Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138459 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marsha Alexandra
"ABSTRAK
Ameloblastoma merupakan aspek penting dalam patologi mulut dan maksilofasial.
Frekuensi dan distribusi ameloblastoma bervariasi di setiap negara, namun masih
sangat sedikit penelitian mengenai hal ini yang dilakukan di Indonesia. Penelitian ini
bertujuan mengetahui frekuensi dan distribusiameloblastoma di RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo periode Januari 2008-September 2014. Analisis dilakukan pada 98
kasus ameloblastoma. Frekuensi dan distribusi dilihat berdasarkan usia, jenis
kelamin, dan tipe histopatologis. Mayoritas pasien berusia 30-39 tahun (33.67%) dan
berjenis kelamin laki-laki (59.18%) dengan perbandingan 1.45:1 terhadap
perempuan. Tipe histopatologis yang paling banyak ditemukan adalah tipe campuran
pleksiform dan folikuler (18.37%).

ABSTRACT
Ameloblastoma constitutes an important aspect of oral and maxillofacial pathology.
Frequency and distribution of ameloblastoma varies in different countries, however
very few studies have been done in Indonesia. This study aims to evaluate the
frequency and distribution of ameloblastoma cases in Dr. Cipto Mangunkusumo
General Hospital from January 2008-September 2014. 98 ameloblastoma cases were
analyzed. Frequency and distribution was analyzed based on age, gender, and
hisopathologic type. Most of the patients were 30-39 years old in age (33.67%) and
men were more involved than women (59.18%) with ratio 1.45:1. The most frequent
histopathologic type that was found is plexiform and follicular mixed type (18.37%)."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Kista adalah rongga patologis yang berisi cairan maupun semi cairan yang tidak disebabkan oleh akumulasi pus. Kista rahang terdiri dari kista odontogenik dan kista non-odontogenik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui distribusi dan frekuensi kista rahang di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo periode Februari 2010 - Februari 2015. Penelitian ini merupakan studi deskriptif retrospektif dengan menggunakan data sekunder yang didapat dari rekam medik Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo. Hasil ditampilkan menggunakan tabel dan bar chart yang menggambarkan berapa banyak kista rahang menurut usia dan jenis kelamin yang terjadi. Distribusi dan frekuensi kista rahang yang paling banyak terjadi pada laki-laki dan pada kelompok usia 31-40 tahun;Cyst is pathological cavity that contain liquid or semi liquid which is uncaused by pus accumulation. Cyst jaw divided to odontogenic cysts and non-odontogenic cysts. This research was aimed to know the distribution and frequency of cyst jaw in Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo period of February 2010 - February 2015. This research was descriptive retrospective study that used medical records at Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo. The result showed with table and bar chart to described the amount of cyst jaw case based on age and gender. Most frequent distribution and frequency of cyst jaw occured on male and group of age 31-40 years old.;Cyst is pathological cavity that contain liquid or semi liquid which is uncaused by pus accumulation. Cyst jaw divided to odontogenic cysts and non-odontogenic cysts. This research was aimed to know the distribution and frequency of cyst jaw in Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo period of February 2010 - February 2015. This research was descriptive retrospective study that used medical records at Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo. The result showed with table and bar chart to described the amount of cyst jaw case based on age and gender. Most frequent distribution and frequency of cyst jaw occured on male and group of age 31-40 years old., Cyst is pathological cavity that contain liquid or semi liquid which is uncaused by pus accumulation. Cyst jaw divided to odontogenic cysts and non-odontogenic cysts. This research was aimed to know the distribution and frequency of cyst jaw in Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo period of February 2010 - February 2015. This research was descriptive retrospective study that used medical records at Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo. The result showed with table and bar chart to described the amount of cyst jaw case based on age and gender. Most frequent distribution and frequency of cyst jaw occured on male and group of age 31-40 years old.]"
[;Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia;Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia], 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Fitrianingsih Pujiano Agatha
"Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang paling sering terjadi pada perempuan di Indonesia. Berbagai faktor risiko dapat meningkatkan peluang terjadinya kanker payudara. Faktor hormonal dicurigai menjadi salah satu faktor penting dalam kejadian kanker payudara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan usia saat menstruasi pertama dengan kejadian kanker payudara di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2010-2014. Penelitian ini adalah penelitian retrospektif dengan studi desain cross sectional dengan pengambilan sampel secara random sampling. Sampel yang digunakan sebanyak 98 kasus. Data diambil dari Arsip Departemen Patologi Anatomik FKUI-RSCM dengan penelusuran di bagian Unit Rekam Medik dan Departemen Ilmu Bedah RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Sampel penelitian dianalisis dengan uji chi square kemudian uji Fisher. Hasil yang didapat adalah faktor risiko usia saat menstruasi pertama tidak berpengaruh terhadap kejadian kanker payudara di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2010-2014 p>0,05.

Breast cancer is one of the most common cancer among Indonesian females. Many risk factors can increase the chance of developing breast cancer. Hormonal factor seems to play a role in many cases of breast cancer. The aim of this research is to determine the relationship between age at menarche and breast cancer in Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital Jakarta in 2010 2014. The retrospective research is using cross sectional design study with random sampling technique. There are 98 samples. The samples were taken in Archive Unit of Anatomical Pathology of FMUI with a further investigation in Medical Record Unit and Medical Department of Surgery in Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital Jakarta. The data were analyzed by using chi square test then Fisher test. There is no significant effect between age at menarche and breast cancer in Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital Jakarta in 2010 2014 p 0,05."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deriyan Sukma Widjaja
"Latar Belakang: Penyakit akibat coronavirus jenis baru (SARS-CoV-2) yang muncul sejak Desember 2019 sudah menjadi pandemi global, termasuk di Indonesia. Hingga saat ini, beberapa negara sudah mempublikasikan laporan terkait penyakit ini. Namun di Indonesia, informasi karakteristik dan luaran pasien dengan COVID-19, terutama pasien yang menjalani perawatan di ruang intensif dengan dan tanpa ventilator berdasarkan sebaran usia masih terbatas.
Metode: Studi dilakukan pada pasien dewasa yang dirawat di ruang intensif (HCU dan ICU) RSCM dan RSUI selama Maret – Desember 2020. Data yang dikumpulkan melalui rekam medis meliputi karakteristik dasar pasien, pemeriksaan penunjang laboratorium dan radiologi, terapi, komplikasi, dan luaran.
Hasil: Terdapat 682 pasien yang menjalani perawatan di ruang intensif RSCM dan RSUI. Pada semua kelompok usia, sebagian besar pasien adalah pria. Pada kelompok usia muda (18–29, 30–39, 40–49 tahun), mayoritas bergejala awal sesak dan menggunakan suplementasi oksigen dengan nasal kanul (37%, 33%, dan 29,6%). Pada kelompok usia 50–64 tahun suplementasi oksigen terbanyak dengan ventilator invasif (33,5%). Rasio PF terendah sebesar 120 terdapat pada kelompok usia ≥65 tahun, dengan penggunaan ventilator pada 49,7% pasien. Prevalensi komorbid tertinggi terdapat pada kelompok usia ≥65 tahun (95,6%) di antaranya hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes melitus, dan CKD. Koinfeksi bakteri paling banyak terjadi pada kelompok usia 50–64 tahun. Kelompok usia ≥65 tahun memiliki median neutrofil dan D-dimer paling tinggi (4.210 μg/L) serta limfosit paling rendah. Angka komplikasi tertinggi terjadi pada 75,6% pasien kelompok usia ≥65 tahun, dengan komplikasi tersering adalah ARDS (50,9%), syok sepsis (50,3%), dan AKI (38,4%). Angka kematian tertinggi terdapat pada kelompok usia 50–64 dan ≥65 tahun yaitu sebesar 46,9% dan 46,5%. Angka kematian pada kelompok pasien yang menggunakan ventilator lebih tinggi pada semua kelompok usia, dengan persentase mortalitas tertinggi terdapat pada kelompok usia 50–64 tahun yang menggunakan ventilator (74,63%).
Kesimpulan: Seiring dengan bertambahnya usia, terdapat peningkatan jumlah pasien dengan komorbiditas (hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes melitus, dan CKD); penurunan parameter fungsi oksigenasi paru; penurunan limfosit; peningkatan jumlah neutrofil, D-dimer, ureum dan kreatinin; dan peningkatan angka kematian. Pada pasien yang dirawat di ruang intensif, mortalitas tertinggi terjadi pada kelompok usia 50–64 tahun dan terutama pada penggunaan ventilator.

Background: The disease due to the novel coronavirus (SARS-CoV-2) emerging in December 2019 has since become a global pandemic, including in Indonesia. To date, several countries have reported about this disease. However, in Indonesia, limited information was available about the characteristics and outcomes of COVID-19 patients according to age, notably those in intensive care units with and without ventilation.
Methods: The study was conducted on adult patients in the intensive care units (HCU and ICU) of RSCM and RSUI between March – December 2020. Data was collected from medical records, including basic patient characteristics, laboratory and radiology results, treatments, complications, and
outcomes.
Results: A total of 682 patients were treated in the intensive care units of RSCM and RSUI. In all age groups, most patients were male. In younger age groups (18–29, 30–39, 40–49 years), the majority of patients presented initially with shortness of breath and were supplemented with oxygen through nasal cannula (37.0%, 33.0%, and 29.6%). In the age group of 50–64 years, oxygen was supplemented mostly using invasive ventilators (33.5%). The lowest PF ratio of 120 was observed in the age group of 65 years and above, with ventilators being used in 49.7% of the patients. The highest prevalence of comorbidities was found in the age group of 65 years and above (95.6%), among which were hypertension, coronary artery diseases, diabetes mellitus, and CKD. Bacterial co-infection was found primarily in the age group of 50–64 years. The age group of 65 years and above had the highest median neutrophil and D-dimer levels (4.210 μg/L) and the lowest lymphocyte count. The highest complication rate at 75.6% was observed in the age group of 65 years and above, with the most common complications being ARDS (50.9%), septic shock (50.3%), and AKI (38.4%). The highest mortality rates were found in the age groups of 50–64 and 65 years and above, at 46.9% and 46.5% respectively. Mortality was higher in ventilated patients across all age groups, with the highest rate found in the age group of 50–64 years (74.63%).
Conclusion: With increasing age, the following were observed: increased comorbidities (hypertension, coronary artery diseases, diabetes mellitus, CKD); a decline in functional parameters for lung oxygenation; decreased lymphocyte count; increased neutrophil count, D-dimer, urea and creatinine levels; and increased mortality rate. In intensive care unit patients, the highest mortality rate was observed in ventilated patients aged 50–64 years.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ramadhika
"Latar belakang: World Health Organization mencetuskan tiga penyebab utama terjadinya kematian neonatal di Indonesia yaitu sepsis, prematuritas dan asfiksia. Lebih lanjut, sebuah studi menemukan bahwa lingkungan rumah sakit yang kurang memadai dapat menjadi risiko terjadinya sepsis neonatal awitan lambat (SNAL) dan dapat memperpanjang masa perawatan. Metode: Data rekam medis dari 1706 neonatus yang dirawat di Divisi Perinatologi Departemen IKA Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) selama tahun 2020 dikumpulkan secara retrospektif. Didapatkan hanya 262 neonatus yang terbukti mengalami SNAL, dilakukan pencatatan dan analisis usia gestasi, berat lahir dan mikroorganisme penyebab sepsis. Hasil Penelitian: Dari 1706 subyek, insiden SNAL adalah 15,4%. SNAL lebih banyak ditemukan pada kelompok bayi prematur dengan usia gestasi kurang dari 37 minggu (58.4%) daripada kelompok bayi cukup bulan (41.6%). Mayoritas SNAL terjadi pada bayi berat lahir rendah (<2500 gram) yaitu sebanyak 67.6%, dengan persentasi terbanyak terjadi pada kelompok bayi berat lahir rendah (≥1500-<2500 grams) yaitu sebanyak 35.1%. Mikroorganisme penyebab SNAL di RSCM pada tahun 2020 didominasi oleh bakteri gram negatif, yaitu Klebsiella pneumonia, Acinetobacter spp., Escherichia coli, Enterobacter spp., dan Pseudomonas aeruginosa. Kesimpulan: Insiden SNAL pada tahun 2020 adalah 15,4%. Proporsi SNAL pada bayi berat lahir rendah dan bayi prematur secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok bayi berat normal dan bayi cukup bulan. Sebagian besar kasus SNAL disebabkan oleh bakteri gram negatif. Adanya mikroorganisme penyebab SNAL yang beragam dari studi ini dapat digunakan sebagai acuan dalam pedoman penggunaan antibiotik empiris di RSCM.

Introduction: The three main reasons for neonatal death in Indonesia according to WHO are sepsis, prematurity, and asphyxia. A study stated that late-onset sepsis (LONS) was a risk of poor hospital environment and could prolong the duration of hospitalization. Methods: Clinical data from 1706 hospitalized neonates who were treated in the Neonatal Unit in Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital (CMH) Jakarta in the year 2020 were analysed retrospectively through medical record. Only 262 neonates that were proven with LONS, and related risk factors such as gestational age, birth weight and microbial in blood stream were analysed.

Results: From a total of 1706 neonates, the incidence of proven LONS was 15,4%. It was more prevalent (58.4%) in preterm neonates aged less than 37 weeks than in term (41.6%) neonates. Majority (67.6%) of proven LONS subjects were neonates with low birth weight (<2500 grams) and the largest percentage between them (35.1%) were in ‘low birth weight (≥1500- <2500 grams)’ group. Gram negative bacteria have emerged as predominant pathogens of LONS patients in our hospital, with most common were Klebsiella pneumonia, Acinetobacter spp., Escherichia coli, Enterobacter spp., and Pseudomonas aeruginosa. Conclusions: The incidence of LONS in 2020 is 15,4%. The proportion of LONS among LBW and preterm neonates is significantly higher compared to normal birth weight and term neonates. Both LBW and NBW neonates, preterm and term neonates suffering LONS in CMH’s neonatal unit are mostly caused by gram-negative bacteria and this finding is statistically significant. Different pathogens causing LONS in this study can be utilized further to analyse the susceptibility of these pathogens to the current empirical antibiotic guideline used in CMH."

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rusdiana
"Karya ilmiah ini membahas distribusi dan frekuensi pasien meloblastoma berdasarkan tipe histopatologis dan jenis kelamin di Poli Bedah Mulut RumahSakit Umum CiptoMangunkusumo Periode Januari 2002 ? Juli 2008. Penelitianini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif restrospektif. Penelitianterhadap 66 orang pasien ameloblastoma menggambarkan bahwa kasusa meloblastoma pada jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Tipe histopatologis yang terbanyak adalah tipe pleksiform. Pada pasien ameloblastoma laki-laki tipe histopatologis yang terbanyak adalah tipe folikuler dan pleksiform - folikuler, sedangkan pada perempuan adalah tipe pleksiform. Terdapat juga beberapa variasi dari tipe histopatologis.

The focus of this study is frequency and distribution of ameloblastoma patient according to histopathologic features and gender at the Oral Surgery Clinic of CiptoMangunkusumo Hospital period January 2002 - July 2008. This research is quantitative with descriptive retrospective design. According to the result, women has more high frequent than man in 66 observation case of ameloblastoma. Plexiform has more high percentage than the other types of histopathologic pattern. Follicular and Plexiform - Follicular are more found in man while plexiform is in women. There are also present the variation of histopathologic features in ameloblastoma."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riesta Hanjani
"Latar belakang: Adenokarsinoma prostat merupakan salah satu jenis kanker yang paling banyak didiagnosis pada laki-laki di seluruh dunia, dengan mayoritas pasien berusia di antara 60 ndash; 80 tahun. Usia adalah salah satu faktor risiko yang paling berperan, dan diperkirakan mempunyai andil dalam perkembangan penyakit ini.
Tujuan: Untuk menentukan korelasi antara usia dengan skor Gleason pada pasien dengan adenokarinoma prostat.
Metode Data mengenai usia dan skor Gleason diperoleh dari 101 sampel yang diambil dari lembar permintaan pemeriksaan pasien dari tahun 2011 sampai 2014, di Departemen Patologi Anatomik, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Analisis statistik Kendall's tau-b digunakan untuk menentukan korelasi.
Hasil: Usia rata-rata pasien adenokarsinoma prostat pada penelitian ini adalah 67,87 tahun dan kebanyakan pasien memiliki skor Gleason 9 48 pasien . Pada uji korelasi antara usia dan skor Gleason pasien didapat nilai p = 0,012 dan r = -0,193. Pasien di bawah 65 tahun memiliki rata-rata skor Gleason 8,588, pasien di atas 65 tahun tahun memiliki rata-rata skor Gleason 8,239. Pada uji non parametrik Mann ndash; Whitney didapat nilai p = 0,009.
Kesimpulan: Terdapat korelasi sangat lemah antara usia dengan skor Gleason pada pasien dengan adenokarsinoma prostat. dengan pasien muda cenderung memiliki skor Gleason yang lebih tinggi.

Background: Prostatic adenocarcinoma is one of the most common cancers diagnosed in men worldwide, with most patients being 60 ndash 80 years old. Age is one of the significant risk factors of the disease's development and progression.
Aim: To determine the correlation between age and Gleason score in patients with prostatic adenocarcinoma.
Methods: Data in regard to age and Gleason score of patients with prostatic adenocarcinoma were obtained from 101 samples from patients'request forms in 2011 to 2014, in Department of Anatomical Pathology, Cipto Mangunkusumo Hospital. Kendall's tau b statistical analysis was used to determine the correlation.
Results Mean age of patients in prostatic adenocarcinoma in this study is 67.87 years old, and most patients have Gleason score of 9 48 patients. On statistical analysis to determine correlation between age and Gleason score, we acquire p value of 0.012 and r value of 0.193. Patients below 65 years old have average Gleason score of 8.588, patients above 65 years old have average Gleason score of 8.239. On Mann ndash Whitney non parametric test, we acquire p value of 0.009.
Conclusion There was a very weak correlation between age and Gleason score in patients with prostatic adenocarcinoma with younger patients tend to have higher Gleason score.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Masulili
"Hospitalisasi merupakan suatu kondisi seseorang karena sakit dan masuk rumah sakit. Tujuan penelitian mengetahui
pengaruh metode bimbingan imajinasi rekaman audio terhadap stres hospitalisasi pada anak usia sekolah di Rumah
Sakit di Kota Palu. Desain penelitian quasi eksperimental dengan pre and post test design with control group. Sampel
yaitu anak usia 7–12 tahun sebanyak 26 responden kelompok intervensi dan 26 responden kelompok kontrol. Intervensi
yaitu metode bimbingan imajinasi rekaman audio, diberikan 3 kali selama 2 hari (6 sesi @ 15 menit)). Hasil penelitian
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan rerata skor stres hospitalisasi setelah intervensi (pv = 0,004). Tidak ada
kontribusi variabel confounding. Berdasarkan hasil penelitian ini, bimbingan imajinasi rekaman audio dapat diterapkan
pada asuhan keperawatan anak sakit di rumah sakit.
Audio Recorded Guided Imagery Method to Reduce Stress Hospitalisazation in School Age Children in Palu
Hospital. Hospitalization is a condition of a person because of illness and hospital admission. Research objectives
determine the influence of audio recorded guided imagery method to stress of hospitalization in school-age children in
hospital in Palu. Quasi-experimental research design with pre and post test design with control group. The sample of
children aged 7-12 years were 26 respondents intervention group and 26 control group respondents. Intervention is the
method of audio recorded guided imagery, three times a day for two days (one session equal to15 minutes). The results
showed the significant difference mean stress score of hospitalization after the intervention (Pv = 0.004). No
contribution of confounding variables. Based on these results, audio recorded guided imagery intervention can be
applied to care the sick pediatric in hospital."
Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu ; Universitas Indonesia. Fakultas Ilmu Keperawatan ; Universitas Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Tejabaswara
"Latar belakang: Menars merupakan kondisi ketika seorang remaja putri mengalami menstruasi pertama kali. Di Indonesia, usia menars diketahui mengalami tren penurunan. Menars dini dapat meningkatkan berbagai risiko terjadinya masalah- masalah kesehatan, di antaranya masalah reproduktif dan psikologis. Perubahan gaya hidup hingga asupan nutrisi diyakini menjadi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi usia menars baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara indeks massa tubuh, aktivitas fisik, pekerjaan orang tua dan pendapatan orang tua.
Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain cross-sectional. Pengukuran berat badan dan tinggi badan, pengisian kuesioner, dan wawancara 24 hour recall dilakukan dalam pengumpulan data. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji Kruskal- Wallis dan Mann-Whitney. Uji post-hoc Mann-Whitney juga dilakukan untuk variabel yang signifikan.
Hasil: Didapatkan 352 sampel yang sudah menstruasi dari sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Jakarta, Depok, Bandung dan Tegal. Rerata usia menars berada pada usia 12 tahun. Berdasarkan analisis data, didapatkan terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dan usia menars (p < 0,000). Namun, tidak didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik, pekerjaan orang tua dan pendapatan orang tua terhadap usia menars (p > 0,05).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dan usia menars, sedangkan aktivitas fisik, pekerjaan orang tua dan pendapatan orang tua tidak berhubungan dengan usia menars.

Background: Menstruation is a condition when a young woman experiences her first menstruation. In Indonesia, the age of menstruation is known to be experiencing a decreasing trend. Early menstruation can increase the risk of various health problems, including reproductive and psychological problems. Changes in lifestyle and nutritional intake are believed to be factors that can influence the age of menstruation both directly and indirectly. For this reason, this study aims to analyze the relationship between body mass index, physical activity, parental employment, and parental income.
Methods: This research was conducted with a cross-sectional design. Measurement of body weight and height, filling out questionnaires, and 24-hour recall interviews were carried out in data collection. Data analysis in this study used the Kruskal-Wallis and Mann-Whitney tests. Mann-Whitney post-hoc tests were also performed for significant variables.
Result: There were 352 menstruating samples from elementary and junior high schools in Jakarta, Depok, Bandung and Tegal. The average age of menstruation is 12 years. Based on data analysis, it was found that there was a relationship between body mass index and age at menarche (p < 0.000). However, there was no significant relationship between physical activity, parental employment, and parental income on menstrual age (p > 0.05).
Conclusions: There is a relationship between body mass index (BMI) and age at menarche, while physical activity, parental occupation and parental income are not related to age at menarche.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvicta Venteysa Ternate
"Peningkatan jumlah penduduk yang terjadi di Indonesia dan Maluku Utara secara peresentase jumlah penduduk di Maluku Utara mengalami penurunan pertumbuhan, akan tetapi secara jika dibandingkan dengan presentase laju pertumbuhan penduduk. Maluku Utara memiliki laju pertumbuhan pendudukan jauh lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk di Indonesia. Fertilitas merupakan salah satu komponen pertumbuhan penduduk yang bersifat menambah jumlah penduduk (Syaekhu, 2020). Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS) dengan TFR= 2,1 (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Republik Indonesia, 2020b). Tingkat dan faktor – faktor terkait fertilitas setiap daerah ataupun wilayah berbeda – beda. Hal ini dikarenakan suatu daerah atau wilayah cenderung dipengaruhi oleh kondisi yang ada di daerah atau wilayah tersebut seperti sosial, ekonomi, dan demografi (Jaya & Ranatwati, 2022; Purba et al., 2021). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor – faktor terkait fertilitas pada wanita usia subur di Provinsi Maluku Utara. Penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu variabel dependen (fertilitas) dan variabel independent (jumlah anak ideal, tingkat pendidikan, daerah tempat tinggal, umur perkawinan pertama, umur (saat ini), umur melahirkan anak pertama, jumlah anak meninggal, status perkawinan, status bekerja, dan status penggunaan kontrasepsi). Data pada penelitian ini menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional dengan uji regresi logistik. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa: Jumlah anak > 2 memiliki hubungan signifikan (p- value < 0,05 ) dengan jumlah anak ideal > 2 anak, tingkat pendidikan sedang, daerah tempat tinggal di pedesaan, umur saat ini 15 – 24 tahun, umur pertama kawin < 20 tahun, umur melahirkan anak pertama < 25 tahun, > 1 anak yang meninggal, status perkawinan berstatus kawin, status bekerja berstatus kerja, dan status menggunakan kontrasepsi berstatus menggunakan kontrasepsi. Faktor resiko yang paling berhubungan dengan jumlah anak > 2 adalah umur melahirkan anak pertama < 25 tahun dengan OR sebesar 3,346 (p-value <0,001). Artinya jumlah anak > 2 pada wanita usia subur di Provinsi Maluku Utara dipengaruhi oleh umur melahirkan anak pertama dengan umur.

The increase in population that occurred in Indonesia and North Maluku as a percentage of the population in North Maluku experienced a decrease in growth, but when compared to the percentage of population growth rate. North Maluku has a much faster population growth rate than the population growth in Indonesia. Fertility is one component of population growth that increases the population (Syaekhu, 2020). Balanced Population Growth (PTS) with TFR = 2.1 (National Population and Family Planning Agency of the Republic of Indonesia, 2020b). The level and factors related to fertility in each region or area are different. This is because a region or area tends to be influenced by existing conditions in the region or area such as social, economic, and demographic (Jaya & Ranatwati, 2022; Purba et al., 2021). This study was conducted to determine factors related to fertility in women of childbearing age in North Maluku Province. This study used 2 variables, namely the dependent variable (fertility) and independent variables (ideal number of children, education level, region of residence, age at first marriage, (current) age, age at first childbirth, number of dead children, marital status, working status, and contraceptive use status). The data in this study used the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) data. This study used a quantitative approach with a cross sectional design with logistic regression tests. Based on the results of the study it is known that: The number of children > 2 has a significant relationship (p-value < 0.05) with the ideal number of children > 2 children, moderate education level, rural residence, current age 15 - 24 years, age of first marriage < 20 years, age of giving birth to the first child < 25 years, > 1 child who died, marital status with married status, working status with working status, and status using contraception with contraception status. The risk factor most associated with the number of children > 2 is the age of first childbirth < 25 years with an OR of 3.346 (p-value < 0.001). This means that the number of children > 2 in women of childbearing age in North Maluku Province is influenced by the age of giving birth to the first child with age."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>