Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177825 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
R.B. Suryama Majanasastra
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1989
S2100
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. M. Heru Basuki
"ABSTRAK
Latar belakang penelitian disertasi ini adalah banyaknya keluhan masyarakat tentang rendahnya mutu pendidikan di Indonesia termasuk lulusan SMU. Keluhan tersebut sesuai dengan hasil penelitian Programme for lnternartional Student Assesment (PISA), yang menunjukkan prestasi siswa Indonesia rata-rata berada pada peringkat bawah. Sebenarnya pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu lulusan secara terus menerus dengan berbagai cara, namun tampaknya belum memberi hasil yang memuaskan.
Praksis pendidikan di Indonesia dalam tiga dasa warsa terakhir ini ternyata lebih berorientasi pada paradigma yang menyatakan peserta didik perlu dibekali dengan pengetahuan yang sebanyak-banyaknya. Praksis pendidikan yang demikian tidak kontekstual sehingga tidak menarik bagi siswa atau tidak sesuai kebutuhan siswa sehingga tidak bermakna bagi siswa. Kondisi ini diperparah adanya tradisi sekolah untuk meluluskan siswa 100%, dampaknya siswa tidak memiliki motivasi belajar yang tinggi, karena tanpa belajarpun mereka akan lulus. Kondisi Iain menunjukkan adanya kecenderungan sekolah, terutama tingkat SMU, berusaha agar lulusannya lolos saringan ujian masuk perguruan tinggi negeri (PTN). Kecenderungan ini menyebabkan banyak guru yang memberikan latihan menjawab soal-soal ujian sebanyak mungkin. Dampak yang sangat mendasar dari praksis pendidikan seperti ini adalah rendahnya mutu lulusan.
Akibat lain adalah lulusan SMU belum memiliki kemandirian dalam belajar atau self-regulated learning.
Dipilihnya belajar yang bermakna sebagai fokus penelitian disertasi ini berdasarkan pemikiran yang mengacu pandangan ?constructivism? yang menyatakan siswa menginterpretasikan stimulus berdasarkan pengetahuan yang telah mereka miliki dan membangun pengertian secara masuk akal. Belajar yang demikian disebut belajar yang berrnakna (Ausubel, 1978 dalam Entwistle, 1987: 135).
Apabila pembelajaran bersifat kontekstual menyebabkan proses belajar sesuai kebutuhan siswa, sehingga menjadi bermakna bagi siswa dan menyebabkan terjadi kinerja puncak (peak performance) (Clark, 1988; 27 dan Franken 2002: 115).
Dampaknya seluruh aspek mental siswa dapat diberdayakan secara optimal, berarti kemampuan berpikir kreatif dapat diberdayakan pula. Dengan teraktualisasikannya kemampuan berpikir kreatif, siswa akan mampu menghasilkan ide-ide baru dan berbagai alternatif strategi belajar.
Ini diperlukan untuk menentukan strategi belajar yang tepat, atau memperbaiki penggunaan strategi yang kurang tepat saat siswa menggunakan self-regulated learning (SRL). Ini berarti, apabila kreativitas dapat diberdayakan, maka SRLpun dapat diaktualisasikan (Brown, Branford, Campione & Ferrara, 1983; Como, 1986; Zimmerman, Pons, 1986, 1988 dalam Pintrich & de Groot, 1990: 33).
Dari konsepsi teoritis tersebut disusun suatu model kontribusi belajar yang bermakna pada kreativitas, SRL dan prestasi akademik siswa Sekolah Menengah Umum Negeri di Jakarta. Model ini disebut model utama. Bahwa kreativitas teraktualisasikan mungkin tidak hanya karena dukungan dari belajar yang bermakna. Untuk itu disusun model altematif dimana kreativitas tidak merupakan variabel laten endogen yang diberdayakan oleh belajar yang bermakna, tetapi merupakan variabel laten eksogen sejajar dengan variabe! belajar yang bermakna.
Untuk mendapatkan model yang memilikj goodness ofjil atau sesuai dengan data mal-ca dilakulcan suatu penelitian ex-posgfacto di SMU Negeri Jakarta peringkat Atas, Menengah dan Bawah, masing-masing dua kelas. Jumlah sampel 485 siswa kelas II.
Pemilihan siswa kelas II dilakukan berdasar purposive sampling, sedang pemilihan kelas sebagai sampel berdasar teknik cluster random sampling. Setelah dilakukan pengujian persamaan stmktural dengan Program LISREL ternyata model yang sesuai dengan data adalah model utama, sedang model altematif tidak sesuai dengan data.
Dari pengujian model tersebut dihasilkan temuan penelitian yang sangat penting yaitu kreativitas hanya dapat diberdayakan apabila didukung oleh belajar yang bermakna.
Setelah dilakukan pengujian ulang temyata model utama tersebut dapat diterapkan untuk model SMU Negeri peringkat Atas, Menengah dan Bawah, dan dapat pula diterapkan untuk model bidang studi matematika, fisika, biologi, bahasa Inggris, ekonomi & akutansi. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model utama berlaku umum. Ini berani pula bahwa belajar yang bermakna, kreativitas dan SRL sangat penting dalam pembelajaran dalam rangka meningkatkan prestasi akademik maupun mutu pendidikan.

Abstract
The background of the research is the complaints from the stakeholders concerning the low quality of the education in Indonesia including that of graduates of senior high schools. Based on the result of the research from ?Programme for International Student Assessment (PISA), it is stated that the average of the students 'achievement in Indonesia is low. As a matter of fact, various programmes have been implemented by the government to improve the quality of school graduates. However, the programmes implemented, seemingly, do not work yet.
In the last three decades, the paradigm underlining the educational practice in Indonesia is that learners should be equipped with the knowledge as much as posible, resulting in uncontextual and unattractive learning. Besides, such learning does not fulfill the learners ' needs, as this is not meaningful to them. This condition seems getting worse and worse because of the school tradition to have 100% students' passing final examinations. The tradition causes the learners not to have motivation to study hard for they know that they get a guarantee to graduate from school. Another condition shows that there is a tendency of schools, especially senior high schools to make their students successjitl in Higher Education Entrance Test (UMPTN). To achieve this goal, teachers drill their students with a lot of exercises. Such practice in the education will produce the unqualnied graduates having no sense of autonomous learning or self-regulated learning.
The meaningful learning is chosen to be the focus of the research for this dissertation. This is based on the concept of "constructivisrn " which states that students will interpret the stimulus based on the knowledge they possesed and constructed definitions rationally. Such learning is refered to meaningful learning (Ausubel, 1978 in Entwistle, 1987:135).
The contextualized learning process will cater to the .students 'neeals, so that it would be meaningjitl to the students and result in peak performance (( Tiark, /988: 27 and Franken 2002: 115). The impact of contextual learning causes the whole aspects of students 'mental to be optimally empowered This means that creative thinking is optimized as well. Actualizing the creative thinking of the students will result in the new ideas and various alternative strategies of learning. This is necessary to determine an appropriate strategy of learning or to replace the strategy which is inappropriate to the students using self-regulated learning (SRL). Consequently, the empowerment of creativity may result in the actualization ofSRL (Brown, Branforf, Campione & Ferrara; Corno, 1986; Zimmerman, Pons, 1986, 1988 in Pintrich & de Groot, 1990; 33).
Based on the theoretical concepts above, two contribution models of learning are constructed The first model is meaningful learning contribute to creativity, SRL and academic achievements of the State Senior High Students in Jakarta. This model is called major model. An alternative model is set up creativity not as an endogen latent variable, but as an exogen latent variable which is in the same position as meaning;6il learning variable.
Data collected from high-rank, middle-rank, low-rank State Senior High School (SMUN) in Jakarta. The number of samples are 485 students from second grade. Cluster random sampling is used to determine the second grade students as the samples. After conducting a test of structural equation using LISREL, it is found that the model appropriate to the data is the major model. The alternative model is not appropriate to the data.
From the result of testing the model, a very important finding is obtained. lt is revealed that creativity will be empowered if it is supported by meaningful learning.
After re-testing the model, it is found that the major model can be applied to high-rank, middle-rank and low-rank State Senior High School (SMUN). This model can also be implemented for mathematics, physics, biology, English, economics and accounting.
From the results of the research, it can be concluded that the major model can be implemented for any subjects. In sum, meaninghil learning, creativity and SRL are very signyicant in improving the academic achievements and the quality of the education."
2004
D2030
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nugroho
"Penelitian ini dimaksudkan untuk menemukan model peningkatan self regulated Iearning siswa di sekolah favorit. Penelitian ini dilakukan di sekolah-sekolah favorit di kota Semarang dengan pertimbangan bahwa sejumlah atribut variabel yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini lebih mudah diperoleh ketimbang di sekolah-sekolah umum. Sekolah favorit menjadi sentrum perhatian dalam penelitian ini mengingat bahwa meskipun jumlahnya kecil sedikit namun dalam kenyataanya sekolah favorit memiliki pengaruh yang besar terhadap sekolah-sekolah lain khususnya dalam hal praktek pembelajaran.
Meskipun keberadaannya banyak mengundang kontroversi namun apa yang dilakukan sekolah favorit sering ditiru oleh sekolah Iain. Kehadiran sekolah favorit menjadi trends setter bagi sekolah lain karena kenyataannya sekolah-sekolah favorit memberikan kontribusi yang besar terhadap usaha pengembangan sumber daya mansula. Siswa-slswa yang berada dl sekolah favorit umumnya siswa yang berbakat yang dapat dipahami sebagai anugerah Tuhan dan anugerah alam (Semiawan, 2000) dan jika mendapatkan layanan pendidikan yang bagus maka mereka bisa disebut anugerah dari pengasuhan.
Pertanyaan dasar penenltiian ini adalah: a. Bagaimanakah model hubungan struktural antar variabel penelitian yang tepat yang bisa mendeskripsikan peningkatan self regulated learning siswa; b. Seberapa besar sumbangan masing-masing variabel eksogen terhadap variabel endogen ? Dengan menggunakan teknik analisis statistik LISREL saya melakukan pengujian terhadap model hubungan struktural antar variabel sekaligus menguji sembilan hipotesis yang diajukan sesuai konstruk terotitik yang disusun.
Hasil analisis data menggunakan LISREL menunjukkan bahwa diantara variabel penelitian yang dikaji mebuktikan bahwa model pembelajaran konstruktivistik yang dihayati siswa dan kemampuan berpikir kreatif merupakan variabel yang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap terbentuknya self regulated Iearning siswa. Hal ini berarti untuk sampel penelitian siswa di sekolah favorit bentuk hubungan struktural antar variabel yang signifikan positif adalah model pembelajaran konstruktivisme dan kemampuan berpikir kreatif yang mampu meningkatkan self regulated Iearning siswa.
Temuan ini menunjukkan bahwa ternyata kekuatan utama yang dimiliki oleh sekolah favorit (SMA) adalah kemampuannnya dalam meningkatkan self regulated Iearning melalui proses pembelajaran yang bersifat konstruktivlstik dan kemampuan berpikir kreatif siswa.
Kontribusi yang esensial dari temuan penelitian ini untuk dunia pendidikan dan pengembangan sumberdaya manusia adalah bagaimana seharusnya pendidikan membentuk individu-individu yang memiliki karakteristik mampu mengelola diri sendiri dalam belajar (self regulated learning) yang akhirnya mampu menjadi pribadi yang otonom dan authentic sehingga mampu mengembangkan potensi keberbakatan yang dimiliki. lndividu yang memiliki self regulated learning tinggi akan dapat membebaskan diri dari sikap benci dan permusuhan serta terbebas dari kecenderungan suka menyalahkan orang lain.
Berdasarkan temuan penelitian ini, dapat diajukan rekomendasi sebagai berikut: 1) sangat penting untuk bisa mengembangkan desain proses pembelajaran khususnya yang bersifat konstruktivistik dan kaya rangsang emosional sehinga mampu menumbuhkan self regulated learning siswa. 2) sangat penting untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dalam diri siswa melalui desain pembelajaran konstruktivism sebagai usaha untuk meningkatkan Self regulated learning siswa. 3). Diperlukan penelitian lanjutan untuk menguji seberapa kuat model yang ditemukan dalam penelitian ini dengan melibatkan sampel yang lebih luas bukan hanya di SMA favorit saja. 4). Diperlukan orientasi ideologi baru dalam praksis pendidikan dengan maksud untuk membangun karakter individu yang bercirikan self regulated Ieamlng ketimbang pemerolehan pengetahuan siap pakai secara instan.

This study was aimed at inventing a proposed model to enhance students' self-regulated learning at favorite schools. The study was conducted at favorite schools with respect to the fact that the number of attributes to be studied was more abundant and easily available than those in common schools. Favorite schools have challenging magnitude to explore in spite of the fact that they are small in number, however, their influence is very dominant in addressing determinant changes of teaming practices.
Although they have called for controversies, they have been much imitated by other schools. Their presence has been a trend setter for changes at other public schools; what is more, their contribution to human resources development is factual. At such schools, the students, regarded as a giit of God or gifi of nature (Semiawan, 200), and when given excellent education, deserve the label ofa gin of nurture.
The fundamental questions of the study are: a) what is the model of the structured relationship among appropriate and significant variables under study like? b) how big is the contribution of each exogenous variables to the endogenous ones' By applying the statistical analysis technique of LISREL, I conducted a test on the structural equation model of interrelated variables by way of examining nine proposed hypotheses compatible with the proposed theoretical construct.
The result of the data analysis based on LISREL technique proves that the really significant predicted contribution to the variety of self-regulated Ieaming is the constructivism leaming as perceived by the students besides their creative thinking competency. It means that for the sampled students of favorite schools, the form of the appropriate structural equation is the leaming processes which are perceived by students as the eonstructivism leaming and creative thinking competency contributive to the self-regulated learning style.
It is, therefore, obvious that one of the strong points possessed by favorite senior public schools is their capacity to enhance students self-regulated learning through the teaming processes perceived as constructivism teaming style and creative thinking competency of the students.
The essential contribution to education for the sake of human resources development is to shape individuals characterized by their highly acquired self-regulated teaming so that they become autonomous and authentic individuals capable to actualize their giiied potentials. Individuals with highly self-regulated learning possess high self-esteem alike so that they are free from hostile attitude and tendency to blame other people.
Based on the research findings, the following recommendations are offered here: 1) it is important to design learning processes, especially the constructivism one due to its rich emotional stimulation so as to generate students' self-regulated leaming. 2) It is important to enhance students? creativity through the constructivism leaming style so as to generate basal development for self-regulated learning. 3) It is necessary to conduct a further study to test the rigor of this discovered model by involving a wider sample size not only from favorite schools. 4) It is necessary to orient the ideological, educational praxis to attempts of individual character building featured with self-regulated learning rather than acquired knowledge ready for instant use.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryana. author
"Penambahan fasilitas pendiclikan menunjukkan upaya peningkatan kualitas proses
clan hasil pendidikan. Suatu sistem pendidikan disebut bermutu dad segi proses jika
proses belajar-mengajar berlangsung secara efektif, clan peserta didik mengalami proses
pembelajaran yang bermakna clan ditunjang oleh sumber daya (manusia, clana, sarana,
clan prasarana) yang memadai.
Sementara Ru peserta diclik tersebar di lokas! yang sangat beragam mulai dari
daerah terpencil sampai kota metropolitan. Kondisi geografis yang sedemikian luas clan
terpencar, clan tingkat perkembangan pembangunan yang beragam, mengakibatkan
masih rendahnya efisiensi dalam pengelolaan pendidikan.
Masalah dalarn penelitian in! adalah : Bagaimana hubungan faktor jarak dengan
kelengkapan fasilitas Sekolah Dasar di Kabupaten Tasikmalaya ?
Kelengkapan fasilitas Sekolah Dasar yang dimaksud dalarn penelitian ini adalah
rata-rata banyaknya sekolah, guru, ruang kelas, clan mudd sekolah dasar di setiap desa,
yang clihitung berclasarkan rasio guru terha6p ruang kelas (RGk), rasio guru terhadap
sekolah (RGs), rasio kelas terhadap sekolah (RKs) clan rasio murid terhadap kelas
(RIVIk).
Wilayah penelitian adalah desa - desa yang terclapat di Kabupaten Tasikmalaya
Propinsi Jawa Barat (ticlak termasuk Kota Administratif Tasikmalaya).
Wilayah penelitian dibagi menjacli 3 wilayah jarak dengan ketentuan yaitu : Wilayah I
dengan jarak < 20 Krn dad pusat kota, Wilayah 11 : dengan jarak antara 20-40 Km clad
pusat kota, clan Wilayah III : dengan jarak > 40 Krn dad pusat kota. Hasilnya adalah peta
wilayah penelitian berclasarkan jarak dad pusat kota.
Dad hasil penelitian di ketahui : Semakin dekat ke pusat kota, persentase banyaknya
desa yang memiliki variabel-variabel kelengkapan fasilitas SID tinggi semakin bertambah
kecuali rasio murid terhadap kelas (RMk), sedangkan persentase banyaknya desa yang
memiliki variabel-variabel kelengkapan fasilitas SD renclah semakin berkurang.
Semakin dekat ke pusat kota, persentase banyaknya desa yang memiliki tingkat
kelengkapan fasilitas SD baik semakin bertambah, clan yang buruk semakin berkurang."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rahmadinanti
"Untuk memaksimalkan proses kegiatan pembelajaran dibutuhkan fasilitas pendidikan yang memadai. Namun, masalah pendidikan masih ditemukan, dimana salah satu akar permasalahannya adalah kurangnya fasilitas pendidikan. Pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), jumlah SMP yang relatif banyak merupakan salah satu penghambat dalam penyaluran dan pemerataan dana APBN. Selain itu salah satu parameter untuk mengukur mutu pendidikan adalah nilai Ujian Nasional (UN). Sebagai Ibu Kota, DKI Jakarta adalah provinsi yang merupakan pusat pendidikan di Indonesia dan Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta. Maka, analisis hubungan fasilitas sekolah dengan nilai UN pada DKI Jakarta dan Jawa Barat dapat diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif bagi pemerintah untuk melihat keadaan SMP pada kedua provinsi terebut dan dalam menyalurkan dana APBN secara cepat dan tepat dengan melihat fasilitas apa saja yang memiliki hubungan dengan hasil belajar siswa. Banyaknya observasi yang digunakan adalah 987 SMP di Provinsi DKI Jakarta dan 4766 SMP di Provinsi Jawa Barat dengan 9 variabel kategorik fasilitas pendidikan dan sebuah variabel numerik yaitu nilai ujian nasional. Adapun metode yang digunakan untuk mengelompokkan adalah Robust Clustering Using Link (ROCK) yang diyakini mempunyai tingkat akurasi yang baik dan mampu menangani data kategorik dalam jumlah yang besar. Serta untuk mengetahui hubungan antara fasilitas dengan hasil ujian nasional akan di tentukan menggunakan Analisis Regresi. Didapat bahwa fasilitas SMP di DKI Jakarta sudah cukup merata dan cukup baik sehingga tidak terbentuk cluster dengan profil berbeda, sedangkan di Jawa Barat terbentuk 5 cluster dengan karakteristik masing masing. Terdapat indikasi hubungan yang kuat pada fasilitas laboratorium, rasio murid per guru, status, dan daya listrik dengan nilai ujian nasional di DKI Jakarta. Sedangkan untuk Provinsi Jawa Barat, hampir setiap cluster memiliki hubungan yang berbeda terhadap nilai ujian nasional. Namun, pada setiap cluster, fasisilitas daya listrik merupakan fasilitas yang memiliki hubungan signifikan dengan hasil ujian nasional siswa.

To maximize the process of learning activities, adequate educational facilities are needed. However, there are still some problem, where one of the root causes is the lack of educational facilities. At the junior high school level, the relatively large number of junior high school is one of the obstacles in the distribution of APBN funds. In addition, one of the parameters that can be used to measure the quality of education is the value of the National Examination (UN). As the capital city, DKI Jakarta is a province that is the centre of education in Indonesia and West Java is the province with the largest population in Indonesia which is directly adjacent to DKI Jakarta. Thus, the analysis of the relationship between school facilities and the UN scores in DKI Jakarta and West Java is expected to be an alternative for the government to see the state of SMP in the two provinces and to distribute the APBN funds immediately and properly by looking at what facilities have a relationship with student learning outcomes. The number of observations used was 987 junior high schools in DKI Jakarta Province and 4766 junior high schools in West Java Province with 9 categorical variables for educational facilities and a numeric variable, which is the national exam scores. The method used for clustering is Robust Clustering Using Link (ROCK) which is believed to have a good level of accuracy and able to handle large amounts of categorical data. Also, to confirm the relationship between facilities and the results of the national exam will be determined by using Regression Analysis. It was found that the junior high school's facilities in DKI Jakarta were quite evenly distributed and good enough so that there were not forming any cluster with different profile, while in West Java there were 5 clusters with their respective characteristics. There are indications of a strong relationship with laboratory, student-teacher ratio, status, and electrical power to national exam scores in DKI Jakarta. Whereas for West Java Province, almost every clusters have a different relationship to the national exam scores. However, in each cluster, the utility of electrical power has a significant relationship with student's national exam results."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahlia Amanda Putri
"ABSTRAK
Dalam mendukung pendidikan di Indonesia, pemerintah telah memberikan perhatian dengan cara mengalokasikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Namun, masalah pendidikan pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) masih ditemukan, dimana salah satu akar permasalahannya adalah kurangnya fasilitas pendidikan. Jumlah SMA yang relatif banyak merupakan salah satu penghambat dalam penyaluran dana APBN tersebut. Dengan demikian, analisis pengelompokan SMA berdasarkan fasilitas pendidikan di Indonesia diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif bagi pemerintah dalam memprioritaskan penyaluran dana APBN secara cepat dan tepat. Banyaknya observasi yang digunakan adalah 13.486 SMA dengan 9 variabel kategorik fasilitas pendidikan yang tercatat di website Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada bulan Agustus tahun 2019. Adapun metode yang digunakan adalah Robust Clustering Using Link (ROCK) yang diyakini mempunyai tingkat akurasi yang baik dan mampu menangani data kategorik dalam jumlah yang besar. Untuk mendapatkan profil kelompok yang lebih jelas, metode ROCK dimodifikasi dengan melakukan Nested Clustering. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terbentuk 14 kelompok SMA yang memiliki karakteristik masing-masing. Diperoleh kelompok 3 merupakan kelompok yang relatif baik dan kelompok 1a merupakan kelompok yang relatif kurang baik. Secara umum, SMA di Indonesia membentuk kelompok yang memiliki kebutuhan fasilitas pendidikan yang berbeda dan memerlukan perhatian dari pemerintah.

ABSTRACT
The government has given attention to support education in Indonesia by allocating the state budget (APBN). However, the problem of education at the senior high school level is still found, which one of the root problems is the lack of educational facilities. The large number of senior high schools in Indonesia becomes one of the barriers to distributing APBN funds. Thus, the analysis of the grouping of senior high schools based on educational facilities in Indonesia is expected to be an alternative for the government in prioritizing the distribution of APBN funds quickly and accurately. The number of observations is 13,486 with nine categorical variables recorded on a website of the Ministry of Education and Culture in August 2019. The method used is Robust Clustering Using Link (ROCK), which is believed has good accuracy and good to handle many categorical data. To get clearer profile of cluster, ROCK method modified with do Nested Clustering. The results of this study indicate that 14 clusters were formed and have their profiles. Cluster 3 is relatively good cluster while cluster 1a is relatively poor cluster. In general, high schools in Indonesia consist of groups that have different educational facility needs and require attention from the government."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anizar Rahayu
"Abad 21, dunia semakin mengglobal, diperlukan individu berkuaiitas yang mampu berkompetisi sekaligus bergaui dan bekerjasama dengan bangsa Iain. Peran inteligensi, kreativitas dan adversity semakin penting.
Sampai saat ini inteligensi masih diyakini sebagai potensi terbesar yang berpengaruh terhadap keberhasilan seseorang. Freeman (1971) menyatakan seseorang yang inteligen tidak hanya mampu memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari hal yang dipelajarinya, tetapi juga mampu mempertahankan pengetahuan dan pengalaman tersebut untuk diterapkan pada situasi baru. Kreativitas (berfikir kreatif) adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan dan orisinalitas dalam berlikir serta kemampuan mengelaborasi suatu gagasan (Utami Munandar, 1992).
Sedangkan Adversity (Stoltz, 2000) merupakan sebuah kerangka konseptual baru untuk memahami dan meningkatkan semua aspek keberhasilan; ukuran bagaimana seseorang merespon kemalangan dan alat untuk memperbaiki respon terhadap kemalangan.
Dari penelitian terdahulu terbukti bahwa ketiganya merupakan prediktor terhadap keberhasilan. Dalam dunia pendidikan, variabel-variabel tersebut terbukti memiliki hubungan secara bermakna terhadap prestasi belajar (Salah satu tolok ukur keberhasilan siswa). Inteligensi berkorelasi denan prestasi belajar sebesar r = 0,72 (Sekolah Dasar) dan r = 0,58 (SLTP), Utami Munandar (1977). Penelitian tentang hubungan kreativitas dan inteligensi dengan prestasi betajar membuktikan bahwa kreativitas sama absahnya seperti inteligensi sebagai prediktor prestasi belajar di sekolah; jika inteligensi dieliminasi, hubungan kreativitas dan prestasi belajar tetap substansial (Utami Nlunandar, 1977). Stoltz (2000), menemukan bahwa seseorang yang memiliki Adversity Quotient (AQ) tinggi, menikmati manfaat kinerja, produktivitas, kreativitas, kesehatan, ketekunan, daya tahan dan vitalitas Iebih besar dibanding orang ber-AQ rendah. AQ meramalkan siapa yang akan memiliki prestasi melebihi harapan kinerja mereka, dan siapa yang gagal.
Begitu penting peranan ke tiga variabel diatas bagi keberhasitan seseorang khususnya siswa dalam mencapai prestasi belajar di sekolah. Permasalahannya, masih banyak siswa underachiever yaitu berprestasi dibawah taraf keoerdasannya (S- Sadli, dikutip Yusuf Munawir, 1996). Dari variabel kreativitas, masih dijumpai penelitian yang meragukan pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar siswa (Sukarti, 1997). Selain itu Iingkungan kondusif yang dibutuhkan untuk menemu-kenali kreativitas sejak dini dan memberinya kesempatan beragam agar dapat muncul sebagai prestasi nyata, sering tidak memberinya dorongan yang cukup kuat. Demikian juga adversity yang memiiiki hubungan bermakna terhadap keberhasilan (Stoltz, 2000) merupakan teori baru, berasal dari dunia barat yang masih perlu dibuktikan keefektifannya bila diterapkan di Indonesia.
Sampai saat ini pemanfaatannya pun masih terbatas pada dunia kerja, alat yang dipakainya juga masih sangat terbatas- Dengan alasan-alasan tersebut penelitian ini dilakukan. Dari penelitian ini ingin diketahui hubungan inteligensi, kreativitas (bertikir kreatif) dan adversity dengan prestasi belajar siswa SLTP; dan variabel mana yang paling besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar.
Subyek penelitian yang diambii dengan Stratiiied Random Sarnpiing adalah siswa SLTP Negeri 49 (mewakili peringkat atas) SLTP Negeri 184 (mewakili peringkat tengah) dan SLTP 222 (mewakili penngkat bawah), dengan sampel 37 pria dan 37 wanita dari masing-masing sekolah, sehingga jumlah seluruhnya 222 orang.
Alat yang diorgunakan untuk mengukur inteiigensi adalah Standard Progressive Matrices (SPM) dari Raven; alat ukur kreativitas (bertikir kreatif) adalah Tes Kreativitas Verbal Pararel 1 (TKV Pararel-1) dari Utami Munandar, dan untuk mengukur Adversity Quotient digunakan Adversity Response Protiie Moditikasi (ARP-MAR).
Melalui kajian teoritis diajukan delapan hipotesis yang teiah diuji kebenarannya meialui teknik korelasi berganda, korelasi parsial dan korelasi bivariat dari Pearson, dan diperoleh hasil sebagai berikut;
1. Ada hubungan yang signihkan antara inteligensi, kreativitas (bertikir kreatif) dan adversity secara bersama-sama dengan prestasi belajar siswa SLTP.
2. Ada hubungan yang signitikan antara inteligensi dengan prestasi belajar siswa SLTP, setelah dikontrol variabel kreativitas (bertikir kreatif) dan adversity.
3. Ada hubungan yang signiikan antara kreativitas (berpikir kreatif) dengan prestasi belajar siswa SLTP, setelah dikontrol variabel inteiigensi dan adversity.
4. Tidak ada hubungan yang signitikan antara adversity dengan prestasi belajar siswa SLTP, setelah dikontrol variabel inteligensi dan kreativitas (berHkir kreatif).
5. Ada hubungan yang signitikan antara inteligensi dengan kreativitas (bertikir kreatif) siswa SLTP.
6. Tidak ada hubungan yang signihkan antara inteligensi dengan adversity siswa SLTP.
7. Tidak ada hubungan yang signitikan antara kreativitas (bertikir kreatif) dengan adversity siswa SLTP.
8. Secara murni hanya variabel inteligensi dan kreativitas (bertikir kreatif) yang memberi sumbangan secara bermakna terhadap prestasi belajar siswa SLTP. Dan dari dua variabel tersebut, variabel kreativitas (berfikir kreatif) adalah penyumbang terbesar terhadap prestasi belajar siswa SLTP.
Sebagai hasil tambahan ditemukan :
1. Dimensi adversity control, origin dan ownership berkorelasi secara signifikan dengan prestasi belajar siswa SLTP.
2. Dimensi adversity origin dan ownership berkorelasi secara signifikan dengan inteligensi.
3. Dimensi advers;ty control, origin dan ownership berkorelasi secara signifikan dengan kreativitas (berfikir kreatif).
Saran yang diajukan berkaitan dengan :
1. Sampel. Agar hasil dapat dimanfaatkan dalam lingkup yang lebih luas, disarankan untuk memperluas sampet penelitian.
2. Alat Ukur
a. Alat ukur prestasi belajar {nilai rapor) Nilai raper dari sembilan mata pelajaran dianggap terlalu sempit untu mewakili prestasi elajar siswa (lebih banyak engukur ranah kognitif). Pada penelitian sejenis disarankan menyertakan nilai mata elajaran ekstra kurikuler.
b. Alat ukur adversity
1) Dalam penyajiannya ARP-MAR disarankan lebih memperhatikan faktor rappert dan administrasinya.
2) Bagi peneliti lain yang ingin memakai ARP-MAR, disarankan meneliti ulang validitas dan reliabilitasnya.
3) Peneliti I in yang ingin me odifikas1 ARP-Stoltz, disarankan untuk lebih memperhatikan pengaruh budaya.
3. Variabel inteligensi, kreativitas, adversity dan prestasi belajar. Mengingat ke empat variabel tersebut panting bagi dunia pendidikan, disarankan terus mengembangkannya melalui peneli ian secara berkala.
4. Variabel kreativitas dan a dversity dapat ditemu-kenali serta ditumbuhkembangkan ejak dini. Oleh karena itu disarankan agar dilibatkan dalam proses belajar-mengajar di berbagai lingkup dan memasukkannya ke dalam kurikulum sekolah.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ainun Najibah Bhaskara
"Penelitian ini bertolak dari adanya kebutuhan akan pemahaman tentang goal orientation yang dimiliki oleh peserta didik kursus bahasa lnggris dan hubungan goal orienzarion dengan prestasi belajar. Tingginya minat masyarakat untuk meningkatkan kemampuan berbahasa lnggris dapat dilihat dari banyaknya anggota masyarakat yang mengikuti kursus di berbagai lembaga bahasa yang ada, khususnya di kota Jakarta.
Selain motivasi, seseorang yang ikut bahasa lnggris juga mernbutuhkan waktu dan dana khusus. Biasanya faktor dana inilah yang kerap menjadi hambatan bagi seseorang untuk ikut kursus bahasa lnggris di suatu lembaga bahasa, sehingga mereka yang dapat mengikuti kursus seyogyanya benar-benar memanfaatkan dan menggunakan kesempatan yang ada dengan sebaik-baiknya. Namun demikian, menurut pengamatan peneliti, masih banyak peserta didik kursus bahasa lnggris di LBPP-LIA Kelapa Gading yang tampak tidak menggunakan kesempatan yang mereka miliki_ Dalam Syah (1997) disebutkan beberapa faktor psikologis yang dianggap memberi pengaruh terhadap prestasi belajar peserta didik, salah satunya adalah motivasi. Adapun goal yang dimiliki oleh seseorang dapat memotivasi untuk melakukan sesuatu yang diinginkannya dalam belajar. Oleh karena itu, peneliti merasa bahwa goal orientation penting unmk diteliti karena diduga memiliki hubungan dengan prestasi belajar seseorang. Selain itu, peserta didik di LBPP-LIA terdiri dari berbagai macam status (pekerjaan) yaitu antara lain pelajar SLTA, mahasiswa dan karyawan, sehingga peneliti pun ingin pula rnengetahui bagaimana goal orientation dan prestasi belajar bahasa lnggris yang dimiliki mereka.
Penelitian dilakukan terhadap peserta didik kursus bahasa lnggris di LBPP-LIA Kelapa Gading program General English (Basic l-4 dan Intermediate I-4) dan English for Special Purposes (CV starter, CV l-4). Sampel berjumlah 120 orang yang di peroleh dengan teknik purposive dan simple random sampling. Data tentang prestasi belajar peserta didik menggunakan nilai written test yang diberikan setiap akhir term- Adapun data tentang goal orientation diperoleh dari kusioner goal orientation yang disusun oleh peneliti. Analisis data dilakukan dengan ANOVA dan Pearson Product Moment, sedangkan pengolahan data dilakukan dengan memanfaatkan program SPSS (Statistic Package for Social Science).
Penelitian ini menunjukkan bahwa hanya satu hipotesis penelitian yang diterima yaitu ada perbedaan yang signinikan mengenai work-avoidant goal orientation yang dimiliki peserta didik yang berstatus belajar SLTA, mahasiswa dan karyawan Pelajar SLTA menjadi kelompok yang memiliki skor work-avoidant goal orientation tertinggi dibanding clua kelornpok lainnya. Artinya, sebagian besar pelajar SLTA tidak termotivasi untuk mengikuti kursus bahasa Inggris. Untuk penelitian Iebih lanjut disarankan agar melakukan penelitian di beberapa cabang lembaga bahasa namun masih di bawah satu yayasan. Cara pengambilan sampel penelitian hendaknya menggunakan satu teknik yang sama, dan jurnlah sampel yang diambil hendaknya lebih besar Iagi sehingga hasilnya lebih dapat menggambarkan populasi. Selain itu level sampel juga seyogyanya sama untuk seluruh kelompok status. Dalam penelitian selanjutnya disarankan untuk mempersingkat instrumen penelitian dengan Cara mengurangi jumlah item pemyataan di tiap-tiap bagian goal orientation yang dirasa tumpang tindih. Hendaknya dalam penelitian Iebih lanjut dimasukkan faktor kecerdasan sebagai variabel pengontrol karena faktor kecerdasan memiliki peran terhadap prestasi belajar seseorang."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>