penggunaan pestisida dan konsumsi urea memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap ketersediaan beras.

This study aimed to analyze the influence of the harvested area, the amount of agricultural labor, the amount of use of the seed, the amount of pesticide usage, amount of usage of urea to the availability of rice in the province of East Java.
The data used in this research is secondary data time series from 1980 until 2013. In this research, the analysis was conducted using Ordinary Least Square (OLS). Aids in the processing of secondary data are Eviews program version 6.
The results showed that simultaneous independent variables are the overall harvested area, the amount of agricultural labor, the amount of pesticide usage and the amount of usage of urea significant effect on the availability of rice."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T42760
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Widaningsih
"Pertambahan penduduk dari hari ke hari selalu meningkat, mengakibatkan kebutuhan pangan semakin meningkat pula. Peningkatan produksi pangan memerlukan lahan pertanian, sedangkan lahan pertanian dari hari ke hari luasnya cenderung berkurang.
Oleh karena itu satu-satunya usaha peningkatan produksi pertanian agar dapat mengimbangi pertambahan penduduk adalah melalui intensifikasi pertanian, khususnya melalui peningkatan mutu intensifikasi. Dalam peningkatan produksi pertanian, perlindungan tanaman mempunyai peranan yang penting dan menjadi bagian yang tak dapat dipisahkan dari usaha tersebut. Pestisida merupakan bahan-bahan kimia atau alami yang digunakan untuk mengendalikan populasi organisme pengganggu tanaman (OPT) terutama dengan cara membunuh organisme (hama, penyakit, gulma dan sebagainya).
Penggunaan pestisida meningkat dengan pesat, terutama di negara-negara berkembang, dimana pestisida dianggap sebagai suatu cara mudah untuk meningkatkan produksi dan seringkali secara aktif dipromosikan dan disubsidi. Namun kerugian dan bahaya penggunaan pestisida lambat laun sangat dirasakan oleh manusia diantaranya : hama menjadi resisten terhadap pestisida, yang kemudian memaksa penggunaan pestisida dalam dosis yang lebih tinggi, sehingga akhimya perlu diciptakan pestisida baru dengan biaya semakin mahal. Pestisida bukan hanya membunuh organisme yang menyebabkan kerusakan pada tanaman, namun juga membunuh organisme yang berguna seperti musuh alami hama. Populasi hama dan serangan hama sekunder bisa meningkat setelah penggunaan pestisida (resudensi).
Pestisida yang dipakai di lahan pertanian, hanya sebagian kecil mengenai organisme yang seharusnya dikendalikan, sebagian besar pestisida itu masuk ke dalam udara, tanah, atau air yang bisa membahayakan kehidupan organisme lain. Pestisida yang tidak mudah terurai, akan terserap dalam rantai makanan dan sangat membahayakan serangga, hewan pemakan serangga, burung pemangsa, dan pada akhirnya manusia (bioakumulasi).
Menyadari kian besarnya bahaya penggunaan pestisida, maka pemerintah mengintroduksikan konsep pengendalian berdasarkan pendekatan prinsip ekologis (lingkungan) dan ekonomi serta sosial yaitu Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Introduksi PHT dilakukan melalui penyuluhan rutin dan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu.
Penggunaan pestisida yang tidak selektif dapat menurunkan populasi musuh alami hama, serangga berguna dan makhluk bukan sasaran. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan keragaman spesies (diversitas spesies) dalam ekosistem pertanian tersebut yang mempengaruhi kestabilan ekosistem dan berarti pula telah terjadi penurunan kualitas lingkungan.
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah pemakaian pestisida yang tidak selektif dapat mempengaruhi keragaman spesies serangga di ekosistem sawah?
2. Apakah pemakaian pestisida mempengaruhi populasi serangga hama ?
3. Apakah pemakaian pestisida mempengaruhi populasi serangga musuh alaminya (predator dan parasitoid telur)?
4. Apakah pemakaian pestisida dapat menimbulkan residu pada lahan pertanian dan gabah?
5. Apakah penggunaan pestisida dengan sistem Konvensional/Non PHT pada lahan sawah, efisien dibandingkan dengan sistem PHT?
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menelaah pengaruh pemakaian pestisida pada keragaman spesies/jenis serangga ekosistem sawah.
2. Menelaah pengaruh pemakaian pestisida pada populasi serangga hama.
3. Menelaah pengaruh pemakaian pestisida pada populasi serangga musuh alami (predator dan parasitoid telur).
4. Menelaah ada tidaknya residu pestisida pada lahan pertanian dan gabah.
5. Menelaah efsiensi yang diperoleh jika tidak menggunakan pestisida (sistem PHT).
Hipotesis penelitian ini adalah :
1. Pemakaian pestisida menurunkan keragaman spesies/jenis serangga di ekosistem sawah.
2. Pemakaian pestisida menurunkan populasi serangga hama.
3. Pemakaian pestisida menurunkan populasi serangga musuh alami (predator dan parasitoid telur).
4. Terdapat residu pestisida di lahan pertanian dan pada gabah.
5. Pemakaian pestisida, pada sistem Non PHT/Konvensional tidak efisien dibandingkan sistem PHT.
Metode penelitian eksperimen (Demonstrasi plot) di Desa Telagasari, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Menggunakan tiga petak lahan masing-masing berukuran 500 m2. Design penelitian One Way Anova, yaitu menguji antara petak Kontrol dengan petak PHT dan petak Non PHT. Parameter yang diamati : populasi dan jenis serangga hama; populasi dan jenis musuh alami (predator). Pengambilan sampel dilakukan pada sub-petak (petak contoh permanen) yang ditetapkan berdasarkan Diagonal System, dan pada masing-masing petak perlakuan terdapat 5 sub petak. Data dianalisis menggunakan SPSS (Statistical Produts and Service Solutions) yaitu Uji F atau Analisis Varian (ANOVA).
Hasil Penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Keragaman spesies serangga yang diperoleh pada petak PHT nilai rata-rata sebesar 1.554;1.864 lebih besar dari petak Non PHT (1.127:1.592) dan petak Kontrol (1.380;1.894), pada pertumbuhan fase vegetatif signifikan, dan pada fase generatif tanaman padi, tidak signifikan.
2. Populasi serangga hama ulat daun dan wereng coklat pada fase vegetatif, antara Kontrol (392), PHT (280) dan Non PHT (373) tidak signifikan, sedangkan populasi predator antara Kontrol (583), PHT (470) dan Non PHT (193) signifikan. Populasi serangga hama wereng coklat dan walang sangit (fase generatif sistem PHT (320) dan Non PHT (333) tidak signifikan antar perlakuan, sedangkan populasi predator antara Kontrol (376), PHT (342) dan Non PHT (188) signifikan.
3. Hasil analisis residu pada sampel lahan dan gabah menunjukkan bahwa pestisida yang digunakan selama penelitian di petak Non PHT/Konvensional tidak terdeteksi (tidak meninggalkan residu) demikian juga pada gabah.
4. Jumlah kelompok telur penggerek padi putih tertinggi dijumpai pada petak Kontrol 3 kelompok, diikuti petak PHT 1.66 kelompok dan masing-masing kelompok telur diparasit oleh parasitoid Telenomus sp. (yang persentase tingkat parasitasinya bervariasi), sedangkan terendah pada petak Non PHT yaitu 1.33 kelompok dan tidak terdapat parasitoid Telenomus sp.
5. Hasil gabah Kering Panen per Rumpun pada petak Kontrol dan petak PHT hampir sama (55.150 gramfrumpun), sedangkan pada petak Non PHT lebih rendah yaitu 51.49 gramlrumpun (tidak signifikan).
6. Jumlah malai per rumpun ketiga petak perlakuan hampir sama, pada petak Kontrol (17.99 malai per rumpun), petak PHT (18.14 malai per rumpun) dan Non PHT/Konvensional (18.14 malai per rumpun) dan tidak signifikan.
7. Pelaksanaan sistem PHT lebih efisien dibandingkan dengan sistem Konvensional, terutama terlihat dari penurunan jumlah dan frekuensi penggunaan pestisida. Pemakaian pestisida selama musim tanam menambah input akibat adanya biaya pengendalian OPT sebesar Rp. 628.0001Ha (Enam ratus dua puluh delapan ribu rupiah per hektar), belum termasuk ongkos pengamatan, sedangkan biaya produksi keseluruhan tanpa menggunakan pestisida sebesar Rp. 2.893.0001Ha (Dua juta delapan ratus sembilan puluh tiga ribu rupiah per hektar), jadi penerapan sistem PHT meningkatkan efisiensi sebesar 21.7% dari input.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Keragaman spesies serangga pada ekosistem sawah dengan penerapan sistem PHT, berkisar antara 0.908 sampai 3.122, lebih besar dibandingkan dengan sistem Non PHT yang berkisar antara 0.592 sampai 2.166. Pemakaian pestisida signifikan menurunkan keragaman spesies serangga di ekosistem sawah.
2. Penggunaan pestisida tidak signifikan menurunkan jumiah populasi serangga hama. Jumlah populasi serangga dengan penerapan sistem PHT sebesar 600 per 100 rumpun, sedangkan dengan sistem Non PHT sebesar 706 per 100 rumpun.
3. Penggunaan pestisida signifikan menurunkan jumlah populasi predator di ekosistem sawah. Jumlah populasi predator pada penerapan sistem PHT sebesar 812 per 100 rumpun dan dengan sistem Non PHT sebesar 381 per 100 rumpun. Penggunaan pestisida Spontan 400 WSC dan Furadan 3 G menyebabkan populasi parasitoid Telenomus sp. yang menetas dari telur penggerek batang padi putih (T. innotata) menurun.
4. Pestisida yang digunakan selama penelitian (2 minggu setelah tanam, pertengahan masa tanam dan 2 minggu menjelang panen) belum meninggalkan residu di tanah dan di gabah, namun demikian bukan berarti tidak berpotensi untuk menimbulkan residu. Hasil analisis tanah ditemukan residu pestisida yang tidak digunakan selama penelitian yaltu : 0.0002 ppm Lindane; 0.0002 ppm HEE dan 0.9859 ppm PCP (pada lahan PHT) serta, 0.0021 ppm Lindane; 0.0001 ppm HEE dan 0.1899 ppm PCP (pada lahan Non PHT).
5. Penerapan sistem PHT lebih efisien 21.7% dibandingkan sistem Non PHT/Konvensional yang menggunakan pestisida,dengan tidak memperhatikan Ambang Pengendalian dan keberadaan serangga musuh alami.
The total population is rising from day to day; it's also caused the need of food increasingly. The raise of food production needs a wide agriculture field, while it tends to decrease from day to day.
Therefore, the only effort of agriculture production increase in order to balance the increase population is to intensify the agriculture production, and the plant protection has very important role and to be unseperated part of such efforts. Pesticide is chemical substance or the nature used to control the disturbing organism population of plant (OPT), especially by exterminating the organism (pest, plant disease, weed, etc).
The use of pesticide is rapidly increasing, especially in the developing countries where the pesticide is considered as the easy ways to raise the production and it' frequently and actively promoted and subsidized. But, the loss and danger of pesticide utility is gradually experienced mostly by the people, among other things, the insects would be resistance against the pesticide, and they're forced to use it in the higher dosages. Finally, it's created new pesticide with the higher cost. Pesticide is not only exterminating the organism that caused the damages on the plants, but also exterminating the useful organisms such as natural enemies of insects. The insects? population and secondary insects attack can be increasing after the pesticide kills its natural enemies (resurgence).
The pesticide used in the agriculture field is only a small part about the organisme that should be controlled, and the most part of pesticide mixed in to the air, soil, or water that can be endanger other living organisms. The pesticide that is not easily mixed up, will absorbd in the food chains and it's very dangerous for the insects, insect eater of animal, bird attacker, and human in the end (bioaccumulation).
To realize the great deal of danger of pesticide utility, the Government introduces the control system based on the ecological, economical and social principle approach, namely Integrated Pest Management (IPM).
The introduction of IPM is implemented by giving the intensive information and Integrated Pest Management Field School. The unselected pesticide utility can decrease the natural enemies? population of insects, useful insects, an non-target insects. This case can cause the decrease of species diversity in the agriculture ecosystem that influences the ecosystem stability and it also means that it has decreased the environmental quality.
The problem in this investigation, as follows:
1. Can the unselected pesticide utility influence the species diversity of insects in the rice field ecosystem?
2. Does the pesticide utility influence the population of insects?
3. Does the pesticide utility influence the population of insects as its natural enemy (predators and parasitoids)?
4. Can the pesticide utility cause residual on the rice field and unhusked grains?
5. Will the pesticide utility with conventional system or non-IPM system on the rice field, be efficient than IPM system?
This investigation is intended to:
1. To study the influence of pesticide utility on the diversity of insect species on rice field ecosystem.
2. To study the influence of pesticide utility on the insect population.
3. To study the influence of pesticide utility on the insect population as natural anemy.
4. To study either existed or not of pesticide residual in the rice field and unhusked grains.
5. The pesticide utility, on non-IPM system/conventional system is not efficient than IPM system.
Investigation method experiments in Telagasari District, Telagasari -Subdistrict, Karawang Regency, West Java. By using the three plots of land and each of them has a size 500 m2. The investigation design of One Way Anova, is to examine among the control plot, 1PM plot and non IPM plot. The observed parameters are population and short of insects? species; population and short of natural enemy (predators). The sample catchment is implemented on the subplot (permanent sample plot) stated based on the Diagonal System, and each plot of treatment consists of 5 sub-plots. Analysis data is using SPSS (Statistical product and Service Solution), namely F test or Variant Analysis (Anova).
The result of investigation as follows:
1. The diversity of insect species obtained in IPM plot has average value as much as 1.554; 1.864 higher than Non IPM plot (1.127; 1.592) and Control plot (1.380; 1.894), on growth of significant vegetative phase is significant but generative phase is not significant.
2. Insects population of leave caterpillar and Nilaparvata lugens on the vegetative phase among the control (392), IPM (280) and non IPM (373) are not significant, while the predator?s population among the control (583), IPM (470) and non IPM (193) are significant. Insect population of N. lugens and Leptocorisa acuta on the generative phase among the IPM system (320) and non IPM system (333) are not significant, while the predator population among the control (376), IPM system (342) and non IPM system (188) are significant.
3. The residual analysis result on the soil sample and unhusked grains indicated that pesticide utilized during investigation in the non IPM system is not detected (not leaving residual).
4. Total egg group of Tryporiza inotata is highly found in the control plot (3 group), followed by the 1PM plot (1.66 group) and each of them were parisitating by Telenomus sp parasitoid (whose parasitation level percentage is varied), while the lowest nonlPM plot is 1.33 group and is not found parasitoid Telenomus sp.
5. Harvest of dry unhusked grain each cluster in the control plot and the IPM plot are almost the same (55.150 gram/cluster), while non IPM plot is lower, namely 51.490 gram/cluster (it's not significant).
6. Number of malai each cluster in three plots is almost the same. on the control plot (17.99 malai/cluster) is lower than 1PM plot (18.14 malai/cluster) and non IPM plot (18.14 malai/cluster) and it's not significant.
7. Implementation IPM system is more efficient than conventional/non IPM system, especially seen from the decrease of amount anf frequency of pesticide utility during the planting seasons will increase input resulted from plants-disturbing organism control cost as much as Rp. 628.000,00/Ha (six hundred and twenty eight thousand rupiah per hectare), and it's not included the cost of workers, hire of spray equipment, while the whole production cost without using the pesticide as much as Rp. 2.893.000,00/Ha (two million eight hundred and ninety three thousand rupiah per hectare), so the IPM system is increasing efficiently as much as 21.7 % from input.
The conclusion obtained from this investigation as follows:
1. The diversity of insect species on rice field ecosystem by using IPM system, approximately 0.908 up to 3.122 is higher than the non IPM system (0.592 upto 2.166). The pesticide utility is decreasing significant for diversity of insect species in the rice field ecosystem.
2. The pesticide utility is decreasing not significant for the amount of insect population. Total insect population with the IPM system application as much as 600 per 100 clusters, while using the non IPM system as much as 381 per 100 clusters.
3. The pesticide utility is decreasing significant for the amount of predator population, on the IPM system application as much as 812 per 100 clusters and the nonIPM system as much as 381 per 100 clusters.
4. The pesticide utility of Sponan 400 WSC and Furadan 3 G causes the population of parasitoid Telenomus sp.hatched from eggs of Tryporiza inotata, is decreasing. The pesticide utilized during the investigation is not left the residual in the soil and in the unhusked grains, but its not mean not potential residues. Soil analysis result is found unused residual pesticide during the investigation, namely 0.0002 ppm Lindane; 0.0002 ppm HEE and 0.9895 ppm PCP (on IPM plot) and 0.0021 ppm Lindane; 0.0001 ppm HEE and 0.1899 ppm PCP (on nonIPM plot).
5. The IPM system application is more efficient as much as 21.7 % than the non IPM/conventional system that used the pesticide, without paying attention to control balance and the insects existence as the natural enemies.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T9975
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suroso
"Pestisida adalah suatu senyawa kimia yang merupakan bahan beracun dan berbahaya, yang bila tidak dikelola dengan bijaksana dan baik dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkunganya. Program pengamanan penggunaan pestisida pada tingkat petani kurang memadai, dampak negatifnya dapat berupa keracunan akut atau pun akibat keracunan jangka panjang juga tidak dapat terhindar. Ini terbukti masih tingginya angka keracunan pada petani di Kota Jambi pada tahun 2001.
Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran kondisi keracunan pungguna pestisida pada petani sayur di Kota Jambi. Propinsi Jambi dan fakfor-fakfor apa yang berhubungan dengan keracunan tersebut. Faktor-faktor yang diduga adalah umur, jenis kelamin, lama pendidikan, status pekerjaan petani, pengetahuan, perilaku, penggunaan APD, leas lahan, lama penyemprotan perhari, frekuensi penyemprotan per minggu, lama penanganan, teknik penyemprotan dan jenis/goloragan pestisida yang digunakan.
Penelitian bersifat deskriptif analitik menggunakan metode Observasional dengan desain penelitian kasus kontrol dengan jumlah responden sebanyak 134 petani untuk kasus dan 134 petani untuk kontrol. Hasil uji bivariate dengan menggunakan uji statistik chi-square menunjukan beberapa variabel yang berhubungan signifikan/bermakna adalah variabel umur (p-value = 0,009), perilaku petani (p-value = 0,001), penggunaan APD (p-value = 0,000), lama penyemprotan perjam perhari (p-value = 0,006), dan lama penanganan (p-value = 0,037) dengan kejadian keracunan sebagai variabel dependen, sedangkan untuk hubungan yang tidak signifikan/bermakna adalah variabel jenis kelamin/sex, lama pendidikan responden, pengetahuan, luas lahan, frekuensi menyemprot hari per minggu, teknik penyemprotan, dan jenis/golongan pestisida dengan kejadian keracunan pestisida sebagai variabel dependen.
Dari hasil uji multivariate Regresi Logistik Ganda Prediksi, maka model akhir di dapat adalah variabel umur (p-value = 0,015), perilaku (p-value = 0,000), dan penggunaan alat pelindung diri (p-value = 0,000). Dari ketiga variabel tersebut maka variabel independen yang paling berhubungan adalah perilaku (dilihat dari angka Odds Ratio serbesar yaitu 3,121).
Hasil uji interaksi memberikan petunjuk bahwa hubungan penggunaan APD dengan kejadian keracunan memberikan efek yang berbeda untuk mereka yang berumur muda dan tua, begitu juga sebaliknya hubungan umur dengan kejadian keracunan memberikan efek yang berbeda untuk mereka yang menggunakan APD yang lengkap dan tidak lengkap.
Agar para petani dapat terhindar dan keterpaparan pestisida pada waktu melaksanakan kegiatannya perlu dilakukan intervensi dalam hal penyuluhan, bimbingan dan pembinaan tentang cara-cara penanganan pestisida yang lebih baik dan bijaksana secara lintas sektoral, dan pemantauan oleh instansi yang; berkompeten secara berkesinambungan sesuai dengan bidang tugas masing-masing.
Daftar bacaan : 44 ( 1976 - 2001 ).

Factors Related to the Pesticide Poisoning on Vegetable Farmer in Jambi City in The Year of 2001Pesticide is the poisoned and dangerous chemical agent which mismanagement will result negative impact for environment and human health. In adequate utilization and safety program on fanner has negative impact as acute poisoning or Elm effect of long term can not avoided as well. This is proved by the high level poisoning on the farmer in Jambi in the year of 2002.
The research's objective is to find out the poisoning condition description of pesticide user on vegetable fanner in Jambi, Jambi Province and related factor to the poisoning incident. Sex, Educational, Status of Farmer Job, Knowledge, habitual, occupational application, daily and weekly time of spraying, spraying technique, and pesticide variety, are the suspicious factors of poisoning.
This is an analytic descriptive study, using observational method by case control research design with 134 fanner as case and 134 farmers as control. Bivariate test result using chi-square test show that several significant variable are age (p-value = 0,0009), farmer habit (p-value = 0,0001) APD apply (p-value 0,0000), daily spraying (p-value = 0,0006) and time of handling (p-value = 0,037) with poisoning incident as dependent variable, while insignificant relationship is sex variable, educational background, knowledge, vast of field, weekly frequency of spraying, spraying technique, pesticide variety with poisoning incident as the dependent variable.
From multivariate test, Double prediction of logistic regression, then last model found is age variable (p-value = 0,015), habitual (p-value = 0,0000) and APD application (p-value = 0,0000). The most related variable is habitual (Derived from highest odds ratio of 3,121).
Interaction test show the direction that the relationship of APD application with poisoning incident give different effect for those with old and young of age. Poisoning give the different effect for those who applying completeness and incompleteness of APD.
In order to avoid pesticide exposure in the farmer activity, intervention need to be given in the matter of counseling, guiding how to pesticide handling correctly, and also monitoring by competent authority continuously according to each occupational field.
References: 44 ( 1976 -- 2001 )
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T8589
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Amir Sharifuddin
"ABSTRAK
Pengendalian merupakan kegiatan penting dalam rangka mengatasi masalah kehilangan hasil akibat serangan organisme pengganggu tanaman khususnya tanaman padi sawah. Di antara cara-cara pengendalian yang ada., pengendalian dengan menggunakan bahan kimia (pestisida) yang paling banyak dipakai oleh petani.
Pengendalian organisme pengganggu tanaman dengan berbagai permasalahannya memberikan tantangan yang perlu segera diatasi dalam rangka mengamankan produksi dari gangguan organisme pengganggu.
Perubahan lingkungan hidup buatan karena pestisida terlarang yang dialami petani padi sawah, mengakibatkan kualitas lingkungan hidup menurun. Oleh karena itu menuntut mereka untuk dapat mengembangkan cara-cara pengendalian yang ada dengan jalan melakukan perpaduan antara cara pengendalian yang satu dengan cara pengendalian yang lain atau yang dikenal dengan sebutan PHT (Pengendalian Hama Terpadu). Dari kenyataan di lapangan ternyata terdapat indikasi tentang rendahnya kemampuan petani dalam mengatasi masalah gangguan organisme pengganggu tanaman. Hal ini diduga ada hubungan antara tingkat pendidikan, pengetahuan dan pengalaman dengan penggarapan sawah, cara memilih pestisida terlarang , cara bertindak terhadap pestisida terlarang, kesadaran terhadap bahaya pestisida terlarang, lingkungan dan perizinan pestisida yang berlaku.
Penelitian ini dilakukan di daerah Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat dengan sampel sebanyak 300 petani padi sawah yang berlokasi di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Sukatani dan Kecamatan Tambelang. Sampel ini diambil dengan cara purposive sampling untuk menentukan lokasi penelitian, dan randomize sampling bagi petani penggarap sawah sebagai responden. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mencegah penggunaan pestisida terlarang oleh petani pada lingkungan padi sawah di Kabupaten Bekasi.
Untuk memperoleh data yang diperlukan, menggunakan daftar pertanyaan dan wawancara secara mendalam. Data yang sifatnya kuantitatif dianalisis dengan uji statistik Chi Kuadrat dan Koefisien Kontingensi. Data yang kualitatif dianalisis dengan cara interpretasi dan pemahaman.
Dari analisis data diperoleh bahwa :
1. Serangan serangga hama yang terluas dan dominan menyerang tanaman padi adalah penggerek batang pada varietas IR64 dan Cisadane, di lapangan dikendalikan dengan insektisida karbamat dengan dosis 1-3 1/kg/musim tanam;
2. Umumnya petani padi sawah berstatus penduduk tetap dengan umur terbanyak ditemukan yaitu 35 - 43 tahun dan sudah bermukim di atas 10 tahun dan terbanyak melakukan penggarapan sawah di atas 1 - 3 ha pada sawah milik orang lain;
3. Pekerjaan tetap petani selain bertani ada yang berdagang, buruh harian, pegawai desa dan mengganggur dengan memiliki anggota keluarga terbanyak 4 - 5 jiwa serta berpenghasilan di atas 1 - 2 juta rupiah per tahun dan pengeluaran di atas 100 - 200 ribu rupiah per bulan;
4. Cara petani memilih pestisida terlarang dipengaruhi Oleh pendidikan non formal, pengetahuan dan pengalaman (C.C ' a 0,05), tetapi tidak dipengaruhi oleh pendidikan formal (C.C < a 0,05);
5. Cara petani bertindak terhadap pestisida terlarang dipengaruhi oleh pengetahuan (C.C > a 0,05), tetapi tidak dipengaruhi oleh pendidikan formal, pendidikan non formal dan pengalaman (C.C < a 0,05);
6. Kesadaran petani terhadap bahaya pestisida terlarang dipengaruhi oleh pendidikan non formal, pengetahuan dan pengalaman (C.C > a 0,05), tetapi tidak dipengaruhi oleh pendidikan formal (C.C C a 0,05);
7. Kesadaran petani terhadap lingkungan dipengaruhi oleh pendidikan formal, pendidikan non formal dan pengetahuan (C.C > a 0,05), tetapi tidak dipengaruhi oleh pengalaman (C.C 4 a 0,05);
8. Kesadaran petani terhadap perizinan pestisida dipengaruhi oleh pendidikan formal, pendidikan non formal dan pengetahuan (C.C > a 0,05), tetapi tidak dipengaruhi oleh pengalaman (C.C < a 0,05);
9. Penggarapan sawah dipengaruhi oleh pendidikan non formal dan pengetahuan (C.C > a 0,05), tetapi tidak dipengaruhi oleh pendidkan formal dan pengalaman (C.C < a 0,05).

Control of crop pests has been an important activity in overcoming yield loss problems due to their attack particularly on rice. Among available control method, chemical control is mostly and widely used by farmers. Subsequently, control of crop pests along with the emerging problems give us challenge which should be undertaken, so that crop production can be exempted from pest attack.
Changes in artificial environment due to the use of banned pesticides experienced by farmers have resulted. in the reduction of the environment quality. Therefore, the farmers are demanded to be capable of developing existing control measures and combining them in a compatible manner as well, which is then so called Integrated Pest Management (IPM). However, in fact, there has been an indication on the capability of the farmers in solving this problem. In this case maybe there are relation between levels of knowledge, education, experience with paddy field cultivated, ways of selecting banned pesticides, handling banned pesticides, awareness of banned pesticide danger, their environment, and pesticide permission .
This study was carried out in Kabupaten Bekasi, West Java Province with the sample comparising of 300 rice field farmers. Two kecamatan in this area were chosen, viz. Kecamatan Sukatani and Kecamatan Tambelang. These sample were taken by using purposive method to decide locations of study, and using randomized sampling to select the rice field farmers as the respondents. In general, this study was aimed to figure out the effects of chemical control using banned pesticides to humans and the environment in Kabupaten Bekasi.
To obtain required data, a list of questions and thorough interview were used. Quantitative data were statistically analyzed by using Chi-square test and Coefficient of Contingency (C.C), whereas qualitative data were analyzed with interpretation and comprehension methods.
Data analysis shows that :
1. The stem borer is the predominantly attacking insect pest to rice of IR-64 and Cisadane varieties and is widely present in the rice field. The chemical control is mostly by using carbamate insecticide with the dosage of I - 3 1/kg/planting season;
2. The status of rice farmers is generally residents with the age ranging from 35 to 43 years old and have already resided for more than 10 years. Among these are mostly doing farming on 1 - 3 ha of rice field belonging to others;
3. Instead of farming, farmers also sell things, become daily laborers, village officers, and some others are unemployment. The member of family is mostly 4 - 5 with the income of more than two million rupiah/year and the outcome of more than two hundreds thousand rupiah/month
4. The farmers' way of selecting banned pesticides is influenced with non formal education, knowledge and experience (C.C > a 0.05), but is no influenced with formal education (C.C < a 0.05);
5. The farmers' way of handling banned pesticides is influenced with knowledge (C.C > a 0.05), but is not influenced with formal education, non formal education and experience (C.C < a 0.05);
6. The farmers' awareness to the danger of banned pesticide is influenced with non formal education, knowledge and experience (C.C > a 0.05), but is not influenced with formal education (C.C ? a 0.05);
7. The farmers' awareness to the environment is influenced with formal education, non formal education and knowledge (C.C > a 0.05), but is not influenced with experience (C.C < a 0.05);
8. The farmers' awareness to pesticide approval is influenced with formal education, non formal education and knowledge (C.C > a 0.05), but is not influenced with experience (C.C < a 0.05);
9. Rice cultivation is influenced with non formal education and knowledge (C.C > a 0.05), but is not influenced with formal education and experience (C.C < a 0.05).
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Santosa
"Perlindungan terhadap Petani bawang merah dari bahaya pestisida merupakan suatu tantangan bagi dinas- dinas yang terkait di Kabupaten Brebes. Data hasil uji Cholinesterase darah yang dilakukan Dinas Kesehatan Brebes, dari 1764 sampel darah petani menunjukkan dan 1181 orang ( 66,9 %) masuk kategori normal sedangkan 583 orang ( 33 %) masuk kategori ringan sampai berat.
Thesis ini meneliti faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persepsi petani bawang merah yaitu : kepemilikan lahan, pengetahuan tentang pestisida, masa kerja dan pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3 ).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 dari 4 faktor yang diteliti, hanya 1 faktor yang mempengaruhi persepsi petani bawang merah yaitu pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 ). Bila dilihat lebih jauh, pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3) adalah faktor eksternal yang dapat diintervensi.

Influencing Factors on the Perception Onion Farmer of Pesticide Used at the Brebes ResidenceOnion farmer protection from dangerous pesticides is a big challenge for the institutions at Brebes residence. Health services was reporting a set of data blood cholinesterase test from 1764 blood sample of onion farmer show that 1181 sample (66,%) is normal and 583 sample ( 33% ) are light, middle, and weight.
In this Thesis the writer was doing a research to find out the relationship between a set of factors with onion farmer perception of pesticide used. Those factor are : period of work, the owner of land, knowledge of pesticide, and safety training.
The result of this research show that 1 of 4 factors are significantly influencing onion farmer perception, that is safety and occupational health training. When we look deeper , safety and occupational health training is a external factors that is something intervened able.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13179
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reyna Rachmanniar
"Pestisida golongan organo fosfat dan karbamat adalah pestisida yang paling banyak digunakan petani dalam membasmi serangga dan merupakan golongan pestisida yang dapat menurunkan aktifitas enzim kolinesterase dalam darah manusia yang terpapar pestisida. Tinggi rendahnya aktivitas enzim kolinesterase menjadi indikator tinggi rendahnya tingkat keracunan dan dapat dijadikan indikasi keberadaan pestisida dalam darah. Populasi studi penelitian ini adalah seluruh petani holtikultura yang rentan terpajan pestisida di wilayah Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Penelitian menggunakan studi analitik observasional dengan desain cross-sectional, danjumlah sampel sebanyak 57 petani penyemprot. Pengumpulan data dengan cara wawancara dan pemeriksaan enzim kolinesterase pada darah petani di Balai Besar Laboratorium Kesehatan BBLK Jakarta dengan metode spektrofotometri. Hasil penelitian menunjukan 25,5 sampel darah tidak normal atau 14 orang dengankadar enzim kolinesterase dibawah 5,4 kU/L. Usia Petani penyemprot 50,9 masih berusia produktif yaitu antara 18 sampai 49 tahun. Berdasarkan statistik, faktor umur, status gizi, frekuensi pajanan, durasi kerja, penggunaan alatpelindung diri APD dan tingkat pengetahuan petani tentang pestisida tidak berhubungan dengan kadar enzim cholinesterase dalam darah petani sayuran.

Organophosphate and carbamate pesticides are the most widely used pesticides of farmers in eradicating insects and are a class of pesticides that can decrease Cholinesterase enzyme activity in human blood exposed to pesticides. The lowlevel of cholinesterase enzyme activity is an indicator of the high level ofpoisoning and can be an indication of the presence of pesticides in the blood. Thestudy population of this study is all horticultural farmers who are vulnerable toexposure to pesticides in the area of Desa Cibodas Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. The study used an observational analytical study with cross sectional design, and a sample size of 57 farmers. Data collectionby interviewing and examination of cholinesterase enzyme on farmer 39's blood at Balai Besar Laboratorium Kesehatan BBLK Jakarta by spectrophotometric method. The results showed 25.5 abnormal blood sample or 14 people with cholinesterase enzyme levels below 5.4 kU L. Age of sprayer Farmers 50.9 are still productive age between 18 to 49 years. Based on statistics, age factor, nutritional status, exposure frequency, duration of work, use of personal protective equipment PPE and the level of knowledge of farmers about pesticides are not related to cholinesterase enzyme levels in the blood of vegetable farmers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69587
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Berliana Nur Kholila
"ABSTRAK
Meningkatnya pertumbuhan penduduk menyebabkan pemenuhan kebutuhan pangan juga meningkat. Hal ini menyebabkan petani akan semakin intensif dalam pemanfaatan pestisida. Kecamatan Cakung adalah salah satu kecamatan yang dipertahankan sebagai zonasi pertanian sawah sehingga pemerintah mulai memperkenalkan biopestisida untuk kegiatan pertanian. Penggunaan biopestisida menjadi alternatif menggantikan pestisida untuk menjaga hasil panen. Masalah dalam penelitian ini adalah belum diketahui persepsi petani tentang biopestisida dan strategi penerimaan biopestisida untuk kegiatan pertanian. Tujuan penelitian ini adalah menyusun strategi penerimaan biopestisida oleh petani berdasarkan persepsi petani. Metode yang digunakan adalah metode campuran (mixed method) dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi agar petani menerima biopestisida untuk kegiatan pertanian adalah penyuluhan yang disertai dengan pendampingan berkala oleh aktor pemerintahan. Kesimpulan penelitian ini adalah penerimaan biopestisida oleh petani dapat dilakukan dengan melakukan penyuluhan dan pendampingan berkala.

ABSTRACT
Increasing growth of population causes the increment of food needs fulfillment. This will cause farmers to be more intensive in using pesticides. Cakung Subdistrict is one of the subdistricts that is maintained as agriculture zoning, so that biopesticides for agriculture are introduced. The use of biopesticides has become an alternative to replace pesticides. The problems in this research are the unknown perception of farmers regarding biopesticides and strategies for accepting biopesticides for agricultural activities. The purpose of this study is to develop strategies for acceptance of biopesticides by farmers based on perceptions of farmers. This research used a mixed method with a quantitative approach. The results of this research indicate the strategy for farmers to accept biopesticides for agricultural activities is counseling accompanied by periodic assistance by government actors. The conclusion of this study is the acceptance of biopesticides by farmers can be done by conducting regular counseling and assistance."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Afni Afifah
"Latar belakang: Produktivitas pertanian yang tinggi di Kabupaten Brebes berpotensi untuk menimbulkan berbagai gangguan kesehatan akibat pestisida pada pekerja tani. Beberapa penelitian sebelumnya pada lokasi yang sama menunjukan bahwa terdapat beberapa efek kesehatan, baik akut maupun kronis yang dialami pekerja tani akibat pajanan pestisida.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran golongan pestisida yang banyak digunakan, aktivitas enzim kolinesterase darah, gejala gangguan saraf, dan gejala gangguan kulit serta hubungannya dengan faktor lama pajanan dan karakteristik individu.
Metodologi: Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes. Sampel merupakan petani dan buruh tani pada lima desa di Kecamatan Kersana yang berjumlah 121 responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode quota sampling. Data dikumpulkan melalui wawancara terstruktur, pengukuran status gizi, dan pengukuran enzim kolinesterase darah.
Hasil: Penelitian ini menunjukan bahwa pestisida yang paling banyak digunakan adalah golongan piretroid dan avermektin (26%). Terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah gejala gangguan saraf dengan lama pajanan per minggu (p=0,015). Hubungan yang signifikan juga terdapat antara jumlah gejala gangguan kulit yang dialami dengan faktor lama bekerja (p=0,045), lama pajanan per minggu (p=0,005), umur (p=0,002), jenis kelamin (p=0,044), dan kebiasaaan cuci tangan setelah bekerja dengan pestisida (p=0,000).
Kesimpulan: Pestisida yang paling banyak digunakan adalah golongan piretroid dan avermektin. Terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah gejala gangguan saraf dengan lama pajanan per minggu. Hubungan yang signifikan juga terdapat antara jumlah gejala gangguan kulit yang dialami dengan faktor lama bekerja, lama pajanan per minggu, umur, jenis kelamin, dan kebiasaaan cuci tangan setelah bekerja dengan pestisida.

Backgrounds: Brebes Region is one of various region which has high productivity in agricultural products, so this region has a potency for any health effects due to pesticide exposure. Several studies have shown that many health effects has occured in agirucultural workers in Brebes.
Objectives: This research’s objectives are knowing the groups of pesticide that commonly used, red blood cell cholinesterase activity, symtomps of neurological and skin disorders and their associatons with length of exposure and individual characteristics.
Methods: This research is located on Kersana sub-District, Brebes District, Central Java. Samples are farmers and fam labourers who live in five village on Kersana District. The number of samples is 121 persons. Quota sampling methods hava chosen by researchers to collect the samples. Data collecting was done by structured-interview, cholinesterase measurement, and nutritional status measurement.
Results: The result has shown that pesticide group which commonly used are phyretroid and avermectin. There is an significant association between the number of neurological disorders and length of exposure in week (p=0,015). There are also significant association between the number of skin disorders with working periods (p=0,045), length of exposure in week (p=0,005), age (p=0,002), gender (p=0,044), and hand-washing behaviours after working with pesticides (p=0,000).
Conclusions: Pesticide group which commonly used are phyretroid and avermectin. There is an significant association between the number of neurological disorders and length of exposure in week. There are also significant association between the number of skin disorders with working periods, length of exposure in week, age, gender, and hand-washing behaviours after working with pesticides.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56246
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risa Arrahmi Ekaputri
"Pestisida dipercaya dapat menurunkan populasi hama dengan cepat sehingga meluasnya hama dapat dicegah. Residu pestisida menimbulkan efek yang dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan kesehatan berupa gangguan pada sistem syaraf serta metabolisme enzim. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar residu pestisida yang terdapat dalam buah apel, anggur, pir dan stroberi. Sebuah metode Liquid Chromatography-tandem Mass Spectrometry (LC-MS/MS) yang cepat dan sensitif, dalam mode ionisasi elektrospray positif, telah dikembangkan untuk penentuan multi-kelas pestisida. Ekstrak diperoleh dengan menggunakan asetonitril dengan teknik preparasi sampel berbasis QuEChERS (quick, easy, cheap, effective, rugged and safe). Untuk acuan uji digunakan 3 jenis bahan aktif pestisida dari 2 golongan organofosfat dan karbamat.
Dari metode validasi yang dilakukan, diperoleh nilai koefisien korelasi, R2 ≥ 0,996 dengan rentang 0-1000 ppb dan 0-1 ppm. Rentang batas deteksi (LOD) dan batas kuantisasi (LOQ) dari ketiga senyawa berkisar dari konsentrasi 0,01 ppm - 0,215 ppm. Persen perolehan kembali berkisar antara 38%-44% dengan standar deviasi relatif <16%. Persen perolehan kembali yang rendah dikarenakan komponen matriks yang terdapat dalam sampel dan juga nilai LOD yang rendah sehingga sensitivitas alat berkurang.
Berdasarkan hasil analisis, pestisida dimetoat tidak terdapat dalam sampel buah anggur, stroberi, dan pir yang telah diuji. Sedangkan, residu pestisida karbaril dan klorpirifos ditemukan dalam buah-buahan tersebut dengan intensitas yang sangat rendah sehingga tidak terdeteksi oleh alat karena berada dibawah batas deteksi. Sehingga disimpulkan bahwa buah-buahan tersebut masih aman untuk dikonsumsi karena berada dibawah Batas Maksimum Residu yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional dalam SNI 7313:2008.

Pesticides are believed to reduce the population of pests quickly so the widespread of pests can be prevented. The effects of pesticide residues in the long term can lead to health problems such as interference with the nervous system and metabolic enzymes. The purpose of this research is to determine the pesticide residues found in apples, grapes, pears and strawberries. Samples taken at random, from traders and supermarkets in the area of Depok. A rapid and sensitive liquid chromatography-tandem mass spectrometry method, in electrospray ionization positive mode, has been developed for the determination of selected multi-class pesticides. Extracts were obtained using the acetonitrile- based QuEChERS (quick, easy, cheap, effective, rugged and safe) sample preparation technique. For the reference test used 3 types of active ingredients from two groups of pesticide which is organophosphates and carbamates.
Based on the validation methods, R2 values obtained ≥ 0,996 with a range of 0-1000 ppb and 0-1 ppm. Limit of Detection (LOD) and Limit of Quantitation (LOQ) of the third compound concentrations ranged from 0,01 ppm - 0,215 ppm. Percent recoveries ranging from 38%-44% with relative standard deviations <16%. Percent recoveries was low due to matrix components present in the sample and a low LOD?s value so that the instrument sensitivity is reduced. Data analysis samples were then interpreted, and the figures obtained were compared with standard Maximum Residue Limit pesticides listed in ISO 7313:2008.
Based on the analysis, pesticide dimethoate was not present in samples of grapes, strawberries, and pears that have been tested. However, karbaril and chlorpyrifos pesticide residues found in these fruits with a very low intensity so that was not detected by the instrument because it is below the limit of detection. Thus concluded that the fruit is still safe to eat because they are under Residue Limit set by Badan Standardisasi Nasional in SNI 7313:2008.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S45049
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: John Wiley & Sons, 1981
628.54 ANA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>