Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1653 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Austin, Peter K.
"1. The importance of nutrition support
2. Oral and enteral tube support
3. Intravenous support
4. Clinical history and examination
5. Review of prescription charts
6. Decisions on intravenous nutrition
7. Fluid and macronutrient requirements
8. Electrolytes in intravenous nutrition
9. Micronutrients
10. Prescribing for patients with specific problems
11. Regimen choice
12. Complications of intravenous nutrition - 13. Monitoring
14. Organising nutrition support
15. Technical services
16. On the ward
Appendix 1. Stability
Appendix 2. Salts and pharmaceutical calculations
Appendix 3. Micronutrient preparations
Appendix 4. High-sodium drinks and feeds for short-bowel syndrome."
London : Pharmaceutical Press, 2007
615.6 AUS p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Astari Karina
"Latar Belakang: Pemasangan akses intravena pada pasien pediatrik memiliki kesulitan tersendiri, selain ukurannya yang lebih kecil, pembuluh darah lebih rapuh, dan jaringan subkutan pada pediatrik lebih tebal sehingga visualisasi vena tidak jelas.Pada pasien pediatrik yang tidak dalam pengaruh anestesia, pasien sering kali tidak kooperatif karena takut dan trauma akibat tindakan sebelumnya, yang berdampak pada angka keberhasilan upaya pertama insersi kanul intravena pada pediatrik rendah. Alat pemindai vena dengan prinsip kerja sinar infra-merah dapat membantu visualisasi vena namun efektifitasnya dalam keberhasilan insersi pada pasien pediatrik masih kontradiktif. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan angka keberhasilan insersi kanul intravena pada upaya pertama menggunakan pemindai vena dan tanpa pemindai vena pada pasien pediatrik, sehingga dapat menjadi suatu dasar usulan standart operasional di RSCM.
Metode: Penelitian ini uji klinis acak tidak tersamar pada pasien pediatrik usia 0-5 tahun yang mendapat layanan anestesia di ruang diagnostik MRI, CT dan Radioterapi RSCM. Subjek penelitian berjumlah 92 pasien yang dikelompokkan menjadi 2 grup sesuai tabel randomisasi. Pada grup pemindai vena dilakukan insersi kanul intravena dengan bantuan alat pemindai vena (Accuvein AV400) dan pada grup kontrol dilakukan insersi tanpa alat bantu tambahan. Diambil data keberhasilan insersi pada upaya pertama, waktu pemasangan dan total jumlah upaya, selain itu dicatat status demografi jenis kelamin, usia, tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas dan indeks massa tubuh. Analisis data dilakukan untuk melihat data demografi, faktor yang mempengaruhi dan hubungan penggunaan pemindai vena dengan keberhasilan upaya pertama insersi.
Hasil: Angka keberhasilan upaya pertama pada kelompok peminda vena adalah 76,1% dibandingkan tanpa pemindai vena 52,2% dengan cOR 2,92 (p 0,017). Faktor warna kulit memiliki angka keberhasilan yang lebih tinggi pada warna kulit gelap sebesar 74,5% dibandingkan warna kulit terang 53,5% (p 0,035). Faktor lain seperti usia, jenis kelamin, dan status gizi pada penelitian ini secara statistik tidak berhubungan dengan keberhasilan insersi kanil intravena. Selain itu didapatkan data deskriptif pada kelompok pemindai vena memiliki median lama waktu yang lebih singkat yaitu 133,5 (55-607) dibandingkan tanpa pemindai vena 304,5 (65-1200). Simpulan: Kelompok pemindai vena memiliki angka keberhasilan upaya pertama insersi yang lebih tinggi dibandingkan tanpa pemindai vena. pada penelitian ini faktor yang mempengaruhi keberhasilan insersi hanya warna kulit.
Kata Kunci: akses intravena, pediatrik, pemindai vena

Background: Establishing intravenous access in pediatric patients has its own challanges, in addition to their smaller size, blood vessels are more fragile, and subcutaneous tissue is thicker so that visualization of veins is often unclear. In pediatric patients who are awake, patients are often not cooperative because of fear and trauma due to previous experiencethus the success rate of the first attempt venous cannulation in pediatric patient is low. The vein viewer with the principle of infrared rays can help visualize the vein but its effectiveness in the success of insertion in pediatric patients is still contradictory. This study aims to compare the success rate of the first attempt venous cannulation between using vein veiwer and control in pediatric patients.
Metho: This study is an openrandomized clinical trials in pediatric patients aged 0-5 years who received anesthesia procedure in the diagnostic room for MRI, CT and Radiotherapy at Cipto Mangunkusumo Hospital. The research subjects were 92 patients grouped into 2 groups according to the randomization table. In the vein viewer group, Venous cannulation was performed with the help of a vein viewer (Accuvein AV400) and in the control group cannulation was done without additional assistive devices. Data on first attempt success rate, time of cannulation and total number of attempts in recorded. In addition, demographic status such as sex, age, height, weight, upper arm circumference and body mass index is also recorded. Data analysis was performed to search for the relationship of the use of vein viewer with the success of the first attempt at cannulation.
Result: The success rate of the first attempt at the vein viewer group was 76.1% compared with control group 52.2% with cOR 2.92 (p 0.017). Skin color factor has a higher first attempt success rate in dark skin color of 74.5% compared to light skin color 53.5% (p 0.035). Other factors such as age, sex, and nutritional status in this study were not statistically related to the success of first attempt venous cannulation. In addition, secondary data were obtained that vein viewer group has shorter median cannulation time of 133.5 (55-607) than control 304.5 (65-1200).
Conclusion: The vein viewer group has a higher success rate of first attempts venous cannulation than control group. In this study the factors that influence the success rate of first attempts venous cannulation are only skin color.
Keywords: Peripheral accesss, ediatric, Veinviewer"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gede Harsa Wardana
"Latar belakang: Komplikasi lokal dari terapi intravena termasuk infiltrasi, flebitis,tromboflebitis, hematoma dan bekuan pada jarum. Flebitis adalah pada lokasitusukan infus ditemukan tanda-tanda merah, seperti terbakar, bengkak, sakit biladitekan, ulkus sampai eksudat purulent atau mengeluarkan cairan bila ditekanFaktor resiko yang dapat mempengaruhi terjadinya flebitis yaitu faktor internal danfaktor eksternal. Dengan menggunakan skor VIP, angka kejadian flebitis di RumahSakit Umum Bali Royal dari Januari sampai dengan bulan Oktober 2017 masihtinggi yaitu berkisar antara rata ndash; rata 1,54.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yangmempengaruhi angka kejadian flebitis pada pasien yang terpasang kateter intravenadi ruang rawat inap RSU. Bali Royal.
Metode: Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis penelitiankuantitatif dengan metode penelitian korelasi descriptif dengan pendekatan crosssectional. Untuk variabel perawatan luka tusukan dan kepatuhan perawat ruangrawat inap dalam menjalankan SPO pemasangan infus, menggunakan desain studiprospektif dimana akan dilakukan observasi terhadap perawat saat menjalankanSPO perawatan infus dan SPO pemasangan infus.
Hasil: Hasil pada penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara faktor umurpasien, penyakit penyerta, lokasi pemasangan infus, lama waktu pemasangan infusdan jenis cairan yang diberikan dengan angka kejadian flebitis di RS Bali Royaldengan nilai p 0,05.
Simpulan: Dari hasil yang didapatkan dapat dilihat bahwa masih terdapat faktorfaktoryang mempengaruhi angka kejadian flebitis di RSU Bali Royal dankedepannya akan dibuatkan dan dikembangkan SPO untuk mengendalikan faktorfaktorresiko tersebut.

Introduction: Local complications of intravenous therapy include infiltration,flebitis, thromboflebitis, hematoma, and clot on the needle. Flebitis is when at thelocation of the infusion puncture found red signs, such as burning, swelling, painwhen pressed, ulcers to purulent exudate or discharge fluid when pressed. Riskfactors that can affect the incidence rate of flebitis are internal and external factors.Using the VIP score, the flebitis incidence rate at the Bali Royal General Hospitalfrom January to October 2017 was still high, ranging from an average of 1.54.
Aim: This study aims to analyze the factors that affecting the incidence rate offlebitis in patients who installed intravenous catheters in hospital wards of BaliRoyal General Hospital.
Method: The design used in this study is a type of quantitative research withdescriptive correlation research method with cross sectional approach. For variablewound care and inpatient nurse compliance in running of operational standard ofinfusion installation, using prospective study design where will be observed tonurse while running operational standard of infusion installation and operationalstandard of infusion care.
Result: The results of this study showed an association between factors of patientages, comorbidity, infusion site location, duration of infusion and fluid type givenwith flebitis incidence rate at Bali Royal Hospital with p value 0,05. From the results obtained it can be seen that there are still factors affecting theflebitis incidence rate at Bali Royal General Hospital and in the future will be madeand developed a new operational standard to control the risk factors.
Conclusion: From the results obtained it can be seen that there are still factorsaffecting the flebitis incidence rate at Bali Royal General Hospital and in the futurewill be made and developed a new operational standard to control the risk factors.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50670
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Elfrida
"Nyeri pemasangan infus merupakan nyeri yang paling sering dialami oleh anak saat hospitalisasi. Sayangnya, intervensi berbasis bukti untuk mengelola nyeri akibat prosedur ini kurang dimanfaatkan di ruang Unit Gawat Darurat (UGD). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi efektivitas Buzzy terhadap nyeri saat pemasangan infus pada anak usia sekolah di UGD. Penelitian ini menggunakan desain analitik kuantitatif quasi experimen dengan pendekatan posttest only control grup. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling dan diteliti pada 48 responden. Penelitian ini dilakukan pada anak usia sekolah 6-12 tahun yang diberikan tindakan pemasangan infus dengan kategori triase 2. Instrumen pada penelitian ini menggunakan VAS untuk menilai nyeri pada responden. Uji statistik yang digunakan adalah uji T-independen tidak berpasangan. Hasil yang didapatkan adalah terdapat perbedaan bermakna secara statistik rerata skala nyeri antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi (nilai p=0,017). Kesimpulan: Penggunaan Buzzy efektif menurunkan nyeri pada anak usia sekolah saat dipasang infus di UGD. Dari hasil penelitian ini, penggunaan Buzzy direkomendasikan sebagai distraksi yang rutin digunakan kepada anak usia sekolah saat dipasang infus terutama di UGD.

Intravenous catheter insertion pain is the most common pain experienced by children during hospitalization. Unfortunately, evidence-based interventions to manage pain from these procedures are underutilized in the Emergency Room (ER). The purpose of this study was to identify the effectiveness of Buzzy to reduce pain during intravenous catheter insertion to school-age children in the ER. This study used a quasi-experimental quantitative analytical design with a posttest only control group approach. Sample selection was carried out by consecutive sampling and examined on 48 respondents. This study was conducted on school-age children 6-12 years who were given the action of intravenous catheter insertion with triage category 2. The instrument in this study used VAS to assess pain in respondents. The statistical test used is an unpaired T-independent test. The result was that there was a statistically significant difference in the mean pain scale between the control group and the intervention group (p value = 0.017). Conclusion: Buzzy was effective in reducing pain in school-age children while intravenous catheter insertion in the ER. From the results of this study, the use of Buzzy is recommended as a distraction that is routinely used for school-age children when installed infusions, especially in the ER."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triana Ferdianingsih
"Pemasangan akses kateter intravena perifer (KIP) merupakan prosedur invasif yang paling sering dilakukan pada neonatus di ruang perawatan. Teknik steril merupakan fondasi pencegahan infeksi aliran darah pada neonatus berisiko. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kepatuhan perawat dalam mempertahankan teknik steril pada pemasangan akses KIP. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sampel 134 perawat. Adapun variabel terkait yang di ukur sehubungan dengan kepatuhan perawat dalam mempertahankan teknik steril diantaranya: penusukan berulang, tempat perawatan bayi (inkubator atau radiant warmer), usia perawat, lama bekerja, tingkat pendidikan perawat, tingkat pengetahuan, jadwal dinas, dan jumlah tim saat berdinas. Pengetahuan perawat diukur dengan menggunakan kuesioner dan tingkat kepatuhan diobservasi dengan lembar obsevasi sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO). Data hasil penelitian dianalisis dengan multivariate regresi linier dengan hasil faktor yang memengaruhi kepatuhan perawat dalam mempertahankan teknik steril adalah penusukkan berulang, tempat perawatan bayi (radiant warmer dan inkubator), usia, tingkat pendidikan, jadwal dinas, jumlah tim saat berdinas (p=0,01; alpha 0,05%)

The insertion of peripheral intravenous catheter access (KIP) is an invasive procedure that is most often performed on neonates in the treatment room. Sterile technique is the foundation for preventing bloodstream infection in at-risk neonates. This study aims to identify the factors that influence nurses' compliance in maintaining sterile techniques for KIP access installation. The research design used was cross sectional with a sample size of 134 nurses. The related variables measured in relation to nurses' compliance in maintaining sterile techniques include: repeated stabbing, place of baby care (incubator or radiant warmer), age of the nurse, length of work, level of nurse education, level of knowledge, schedule of service, and number of teams while serving. Nurses' knowledge was measured using a questionnaire and the level of compliance was observed with an observation sheet according to Standard Operating Procedures (SPO). The data from the research results were analyzed by multivariate linear regression with the results that the factors that influenced nurses' compliance in maintaining sterile techniques were repeated stabbing, place of baby care (radiant warmer and incubator), age, education level, service schedule, number of teams while serving (p = 0, 01; alpha 0.05%)"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitrianingsih
"Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas biaya penggunaan sediaan D10-CaGluconas dan D5-1/4NS. Disain penelitian adalah kohort retrospektif pada pasien neonatus penderita Respiratory Distress Syndrome (RDS) dengan berat badan normal di RSU Kambang Jambi. Penelitian dilaksanakan pada kurun waktu September 2014-Juni 2015. Subyek penelitian terbagi dalam dua kelompok yaitu yang menggunakan D10-CaGluconas 40 pasien dan D5-1/4NS 43 pasien. Efektivitas dinilai dari perubahan hasil pemeriksaan fisik pasien yaitu rata - rata berat badan (28,48 gram/hari), kadar glukosa darah sewaktu (26,73 mg/dL), respiratory rate (-12,35 x/menit), frekuensi nadi (-10,98 x/menit), dan temperatur tubuh (0,013oC) pada sediaan D10-CaGluconas. Rata - rata efektivitas berat badan (23,49 gram/hari), kadar glukosa darah sewaktu (26,42 mg/dL), respiratory rate (-7,77 x/menit), frekuensi nadi (-8,07 x/menit), dan temperatur tubuh (0,012oC) pada sediaan D5-1/4NS. Rata - rata biaya langsung medis sediaan D10-CaGluconas adalah Rp. 458.290 dan D5-1/4NS adalah Rp. 408.347. Nilai ACER total biaya langsung medis sediaan D10-CaGluconas adalah Rp. 35.207.467, nilai ACER sediaan D5-1/4NS adalah Rp. 33.958.602. Nilai ICER biaya langsung medis sediaan D5-1/4NS terhadap sediaan D10-Ca.gluconas tiap efektivitas kenaikan berat badan adalah Rp. 10.009, kadar glukosa darah sewaktu adalah Rp. 161.107, respiratory rate adalah Rp. 10.905, frekuensi nadi adalah Rp. 17.163 dan temperatur tubuh adalah Rp. 49.943.000. Nilai rata - rata ICER total biaya langsung medis sediaan B terhadap sediaan A adalah Rp. 10.017.210. Sediaan parenteral nutrisi D10-CaGluconas lebih costeffective dibandingkan dengan sediaan D5-1/4NS.

This study aimed to compare the cost-effectiveness of the use of D10-CaGluconate and D5-1/4NS preparations. The design was a retrospective cohort study in neonatal Respiratory Distress Syndrome (RDS ) patients with normal weights in RSU Kambang Jambi. The research was conducted during the period September 2014 to June 2015. The research subjects were divided into two group, the use of D10-CaGluconate was 40 patients and D5-1/4NS was 43 patients . Effectiveness were seen from the changes of the patients physical examination results, on averages weights (28.48 grams/day), blood glucose levels (26.73 mg/dL), respiratory rates (-12.35 x/min), pulse rates (-10.98x/min), and the body temperature (0.013°C ) in D10-CaGluconate preparations. The average effectiveness of weight (23.49 grams/day), blood glucose levels (26.42 mg/dL), respiratory rates (-7.77 x/min ), pulse rates (-8.07 x/min), and the body temperatures (0.012°C) in D5-1/4NS preparations. The Average direct medical costs of D10- CaGluconate and D5-1/4NS were Rp. 458,290 and Rp. 408,347. The ACER values of total direct medical costs of D10-CaGluconate preparation were Rp. 35,207,467, while D5-1/4NS was Rp. 33,958,602. The ICER values of the direct medical costs of the D5-1/4NS preparations of D10-CaGluconas on each effectiveness of weights were Rp. 10,009, blood glucose levels were Rp. 161,107, respiratory rates were Rp. 10,905, pulse rates were Rp. 17,163, and the body temperature was Rp. 49,943,000. The averages ICER values of the direct medical costs of the D5-1/4NS preparations of D10-CaGluconate were Rp. 10,017,210. The parenteral nutrition preparations of D10-CaGluconate are more cost-effective compared to the D5-1/4NS."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
T43694
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faradila Ramadian Triananda
"Latar Belakang: Insersi kateter intravena merupakan salah satu prosedur yang menyumbang rasa nyeri pada ruang perawatan anak - anak, terutama pada kasus anak dengan Penyakit Jantung Bawaan (PJB). Pada PJB sianotik terjadi kondisi hipoksia kronik. Beberapa faktor sudah dihubungkan dengan derajat nyeri pada pasien anak, yaitu usia, jenis kelamin, jumlah pajanan terhadap infus, kadar hematokrit dan jenis PJB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor-faktor tersebut dengan derajat nyeri pada pasien dengan penyakit jantung bawaan.
Metode: Penelitian ini merupakan potong lintang terhadap 75 pasien pediatrik dengan penyakit jantung bawaan selama Juli-Oktober 2019 yang akan dilakukan prosedur yang membutuhkan pemasangan kateter intravena. Analisis bivariat dilakukan untuk menilai hubungan tiap variabel dengan derajat nyeri, kemudian setiap variabel yang memiliki nilai p < 0,25 dilakukan analisis multivariat untuk menilai interaksi antar variabel dengan derajat nyeri pada pasien pediatrik dengan penyakit jantung bawaan yang dilakukan pemasangan kateter intravena.
Hasil: Pada analisis bivariat didapatkan usia (nilai p = 0,494), kadar hematokrit (nilai p = 0,453), pajanan berulang (nilai p = 0,370), jenis kelamin (nilai p = 0,304), dan jenis PJB (nilai p = 0,090) tidak memengaruhi derajat nyeri saat pemasangan kateter intravena pada pasien pediatrik dengan penyakit jantung bawaan. Jenis PJB dimasukkan ke dalam analisis multivariat, dari analisa multivariat kemudian didapatkan jenis PJB tidak memiliki pengaruh derajat nyeri saat pemasangan kateter intravena pada pasien pediatrik dengan penyakit jantung bawaan (nilai p = 0,267).
Simpulan: Usia, jenis kelamin, jumlah paparan pemasangan infus, kadar hematoktrit dan jenis PJB tidak berhubungan dengan derajat nyeri saat pemasangan kateter intravena pada pasien pediatrik dengan penyakit jantung bawaan.

Intravenous catheter insertion is one of the procedures that contributes to the greatest pain in the children's ward, especially in chronic cases, one of which is a patient with Congenital Heart Disease (CHD). In cyanotic heart disesase, chronic hypoxic conditions occur. Pain is one of the triggers of a cyanotic spell that can have fatal effects for patients with cyanotic congenital heart disease. Several factors have been associated with the degree of pain in pediatric patients, namely age, sex, amount of exposure to infusion, hematocrit levels and type of congenital heart disease. This study aims to determine the relationship of these factors with the degree of pain in patients with congenital heart disease.
Methods: This is a cross-sectional study of 75 pediatric patients with congenital heart disease during July - October 2019 who will undergo a procedure that requires intravenous catheter placement. Bivariate analysis was performed to assess the relationship of each variable with the degree of pain, then each variable that had a value of p <0.25 performed a multivariate analysis to assess the interaction between the variables with the degree of pain in pediatric patients with congenital heart disease who undergo intravenous catheter placement.
Results: In bivariate analysis, age (p value = 0.494), hematocrit levels (p value = 0.453), repeated exposure (p value = 0.370), gender (p value = 0.304), and type of PJB (p value = 0.090) did not affect degree of pain during intravenous catheter placement in pediatric patients with congenital heart disease. The type of CHD was included in the multivariate analysis, from multivariate analysis it was found that the type of CHD did not have the effect of the degree of pain when intravenous catheter placement in pediatric patients with congenital heart disease (p value = 0.267).
Conclusion: Age, sex, number of exposure to infusion, hematoctrite level and type of congenital heart disease are not related to the degree of pain when intravenous catheter placement in pediatric patients with congenital heart disease.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ana Zakiyah
"Perawat sering melakukan kesalahan dalam memberikan cairan intravena. Hal ini dapat diminimalkan dengan supervisi, namun kenyataan yang ada kegiatan supervisi belum optimal dan hanya sebatas pengawasan. Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh supervisi pimpinan ruang terhadap pelaksanaan pemberian cairan intravena. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif. Sampel kuantitatif berjumlah 66 responden, partisipan FGD berjumlah 6.
Hasil penelitian ketiga sub variabel supervisi berpengaruh terhadap pemberian cairan intravena. Hasil FGD diidentifikasi 5 tema yaitu pemahaman pimpinan ruang tentang supervisi, mempertahankan kinerja perawat pelaksana, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, pimpinan ruang memberikan dukungan dan dorongan, supervisi yang kurang terstandar. Direkomendasikan untuk meningkatkan kegiatan supervisi secara berjenjang dan membuat suatu perencanaan supervisi yang terstandar.

Nurses often make mistakes in administering intravenous fluids. This can be minimized with supervision, but there is a fact that supervision has not been optimized and this activity limited only on one way control. The purpose of this study was to determine the influence of supervision by head nurse on intravenous therapy administration. The method used was quantitative and qualitative methods. Samples in a quantitative approach were 66 respondents, while the number of participants in Focus Group Discussion was 6 head of wards.
The results obtained indicated that the three sub variables affected the administration of intravenous fluids. The results of FGD identified several themes, namely the understanding of head nurses about supervision, maintaining performance, improving knowledge and skills, providing support and encouragement, and supervision that was less standardized. It is recommended that head nurses need to improve supervision activities on an ongoing basis, to make a standardized plan about supervision.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T31200
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Laswita Yunus
"Kateter vena sentral (Central Venous Catheter/CVC) digunakan secara luas terhadap pasien dengan kanker, beresiko menyebabkan infeksi primer aliran darah (IPAD) yang berakibat pada meningkatnya morbiditas, lama hari rawat serta biaya operasional dan pengobatan. Penelitian ini menggunakan disain studi potong lintang untuk mengetahui gambaran kejadian IPAD pasien dengan kanker terkait pemasangan CVC (IPAD-CVC) di RS. Kanker “Dharmais” tahun 2011-2012 pada populasi seluruh pasien kanker yang terpasang CVC dan didapatkan 119 sampel yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis univariat menunjukkan frekuensi pasien yang mengalami sepsis (18,5%), kolonisasi (47,9%), bakteremia (14,3%) dengan insidens IPAD-CVC (13,3%) banyak terjadi pada pasien dengan jenis keganasan hematologi (78,4%), pada ruang isolasi imunitas menurun (90%). IPAD-CVC banyak dialami oleh pasien kanker dengan rata-rata lama hari rawat > 30 hari dan sebanyak 45,0% disebabkan oleh bakteri gram-negatif. Perilaku asuhan keperawatan pasien dengan kanker termasuk pemasangan CVC, dukungan manejemen dan pengelolaan data surveilens yang lebih baik diperlukan dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi aliran darah.

Central venous catheter (CVC) are used extensively in patient with neoplastic disease, and primary bloodstream infection related to CVC (BSI-CVC) increasing morbidity, prolonged hospital stays including operational costs and treatment. Cross-sectional study with all hospitalized patient with an underlying cancer using CVC in periods 2011-2012 to describe primary bloodstream infections related to CVC at “Dharmais” National Cancer Centre year 2011-2012. 119 patients were selected from inclusion and exclusion criteria were eligible for this study. Univariate analysis shows clinical sepsis (18.5%), colonization (47.9%), bacteremia (14.3%) and cumulative incidence of BSI-CVC (13.3%). Most frequent of BSI-CVC are patient with hematology malignancies (78.4%) and higher proportion are patients in the immunocompromised-care (90%) in patients with average of hospital stays are more than 30 days. 45% Gram-negative bacteria’s are responsible to BSI-CVC. Behavior of nursing care against cancer patients with CVC, management support and surveillance data needed to bloodstream infection control and prevention."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45354
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gahart, Betty L.
St. Louis: Mosby , 2010
615.6 GAH i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>