Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74975 dokumen yang sesuai dengan query
cover
JMIPA3-4(1-2)1998/1999
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
JMIPA 5(1-3)2000
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kamal Miftah
"Bentonit alam Jambi telah dimodifikasi menjadi Fe bentonit dengan menggunakan polikation besi III oksida sebagai katalis reaksi foto fenton. Karakterisasi katalis dilakukan menggunakan metode FTIR XRD dan EDS sementara studi fotokatalisis dilakukan menggunakan metode spektrofotometri UV Visible pada panjang gelombang 200 400 nm. Sebelum preparasi dilakukan pemurnian bentonit untuk mendapatkan bentonit yang kaya akan montmorilonit yang akan diseragamkan kation bebasnya dengan Na menjadi Na bentonit. Selanjutnya menggunakan metode kompleks tembaga amin ditentukan nilai kapasitas tukar kation dari bentonit Jambi dan diperoleh nilai KTK sebesar 37 1281 mek 100gram bentonit.
Hasil karakterisasi XRD dan EDS mengkonfirmasi keberadaan besi III oksida dalam bentonit Pengurangan kadar polutan organik fenol dan p klorofenol dilakukan menggunakan besi III oksida yang disisipkan pada katalis bentonit alam dengan penambahan hidrogen peroksida H2O2 30 dan penyinaran sinar UV C direaksikan dalam proses batch Untuk perbandingan proses adsorpsi fotolisis dan reaksi fenton dipelajari untuk menunjukkan penurunan kadar fenol dan p klorofenol yang murni berdasarkan proses foto fenton.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan katalis besi III oksida yang disisipkan pada bentonit dengan pH awal diatas 6 dan penambahan 78 mM H2O2 total penurunan kadar yang paling efektif dari 100 mg L 1 fenol pada panjang gelombang 269 nm terjadi dalam waktu 90 menit dibandingkan dengan penurunan kadar p klorofenol pada panjang gelombang 279 nm.

Bentonite from Jambi has been modified into Fe bnetonit using iron III oxide polication as intercalation agent. Before perparation bentonite purification was performed in order to get bentonite which is rich with montmorillonite phase and then is cation exchanged with Na called Na bentonite. Furthermore using a copper amine methode its cation exchange capacity CEC value was determined as 37 1281 mek 100 g bentonite Reduction of the organic pollutants phenol and p chlorophenol was conducted using iron III oxide immobilized on pristine bentonite catalyst in the presence of hydrogen peroxide H2O2 30 and UV C light in batch process.
Catalyst characterization was performed using FT IR XRD and EDS while photocatalytic study was done by UV Visible spectrophotometry at wavelength 200 400 nm As comparison adsorption photolysis and fenton process were studied to indicate the degradation of phenol and p chlorophenol were purely based on photo fenton process.
The results indicated that by using catalyst of iron III oxide ndash pillared bentonite at initial pH above 6 and 78 mM H2O2 total decreased contents of the 100 mg L 1 phenol at wavelength 269 nm and p chlorophenol at wavelength 279 nm was occurred within 90 minutes.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S52396
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Sundari
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan melihat effek perlakuan Bentonit terhadap kualitas pasir cetak. Proses perlakuan Bentonit berupa pemurnian senyawa Montmorilonit dari Bentonit dengan campuran alkohol - bromoform pada B.J. 2,1 gr/ml dan kecepatan pemutaran 4000 rpm. Secara statistik ditunjukkan bahwa perlakuan terhadap B.Boyolali memberikan hasil paling baik ( 85,76%) karena paling mendekati garis sentral yaitu 82,73 %.
Analisa pemurnian Montmorilonit dari ke 4 Jenis Bentonit (Boyolali, Karang Nunggal, Bogor, Wyoming) dilakukan dengan XRD dan hasilnya menunjukkan bahwa B.Bogor memberikan tingkat kemurnian paling tinggi dengan pengotor paling sedikit yaitu kuarsa dibawah 2%.
Analisa unsur dari ke 4 jenis Bentonit yang sama (tanpa perlakuan) dilakukan dengan XRF dan hasilnya menunjukkan bahwa B.Wyoming mempunyai ratio Na/Ca
paling tinggi yaitu 1,75. Pemurnian Montmorilonit dari Bentonit memberikan simpangan baku 3,44%. Pada penyiapan Bentonit Boyolali untuk pasir cetak dilakukan 18 kali percobaan pemurnian dengan kondisi teknis dimana digunakan campuran alkohol- bromoform murni dan bekas.
Pada pengujian pasir cetak digunakan 4 variabel Bentonit yaitu Montmorilonit hasil perlakuan B.Boyolali, B.Boyolali 270 mesh, B.Boyolali 140 mesh dan Bentonit UI. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Montmorilonit (2%)memberikan kekuatan tekan basah, geser basah dan tarik kerinq masing-masing 1,1 N/cm2,
0,8 N/cm` dan 5,0 N/cm. Ke 4 variabel Bentonit diatas digunakan untuk uji cor spesimen Al dan hasilnya menunjukkan bahwa Montmorilonit (2%) memberikan effek paling baik pada permukaan benda tuang.
"
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pinem, Nalsali
"Bentonit yang diteliti disini adalah bentonit yang dipakai sebagai bahan dasar dari lumpur pemboran sumur-sumur minyak, gas atau geothermal. Bentonit yang selama ini digunakan pada kegiatan pemboran adalah Na-Bentonit yang diimpor dari Wyoming, Amerika Serikat.
Program penelitian ini mencoba merubah Ca-Bentonit lokal menjadi Na-Bentonit dengan Proses Ion Exchange, sehingga Bentonit lokal dapat mendekati sifat-sifat Bentonit impor, dan dapat dipakai disetiap operasi pemboran sumur-sumur minyak dan gas bumi di Indonesia. Hasil yang dicapai dari penelitian ini cukup menggembirakan dari metode yang dipakai, yakni dengan metode menghisap atau menekan larutan melewati filter dari hasil proses ion exchange pada pencampuran bentonit-air-Na2 EDTA dan Na OH. Ternyata kandungan Ca yang dapat dikeluarkan sangat menggembirakan, yakni rata-rata hampir 90 %. Akan tetapi unsur Na juga ikut keluar dari endapan Bentonitnya yakni rata-rata 42 %.
Untuk mengatasi hal ini Campuran Bentonit dengan Na-EDTA tersebut dijenuhi dengan Na dengan menambahkan Na-OH. Dari hasil pemeriksaan analisa kimia dengan AAS (Atomic Absorption Spectroscopy) ternyata unsur Ca-nya telah terusir sedang unsur Na nyapun telah masuk kedalam Bentonit.
Banyaknya kandungan Ca yang dapat dikeluarkan dari basal plane bentonit lokal rata-rata diatas 90% dan unsur Na yang dapat dimasukkan kedalam basal plane bentonit lokal berkisar antara 120% sampai 1367% dari banyaknya kandungan Na di basal plane mula-mula. Dengan demikian yang tadinya berupa Ca-Bentonit telah berubah menjadi Na-Bentonit.
Untuk lebih menyakinkan apakah unsur Ca-nya telah keluar dari Bentonit dan telah berubah menjadi Na-Bentonit dilakukan pengukuran dengan XRD (X Ray Difractometer) dan DTA (Differential Thermal Analysis). Jarak antara basal plane (d) hasil pengukuran XRD Bentonit Boyolali ialah sebesar 15A° sebelum mengalami perlakuan dan sebesar 12,9A° setelah mengalami perlakuan. Hal ini sesuai dengan d dari Ca-bentonit sebesar 15,2A° dan d dari Na-bentonit sebesar 12,8A°. Demikian juga ternyata sebagian Bentonit lokal setelah mengalami perlakuan dapat memenuhi performance yang diingini sebagai lumpur bor, yakni besar viskositas semu (Appearant Viscocity) sekitar 16 Cps (syarat minimum =15 Cps), swellingnya sekitar 7 (syarat minimum = 5), plastis viscosity sekitar 8 (syarat minimum = 8) dan tapisan sekitar 13,5 (syarat maksimum = 15)."
Depok: Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfi Adhayuda
"Organobentonit berhasil dibuat dari proses interkalasi bentonit alam Tapanuli dengan senyawa Monosodium Glutamat (MSG). Sebelum digunakan untuk preparasi organobentonit, dilakukan proses sedimentasi terhadap bentonit Tapanuli untuk memurnikan kandungan montmorillonit (MMT) yang ada pada bentonit. Kemudian dilakukan penyeragaman kation pada interlayer bentonit dengan Na+ menjadi Na-Bentonit. Selanjutnya dilakukan penentuan nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK) dengan menggunakan larutan [Cu(en)2]2+, sehingga diperoleh nilai KTK sebesar 45,29 mek/100 gram bentonit. Preparasi organobentonit menggunakan Na-Bentonit yang terinterkalasi senyawa MSG, dimana jumlah MSG yang ditambahkan sesuai dengan nilai 1 KTK dan 2 KTK dengan variasi pH (pH=pI MSG=3,22 , pHpI MSG).
Hasil karakterisasi organobentonit menunjukkan senyawa MSG telah berhasil terinterkalasi ke dalam bentonit dan terjadi perubahan pada d-spacing. Produk organobentonit tersebut selanjutnya diuji kemampuan adsorpsinya terhadap ion logam berat Pb2+ dan Cd2+ dengan variasi konsentrasi (1-10 mM) dan membandingkannya dengan kemampuan adsoprsi dari bentonit alam dengan konsentrasi ion logam berat Pb2+ dan Cd2+ yang sama. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa organobentonit lebih efektif daripada bentonit alam dalam menyerap ion logam berat Pb2+ dan Cd2+.

Organobentonite successfully made from the process of intercalation bentonite tapanuli with the compounds of Monosodium Glutamate (MSG). Before being used for the preparation, sedimentation process of bentonite content was made to purify montmorillonite (MMT) on bentonite Tapanuli. The uniformity of cations with Na+ on bentonite interlayer was made to make Na-Bentonite. Furthermore, Cation Exchange Capacity (CEC) values was calculated by using a [Cu(en)2]2+, and CEC values obtained is 45.29 meq/100 grams of bentonite. Organobentonite was prepared using the Na-Bentonite intercalated by MSG compound, and the MSG was added according to the value of 1 CEC and 2 CEC with variety of pH (pH=pI MSG=3,22 , pHpI MSG).
Characterization results showed that organobentonite preparation has been successfully intercalated MSG into bentonite and its d-spacing has changed. Organobentonite product adsorption ability was tedted against heavy metal ions Pb2+ and Cd2+ adsorption by varying the concentration (1-10 mM) and compare it with the adsorption ability of natural bentonite. From the data obtained shows that organobentonite is more effective than the natural bentonite to absorb heavy metal ions Pb2+ and Cd2+.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S56352
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Farouq Fazmar
"Bentonit dimodifikasi dengan menyisipkan material semikonduktor ZnO ke dalam Iapisan interlayernya. Preparasi bentonit dilakukan dalam 3 tahapan, preparasi awal, bentonit dipurifikasi karbonat dan penjenuhan dengan NaCl. Proses sintesis dilakukan dengan metoda hidrotermal di dalam autoclave pacia suhu 160° C selama 12 jam kemudian padatannya dikalsinasi pada suhu 400°C selama 5 jam. Karakterisasi ZnO-bentonit dilakukan dengan menggunakan instrumentasi AAS, XRF, XRD, UV-Vis Diffuse Reflectance dan FTIR. Data UV-Vis Diffuse Reflectance memperlihatkan nilai band Gap 3,5 eV; 3,45 eV; 3,5 eV untuk masing-masing ZnO-bentonit 10%, 20% dan 30%. Uji aplikasi fotodegraciasi zat vvarna Rhodamin B dilakukan pada masing-masing fraksi ZnO-bentonit 10%, 20 % dan 30%. Fraksi ZnO- Bentonit 10% memberikan hasil yang paling efektif untuk mendegradasi zat vvarna Rhociamin B. Berciasarkan data uji aplikasi material ZnO-Bentonit memiliki kemampuan sorpsi dan fotokatalis terhadap zat vvarna Rhodamin B."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30465
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yusni Nurdani
"CuO-bentonit telah disintesis dengan menggunakan prekursor tembaga (II) sulfat dan KOH dalam etanol melalui metode hidrotermal pada T=16O°C selama 5 jam dan dilanjutkan dengan kalsinasi pada suhu 400°C selama 5 jam. Hasil karakterisasi XRD, XRF dan FTIR mengkonfirmasi keberadaan CuO dalam bentonit Pengukuran dengan menggunakan UV-Vis Diffuse Reflectance menunjukkan bahvva CuO-Bentonit mempunyai energi pita pada daerah 1,4 eV. Uji aplikasi fotokatalis terhadap Rhodamin B menunjukkan bahwa CuO-bentonit memiliki aktivitas sebagai fotokatalis Daya sorpsi CuO-bentonit ikut berperan dalam proses pengurangan konsentrasi Rhodamin B."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30468
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Netti Yulia Ningsih
"Bentonit merupakan salah satu mineral yang kelimpahannya cukup besar di Indonesia. Untuk meningkatkan daya guna bentonit maka dibuat bentonit terpilar Al dengan polianilin dan diaplikasikan sebagai agen pereduksi ion Cr(VI). Pengukuran dengan XRD menunjukkan pilarisasi dengan polikation Al menyebabkan basal spacing dari bentonit alam naik menjadi 18,41 Å. Sintesis Bent@Al@PANI dilakukan secara in situ dengan anilin 0,05 M sebagai monomer dan amonium peroksodisulfat (APS) 0,0625 M sebagai inisiator dalam polimerisasi fasa bulk. Perbandingan konsentrasi APS/anilin adalah 1,25.
Hasil uji FTIR dan spektrofotometer UV-Vis mengindikasikan bahwa polianilin yang diperoleh merupakan bentuk emeraldin salt (ES). Hasil pengukuran dengan spektrofotometer UV-Vis menunjukkan Bent@Al@PANI 0,05 M dengan waktu reaksi 10 menit, pH 3,0, massa 0,1 g mampu mereduksi Cr(VI) 1,92x10-4 M sebesar 83,03 %. Tetapan laju reduksi orde satu untuk Cr(VI) diperoleh sebesar 0,72 menit-1.

Bentonite is a mineral that has a large abundance in Indonesia. To improve the usage of it, polyaniline-modified Al-pillared bentonite was synthesized and applied as a reductant of Cr(VI) ion. XRD measurement showed that the pillarization of bentonite using Al polycation caused the basal spacing value of bentonite to be 18,41 Å. Bent@Al@PANI was synthesized by in situ process with aniline 0,05 M as monomer, and ammonium peroxodisulfate (APS) 0,0625 M as initiator of bulk polymerization. Concentration ratio of APS/aniline was 1,25.
The analysis result of FTIR and UV-Vis spectroscopy indicated that the result of synthesis was polyaniline in its emeraldine salt form. The result of measurement by UV-Vis characterization showed that 0,1 g of Bent@Al@PANI 0,05 M with 10 minutes reduction time and pH 3,0, resulted 83,30 % reduction percentage of Cr(VI) 1,92x10-4 M. First order reaction rate constant of Cr(VI) was found to be 0,72 min-1.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T35428
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danar Kuriawan
"Penentuan kapasitas tukar kation ( KTK) bentonit alam, bentonit komersil, bentonit alam purifikasi karbonat, dan bentonit komersil purifikasi karbonat menggunakan ion kompleks [Cu(en)2]2+ yang akan dipertukarkan dengan kation-kation yang berada dalam interlayer bentonit. Hasil pengukuran spektrofotometer UV-Vis menunjukkan bentonit yang dipurifikasi memiliki nilai KTK yang lebih kecil dibandingkan bentonit yang belum dipurifikasi. Sintesis organoclay melalui metode ultrasonik menggunakan surfaktan heksadesil trimetil amonium bromida dilakukan dengan variasi konsentrasi 1 KTK dan 2 KTK . Hasil XRD menunjukkan baik organoclay 1 KTK maupun 2 KTK memiliki orientasi bilayer.
Hasil FTIR menunjukkan adanya pita serapan vibrasi uluran antisimetri dan simetri di bilangan gelombang 2850-2920 cm-1 dan pita serapan vibrasi gunting CH2 pada 1463-1473 cm-1 mengindikasikan telah terjadi interkalasi surfaktan pada bentonit. Aplikasi organoclay dilakukan pada p-klorofenol dan hidroquinon. Hasil spektrofometer UV-vis menunjukkan adanya penurunan konsentrasi pada kedua senyawa tersebut. Penyerapan pada p-klorofenol lebih efektif dibandingkan hidroquinon. Data FTIR menunjukkan bahwa kedua senyawa tersebut telah terabsorp oleh organoclay pada bilangan gelombang 3400 cm-1."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S30463
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>