Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Antariksawan Jusuf, 1966-
Pasar Minggu: Republika, 2013
899.222 ANT n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Soni Akhmad Nulhaqim
"Peningkatan jumlah penduduk lansia disatu sisi menggembirakan yaitu mencerminkan meningkatnya kualitas kesehatan masyarakat, namun pada sisi lain menimbulkan permasalahan bagi lansia berupa permasalahan umum, permasalahan fisik, psikologis dan sosial ekonomi, juga bagi pemerintah yaitu berkaitan dengan penyediaan berbagai pelayanan. Keluarga diharapkan dapat menjadi lingkungan utama dalam pelayanan lansia. Dengan demikian, program-program pelayanan lansia yang berbasiskan pada keluarga merupakan program yang perlu dikembangkan.
Penelitian ini berupaya untuk mengkaji sistem pelayanan BKL di Kelurahan Batununggal Kecamatan Bandung Kidul Kota Bandung. Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah : (1) bagaimana keadaan kelompok BKL sebagai sistem pelaksana perubahan; (2) bagaimana keadaan sistem kegiatan kelompok BKL; (3) bagaimana keadaan sistem sasaran kelompok BKL dan; (4) bagaimana keadaan sistem klien kelompok BKL. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif Berdasarkan hal tersebut, maka jenis penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sistem pelayanan kelompok BKL Bougenville di Kelurahan Batununggal Kecamatan Bandung Kidul Kota Bandung. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif. Populasi penelitian adalah para pengurus 18 orang dan para anggota kelompok BKL sebanyak 92 orang. Dengan menggunakan teknik sensus maka keseluruhan responden diambil dalam penelitian ini, sedangkan key person untuk wawancara mendalam digunakan teknik purposive sampling sebanyak tiga orang.
Kerangka teori utama yang digunakan adalah sistem dasar praktek pekerjaan sosial. Kerangka ini mengacu pada pendekatan pekerjaan sosial yaitu dualistic aproach maksudnya pekerja sosial berusaha melakukan perubahan terhadap masalah yang dihadapi oleh klien, juga melakukan usaha perubahan terhadap lingkungan sosial klien tersebut. Dengan demikian, suatu usaha perubahan yang dilakukan oleh pekerja sosial memunculkan sub-sub sistem dalam sistem dasar praktek pekerjaan sosial yaitu sistem pelaksana perubahan, sistem kegiatan, sistem sasaran, dan sistem klien. Kerangka analisis penunjang menggunakan pelayanan sosial dan teori tentang lansia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kelompok BKL merupakan kelompok sosial yang berada di dalam iingkungan RW yang berusaha mengadakan perubahan dalam meningkatkan kepedulian dan peran serta keluarga dalam mewujudkan kesejahteraan lansia. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan kelompok BKL adalah kegiatan agama, kegiatan kesehatan, kegiatan olah raga, kegiatan keterampilan dan kegiatan usaha, kegiatan anjang sana, serta kegiatan pertemuan lansia. Kegiatan tersebut melibatkan orang-orang yang diangggap berkompeten dalam bidangnya. Sistem sasaran BKL mengacu pada kelompok-kelompok yang memiliki keterkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan kelompok BKL, sedangkan sistem kliennya adalah orang-orang yang menjadi anggota BKL.
Dilihat dari sistem dasar praktek pekerjaan sosial, maka kelompok BKL dianggap: (a) sebagai sistem pelaksana perubahan yaitu kelompok yang berada dilingkungan RW yang berusaha mengadakan perubahan dalam meningkatkan kepedulian dan peran serta keluarga dalam mewujudkan kesejahteraan lansia; (b) sistem kegiatan kelompok BKL adalah orang-orang yang dianggap ahli dalam bidangnya masih terbatas pada kegiatan tertentu saja; (c) sistem sasaran seharusnya adalah keluarga bukan kelompok-kelompok yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakannya; dan (d) sistem klien seharusnya adalah lansia bukan semua orang yang menjadi peserta BKL.
Saran yang dirumuskan meliputi saran akademik adalah perlunya penelitian pekerjaan sosial dengan menggunakan perspektif pekerjaan sosial, sedangkan saran praktis ditujukan bagi pengembangan pelayanan sosial bagi lansia meliputi pengembangan pelayanan bagi keluarga lansia dengan menggunakan pendekatan sistem dasar praktek pekerjaan sosial, dan pendekatan budaya berupa sosialisasi nilai-nilai kepada anggota keluarga dan pelayanan sosial bagi lansia secara umum berupa pemberdayaan lembaga panti werda baik yang bersifat komersial maupun non komersial, sedangkan penciptaan pelayanan sosial yang baru yaitu mengupayakan pelayanan baru terutama pelayanan yang ditujukan untuk menunjang aktivitas lansia misalnya penyediaan fasilitas umum."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T5081
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henni Handayani
"ABSTRAK
Perkembangan teknologi informasi saat ini telah membawa pengaruh yang besar pada hampir
seluruh aspek kehidupan. Salah satunya adalah adanya fenomena dilayangkannya gugat cerai
atau cerai talak melalui pesan singkat atau SMS (Short Message Service). Banyak perdebatan
dikalangan ulama terkait hal ini, apakah melakukan gugat cerai atau cerai talak melalui SMS bisa
dianggap sah dan jatuh talaknya baik menurut Hukum Islam dan Undang-Undang No. 1 tahun
1974. Dan apakah SMS bisa dijadikan salah satu alat bukti dalam kasus perceraian. Metode yang
digunakan dalam penulisan ini adalah metode penelitian normatif yang bersifat deskriptif analitis
ditunjang dengan wawancara untuk memperkuat data yang telah didapatkan penulis melalui studi
kepustakaan bertujuan mengklarifikasikan permasalahannya sehingga memudahkan proses
analisa dan pengambilan keputusan. Analisa terhadap Putusan No.0253/Pdt.G/2013/PA.Bkl
dapat disimpulkan bahwa perceraian yang terjadi antara si Pemohon dan Termohon adalah cerai
fasakh yaitu perceraian dimana si suami merasa tertipu atas hal-hal yang belum diketahui
sebelum berlangsungnya perkawinan.Si istri atau Termohon telah melakukan perbuatan fasid
(rusak) yaitu mengaku telah berzina dengan lelaki lain sebelum menikah dengan si suami atau
Pemohon. Kemudian Majelis Hakim dapat menerima bukti SMS yang dikirimkan oleh si istri
sebagai alat bukti dalam pertimbangannya dan memutus verstesk kasus ini karena si istri sebagai
Termohon tidak pernah memenuhi panggilan sidang di Pengadilan Agama
Bangkalan.Berdasarkan penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa menurut Hukum Islam
melalui ijtihad beberapa ahli fiqih sepakat bahwa talak melalui surat itu efektif jatuh talak, begitu
pula dengan talak melalui SMS karena memiliki intensitas yang sama. SMS dapat dianalogikan
atau diqiyaskan dengan hukum cerai melalui tulisan biasa (bil kitabah) sebab ada kesamaan
diantara keduanya yaitu merupakan pesan cerai melalui teks yang bukan verbal (lisan).
Sedangkan menurut UU No.1/1974 perceraian harus dilakukan di depan sidang pengadilan
agama sebagimana dijelaskan dari Pasal 39-41. Disisi lain, berdasarkan UU No. 11/2008 tentang
Informasi dan Teknologi, pada Pasal 5 dan Pasal 6, SMS dapat dijadikan sebagai alat bukti
elektronik dalam perkara perceraian di pengadilan agama.

ABSTRACT
The development of information technology has brought big influence on almost all aspects of
life . One of the phenomenon is divorcing via text message or SMS ( Short Message Service ) .
Among scholars still debating in this regard, whether the conduct of divorce via SMS can be
considered valid according to Islamic Law and Law No. 1 in 1974. And if the SMS can be used
as one type of evidence in divorce cases . The method used in this paper is a normative research
method with descriptive analytic supported by interviews to strengthen the data that has been
obtained through the study of literature authors aimed to clarify the matter so as to facilitate the
process of analysis and decision .Analysis to Decision No.0253 / Pdt.G / 2013 /PA.Bkl can be
concluded that the divorce occurred between petitioner and defendant is fasakh divorce divorce
which is the husband feel cheated on things that have not been known before the marriage. Wife
or defendant has done fasid ( defective) that claimed have committed adultery with another man
before she married her husband . The judges may accept proof of SMS sent by the wife as
evidence in considering and deciding verstesk this case because the wife as the defendant never
the court. Based on this study , it can be concluded that according to Islamic law through ijtihad
some jurists agree that divorce through the letter effective fall divorce , as well as divorce by
SMS because it has the same intensity . SMS can be analogous with divorce law through regular
posts ( bil kitabah ) because there are similarities between the two that a divorce via text message
instead of verbal ( oral ) . Meanwhile, according to Law No.1 / 1974 divorce shoukd be done
before the trial court as explained in Article 39-41 . On the other hand , based on Law No.
11/2008 on Information and Technology , in Article 5 and Article 6 , SMS can be used as
electronic evidence in a divorce case in religious courts."
2015
S57891
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Amanda A.T.
"Latar belakang: Trakeostomi adalah tindakan membuka leher anterior pada trakea untuk memintas saluran napas atas. Jumlah prosedur trakeostomi anak semakin meningkat setiap tahunnya dan prosedur trakeostomi pada anak dapat mengakibatkan komplikasi intraoperatif, dini  pascaoperatif, dan lanjut pascaoperatif. Tujuan: Mengetahui karakteristik trakeostomi anak, proporsi kejadian komplikasi, sebaran komplikasi dan faktor yang berpengaruh dan hubungannya dengan dua komplikasi yang tersering, sehingga dapat menurunkan angka kejadian komplikasi trakeostomi pada anak. Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang dari 97 subjek, data yang diambil berupa data sekunder rekam medik manual dan elektronik. Hasil: Karakteristik subjek trakeostomi yang paling sering adalah pada kelompok usia 28 hari-< 12 bulan (42,3%), jenis kelamin laki-laki (56,7%), status gizi baik (64,3%), dengan penyakit dasar masalah jalan napas (29,9%), dua komorbid (26,8%). Penyakit dasar tersering pada indikasi prolong intubasi adalah penyakit paru (n=26), pada indikasi sumbatan jalan napas adalah stenosis subglotis (n=13), dan pada indikasi proteksi jalan napas inadekuat adalah defisit neurologis (n=7). Indikasi trakeostomi terbanyak adalah prolong intubasi (57,7%), sebagian besar subjek dilakukan trakeostomi terintubasi (86,6%). Rata-rata intubasi terlama adalah  lebih dari 7 hari (57,7%), dengan rata-rata 20,1 hari (1─99 hari). Teknik insisi trakea tersering adalah vertical (81,4%), Sebagian besar subjek dilakukan stay suture (66%), dan hanya Sebagian kecil subjek yang dilakukan safety suture (3,1%). Ukuran kanul yang tersering digunakan adalah nomor ≤ 4 (46,4%), dengan jenis kanul terbanyak adalah tanpa balon (74,2%). Waktu penggantian kanul terbanyak adalah dalam jangka waktu lebih dari 3 bulan (27,8%), namun terdapat subjek yang tidak sempat dilakukan penggantian karena meninggal atau sudah dapat dilakukan dekanulasi (31,9%). Tindakan trakeostomi tersering dilakukan di ruang rawat intensif (60,8%). Dekanulasi dilakukan pada 12,4% subjek, dengan rata-rata waktu dekanulasi 212,67 hari. Proporsi komplikasi yang terjadi adalah 41%. Jenis komplikasi yang terbanyak adalah komplikasi lanjut pascaoperatif (25,8%), yaitu oklusi kanul (12,4%), dan dekanulasi spontan (9,3%). Dua komplikasi tersering adalah oklusi kanul (n=14), dan dekanulasi spontan (n=13). Jenis kelamin bermakna secara statistik (p=0,007)  terhadap terjadinya komplikasi trakeostomi anak pada penelitian ini dengan proporsi laki-laki 50% dan perempuan 23,8%. Kelompok umur bermakna secara statistik (p=0,036) terhadap terjadinya komplikasi dekanulasi spontan dengan proporsi 0-12 bulan sebesar 28,57%, 1-< 5 tahun sebesar 14,28%, dan 5-<18 tahun sebesar 0%. Kesimpulan: Proporsi komplikasi trakeostomi pada anak adalah 41%, dengan komplikasi tersering adalah oklusi kanul dan dekanulasi spontan. Kelompok umur bermakna secara statistik terhadap terjadinya dekanulasi spontan, dengan proporsi 0-12 bulan sebesar 28,57%. Perawatan pasca operasi harus dilakukan dengan teliti terutama pada kelompok usia 0-12 bulan

Background: Tracheostomy is the act of opening the anterior neck of the trachea to bypass the upper airway. The number of pediatric tracheostomy procedures is increasing every year and tracheostomy procedures in children can result in intraoperative, early postoperative, and late postoperative complications. Objective: To determine the characteristics of pediatric tracheostomy subjects, the proportion of complications, the distribution of complications and relevant factors and their association with the two most common complications, so as to reduce the incidence of pediatric tracheostomy complications. Methods: This study was a cross-sectional study of 97 subjects, the data taken were secondary data from manual and electronic medical records. Results: The most frequent characteristics of tracheostomy subjects were in the age group of 28 days-< 12 months (42.3%), male gender (56.7%), good nutritional status (64.3%), with underlying disease airway problems (29.9%), two comorbidities (26.8%). The most common underlying disease in the indication of prolonged intubation was pulmonary disease (n=26), in the indication of airway obstruction was subglottic stenosis (n=13), and in the indication of inadequate airway protection was neurological deficit (n=7). The most common indication for tracheostomy was prolonged intubation (57.7%), and most subjects underwent intubated tracheostomy (86.6%). The longest average intubation was more than 7 days (57.7%), with a mean of 20.1 days (1─99 days). The most common tracheal incision technique was vertical (81.4%), most subjects had a stay suture (66%), and only a small number of subjects had a safety suture (3.1%). The most commonly used cannula size was number ≤ 4 (46.4%), with the most common cannula type being uncuffed(74.2%). The most common time of cannula replacement was within a period of more than 3 months (27.8%), but there were subjects who did not have time for replacement because of death or could be decanulated (31.9%). Tracheostomy was most commonly performed in the intensive care unit (60.8%). Decanulation was performed in 12.4% of subjects, with an average decanulation time of 212.67 days. The proportion of complications that occurred was 41%. The most common types of complications were late postoperative complications (25.8%), such as cannula occlusion (12.4%), and spontaneous decanulation (9.3%). The two most common complications were cannula occlusion (n=14), and spontaneous decanulation (n=13). Gender was statistically significant (p=0.007) for the occurrence of pediatric tracheostomy complications in this study with a proportion of 50% males and 23.8% females. Age group was statistically significant (p=0.036) to the occurrence of spontaneous decanulation complications with the proportion of 0-12 months by 28.57%, 1-< 5 years by 14.28%, and 5-< 18 years by 0%. Conclusion: The proportion of tracheostomy complications in children was 41%, with the most common complications being cannula occlusion and spontaneous decanulation. Age group was statistically significant for spontaneous decanulation, with the proportion of 0-12 months at 28.57%. Postoperative care should be done carefully especially in the age group of 0-12 months."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library