Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 123933 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
"The main purpose of this paper is to improve the students' comprehension of chemistry based on action reseach. Another objective of this study is strategy development of instruction for implementing the teaching material discourse using constructivism approach...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar laju reaksi dengan cakupan materi yang disesuaikan dengan A-Level untuk siswa kelas XI Rintisan Sekolah Menengah Atas Bertaraf Internasional (RSMA-BI). Rancangan penelitian pengembangan mengadaptasi model pengembangan bahan ajar model 4D yang meliputi empat tahap pengembangan, yaitu define, designe, develop dan disseminate. Produk pengembangan adalah bahan ajar kimia RSMA-BI kelas XI materi laju reaksi yang ditulis dalam bahasa Inggris menggunakan pendekatan konstektual. Bahan ajat terdiri atas empat bagian utama yaitu pendahuluan, materi, evaluasi, dan penutup. Materi tersusun atas tujuh sub materi yaitu Reaction Rate Concept, The Rate's Expressions, Rate Law and Reaction Order, Experimental Determination of a Rate Law, Reaction Mechanism, Theories of Reaction Rate, Factors Affecting Reaction Rate. Hasil validasi isi dari ahli materi diperoleh nilai rata-rata 3,56 dari rentang skor 1-4 dengan kriteria valid/baik/layak. Hasil uji terbatas pada siswa SMA RSBI diperoleh nilai rata-rata 3,35 dari rentang skor 1-4 dengan kriteria valid/baik/layak. Hasil uji penggunaan bahan ajar diperoleh skor sebesar 77,8. Skor ini diatas SKM (Skor Kelulusan Minimal) yaitu 75 sehingga dapat disimpulkan bahwa bahan ajar telah layak dan dapat digunakan dalam pembelajaran di kelas."
JPUT 13:1 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mulyati Arifin
Surabaya: Airlangga University Press, 1995
540.7 MUL p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Nurhuda Nelson
"Riset ini bertujuan mengevaluasi tata kelola dan dampak program pembelajaran yang dilaksanakan oleh NGO pada pelajar dari kelas menengah bawah perkotaan. Studi sejenis menunjukan kecenderungan evaluasi hanya sampai ke tataran output, sehingga dampak kurang menjadi perhatian. Salah satunya karena keterbatasan metode yang valid dan reliabel untuk mengukur dampak. Riset ini mengevaluasi Program Education Centre sebagai program pendidikan berkarakteristik community development yang diimplementasikan dalam bentuk kursus bimbingan belajar gratis. Adapun evaluasi ini akan membandingkan efektivitas capaian dampak antara metode pembelajaran luring dan daring. Evaluasi dilaksanakan menggunakan metode SWOT untuk mengkaji aspek tata kelola program, dan metode SROI untuk memetakan dan menilai dampak. Hasil SWOT menunjukan kekuatan, potensi, dan keberhasilan yang menonjol pada metode pembelajaran luring dibandingkan daring. Kekuatan utama dari adalah dapat diakses oleh kalangan ekonomi lemah, potensi utamanya adalah lingkungan pembelajaran yang kondusif, sementara standarisasi materi menjadi sorotan kelemahan utama. Terdapat dua aspek utama yang menjadi perbedaan dari kedua metode ini, yakni aspek komunikasi dan aspek aksesibilitas dari program. Di sisi lain hasil SROI menunjukan adanya outcome yang bervariasi dengan nilai monetisasi yang jauh lebih besar pada dampak implementasi melalui metode luring. Nilai dampak program secara luring adalah Rp. 10,8 : 1, sementara nilai dampak pembelajaran daring hanya sebesar Rp. 5,26 : 1. Evaluasi ini merefleksikan bahwa substansi program yang diimplementasikan dengan metode yang berbeda, meskipun pada segmentasi penerima manfaat yang sama, dapat bermuara pada hasil dan dampak program yang berbeda secara signifikan. Program ini tidak hanya menyelesaikan permasalahan kesulitan akses akibat keterbatasan sumber daya, melainkan secara laten juga mendorong perubahan normatif dalam pandangan mengenai pendidikan yang dianggap mahal.

This research aims to evaluate the impact of learning programs implemented by NGOs on students from the urban lower middle class. Similar studies show a tendency for evaluation to only reach the output level, so that impact is less of a concern. This is partly due to the lack of valid and reliable methods to measure impact. This research evaluates the Education Centre Program as an educational program with community development characteristics implemented in the form of free tutoring courses. The evaluation will compare the effectiveness of impact achievement between offline and online learning methods. The evaluation is conducted using SWOT method to assess the governance aspect of the program, and SROI method to map and assess the impact. The SWOT results show the strengths, potentials, and successes that stand out in the offline learning method compared to online. The main strength is that it is accessible to the economically weak, the main potential is the conducive learning environment, while the standardization of materials is the main weakness. There are two main aspects that make the difference between these two methods, namely the communication aspect and the accessibility aspect of the program. On the other hand, the SROI results show that there are varied outcomes with a much greater monetization value on the impact of implementation through the offline method. The impact value of the offline program is Rp. 10.8: 1, while the impact value of online learning is only Rp. 5.26 : 1. This evaluation reflects that the substance of the program implemented with different methods, even in the same beneficiary segmentation, can lead to significantly different program results and impacts. This program not only solves the problem of access difficulties due to limited resources, but also latently encourages normative changes in the view of education that is considered expensive."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Junaidi
"Profesionalisme guru memberikan dampak terhadap tingkat ketercapaian siswa. Peningkatan profesionalisme guru membutuhkan peran pengawas. Kepengawasan tidak dilaksanakan secara optimal karena rendahnya intensitas kunjungan pengawas ke sekolah. Penelitian ini adalah sebuah penelitian kualitatif yang bertujuan untuk: (1) mengetahui apa saja peran yang dijalankan oleh pengawas dalam peningkatkan profesionalisme guru di SMP Negeri 1 Taba Penanjung kabupaten Bengkulu Tengah; dan (2) untuk menganalisis keterkaitan peran pengawas dalam peningkatan profesionalisme guru di SMP Negeri 1 Taba Penanjung. Pengumpulan data untuk mengetahui apa saja peran yang dijalankan oleh pengawas dilakukan melalui wawancara mendalam terhadap lima orang pengawas yang bertugas mengawas guru di SMP Negeri 1 Taba Penanjung dan lima orang guru mata pelajaran di SMP Negeri 1 Taba Penanjung sebagai triangulasi data. Untuk mengetahui bagaimana kaitan peran pengawas dalam peningkatan profesionalisme guru, pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam terthadap lima orang guru mata pelajaran di SMP Negeri 1 Taba Penanjung.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) pengawas hanya menjalankan peran sebagai konsultan dan semua pengawas tidak menjalankan peran sebagai koordinator, group-leader, dan evaluator; dan (2) peran pengawas sebagai konsultan dalam memberikan bimbingan terhadap guru dalam merancang perencanaan pengajaran memiliki keterkaitan dalam peningkatan profesionalisme guru dalam aspek teknik pengajaran.

Teacher professionalism gives impact towards students? achievement level. The enhancement of teacher professionalism needs the role of supervisor. Supervision is not conducted optimally because of the low of supervisors? visitation intensity to school. This research is a qualitative study which purposes: (1) to find out which roles played by school supervisor in enhancing teacher professionalism at SMP Negeri 1 Taba Penanjung of Bengkulu Tengah regency; and (2) to analyze the relevance of supervisor roles in enhancing teacher professionalism of SMP Negeri 1 Taba Penanjung. In order to find out which roles played by the supervisors, the data collection were conducted through in-depth interview with five supervisors who are in charge of teachers at SMP Negeri 1 Taba Penanjung and with five teachers in the purpose of data triangulation. In order to analyze the relevance of supervisor roles in enhancing teacher professionalism, the data collection were also conducted through in-depth interview with five teachers at SMP Negeri 1 Taba Penanjung.
The result of this study indicates that: (1) the supervisors play only the role of consultant. All of the supervisors do not play the role as coordinator, groupleader and evaluator; and (2) supervisor role as the consultant in which the supervisor helps teacher in designing the plan of teaching process has relevance in enhancing teacher professionalism in the aspect of teaching technique.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T35209
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathia Saripuspita
"Berbagai krisis yang terjadi di masyarakat kita yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari menimbulkan pertanyaan akan efelctivitas pendidikan agama di sekolah. Pendidikan ini seharusnya menjadi dasar bagi tumbuhnya perilaku yang baik pada anak bangsa. Namun sayangnya, pendidikan agama nampaknya kurang dirasakan manfaatnya oleh sebagian alumni SMU. Mereka merasa cukup mendapat bekal pengetahuan, namun tidak menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh l-:arena itu, menarik untuk mengevaluasi efektivitas pendidikan agama, khususnya pendidikan Agama Islam, dari segi afektif Walaupun pendidikan agama pentlng untuk mulai diberikan sejak dini, namun bam pada masa remaja inclividu mendapatkan makna yang berbeda mengenai pendidikan agama. Dengan perkembangan kognitifnya yang berada pada tahap formal operasional dari Piaget, remaja sudah mampu berpikir secara abstrak (Turner & Helms, 1995), sehingga memungkinkan remaja untuk memahami konsep-konsep agama dengan baik. Pada masa ini pula remaja berusaha menemukan identitas diri mereka (Erikson, 1970 dalam Santrock, 2001). Dalam menyelesaikan krisis ini, remaja membutuhkan suatu ideologi yang dapat mereka anut, dimana salah satu ideologi ini adalah agama. Paloutzian dan Santrock (2001) menyatakan bahwa isu agama adalah isu yang panting bagi remaja. Berdasarkan teori tentang perkembangan remaja dan pentingnya peranan agama pada masa ini, maka kegiatan evaluasi akan membatasi diri pada siswa kelas III SMU, yang diasumsikan berada pada tahap perkembangan remaja dan telah mengenyam hampir tiga tahun masa pendidikan Agama Islam di SMU, selain juga ketika duduk di jenjang pendidikan sebelumnya Tujuannya adalah untuk melihat hasil belajar dari pelajaran tersebut dari segi afektif. Hasil helajar pelajaran Agama Islam berorientasi pada aspek afektif dan psilcomotor. Sementara Ruang lingkup pendidikan Agama Islam sendiri terdiri dari lima aspek, yakni: A] Qur'an, keimanan, ibadah, akhlak, dan tarik. Kegiatan evaluasi ini membatasi pada aspek materi keimanan akidah, karena keimanan adalah hal yang sangat penting bagi seorang muslim. Mengacu pada Surat Al-Furqan ayat 23, Shihab (1996) menyatakan bahwa amal baik yang dikerjakan tanpa dilandasi oleh iman adalah amal yang sia-sia. Keimanan yang merupakan karakteristik afelctif ini alcan dilihat perkembangan intemalisasinya pada siswa kelas Ill SMU dengan taksonomi hasil belajar domain afektif dari Krathwoh (1964, dalam Anderson & Bourke, 2000)l. Urutan taksonomi ini dari jenjang internalisasi yang paling rendah adalah: Receiving Responding Valuing Organization, dan Characrerizarion by value or value complex. Standar kompetensi pelajaran Agama Islam akan digunakan sebagai pembanding atau kriteria tercapai atau tidaknya tujuan belajar pelajaran Agama Islam di sekolah. Lfntuk ilu, Fathia Saripuspita, standar kompetensi ini diterjemahkan dan diklasifikasikan sebagai tahap Valuing dari Taksonomi Domain Afektif Krathwohl Berdasarkan Taksonomi Domain Afektif Krathwohl (1964, dalam Anderson & Bourke, 2000) dan cakupan materi keimanan dalam Agama Islam, evaluator mengembangkan alat ukur instrumen berupa kuesioner. Analisa hasil akan mendapatkan data mengenai tahapan setiap siswa, dan rata-rata tahapan siswa di sekolah tersebut. Siswa yang digunakan dalam penelitian ini adalah SMUN 8 Jakarta. Nilai rata-rata ini akan dibandingkan dengan kriteria yang dijadikan pembanding untuk menentukan apakah tujuan pendidikan Agama Islam di SMUN 8 Jakarta sudall tercapai atau belum. Analisa dari data yang didapat dari 198 orang siswa kelas [II SMUN 8 Jakarta yang mengambil jurusan IPA adalah bahwa tahapan yang mendapat persentase terbanyak adalah tahap Characterization by value or value complex, Responding dan Valuing dari domain afektif Krathwohl (1964, dalam Anderson & Bourke, 2000), Sementara itu, rata-rata siswa kelas III SMUN 8 Jakarta telah mengintemalisasi nilai keimanan Agarna Islam pada tahap Vahring, hal ini berarti bahwa tujuan pelajaran Agama Islam di SMUN 8 Jakarta telah dicapai oleh rata-rata siswa kelas III di sekolah Tersebut. Selain itu, penelitian ini juga memperlihatkan bahwa semua siswa mengakui penghayatan nilai keimanan Agama lslam mereka dipengaruhi oleh lebih dari satu agen. Oleh karena itu, tercapainya kompetensi dasar pelajaran Agama Islam dalam hal keimanan tidak hanya dipengaruhi oleh penyelenggaraan pendidikan agama di sekolah tersebut. Banyaknya siswa yang mengintemalisasi nilai keimanan Agama Islam dengan baik, yakni pada tahap Characreriznrforr by valure dan Valuing, dapat dijelaskan oleh teori perkembangan remaja. Asumsi baiknya perkembangan kognitif siswa sekolah unggulan ini memungkinkan lebih memahami konsep ajaran Agama Islam dan memecahkan masalah yang mereka hadapi sehari-hari, termasuk masalah pencarian identitas diri. Kedekatan dengan teman yang penting pada masa ini membuat mereka memiliki teman berdiskusi yang bisa membantu mereka memeoahkan masalah krisis identitas mereka. Sementara itu, menurut teori perkembangan moral dari Kohlberg (1986, dalan Santrock, 2001) dan perkembangan perilaku religius dari Fowler (1996, dalan Santrock, 2001), remaja masih mengikuti aturan yang diberikan orang lain kepada mereka karena ingn memuaskan pihak lain atau menghindari pihak lain tidak menyulcai mereka. Penjelasan ini sejalan dengan tahapan sebagian besar siswa yang berada pada tahap Rexgporrdifrg. Sementara untuk mereka yang berada pada tahap Chraracretization dan Valuing, penjelasan mengenai karakteristik khusus siswa SMUN 8 Jakarta perlu ditambahkan. Sebagai sekolah unggulan siswa SMU ini juga dianggap lebih patuh kepada guru dan berdedikasi tinggi pada kegiatan akademis dibanding sekolah lain. Kecenderungan patuh dan dedikasi mereka ini bisa saja juga teljadi dalam hal mengikuti ajaran agama. Akibatnya diasumsikan siswa yang menginternalisasi nilai keimanan pada tahap Valuing dan Characterization, bisa saja mencapai tahap ini karena secara siap menerima nilai yang dikenakan pada mereka. Dengan kata lain mereka tidak melalui proses mempertanyakan ajaran ataupun ideologi. Kesimpulan yang dibuat dalam kegiatan evaluasi ini hanya didasarkan pada data kuesioner. Data tambahan masih dibutuhkan untuk mempertajam kesimpulan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38526
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
McCormack, T.H.
London: University Tutonial Press, 1980
540 MCC f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>