Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147332 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Metode pembelajaran Taman Kanak-kanak (TK) senantiasa berkembang untuk mengoptimalkan pembelajaran dan meningkatkan motivasi bermain belajar anak. Salah satu metode pembelajaran yang dikembangkan yaitu pembelajaran antraktif dengan penataan lingkungan diluar dan didalam kelas sebagai pilar pertamanya..."
JSIO 13:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Karyoto
"Memasuki era globalisasi persaingan tenaga kerja semakin intensif yang diakibatkan oleh meningkatnya mobilitas kapital dan tenaga kerja antar wilayah atau antar negara. Mengingat tuntutan pasar global yang semakin dinamis sebagai akibat dari globalisasi dan kemajuan teknologi, BLK Khusus Pertanian dituntut mampu beradaptasi melalui pengembangan dan peningkatan sumberdaya manusia.
Sumberdaya manusia merupakan faktor yang paling menentukan, terutama pemimpin, sebab merekalah yang mengendalikan organisasi tersebut. Untuk itu dipandang perlu meneliti kepemimpinan Kepala BLK Khusus Pertanian dalam upaya memenuhi kebutuhan pelatihan.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskripsi analitis, dimana populasi penelitian adalah pejabat struktural, fungsional serta staf yang berpendidikan SLTA ke atas. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan instrumen penelitian tentang kepemimpinan dikembangkan berdasarkan teori perubahan "Proses Delapan Tahap" dari Kotter. Selanjutnya untuk analisis data digunakan analisis deskripsi.
Hasil Penelitian ini menunjukkan :
1. Kepemimpinan Kepala BLK Khusus Pertanian Lembang dan Klampok cukup melakukan perubahan-perubahan dalam upaya memenuhi kebutuhan pelatihan,
2. Kepemimpinan BLK Khusus Pertanian Lembang dan Klampok cukup adaptif dalam memenuhi kebutuhan pelatihan.
Dengan hasil penelitian ini, disarankan perlunya peningkatan lagi dalam melakukan perubahan-perubahan proses delapan tahap, agar BLK Khusus Pertanian akan lebih adaptif terhadap kebutuhan pelatihan, juga perlu adanya program pelatihan kepemimpinan yang lebih komprehensif dan efektif sesuai dengan tuntutan' globalisasi.
Bagi peneliti lain yang berminat untuk meneliti kepemimpinan Kepala BLK Khusus Pertanian agar alat ukur yang ada perlu disempurnakan lagi dan melakukan penelitian dengan pendekatan kuantitatif, sehingga kecenderungan hubungan antara variabel bebas sebagai prediktor dengan variabel terikat atau antar variabel dapat melengkapi penelitian ini."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elsa Naviati
"Cairan dibutuhkan oleh tubuh untuk konservasi energi Ketidakseimbangan cairan akan menyebabkan gangguan proses fisiologis yaitu pengaturan suhu tubuh media transportasi membantu proses memperbaiki sel di dalam tubuh dan metabolisme Karya ilmiah ini membahas mengenai penerapan Konservasi Energi untuk memenuhi kebutuhan cairan anak post operasi Terdapat lima kasus yang dibahas Intervensi diberikan berdasarkan pinsip prinsip konservasi mencakup semua trophicognosis yang ditemukan pada klien Hasil evaluasi pada akhir perawatan dari trophicognosis pada kelima kasus terpilih menunjukkan ada yang teratasi belum teratasi tetapi sudah menunjukkan perbaikan dan ada juga yang belum teratasi Pemantauan asupan dan haluran cairan memegang peranan penting dalam menyelesaikan masalah klien Kata kunci Kebutuhan Cairan Post Operasi Konservasi Energi.

Fluid imbalance will cause physiological processes The process is the regulation of body temperature transport media assist in the repair cells in the body and metabolism This paper discusses the application of Energy Conservation to meet the child 39 s needs postoperative fluid There are five cases discussed Interventions are given based on conservation principles pinsip trophicognosis include all those found on the client The evaluation results of treatment in five cases trophicognosis selected indicates there are resolved not resolved but is showing improvement and there are also unresolved Fluid intake and output monitoring is an important role of problem solving Key words Fluid needs Post operative Energy Conservation."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Elsa Naviati
"Cairan dibutuhkan oleh tubuh untuk konservasi energi. Ketidakseimbangan cairan akan menyebabkan gangguan proses fisiologis yaitu pengaturan suhu tubuh, media transportasi, membantu proses memperbaiki sel di dalam tubuh dan metabolisme. Karya ilmiah ini membahas mengenai penerapan Konservasi Energi untuk memenuhi kebutuhan cairan anak post operasi. Terdapat lima kasus yang dibahas. Intervensi diberikan berdasarkan pinsip-prinsip konservasi mencakup semua trophicognosis yang ditemukan pada klien. Hasil evaluasi pada akhir perawatan dari trophicognosis pada kelima kasus terpilih, menunjukkan ada yang teratasi, belum teratasi tetapi sudah menunjukkan perbaikan, dan ada juga yang belum teratasi. Pemantauan asupan dan haluran cairan memegang peranan penting dalam menyelesaikan masalah klien

Fluids are needed by the body for energy conservation. Fluid imbalance will cause physiological processes. The process is the regulation of body temperature, transport media, assist in the repair cells in the body and metabolism. This paper discusses the application of Energy Conservation to meet the child's needs postoperative fluid. There are five cases discussed. Interventions are given based on conservation principles pinsip trophicognosis include all those found on the client. The evaluation results of treatment in five cases trophicognosis selected, indicates there are resolved, not resolved but is showing improvement, and there are also unresolved. Fluid intake and output monitoring is an important role of problem solving"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yuce Sariningsih
"Tesis ini meneliti tentang perilaku orang tua miskin dalam memenuhi kebutuhan gizi balitanya. Kriteria kemiskinan pada penelitian ini adalah kriteria yang mengacu pada BKKBN, dimana kondisi keluarga miskin diidentikan sebagai keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I.
Balita adalah anggota keluarga yang rentan apabila kebutuhan akan pangannya tidak terpenuni, khususnya kebutuhan akan makanan yang bergizi. Dipandang dari segi dietetik, anak-anak usia 1 - 5 tahun (pra sekolah) merupakan konsumen pasif. Mereka belum dapat mengambil dan memilih makanan sendiri, sukar diberi pengertian tentang makanan, serta kemampuan untuk menerima jenis-jenis makanan masih terbatas.
Beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah gizi adalah faktor ekonomi, sosial dan budaya. Hal yang menarik adalah bahwa terdapat balita miskin yang memiliki kondisi gizi baik, di samping sebagian besar balita miskin yang mengalami gizi kurang. Pertanyaan penelitian yang mendasar dalam penelitian ini adalah bagaimana perilaku orang tua miskin dalam memenuhi kebutuhan gizi balita ?
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data melalui wawancara tidak berstruktur secara mendalam dan observasi langsung dengan kapasitas peneliti sebagai outsider. Informasi dipilih dengan menggunakan teknik purposive.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat keluarga miskin yang mampu memenuhi kebutuhan gizi balitanya. Asumsi yang dihasilkan dari penelitian ini adalah bahwa perilaku orang tua yang menentukan terpenuhi atau tidaknya kebutuhan gizi balita miskin adalah perilaku dalam dimensi ekonomi dan sosial. Bagian dari dimensi ekonomi yang terpenting dalam pemenuhan kebutuhan gizi balita adalah ketrampilan dari keluarga miskin dalam mengelola pendapatan yang rendah. Aspek yang penting dalam dimensi sosial adalah penerapan pengetahuan mengenai gizi balita secara praktis dalam kehidupan sehari - hari. Sedangkan dimensi budaya yang terdiri dari komponen perilaku tabu/pantangan akan makanan tertentu dan perilaku mengutamakan makanan bagi kepala keluarga tidak memberikan kontribusi terhadap perilaku orang tua dalam memenuhi kebutuhan gizi balita pada keluarga informan.
Keempat keluarga miskin sebagai informan dalam penelitian ini memiliki pendapatan yang rendah dan tidak menentu, perekonomian mereka sehari-hari ditandai dengan aktifitas perekonomian gali lubung tutup lubang untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, terutama kebutuhan pangan, keadaan ini merupakan indikator dari kemiskinan yang mereka alami. Tetapi dua balita miskin lainnya dapat terpenuhi kebutuhan gizinya.
Pada dua keluarga miskin yang memiliki balita dengan gizi baik, ibu dari balita mempunyai kreatifitas untuk mengolah makanan, toleransi yang rendah terhadap pemenuhan keinginan jajan makanan, memiliki ketelatenan yang tinggi untuk memberi makan anak balitanya, dan tidak berhenti berupaya jika balita tidak mau makan. Temuan lainnya adalah ibu berusaha memanfaatkan keberadaan Posyandu semaksimal mungkin. Di lain pihak, perilaku ayah adalah mengurangi anggaran untuk membeli rokok. Pengeluaran untuk rokok dialokasikan untuk kepentingan membeli makanan yang bergizi bagi balita. Pengetahuan mengenai gizi dan pentingnya bagi tumbuh kembang balita diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan pada dua keluarga miskin lainnya yang memiliki balita dengan gizi kurang bahkan buruk, ibu dari balita memiliki kreatifitas yang rendah dalam mengolah makanan, pengeluaran untuk jajan makanan cukup tinggi serta kurang telaten merawat balita. Di samping itu, ibu dari balita belum memanfaatkan Posyandu dengan baik, Perilaku ayah pada keluarga miskin yang tidak menunjang kondisi gizi balitanya adalah perilaku merokok. Konsumsi rokok dalam sehari mencapai satu sampai dua bungkus. Meskipun mereka telah mengetahui tentang gizi dan pentingnya gizi bagi tumbuh kembang balita, namun pengetahuan tersebut belum diaplikasikan pada perilakunya untuk memenuhi kebutuhan gizi balita.
Berdasarkan temuan-temuan tersebut, dipandang perlu bagi semua pihak terutama pemeriutah dan lembaga-lembaga pemberdaya lainnya termasuk LSM untuk memperkuat komitmennya dalam membantu memecahkan masalah gizi yang dialami oleh balita miskin. Upaya yang dilakukan dapat berbentuk pemberdayaan dalam bidang ekonomi dan pemberian motivasi pada keluarga miskin agar mereka dapat memenuhi kebutuhan gizi balitanya."
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Upaya pencegahan dan pengendalian penularan infeksi di lingkungan rumah sakit dapat dilakukan
dengan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) sarung tangan dalam setiap meiakukan tindakan
keperawatan. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi hubungan antara motivasi dengan
sikap dalam penggunaan APD sarung tangan yang dilakukan terhadap 37 perawat di ruang rawat inap yang ditentukan secara total sampling pada RSU Bunda Margonda Depok Jawa Barat. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan metode korelasi deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna (p value >0.05) antara tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, status pekerjaan, masa kerja, pengawasan, kebijakan, dan fasilitas terhadap sikap dalam penggunaan APD sarung tangan. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah penggunaan APD sarung tangan tidak ada hubungan dengan motivasi dan sikap perawat. Namun penggunaan APD sarung tangan ini harus selalu dipertahankan dan menjadi suatu aktivitas rutin bagi perawat dalam melakukan tindakan keperawatan."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5607
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Pengetahuan tentang kesiapan anak untuk toilet training penting diketahui orang tua untuk mencapai tugas perkembangan toddler yang meliputi kesiapan fisik, mental, dan psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pencapaian toilet training pada todler dengan pengetahuan ibu tentang toilet training. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi pada 45 responden yang memilki anak usia 2-3 tahun di TK Harapan Bunda kelurahan Kukusan Depok. Tehnik pengambilan yang digunakan yaitu purposive random sampling. Data yang telah terkumpul di analisa dengan statistik univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi-square dan diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang kesiapan anak untuk toilet training dengan pencapaian toilet training pada anak usia toddler di TK Harapan Bunda kelurahan Kukusan Depok (p >0,05; OR 0,375). Rekomendasi penelitian ini yaitu agar dilakukan penelitian tentang kesiapan orang tua dalam melatih anak untuk toilet training."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5818
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
David Saputra
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis upaya membangun collaborative governance dalam penataan ruang di Kota Depok. Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivist dengan metode pengumpulan data kualitatif. Pengumpulan data dengan: (1) data primer melalui wawancara mendalam dengan pihak Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Depok, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Depok, serta pihak pengembang perumahan atau stakeholders di Kota Depok yang terkait dengan permasalahan penelitian. Kemudian (2) data sekunder melalui literatur dan dokumentasi di lokasi penelitian.
Penelitian ini menunjukkan bahwa collaborative governance dalam penataan ruang di Kota Depok belum efektif, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: (1) Tidak Adanya Insentif Stakeholders untuk Berpartisipasi; (2) Kepemimpinan Fasilitatif yang Tidak Efektif; (3) Desain Kelembagaan yang Kurang Inklusif; dan (4) Uncontrol Komersialisasi/ Privatisasi yang tinggi.
Untuk membangun collaborative governance dalam penataan ruang di Kota Depok sulit dilaksanakan, dikarenakan pemahaman stakeholders mengenai collaborative governance yang tidak merata. Upaya membangun kolaborasi dalam penataan ruang di Kota Depok dengan: (1) Melakukan dialog tatap muka secara berkala dan berkelanjutan setiap tahun untuk memastikan suara stakeholders terwakili dalam perumusan kebijakan; (2) Membangun kepercayaan antar stakeholders dengan adanya transparansi proses dari pemerintah maupun stakeholders, adanya sikap saling membutuhkan sehingga tidak ada yang terabaikan, serta sikap keprofesionalan dari stakeholders itu sendiri; (3) Membentuk komitmen pada proses kolaborasi dengan adanya kepercayaan antar stakeholders, sikap saling memiliki dan saling ketergantungan, adanya sikap saling menghormati hingga pemahaman bersama diantara stakeholders; (4) Dukungan politik menjadi sangat penting untuk melancarkan anggaran stakeholders dan pemerintah dalam mencapai tujuan bersama; (5) Dukungan masyarakat dengan  melibatkan dan memberdayakan masyarakat menjadi inti membangun kolaborasi; (6) Ketercukupan sumber daya menjadi objek yang krusial, tanpa sumber daya yang cukup, membangun kolaborasi susah terlaksana.

The aims of the study are to analyse efforts to build collaborative governance in spatial planning in the Depok city. This research used post-positivist approach with qualitative data collection method. The data consists of: (1) primary data were collected through in-depth interviews with Public Works and Spatial Planning Department, Development Planning Board, and the developer of housing or stakeholders in Depok related to the research problem, and (2) secondary data were collected through the literature and documentation at the research site.
This research indicates that the collaborative governance in Depoks spatial planning has not been built, which is influenced by several factors: there is no incentive for stakeholders to participate, ineffective facilitative leadership, not inclusive of institutional design, and the high of uncontrol commercialization.
To build a collaborative governance in spatial planning in Depok City is difficult to implement, it because understanding of stakeholders regarding collaborative governance is uneven. The efforts to build collaboration in spatial planning in Depok City can be done by: (1) Conducting regular and ongoing face-to-face dialogue for each stakeholder represented in policy formulation; (2) Building trust between stakeholders with the transparency of the parties concerned, interdependency behaviors so that none not neglected, and also professionalism of the stakeholders themselves; (3) Establish a commitment to the collaboration process with the existence of inter-stakeholders, mutual ownership and interdependence, mutual trust and mutual interest with stakeholders; (4) Political support becomes very important to strengthen stakeholders and government budgets in achieving common goals (5) Community support by involving and empowering the community becomes the core of building collaboration;  (6) The adequacy of resources becomes a crucial object, because without sufficient resources, building collaboration is difficult to implement.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Muhammad
"ABSTRAK
Petugas pengamanan LAPAS Kls. I Sukamiskin Bandung sebagai pelaksana teknis lapangan mempunyai tugas mencegah terjadinya pelarian, gangguan kamtib seperti perkelahian,kericuhan, pemberontakan warga binaan. Selain itu juga bertanggung jawab atas terwujudnya tertib kehidupan penghuni LAPAS dan keamanan gedung serta seisinya terutama setelah kantor di tutup. Petugas pengamanan pads umumnya masih memiliki motivasi kerja yang rendah dalam melaksanakan tugas dan fimgsinya. Hal ini antara lain karena banyak petugas yang tidak memahami TUPOKSI pengamanan.
Program intervensi bagi Petugas pengamanan dilakukan melalui Program Pelatihan Peningkatan Motivasi Kerja yaitu program yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan petugas pengamanan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, sebagai upaya meningkatkan motivasi dan sikap kerja petugas pengamanan terhadap tugas dan fungsinya. Pelatihan dirancang mulai dari tahap persiapan,pelaksanaan dan evaluasi. Materi dan metode pelatihan menggunakan konsep metode belajar untuk orang dewasa dan mempergunakan teori motivasi dua faktor dari Frederick Herzberg.
Melalui pelatihan peningkatan motivasi kerja diharapkan petugas regu pengamanan dapat meningkat motivasi kerjanya dan semakin menguasai TUPOKSI-nya. Agar pelatihan dan hasilnya lebih efektif maka perlu dibuat tata tertib untuk WBP dan petugas, mengadakan pembinaan dan bimbingan, penempatan petugas sesuai dengan kemampuan serta lcoordinasi pasca pelatihan."
2007
T17793
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Muhammad
"Petugas pengamanan LAPAS Kls. I Sukamiskin Bandung sebagai pelaksana teknis lapangan mempunyai tugas mencegah terjadinya pelarian, gangguan kamtib seperti perkelarian, kericuhan, pemberontakan warga binaan. Selain itu juga bertanggung jawab atas terwujudnya tertib kehidupan penghuni LAPAS dan kcamanan gedung serta seisinya temtama setelah kantor di tutup. Petugas pengamanan pada umumnya masih memiliki motivasi kerja yang rendah dalam melaksanakan mgas dan fungsinya. Hal ini antara lain karena banyak petugas yang tidak memahami TUPOKSI pengamanan.
Program intervensi bagi Petugas pengamanan dilakukan melalui Program Pelatihan Peningkatan MotivasiKe1ja yaitu program yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan petugas pengamanan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, sebagai upaya meningkatkan motivasi dan sikap kerja petugas pengamanan terhadap tugas dan fungsinya. Pelatihan dirancang mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Materi dan metode pelatihan menggunakan konscp metode belajar untuk orang dewasa dan mempergunakan teori motivasi dua faktor dari Frederick Herzberg.
Melalui pelatihan peningkatan motivasi kelja diharapkan petugas regu pengamanan dapat meningkat motivasi kerjanya dan semakin menguasai TUPOKSI-nya. Agar pelatihan dan hasilnya lebih efektif maka perlu dibuat tata terlib untuk WBP dan petugas, mengadakan pembinaan dan bimbingan, penempatan petugas sesuai dengan kemampuau Sena koordinasi pasca pelatihan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
TA34142
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>