Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 196751 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Safrida Hoesin
Jakarta: UI-Press, 2005
PGB 0447
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Hartini Sundoro
"Penelitian ini ditujukan untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh minum air susu ibu dan minum susu dengan botol terhadap terjadinya karies pada gigi sulung, dengan subyek anak usia 3-5 tahun di Posyandu dari 5 wilayah di DKI Jakarta. Sebanyak 105 anak diperiksa gigi-giginya untuk mengetahui frekuensi, def-t dan def-s rata-rata, keparahan karies yang diukur dengan klasifikasi Ochiai (1963), serta urutan jenis permukaan gigi yang paling banyak terkena karies. Kebiasaan minum susu sejak lahir ditanyakan kepada ibu-ibu subyek. Ternyata 92.38% dari subyek menderita karies dengan def-t rata-rata 8.28 dan def-s rata-rata 19.62. Pada anak yang minum air susu ibu frekuensi karies dan rata-rata def-t dan def-s lebih tinggi dibandingkan dengan minuet susu dengan botol. Demikian pula ukuran keparahan karies, yang ditunjukkan dengan banyaknya penderita karies kelas 4. Namun dengan perhitungan statistik keparahan karies antara yang minum ASI, minum susu botol, dan kombinasi ASI dan botol, tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Sedang urutan jenis permukaan gigi yang paling banyak terkena karies antara yang minum air susu ibu dan susu botol adalah sama; yaitu permukaan proksimal, kemudian permukaan halus, dan yang terakhir permukaan oklusal."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1994
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Jayanti
"Perawatan gigi pada usia 5-6 tahun mempengaruhi kesehatan gigi pada tingkat usia selanjutnya. Kurangnya perawatan gigi seperti menggosok gigi dapat memicu terjadinya kerusakan gigi, salah satu diantaranya karies gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perawatan gigi yaitu menggosok gigi dengan insiden karies gigi pada anak usia 5-6 tahun. Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa TK At- Taubah dan TK Persistri dengan jumlah 65 orang. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif sedangkan teknik analisis datanya menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukan tidak ada hubungannya antara kurangnya perawatan gigi (menggosok gigi) dengan insiden karies gigi pada anak usia 5-6 tahun.

Tooth care in child 5-6 years old effects tooth health in the next level. Less tooth care like tooth brush with right and regular can cause damage tooth, example tooth caries. Research objective to know related between tooth care like tooth brush with incident tooth caries in child 5-6 years old. Research sample is students TK At- Taubah and TK Persistri with 65 people. Research design is corelatif descriptive with technique data analysis is chi square test. Research result direct not related between tooth care like tooth brush with incident tooth caries in child 5-6 years old."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5833
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Managerial skill is one of the most important skills for a dentist who is working in a dental health center. A dentist will face difficulties if she/he does not have the managerial skill because beside the medical techniques, there are lots of duties which relate to planning, performance and program evaluation. The skill to plan a dental health program will require understanding of epidemiology and many other influencing factors. Time limitation in rendering the dental medication effort has become an impediment for other activities, particularly in the managing the public dental health effort, in order to create a health paradigm in the year of 2010. The ideas regarding a family dentist to provide the dental services as close as possible to the society, and also to overcome the unfavourable distribution of dentistry graduates, need to be will planned and implemented."
Journal of Dentistry Indonesia, 2004
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hariani Rafitha
"Karies gigi merupakan penyakit infeksi yang ditandai dengan kerusakan jaringan permukaan gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme dalam suatu fermentasi karbohidrat. Karies gigi dan obesitas keduanya merupakan penyakit multifaktorial yang terkait dengan kebiasaan diet makan dan beberapa faktor gaya hidup yang umum pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara obesitas dengan karies gigi pada anak usia 7-12 tahun di Kabupaten Badung Provinsi Bali 2018. Penelitian ini menggunakan desain pendekatan crossectional dengan jumlah sampel sebanyak 426 anak beserta ibu yang diambil dari seluruh murid kelas 1-5 SD di 3 SDN yang terpilih secara acak sederhana. Hasil regresi logistic dengan analisis mutivariat menunjukan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara obesitas dan karies gigi setelah mengkontrol variabel ketiga, yang terbukti secara statistik dengan p value 0,003 dan OR 1,830. Sehingga dapat disimpulkan bahwa anak dengan obesitas memiliki resiko 2 kali untuk mengalami karies gigi dibandingkan anak yang tidak obesitas. Berdasarkan hasil tersebut diharapkan sekolah dapat mengembangkan program UKS/UKGS yang sudah ada seperi membentuk dokter kecil atau kader kesehatan di sekolah untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan sebagai upaya pemberdayaan siswa-siswi di sekolah.

Dental caries is an infectious disease characterised by dental tissue damage caused by microorganisms in a carbohydrate fermentation. Dental caries and obesity are both multifactorial illnesses associated with eating habits and some lifestyle factors in children. This study aims to see the relationship between obesity with dental caries in children aged 7-12 years in Badung district of Bali province in 2018. This study used a crossectional design with a total sample of 426 children and mothers taken from all students of class 1-5 elementary school in 3 schools selected by random sampling method. Logistic regression results with multivariate analysis showed that there was a significant relationship between obesity and dental caries after controlling the third variable, which statistically proven with p-value 0,003 and OR 1,830. Thus, it concluded that children with obesity have two times greater risk of dental caries than children who are not obese. Based on these results, schools are expected to develop UKS / UKGS programs such as establishing health cadres in schools to convey health information as an effort to empower students in schools."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sophia Hermawan
"Penyakit karies gigi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius. Hal ini terlihat dari angka prevalensi karies gigi pada murid sekolah usia 14 tahun di seluruh propinsi Indonesia pada akhir Pelita III, IV dan tahun 1995 sebesar 72,76 %, 73,41 % dan 74,41 %. DKI Jakarta merupakan daerah yang mempunyai prevalensi karies gigi yang cukup tinggi, yaitu sebesar 93,38 % dan rata-rata angka pengalaman karies gigi (DMF-T) =2,82 gigi per anak dan angka PTI (jumlah gigi yang ditambal dibanding dengan pengalaman karies) sebesar 9,06 %. Angka ini masih jauh dibawah standar indikator target derajat kesehatan gigi dan mulut tahun 2000 yaitu minimal 50% pada usia 12 tahun. Hal ini menunjukkan kurangnya motivasi untuk berobat. Dengan demikian di DKI penyakit karies gigi masih merupakan masalah yang perlu diprioritaskan untuk dilakukan upaya penanggulangan. Namun upaya kuratif termasuk relatif mahal, sehingga dipilih altematif pencegahan karies yang antara lain dengan kumur Fluor. Berdasarkan altematif tersebut maka dapat digambarkan masalah penelitian yaitu belum adanya evaluasi tentang hubungan antara pemberian kumur Fluor dengan angka DMF-T, serta faktor lain yang diduga turut berperan dalam hubungan tersebut.
Adapun tujuan penelitian adalah diketahuinya rata-rata angka pengalaman karies gigi murid SD di DKI Jakarta dan diketahuinya hubungan pemberian kumur Fluor dengan angka DMF-T pada murid SD di DKI Jakarta, setelah dikontrol dengan variabel kebiasaan sikat gigi, konsumsi gula, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua dan pengetahuan pemeliharan kesehatan gigi.
Pada penelitian ini digunakan disain Cross Sectional , dengan populasi adalah seluruh murid SD di 5 wilayah DKI Jakarta, baik yang mendapat kumur Fluor maupun tidak. Sedangkan sampel adalah murid SD kelas 5 dan 6 yang berusia 12 tahun pada SD tertentu yang dipilih secara acak bertingkat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata angka DMF-T pada murid SD di DKI Jakarta adalah 3,020 gigi per anak, berarti sedikit melampaui Batas maksimal indikator derajat kesehatan gigi tahun 2000 ( lebih kecil dari 3 ). Namun rata-rata angka DMF-T pada kelompok kumur Fluor lebih kecil /lebih baik (2,74) gigi per anak, dibandingkan kelompok non kumur Fluor yaitu 3,30 gigi per anak. Dilihat dari segi hubungan, maka terdapat hubungan yang bermakna antara variabel kumur Fluor, kebiasaan sikat gigi dan pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi, sehingga cocok dimasukkan dalam permodelan. Dari faktor kekuatan hubungan dan peluang meningkatnya kekuatan hubungannya dengan angka DMF-T , faktor kebiasaan sikat gigi adalah yang paling kuat hubungannya, diikuti kumur Fluor dan pengetahuan kesehatan gigi. Ditinjau dari segi efektivitas kegiatan sikat gigi masal dalam program UKGS disertai penyuluhan tentang kebiasaan sikat gigi merupakan Cara yang paling efektif, efisien dan serta alternatif yang paling tepat.
Pada penelitian ini penulis menyarankan agar kegiatan sikat gigi masal dan penyuluhan tentang kebiasaan sikat gigi terus dilakukan secara intensif dan berkesinambungan di seluruh Indonesia. Sedangkan kumur Fluor khusus pada daerah dengan konsentrasi Fluor dalam air minum rendah. Khusus DKI Jakarta dan kota besar lainnya dengan sosial ekonomi cukup baik, dianjurkan kegiatan sikat gigi masal disertai penyuluhan tentang kebiasaan sikat gigi dengan menggunakan pasta mengandung Fluor.

The Association between fluorides mouth rinsing and Caries Experience (DMF-T) score in primary school students at DKI Jakarta in 1995-1996.Caries dentist is still a serious health problem. It was shown by dental caries prevalence in 14 years students in Pelita III, IV and 1995, is 72,76 %, 73,74 °/o and 74,41 %. DKI Jakarta has a high caries prevalence, that is 93,38 % and DMF-T = 2,82 teeth for each student and PTI (Performance Treatment index or the amount of teeth have been filled compared by DMF-T score) = 9,06 %. This percentage is much lower than the standard of dental health indicator in the year of 2000, which will be achieved as 50% at 12 years students. It was proved that there is lack of motivation to treat dental caries. That's why dental caries is still a main priority problem to solve. But as we know, curative effort is relative more expensive, so it was chosen alternative for preventing caries by fluorides mouth rinsing. Due to this alternative, there are several research problems : there are no evaluation about association between fluorides mouth rinsing and DMF-T score after controlling by another factor had relationship.
The purpose of the research is getting the mean of DMF-T score at primary school students at DKI Jakarta and knowing the association between fluorides mouth rinsing and DMF-T score after controlling by several factors such as tooth brushing habitual, sugar consumption, level of education of the parents, job of the parents and knowledge about dental health care. In this Cross Sectional research, we use population of all primary school students in 5 area in DKI Jakarta. The sample are the 5 and 6 years primary school students who are 12 years old, and chosen by multistage random sampling method.
This research shows that the mean of DMF-T score is 3.020 teeth for each student, or little bit higher than the standard of dental health target in the year of 2000. (< 3). But if we compare in 2 groups, the mean DMF-T score in fluoridation group (2.74) is smaller or better than in non fluoridation group (3.30). Concerning about the association, there is a association between flour mouth rinsing, tooth 'brushing habitual and knowledge of dental health care, so it was fit to be a best model. If we note about the strength of the association and the probability estimate of the association to DMF-T score, tooth brushing habitual has a strongest association and followed by fluorides mouth rinsing and knowledge of dental health care. Mass tooth brushing in School Dental Programmed (UKGS) and promotion about tooth brushing habitual is the most effective and the best alternative.
In this research the writer suggests that mass tooth brushing and promotion about tooth brushing habitual would be done intensively and continuously in the whole area of Indonesia. Fluorides mouth rinsing is recommended for certain area, which are fluorides concentration in water supplies is low. Especially for DKI Jakarta and other big cities, which are the sicio-economic condition is relative good , it was suggested mass tooth brushing and promotion about tooth brushing habitual with fluorides paste.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amila Sholiha
"Karbohidrat merupakan sumber energi terpenting yang dibutuhkan pada masa pertumbuhan anak. Karbohidrat merupakan faktor terpenting pada proses terjadinya karies. Prevalensi karies di Indonesia untuk kelompok usia 5 – 9 tahun berdasarkan RISKESDAS 2018 sebesar 92,6%. Kerentanan gigi untuk terkena karies mencapai titik maksimum setelah 2 – 3 tahun pasca erupsi. Gigi Molar permanen pertama dapat menggambarkan kondisi keparahan karies dalam rongga mulut sebagai gigi permanen yang tumbuh pertama kali. Tujuan: Menganalisis hubungan jenis dan frekuensi konsumsi karbohidrat terhadap karies gigi Molar satu permanen pada anak usia 8 – 9 tahun. Metode: Desain studi cross sectional. Subjek penelitian berjumlah 109 anak yang dipilih menggunakan purposive sampling. Variabel yang digunakan bertujuan untuk menganalisis hubungan antara frekuensi konsumsi karbohidrat dan kudapan dengan karies gigi Molar satu permanen. Food Frequency Questionnaire (FFQ) digunakan untuk mengukur frekuensi konsumsi karbohidrat dan pemeriksaan klinis karies gigi Molar satu permanen menggunakan ICDAS. Kesimpulan: terdapat hubungan tidak bermakna antara frekuensi konsumsi karbohidrat makanan utama dan karbohidrat kudapan terhadap karies gigi Molar satu permanen anak usia 8- 9 tahun

Carbohydrates are the most important source of energy needed during a child's growth. Carbohydrates are the most important factor in the process of caries. The prevalence of caries in Indonesia for the 5-9 years age group based on RISKESDAS 2018 is 92.6%. Tooth susceptibility to caries reaches its maximum point after 2 to 3 years after eruption. The first permanent Molars can describe the condition of the severity of caries in the oral cavity as a permanent tooth that grows first. Aim: To analyse the relationship between type and frequency of carbohydrate consumption against caries of permanent first Molar teeth in children aged 8 – 9 years. Method: Cross sectional study design. There were 109 study subjects, selected using purposive sampling. The variable used aims to analyse the relationship between the frequency of carbohydrate consumption and snacks with dental caries for permanent first Molar. food frequency questionnaire (FFQ) used to measure the frequency of carbohydrate consumption and clinical examination of dental permanent first Molar teeth using ICDAS. Conclusion: there is no significant relationship between the frequency of carbohydrate as main course consumption and carbohydrate as snacks on dental caries in permanent first Molar children aged 8- 9 years"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Noviani
"Tujuan penelitian ini untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan status karies gigi (DMFT), yaitu faktor pengetahuan kesehatan gigi dan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi meliputi periode pemakaian sikat gigi, makan makanan kariogenik, frekuensi dan waktu sikat gigi, cara sikat gigi. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain cross sectional.
Hasil studi menemukan 67 (54,4%) responden mempunyai status karies tinggi dengan indeks DMFT 4,81. Makan makanan kariogenik adalah faktor yang paling dominan berhubungan dengan status karies gigi (p=0,001, OR=3,913; 95% CI: 1,724-8.881).
Disarankan untuk meningkatkan upaya promotif dan preventif dibanding kuratif dengan menambahkan materi kesehatan gigi pada pelajaran penjaskes, dan untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor dapat memasukkan pesantren dalam program kerjanya.

The purpose of this study was to find out the factors related to dental caries status (DMFT). These factors covered dental health knowledge and dental health maintenance behaviors including toothbrush usage period, consumption of cariogenic food, frequency and time of toothbrushing, and teeth brushing procedure. This quantitative study used cross sectional design.
The results found that 67 (54.4%) had a high caries status with DMFT index 4.81. Consumption of cariogenic food was the most dominant factor related to teeth caries status (p=0,001, OR=3,913; 95% CI: 1,724-8.881).
It is recommended to increase the promotive and preventive effort instead of curative by adding dental health material on penjaskes lesson and for the County Health Department could include pesantren in their work program.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T28494
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Rasnita
Jakarta: EGC, 2016
617.67 RAS k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>