Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108041 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gryselda
"Latar belakang: Tangan adalah alat yang sangat penting untuk melakukan berbagai gerakan. Adanya kelainan pada fungsi tangan dapat menyebabkan terganggunya aktivitas seseorang. Sindrom terowongan karpal merupakan salah satu penyakit neurologis pada tangan yang paling sering ditemui.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai skala status fungsi pada pasien dengan sindrom terowongan karpal di Departemen Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Metode: Penelitian ini dilakukan dengan metode potong lintang. Sumber data pada penelitian ini adalah rekam medis pasien sindrom terowongan karpal dari Departemen Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Pengambilan data dimulai dari Januari 2014 sampai Januari 2015. Dari sebanyak 106 pasien sindrom terowongan karpal yang ditemukan, sebanyak 13 pasien memenuhi kriteria inklusi penelitian ini.
Hasil: Dari total 13 pasien (20 tangan), ditemukan bahwa perempuan (76,9%), kelompok umur 46-55 tahun (46,2%), normal BMI (53,8%), pasien yang bekerja di bidang administrasi (38,5%), keterlibatan tangan bilateral (53,8%) dan pasien dengan sindrom terowongan karpal derajat 3 (35%) berkontribusi untuk persentase tertinggi pasien sindrom terowongan karpal dalam penelitian ini.

Background: Hands are extremely important organs that help us to do various movements. Any abnormalities on the function of the hand could negatively affect a person?s activities. Carpal tunnel syndrome is one of the most common neurological defect that affect hands.
Aim: This study was conducted to know the value of functional status scale of carpal tunnel syndrome patients in Department of Rehabilitation Medicine, Cipto Mangunkusumo Hospital.
Methods: This study was conducted with cross-sectional method. The source of data in this study was medical records of carpal tunnel syndrome patients in Department of Medical Rehabilitation, Cipto Mangunkusumo Hospital. The data was nested from January 2014 to January 2015. From 106 carpal tunnel syndrome patients found, 13 patients fulfilled the inclusion criteria of this research.
Results: From a total of 13 patients (20 hands), it was found that female (76.9%), age group of 46-55 years old (46.2%), normal BMI (53.8%), office administrator (38.5%), bilateral hand involvement (53.8%) and patients with carpal tunnel syndrome grade 3 (35%) contribute for the highest percentage of carpal tunnel syndrome patients in this study.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hernawan
"Latar Belakang. Perkembangan teknologi dan meningkatnya peran penggunaan tangan di bidang industri, rumah tangga dan perkantoran akan meningkatkan angka kejadian STK. Hal ini akan memiliki dampak negatif di bidang medis, sosial dan ekonomi. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) berguna sebagai penunjang dalam mendiagnosis STK. Kemajuan dalam kualitas dan portabilitas USG telah menempatkan USG sebagai alat pilihan dalam penelitian dan penerapan klinis di bidang neurologi. USG mudah dijumpai di pelayanan kesehatan, memiliki biaya yang murah, waktu pemeriksaan yang singkat dan tidak invasif, serta memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang cukup baik dalam mendiagnosis STK.
Metode. Desain penelitian berupa studi potong lintang. Subyek penelitian adalah pasien Poliklinik Neurologi RSCM yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Subyek diperoleh secara konsekutif. Pada subyek dilakukan wawancara, pengisian kuesioner, pemeriksan fisik, elektroneurografi dan ultrasonografi di Poliklinik Neurologi RSCM. Dilakukan analisis data menggunakan perangkat SPSS 17.0.
Hasil. Diperoleh 58 subyek tangan yang masuk kriteria inklusi. Sensitivitas dan spesifisitas kombinasi gambaran klinis dan USG adalah 86,04% dan 73,33%. Sedangkan akurasi kombinasi gambaran klinis dan USG sebesar 82,75%. Terdapat kesesuaian antara pemeriksaan kombinasi klinis dan USG dengan kombinasi klinis dan elektroneurografi dalam mendeteksi STK (kappa = 0,70).
Kesimpulan. Nilai sensitivitas kombinasi gambaran klinis dan USG sama dengan elektroneurografi. Sedangkan spesifisitas kombinasi gambaran klinis dan USG lebih rendah daripada elektroneurografi. Kombinasi gambaran klinis dan USG dapat digunakan sebagai alternatif pemeriksan dalam mendiagnosis STK.

Background. Technological development and the increased use of hands in the fields of industrial, household and office space will increase the prevalence of Carpal Tunnel Syndrome (CTS). This will have a negative impact on medical science, social and economic. Ultrasonography (USG) is useful to support diagnosis of CTS. Progress in the quality and portability of ultrasound has placed ultrasound as a chosen instrument in research and clinical application in the field of neurology. USG is easily found at the health centers, has a lower cost, a short examination time and not invasive, as well as having superior specificity and sensitivity is good enough in diagnosing CTS.
Method. A cross-sectional sectional study was conducted. The research subject were patients of the Neurology Clinic of RSCM Hospital who meet all of the inclusion and exclusion criteria.
Result. Fifthy eight hands were included in this study. The sensitivity and specificity of the combination of clinical features and ultrasonography were 86.04% and 73.33%. While, the accuracy of the combination of clinical features and ultrasonography was 82.75%. There is a conformity between the combination of clinical features and ultrasound with a combination of clinical picture and electroneurography in diagnosing CTS (kappa = 0.70).
Conclusion. The combination of clinical features and ultrasonography has similar sensitivity with electroneurography. Meanwhile, the specificity of the combination of clinical features and ultrasonography is inferior to electroneurography. Thus, the combination of clinical features and ultrasonography can be used as an alternative to electroneurography in diagnosing CTS.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lidya Meidania
"Kanker nasofaring KNF masih menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Kanker nasofaring merupakan salah satu kanker terbanyak di Indonesia, dengan estimasi insidens 6,2/100.000 populasi atau 12.000 kasus baru per tahun. Sayangnya masih banyak kasus yang tidak tercatat karena banyak faktor, salah satunya adalah belum adanya sistem registrasi kanker nasional. Pada kebanyakan negara berkembang, registrasi kanker berawal dari rumah sakit. Sistem registrasi kanker berbasis rumah sakit atau Hospital Based Cancer Registry HBCR merupakan sumber data penting untuk registrasi kanker berbasis populasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil pasien dan tatalaksana pasien KNF di RSUPN Cipto Mangunkusumo RSCM berdasarkan data HBCR. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif terhadap seluruh pasien KNF periode Januari-Desember 2013 yang teregistrasi di HBCR RSCM. Didapatkan 299 pasien KNF, dengan rasio laki-laki dibandingkan wanita 2,4:1. Median usia adalah 47 tahun, dengan mayoritas pasien berusia 41-50 tahun 27,4. Karsinoma nasofaring tidak berdiferensiasi merupakan jenis histopatologi terbanyak 85. Mayoritas pasien terdiagnosa sebagai stadium lokal lanjut, terbanyak stadium IVA 33,9. Kemoradiasi masih menjadi terapi utama untuk stadium lokal lanjut 84,1, dan kemoterapi untuk stadium lanjut 83,9. Secara umum, karakteristik pasien pada penelitian ini selaras dengan penelitian-penelitian KNF terdahulu di Indonesia.

Nasopharyngeal cancer NPC remains as part of Indonesia health burden. It is one of most common cancers in Indonesia, with an overall incidence estimated at 6,2 100.000 or 12.000 new cases per year. Unfortunately, many of these cases are unregistered due to several factors, such as lack of national cancer registry. In most developing countries, cancer registration often begin in hospitals. Hospital Based Cancer Registry HBCR provides the initial and major source of information on patients that leads to the set up of a population based registry. This study was conducted to determine NPC patient and treatment profile in Cipto Mangunkusumo Hosiptal, based on HBCR data. This was a descriptive retrospective study of all registered NPC patient in HBCR, from January December 2013. In this study, there were 299 NPC patients, with a male to female ratio of 2,4 1. Median age was 47 years old, with majority of age between 40 49 years old 27,4. Most common type of histology was undifferentiated NPC 85. Most patients presented with locally advanced disease, with majority of stage IVA 33,9. Chemoradiation remains as standard treatment for locally advanced NPC 84,1 and chemotherapy for metastatic NPC 83,9. This study showed that overall NPC patients characteristics in Cipto Mangunkusumo were similar with NPC patients profile in prior Indonesia NPC studies. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ngakan Putu Daksa Ganapati
"ABSTRAK
Ketersediaan data mengenai kanker di Indonesia masih sangat rendah. Pengumpulan data kanker sangat erat kaitannya dengan registrasi kanker. Registrasi kanker didefinisikan sebagai proses yang berkelanjutan dalam pengumpulan data secara sistematis pada kejadian dan karakteristik neoplasma. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil epidemiologi penyakit kanker pada tahun 2008-2010 di RSUPN Cipto Mangunkusumo RSCM . Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif cross sectional terhadap seluruh penyakit kanker periode Januari 2008 - Desember 2010 yang teregistrasi di HBCR RSCM 2008-2012. Didapatkan 10.865 kasus kanker, dengan rasio laki-laki dibandingkan wanita 1:1,7. Mayoritas pasien berusia 45-54 tahun, sebagian besar penderita berdomisili di luar jakarta. Data pekerjaan tidak tercatat dengan baik, namun untuk yang diketahui jenis pekerjaannya, ibu rumah tangga adalah yang terbanyak. Berdasarkan lokasi tumor, kanker serviks menempati urutan pertama, diikuti oleh kanker payudara, kanker nasofaring, keganasan sistem hematopoetik dan kanker pada kelenjar getah bening. Untuk jenis kelamin perempuan, penyakit kanker tersering adalah kanker serviks, diikuti kanker payudara, kanker ovarium, keganasan sistem hematopoetik, serta kanker tiroid. Sedangkan pada jenis kelamin laki-laki ditemukan jenis kanker tersering adalah kanker nasofaring diikuti dengan keganasan sistem hematopoetik, kanker kelenjar getah bening, kanker hati dan kanker kulit. Data mengenai stadium pada penelitian ini sangat rendah, dikarenakan pencatatan yang tidak memadai. Morfologi tersering untuk 5 jenis penyakit kanker tersering adalah karsinoma sel skuamosa tidak berkeratin kanker serviks , karsinoma duktal invasif kanker payudara , karsinoma sel skuamosa tidak berkeratin kanker nasoaring , leukemia limfoblastik akut keganasan sistem hematopoetik dan limfoma maligna non hodgkin kanker kelenjar getah bening . Secara umum, karakteristik pasien pada penelitian ini selaras dengan data HBCR terdahulu di RSCM ABSTRACT The availability of cancer data in Indonesia is still very low. Cancer data collection is closely associated with cancer registration. Cancer registration defined as a continous process in a systematic data collection of incidence and characteristics of the neoplasm. This study provides an overview of cancer epidemiology at Cipto Mangunkusumo 2008 2010. This study is a descriptive cross sectional study of all registered cancer patients from January 2008 December 2010 in Cipto Mangunkusumo Hospital Based Cancer Registry 2008 2012 The result are as follows frequency of cancer in RSCM during 2008 2010 were 10,865 cancer cases. The number of male patients compared with female was 1 1.7. The peak age is 45 54 years old. During 2008 2010, RSCM serve more cancer patients from outside of Jakarta than from Jakarta, most frequent jobs were housewives. Based on location, cervical cancer, breast cancer, nasopharynx cancer, malignancies of hematopoietic and reticuloendothelial systems, and lymphnodes malignancies are the most common cancer type. For female, the most common cancer cases are cervical, breast, ovarian, hematopoietic and reticuloendothelial systems and tiroid. For male, the most common cancer cases are nasopharynx, hematopoietic and reticuloendothelial systems, lymph nodes, liver and skin. Data on the stage of disease in this study was very little due to inadequate medical report recording.Most common Histopathological types were non keratinized squamous cell carcinoma cervical , invasive ductal carcinoma breast , non keratinized squamous cell carcinoma nasopharynx , acute lymphoblastic leukemia hematopoietic and reticuloendothelial systems , and malignant lymphoma non hodgkin lymph nodes . This study showed that characteristics of cancer patients in Cipto Mangunkusumo were similar with patients profile in prior RSCM HBCR Studies."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T55694
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fachrull
"Latar belakang : Tumor mediastinum memiliki angka kematian yang tinggi dari keseluruhan pasien dengan massa mediastinum. Saat ini sudah ada kemudahan akses untuk mendapatkan pelayanan diagnosis histopatologi dan pembiayaan pengobatan tumor mediastinum, namun belum ada penelitian mengenai kesintasan 1 tahun tumor mediastinum sebelumnya. Oleh karena itu, penelitian dilakukan untuk melakukan penilaian profil tumor mediastinum dan kesintasan 1 tahun di RSCM.
Tujuan : Mengetahui profil dan kesintasan 1 tahun tumor mediastinum di RSCM.
Metode : Studi potong lintang dilakukan untuk menilai profil dan kesintasan 1 tahun tumor mediastinum. Studi dilakukan dengan menelusuri rekam medik 104 pasien yang telah didiagnosis tumor mediastinum di RSCM selama bulan Januari 2011-Juni 2018.
Hasil : Dari 721 pasien yang rekam mediknya ditelusuri, sebanyak 104 pasien (67 pria dan 37 wanita) dengan usia rerata 44,33 ± 15,79 tahun dijadikan sampel setelah melalui kriteria eksklusi. Manifestasi klinis ditemukan pada 100 pasien dengan gejala terbanyak ialah sesak napas (60 kasus). Mediastinum anterosuperior menjadi lokasi terbanyak tumor mediastinum (85 kasus). Jenis tumor yang paling sering ditemukan ialah timoma (31 kasus). Dua puluh satu pasien menjalani biopsi insisi untuk mendapatkan diagnosis histopatologi. Sebanyak 62 pasien memiliki riwayat pengobatan dengan pengobatan terbanyak adalah operasi (28 kasus). Kesintasan 1 tahun tumor mediastinum di RSCM sebesar 62% dengan mean survival 9,25 bulan (8,29 -10,2 bulan).
Kesimpulan : Didapatkan profil tumor mediastinum yang bervariasi dibandingkan penelitian-penelitian sebelumnya, serta kesintasan 1 tahun tumor mediastinum di RSCM pada rentang Januari 2011-Juni 2018. Diperlukan penelitian lanjutan dengan sampel yang lebih banyak meliputi center lain di Indonesia untuk dapat menggambarkan profil dan kesintasan tumor mediastinum secara Nasional.

Background : Mediastinal tumor has a high mortality rate among patients with mediastinal mass. There are some improvement to histopathological diagnosis service and treatment access for mediastinal tumor recently, but no recent studies about 1-year survival rate of mediastinal tumors. Therefore, this research was done to assess mediastinal tumor profile and 1-year survival rate at RSCM.
Aim : To assess mediastinal tumor profile and 1-year survival rate at RSCM.
Methods : Cross-sectional design was used to assess mediastinal tumor profile and its one-year survival rate. This study was done by exploring 104 medical records of patients diagnosed with mediastinal tumor at RSCM during January 2011-June 2018.
Results : From all 721 patientss medical records explored, there are 104 patients was taken as samples following exclusion criteria, including 67 males and 37 females with mean age of 44,33 ± 15,79 years. Clinical manifestation was found in 100 patients, with dyspnea was the most common symptom (60 cases). Anterior superior mediastinal area was the most common location of mediastinal tumor (85 cases). The most frequent tumor found was thymoma (31 cases). Twenty one patients underwent incisional biopsy to achieve histopathological diagnosis. A total of 62 patients had treatment history with the most common treatment was surgery (28 cases). One-year survival rate of mediastinal tumor at RSCM was 62% with mean survival of 9,25 months (8,29-10,2 months).
Conclusion : Mediastinal tumor profiles in our series varied from some previously published reports. We reported 1-year survival of mediastinal tumors in the RSCM in during January 2011-June 2018. Further studies are needed with more samples covering other centers in Indonesia to be able to describe national profile and survival of mediastinal tumors."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gisheila Ruth Anggitha N.
"Preeklampsia merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas maternal maupun perinatal di Indonesia. Suatu studi menyatakan Preeklampsia Berat (PEB) merupakan penyebab kematian ibu sebesar 1,5-25% dan bayi 45-50% di Indonesia. Status paritas dinilai menjadi salah satu faktor penting terhadap tingginya angka kejadian PEB. Walaupun sudah cukup banyak studi epidemiologi mengenai kaitan antara PEB dan paritas, sangat disayangkan RSUPN Cipto Mangunkusumo (RSCM) sebagai rumah sakit pusat rujukan nasional belum pernah melaporkan data serta analisis kasus PEB.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan informasi tentang distribusi karakteristik sosiodemografi pasien RSCM, prevalensi PEB di RSCM, serta hubungan antara status paritas dan PEB. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah potong lintang. Data dikumpulkan dengan menggunakan rekam medis pasien Departemen Obstetri Ginekologi RSCM sepanjang tahun 2011. Dari 2517 data, 2462 data memenuhi kriteria yang kemudian dianalisis dengan menggunakan uji Chi-square.
Pada penelitian ini ditemukan karakteristik sosiodemografi pasien hamil RSCM berasal dari Jakarta (79,05%), beragama Islam (87,98%), pendidikan terakhir SMA (35,2%), ibu rumah tangga (71%), dan menggunakan jaminan persalinan (44%). Prevalensi angka kejadian PEB di RSCM tahun 2011 sebesar 16,4%. Status paritas memiliki hubungan yang signifikan dengan prevalensi angka kejadian PEB di RSCM tahun 2011, dengan proporsi angka kejadian PEB paling tinggi ada pada kelompok grande multipara (24,3%).

Preeclampsia is one of the major causes of maternal and fetal morbidity and mortality in Indonesia. One study showed that severe preeclampsia caused 1,5-25% of maternal death and 45-50% of neonatal death in Indonesia. Parity seems to become one of the major risk factors that contribute to the high incidence of severe preeclampsia. Although there have been many studies about epidemiology of correlation between parity and preeclampsia, RSUPN Cipto Mangunkusumo (RSCM) as a central national refferal hospital has not yet reported any data and analysis about severe preeclampsia case.
The aim of this study was to know about the characteristics sosiodemographic of obstetric patients, prevalence of severe preeclampsia, and relationship between parity and prevalence of severe preeclampsia in RSCM in 2011. The method used in this study was cross sectional. The data were obtained from medical record of all patients from Department Obstetric Gynecologic RSCM in 2011. From 2517 data, 2462 data were fulfilled research criteria, and were analyzed using Chi-Square test.
Through this study, we obtained some characteristics of maternal in RSCM, i.e. originated from Jakarta (79,05%), Moslem (87,98%), last educational was high school (35,2%), housewife (71%), and had labor inssurance (44%). Prevalence of severe preeclampsia in RSCM in 2011 was 16,4%. There was a significant relationship between parity and incidence of severe preeclampsia in RSCM in 2011 (p=0,002), which the highest proportion of incidence severe preeclampsia was in the grande multipara group (24,3%).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Ginanda Putra
"Pendahuluan: Penelitian ini bertujuan mendapatkan profil pasien adenokarsinoma buli secara komprehensif di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dari tahun 1995-2012.
Metode: Studi ini menggunakan rancangan deskriptif potong lintang. Data sekunder dikumpulkan secara retrospektif dari rekam medis Departemen Urologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dari tanggal 1 Januari 1995 - 31 Desember 2012. Pasien dengan adenokarsinoma buli dikategorikan menggunakan stadium berdasarkan sistem TNM/AJCC 2010. CT scan dilakukan untuk penentuan stadium adenokarsinoma buli.
Hasil: Terdapat 45 pasien, yang terdiri dari 12 (26,7%) wanita dan 33 (73,3%) laki-laki. Umur rerata pasien adalah 46.04±13,50 (18-72) tahun. Riwayat batu buli ditemukan pada 11 (24,4%) dari total 45 pasien. Pada umumnya pasien didiagnosis pada stadium IV dan hanya sebagian kecil yang didiagnosis pada stadium I. Terdapat 16 (35,5%) pasien dengan metastase pada awal didiagnosis. Pada umumnya, (64,4%) pasien hanya dilakukan TUR-BT. Sebelas (24%) pasien dilakukan tindakan sistektomi. Pasien lainnya juga diberikan radioterapi (6,7%) dan kemoterapi (4,4%).
Kesimpulan: Insiden adenokarsinoma buli pada penelitian ini ditemukan lebih tinggi dibandingkan penelitian sebelumnya di negara-negara berkembang lainnya. Beberapa karakteristik pasien dengan adenokarsinoma buli di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo memiliki kesamaan dengan negara lain dalam hal jenis kelamin yang dominan, penentuan stadium pada saat ditegakkan diagnosis, dan jenis operasi yang dilakukan. Usia pasien saat pertama kali didiagnosis adenokarsinoma buli di Indonesia pada umumnya lebih muda dan seperempat dari total pasien memiliki riwayat batu buli.

Introduction: The aim of this study was to get a comprehensive profile of bladder adenocarcinoma patient at "CiptoMangunkusumo" Hospital from 1995 to 2012.
Method: This was a descriptive cross-sectional study. Secondary data were obtained retrospectively from Departement of Urology,"CiptoMangunkusumo" Hospital medical record from 1st January 1995 to 31st December 2012. Staging of bladder adenocarcinoma patients were based on TNM/AJCC 2010. CT scan was performed as staging procedure of bladder adenocarcinoma.
Results: There were 45 patients which were 12 female (26,7%) and 33 male (73.3%). Mean of subjects?s age (n=45) was 46.04±13,50 (18-72) years old. History of bladder stone was found in 11 of 45 patients (24,4%). Most patients were diagnosed at stage IV and only small percentage were diagnosed at stage I. There were 16 patients (35,5%) with metastases at time of first diagnosis. Most of our patients (64.4%) were treated with TUR-BT only. Eleven (24%) patients were treated with cystectomy. The rest of the patient was performed radiotherapy (6,7%) and chemotherapy(4,4%).
Conclusion: Several characteristics of bladder adenocarcinoma patients in "Cipto Mangunkusumo" Hospital are similar with studies in other countries in parts of gender predominant, staging at first diagnosed, and type of surgery performed. Age at first diagnosed with bladder adenocarcinoma tend to be younger in Indonesia, and one fourth of our patients presented with history of bladder stone.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Batubara, Velanie Frida
"Latar belakang: Malnutrisi merupakan masalah utama di negara berkembang dan menimbulkan banyak implikasi dalam tumbuh kembang anak. Malnutrisi sering dikaitkan dengan berbagai penyakit infeksi, salah satunya adalah TB. Terapi medikamentosa berupa pemberian OAT dan nutrisi adekuat diharapkan dapat meningkatkan status nutrisi. Penelitian spesifik yang mengamati perkembangan luaran status nutrisi pada pasien TB anak belum pernah dilakukan di Indonesia.
Tujuan: (1)Mengetahui proporsi status nutrisi awal pasien TB anak dan karakteristiknya (2)Mengetahui perubahan status nutrisi dan perubahan berat badan dengan kesesuaian dosis dan keteraturan minum OAT (3)Mengetahui hubungan keteraturan pengobatan OAT dengan perubahan status nutrisi.
Metode: Penelitian kohort retrospektif dilakukan pada 62 anak dengan penyakit TB dan gizi kurang/buruk usia 1 bulan - 5 tahun yang terdiagnosis pertama kali pada 1 Januari 2010 - 31 Desember 2015. Usia, jenis kelamin, tempat tinggal, jenis TB, lama terapi, efek samping, jalur nutrisi, status nutrisi dan berat badan saat awal diagnosis, bulan ke-2,4,6 dinilai dalam penelitian ini.
Hasil: Proporsi pasien TB anak dengan gizi kurang adalah 53/62 (85,5%). Sebagian besar subyek berusia 2 tahun, lelaki, bertempat tinggal di DKI Jakarta dan sakit TB paru (42,8%). Seluruh subyek mendapat OAT yang sesuai dan hanya 1 subyek yang minum OAT tidak teratur. Sebanyak 45,2% subyek mendapat terapi OAT selama 6 bulan. Efek samping OAT yang ditemukan adalah neuropati perifer (1 subyek), peningkatan SGOT dan SGPT (1 subyek) dan kolestasis (1 subyek). Proporsi subyek yang mendapat nutrisi enteral adalah 15/62 (24,2%). Sebanyak 56/62 (90,3%) subyek dengan dosis OAT sesuai mengalami perbaikan status nutrisi dan 55/61 (90,1%) subyek yang minum OAT teratur mengalami perbaikan status nutrisi. Peningkatan berat badan sebesar 5% tiap 2 bulan dan 17% setelah 6 bulan terapi OAT terjadi pada 97% subyek. Tidak ada hubungan keteraturan pengobatan OAT dengan perubahan status nutrisi (p = 0,161).
Simpulan: Perbaikan status nutrisi terjadi pada 90% subyek. Peningkatan berat badan pada 97% subjek setiap 2 bulan adalah 5% dan 17% pada bulan ke-6 terapi OAT. Tidak terdapat hubungan keteraturan pengobatan OAT dengan perubahan status nutrisi (p = 0,161).

Background: Malnutrition is one of the major problems in developing countries and has many implications in growth and development of children. Malnutrition is always associated with many infection diseases, one of them is tuberculosis. Medical management includes antituberculosis therapy and adequate nutrition are indicated to improve nutritional status. There is no specific study regarding this outcome in Indonesian children.
Aim: (1)To determine the nutritional status proportion of children with tuberculosis and their characteristics (2)To determine nutritional status outcome and body weight gain associated with adequate dosage and regular antituberculosis therapy (3)To identify correlation between regular antituberculosis therapy and nutritional status outcome.
Methods: A retrospective cohort study was performed in 62 children aged 1 month-5 years who have been first diagnosed with tuberculosis from January 2010 to December 2015. Age, sex, lodging, type of tuberculosis, duration of treatment, side effect, nutritional route, nutritional status, body weight at start, 2nd, 4th and 6th month of antituberculosis therapy were evaluated in this study.
Result: The proportion of mild-moderate malnutrition in children with tuberculosis is 53/62 (85.5%). Most of the subjects are 2 years old, male, live in Jakarta and have pulmonary TB (42.8%). All subjects received standard therapy with adequate dosage and only 1 subject did irregular therapy. The duration of treatment is 6 months for 45.2% subjects. The side effects were peripheral neuropathy (1 subject), elevation of transaminase enzymes (1 subject) and cholestasis (1 subject). Subjects received enteral nutrition are 15/62 (24.2%). There are 56/62 (90.3%) subjects with adequate dosage improved nutritional status and 55/61 (90.1%) subjects with regular treatment improved nutritional status after 6 months treatment. Body weight gain in 97% subjects was 5% every 2 months and 17% at the end of the treatment. No correlation between regular antituberculosis therapy and nutritional status outcome (p = 0.161).
Conclusion: Nutritional status improvement was found in 90% subjects. Body weight gain in 97% subjects was 5% in every 2 months and 17% after 6 months of treatment. No correlation between regular antituberculosis therapy and nutritional status outcome (p = 0.161).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vynlia
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil kesehatan gigi mulut serta distribusi frekuensi sosioekonomi dan perilaku dari pasien diabetes melitus tipe 2 di RSCM. Studi potong lintang ini dilakukan dengan memberikan kuesioner pada 70 orang pasien dan dianalisis menggunakan uji Pearson. Hasil uji tersebut tidak menunjukkan hubungan bermakna antara pengetahuan, sikap, durasi, dan sosioekonomi pasien terhadap status kesehatan gigi dan mulut (p>0,05). Hasil penelitian memperlihatkan kurangnya pengetahuan pasien diabetes melitus terhadap dampak diabetes melitus terhadap kesehatan gigi dan mulut sedangkan pengetahuan tentang komplikasi diabetes baik. Dari hasil pemeriksaan klinis dapat disimpulkan bahwa kesehatan gigi dan mulut pasien diabetes kurang memuaskan.

The purpose of this study is to obtain information about the oral health profile, socioeconomic status and dental behavior of Type 2 Diabetes Mellitus patients in RSCM. A cross sectional study was conducted by giving out questionnaire to 70 diabetic patients and were analyzed by Pearson test. There are no significant correlation between diabetic patients’ knowledge, dental behavior, diabetes duration, and socioeconomic status to oral health status. This study showed that patients had lack of awareness of diabetes effects on oral health but good in diabetes complications. From the clinical examination, diabetic patients’ oral health status were not good."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Christina
"Satu dari tujuh kematian di dunia disebabkan karena kanker. Beban akibat kanker di masa depan diprediksikan akan terus meningkat terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Penelitian ini melaporkan profil epidemiologi penyakit kanker di RSUPN Cipto Mangunkusumo tahun 2011-2012 berdasarkan data Registrasi Kanker Berbasis Rumah Sakit, dengan total 7399 penderita kanker, terdiri dari 2794 laki-laki dan 4605 perempuan. 54.52 penderita berasal dari luar Jakarta. Rentang usia tersering adalah 45-54, 35-44 dan 55-64 tahun. Mayoritas pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga, pekerja kantor, dan pedagang. Pada laki-laki, penyakit kanker tersering adalah nasofaring, sistem hematopoetik dan retikuloendotelial, kelenjar getah bening, hepar dan duktus bilier, dan rektum, sedangkan perempuan, serviks uteri, payudara, ovarium, sistem hematopoetik dan retikuloendotelial, dan tiroid dengan mayoritas rentang usia diantara 45-54 tahun, kecuali keganasan sistem hematopoetik dan retikuloendotelial tersering pada usia 5-14 tahun. Kanker nasofaring dan kelenjar getah bening lebih banyak diderita oleh laki-laki, sedangkan keganasan sistem hematopoetik dan retikuloendotelial cukup seimbang jumlahnya antara laki-laki dan perempuan. Sebagian besar penyakit kanker ditemukan pada stadium 3 dan 4. Berdasarkan morfologi tersering, kanker serviks uteri dan nasofaring adalah neoplasma ganas, karsinoma payudara duktal invasif, leukemia prekursor sel limfoblastik dan limfoma non Hodgkin.

One in seven deaths in the world is due to cancer. The future burden of cancer is predicted to keep rising, especially in developing countries including Indonesia. This study reports on cancer epidemiological profile in Cipto Mangunkusumo National Hospital year 2011 2012 based on Hospital Based Cancer Registry data, with a total of 7399 cancer patients consists of 2794 male and 4605 female. 54.52 patients are from outside Jakarta. Most common age range are 45 54, 35 44 and 55 64 years old. Majority of the patients are housewives, officers, and merchants. In male, the leading sites of cancer are nasopharyngeal, the hematopoietic and reticuloendothelial system, lymph nodes, liver and biliary duct, and rectum, whereas in women there are uterine cervix, breast, ovary, the hematopoietic and reticuloendothelial system, and thyroid with the majority of age between 45 54 years old, except malignancy of the hematopoietic and reticuloendothelial systems are more common in the age range of 5 14. Nasopharyngeal and lymph nodes malignancies are more common in men, whereas the hematopoietic system and reticuloendothelial malignancy is quite balanced between male and female cases. Mostly there are at stage 3 and 4. Based on the most common morphologies, uterine cervix and nasopharyngeal are malignant neoplasms, invasive ductal carcinoma of breast, precursor cell lymphoblastic leukemia and non Hodgkin 39 s lymphoma."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T55693
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>