Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11106 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Vincent Suriadinata
"ABSTRAK
Indonesia adalah negara dengan potensi ekonomi yang sangat besar namun masih minim investasi. Banyak faktor yang menghambat kemudahan berusaha di Indonesia sehingga mengurangi minat investor untuk berinvestasi di Indonesia. Indonesia perlu menerapkan omnibus law sebagai jawaban atas permasalahan-permasalahan yang menghambat investasi di Indonesia. Omnibus Law secara sederhana dapat dimaknai sebagai satu undang-undang yang bisa mengubah beberapa undang-undang sekaligus. Terdapat tiga keadaan untuk mempraktekkan omnibus law, yakni undang-undang yang akan diubah berkaitan secara langsung, undang-undang yang akan diubah tidak berkaitan secara langsung, dan undang-undang yang akan diubah tidak berkaitan tetapi dalam praktek bersinggungan. Bisa dibandingkan penerapan omnibus law di Filipina, Amerika Serikat dan Turki agar dapat diterapkan omnibus law yang berbudaya hukum Indonesia. Omnibus law sejatinya adalah teknik dalam penyusunan undang-undang yang bertujuan untuk mewujudkan efisiensi dan efektivitas sehingga sangat mungkin diterapkan di Indonesia. Untuk mewujudkannya diperlukan pemahaman tentang omnibus law dan komitmen politik yang kuat dari DPR maupun pemerintah.

ABSTRACT
Indonesia is a state with high economic potential. Unfortunately, the investment growth in Indonesia is quite low due to many factors that inhibit the business development. As a result, the investors are reluctant to invest in Indonesia. Omnibus law might be a solution to tackle the problems. The omnibus Law is simply defined as a statute that may amend some statutes at once. There are three conditions of omnibus law implementation, first, the statute that will be amended is related to the other statutes directly, second, the former statute is not related to others directly, third, the former statute is related to others but it affects each other in practices. A comparison of the omnibus law applications in Philippines, the United States, and Turkey may help to seek the possibility of the omnibus law application in Indonesia without leaving its legal culture. It is believed that the omnibus law is possible to be applied in Indonesia, but it needs an adequate understanding about the omnibus law and a strong political commitment of the House of Representatives of the Republic of Indonesia and the Government of the Republic of Indonesia to implement the omnibus law.

"
2019
T53114
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridho Masruri Irsal
"Jakarta sebagai kota metropolitan memiliki kompleksitas permasalahan perkotaan salah satunya adalah bentuk kota yang tersebar dan mengakibatkan ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan bermotor. Kawasan transit oriented development (TOD) merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan meningkatkan kepadatan dan aksesibilitas antar destinasi serta mengintegrasikan moda transportasi umum. Artikel ini bertujuan untuk memprediksi kepadatan hunian yang belum dioptimalkan oleh pembangunan vertikal untuk mengoptimalkan pemanfaatan ruang di kawasan TOD Dukuh Atas melalui analisis spasial. Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif melalui metode Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan menganalisis kesesuaian lahan melalui teknik overlay, menghitung daya dukung lingkungan pada kawasan pemukiman, menganalisis indeks kepadatan bangunan menggunakan metode Normalized Difference Built-up Index (NDBI), dan mengekstraksi area padat dengan melapiskan data Floor Area Ratio (FAR). Berdasarkan hasil analisis kesesuaian, ditemukan adanya kawasan yang tidak sesuai sekitar 16,33% dari total luas kawasan TOD Dukuh Atas, terutama di bagian barat. Hasil perhitungan daya dukung lingkungan menunjukkan bahwa kawasan TOD Dukuh Atas masih dapat menampung 2,05 kali lipat dari jumlah penduduk saat ini. Untuk mengoptimalkannya kembali, dibuat alokasi area kepadatan hunian sesuai dengan FAR dalam Rencana Detail Tata Ruang Jakarta sehingga jumlah lantai maksimum dapat dicapai. Hasil perhitungan tersebut dapat menghasilkan prediksi kebutuhan hunian yang lebih detail dan konsisten dengan kondisi kawasan TOD di Dukuh Atas.

Jakarta, as a metropolitan city, has a complexity of urban problems, one of which is the shape of the city, which is spread out and results in people’s dependence on motorized vehicles. Transit-oriented development (TOD) areas are one alternative to solving these problems by increasing density and accessibility between destinations and integrating modes of public transportation. This article aims to predict the occupancy density that has not been optimized by vertical development to optimize the use of space in the Dukuh Atas TOD area through spatial analysis. This study uses quantitative analysis through the Geographic Information System (GIS) method by analyzing land suitability through overlay techniques, calculating environmental carrying capacity in residential areas, analyzing building density index using the Normalized Difference Built-up Index (NDBI) method, and extracting dense areas by superimposing on Floor Area Ratio (FAR) data. Based on the results of the conformity analysis, it was found that there were areas that were not suitable for approximately 16.33% of the total area of the Dukuh Atas TOD area, especially in the western part. The calculation of environmental carrying capacity results shows that the TOD area of Dukuh Atas can still accommodate 2.05 times the current population. To re-optimize it, an allocation of residential density area is generated following the FAR in Jakarta’s Detailed Spatial Plan so that the maximum number of floors can be achieved. The results of these calculations can produce predictions of residential needs that are more detailed and consistent with the conditions of the TOD area in Dukuh Atas."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hermawan Susanto
"Tesis ini menganalisis lembaga kepresidenan dalam persepektif konstitusi dan praktik, dengan mengurai pelaksanaan sistem pemerintahan presidensial sesuai konstitusi dengan praktik. Gap yang ditemukan dijadikan langkah awal dalam merekonstruksi kantor kepresidenan. Rekonstruksi dilakukan menggunakan the McKinsey 7S Framework¸ yang meliputi variabel: style, skills, systems, structure, staff, strategy, dan shared values. Penelitian mengacu pada paradigma kualitatif dan postpositivism, dimana metode pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumen, wawancara mendalam, dan diskusi pakar. Praktik lembaga kepresidenan dalam beberapa hal tidak sesuai dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Ketidaksesuaian dapat diakibatkan oleh regulasi, sistem politik, ataupun individu Presiden. Dalam tataran individu Presiden, kelemahan praktik pelaksanaan konstitusi lebih dominan diakibatkan oleh dukungan kantor kepresidenan. Kelembagaan kantor kepresidenan sejauh ini sangat ditentukan oleh keinginan individu Presiden, sehingga efektivitas dukungan kinerja kepada Presiden juga bergantung pada keinginan Presiden. Rekonstruksi kantor kepresidenan antara lain dilakukan terhadap struktur organisasi, sumber daya manusia, business process, payung hukum pembentukannya, dan figur kepala kantornya. Rekonstruksi kantor kepresidenan memerlukan usaha yang besar seperti mengubah peraturan perundang-undangan, merombak kemapanan (status quo), dan terutama keberanian seorang Presiden dalam membuat kebijakan yang belum tentu sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan.

This thesis examines the presidential office using the constitutional and
practical perspective by discussing the implementation of the presidential system
of government based on Constitution and how it runs on the practical basis. The
gap, which is found in the thesis, is used as an initial step in reconstructing the
presidential office. The institutional reconstruction is applied by the utilization of
the McKinsey 7S Framework¸ including style, skills, systems, structure, staff,
strategy, and shared values variables. The research refers to the post-positivism
paradigm and qualitative approach, in which the collecting data method is
conducted through the document studies, in-depth interviews, and discussion with
the experts. Presidential office, in practice, is not in accordance with the
Indonesian Constitution in some ways. This non-compliance is caused by the
regulations, political system, or the president as an individual. In terms of the
president as an individual, the shortcoming of the application of the Constitution,
regarding the presidential office, is dominantly caused by the staffs? support of the
presidential office. So far, the institution of presidential office is highly influenced by the inclination of the President as an individual. Thus, the effectiveness of the presidential office in supporting the President depends on the core concept coming from the President. The presidential office reconstruction is applied to its organizational structure, human resources, business process, and figure of a chief of staff. The presidential office reconstruction requires several considerable efforts, including changing existing laws, changing existing social structure and values (status quo), and more importantly the courage of the President in making policies that do not necessarily correspond to the expectations of stakeholders."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T46234
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haward, Ambrosius S.
"Today’s ecological crisis is getting worse, and human activities might have been the main cause of the crisis. From a theological point of view, the spiritual crisis among the modern people can be thought of as the source of the devastating human activities. Pope Francis in his encyclical Laudato Si’ believes that mistaken anthropocentrism and technocratic paradigm are the main cause, while theologian Leonardo Boff points on the modern science experimental perspective and the attitude of negligence as the triggering characteristics that govern the modern people. Facing the ecological crisis which has its roots in human spiritual crisis, Pope Francis offers a model of an integral ecology, while Boff offers an eco-spirituality concept, as basis for human relation to the cosmos. Both concepts emphasise on the unity of all components that exist in the cosmos as God’s creation."
Bandung: Department of Philosophy, 2021
105 MEL 37:2 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Agrarian law No. 5 of 1960 and Government Regulation No.10 of 1961 regarding land registration stated that land registration made a legal certainty for the land owner. But in faact, especially for the low income rural community there was a tendency to be reluctant to register their land. This research proved, there was a close correlation between the level of income and the awarness of community regarding the land registration. The lower the level of income, the move reluctant they registered their lands."
343 JPIH 17 (1997)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Larissa Letitia Hervine
"ABSTRAK
Artikel ini fokus membahas mengenai perubahan sosial komunitas pesisir Jakarta akibat kerusakan ekologi di teluk Jakarta. Bentuk perubahan sosial tersebut adalah pergeseran mata pencaharian keluarga, pergeseran relasi dalam keluarga, strategi bandar kerang, dan pergeseran relasi antar keluarga akibat reklamasi. Berbagai studi sebelumnya menemukan bahwa pencemaran lingkungan laut bukan hanya disebabkan oleh perubahan lingkungan alami, namun juga disebabkan oleh manusia dan teknologi, sehingga menghasilkan perubahan sosial karena terganggunya penghidupan masyarakat pesisir khususnya pada nelayan tradisional. Namun studi-studi sebelumnya yang membahas dampak kerusakan ekologi laut lebih didominasi oleh perubahan sosial makro dan meso seperti perubahan kebijakan politik di bidang lingkungan dan perubahan ekonomi.. Argumen dari penelitian ini adalah kerusakan ekologi yang terjadi akibat masifnya pembangunan industri dan properti dalam kurun waktu 2010 ndash; 2017, menyebabkan perubahan sosial bukan hanya tingkat makro namun sampai di tingkat mikro yaitu pada kehidupan masyarakat pesisir khususnya untuk komunitas nelayan di teluk Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dilakukan dengan wawancara mendalam kepada masyarakat pesisir wilayah Marunda dan Muara Angke Jakarta Utara seperti nelayan tradisional, keluarga nelayan, serta tokoh masyarakat lokal.

ABSTRACT
This article discuss about the social change of coastal communities in Jakarta as a result of ecological damaged in Jakarta bay. The forms of social change including the change of family 39 s livelihood, change of family relation, strategy of dealer shells, and the change of family relation as a result of reclamation. The previous studies explained that sea ecosystem 39 s pollution is caused not only by natural environment 39 s change, but also by human and technology. As a result, there is a social change because of the distruption of coastal communities especially the life of traditional fishermen. Unfortunately, the social change in macro and meso level still dominated the previous studies about the effect of sea ecosystem 39 s damaged including political policy change and economic change. However, this thesis argue that the ecological damage as a result of massive industrial and property development during 2010 2017 has caused social change not only in macro level but also micro level in the coastal communities especially in the life of fishermen 39 s communities in Jakarta bay. This research used qualitative method with in depth interview to coastal communities in Marunda and Muara Angke, North Jakarta such as traditional fishermen, fishermen 39 s family, and local actors in the communities."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Katubi
"Tradisi lisan yang paling terkenal dan dimiliki oleh semua kelompok etnis di Kepulauan Pulau Alor-Pantar ialah lego-lego. Di antara sedikit tulisan tentang lego-lego, belum ada tulisan yang membahas lego-lego orang Kui, kelompok etnis kecil yang berjumlah hanya sekitar 833 orang. Lego-lego orang Kui diekspresikan dengan menggunakan bahasa Kui. Padahal, bahasa Kui dapat dikategorikan sebagai bahasa yang terancam punah. Tulisan ini membahas daya hidup lego-lego sebagai tradisi lisan orang Kui dalam ekologi bahasa Kui yang terancam punah. Penelitian ini bertujuan 1 mendeskripsikan secara mendalam lego-lego orang Kui sebagai tradisi lisan; 2 menjelaskan daya tahan lego-lego dalam ekologi bahasa Kui yang terancam punah; 3 merumuskan model revitalisasi tradisi lisan lego-lego orang Kui. Dengan menggunakan metode etnografi, penelitian ini menerapkan sejumlah teknik pengumpulan data, yakni dokumentasi pertunjukan, pengamatan, wawancara mendalam, dan kuesioner. Hasil analisis peristiwa pertunjukan lego-lego menunjukkan bahwa tradisi lisan lego-lego merupakan ruang untuk memelihara struktur sosial orang Kui dan juga memori kolektif orang Kui tentang narasi kehidupan mereka. Dengan tradisi lisan itu, orang Kui memiliki memori kolektif tentang siapa diri mereka sebagai orang Kui; siapa diri mereka sebagai sebuah klan atau suku beserta pembagian tugas antarklan; dan siapa diri mereka ketika berinteraksi dengan kelompok lain atau bahkan bangsa lain. Kebudayaan material membantu orang Kui untuk menjaga memori kolektif itu. Dengan demikian, terjadi hubungan timbal balik antara narasi asal-usul, tradisi lisan lego-lego, dan kebudayaan metarial orang Kui. Ada sembilan pengalaman leluhur yang terdapat dalam lirik lagu yang dilantunkan dalam pertunjukan lego-lego yang telah ditranskripsi dan diterjemahkan,, yaitu 1 persaudaraan melalui sirih pinang, 2 perahu, klan suku , dan narasi asal-usul, 3 aliansi kerajaan Kui dengan Lamakera di Solor, 4 sejarah zaman Jepang, 5 hal ikhwal kawin-mawin, 6 keterkaitan orang Kui dengan orang Atambua, 7 interaksi orang Kui dengan orang China, 8 toleransi antarumat beragama dan antarkelompok, dan 9 nasihat kehidupan. Salah satu ekologi yang menunjang daya hidup lego-lego orang Kui ialah ekologi kebahasaannya. Sayangnya, berdasar hasil uji vitalitas etnolinguistik, bahasa Kui dapat dikategorikan sebagai bahasa yang terancam punah. Ada konsekuensi dari keterancampunahan bahasa Kui terhadap daya hidup lego-lego, yaitu tradisi lisan lego-lego kini juga berada dalam kondisi terancam punah. Kondisi itu menumbuhkan kesadaran pada diri orang Kui untuk melakukan tindak revitalisasi agar transmisi tradisi lisan lego-lego dan bahasa Kui dapat berjalan lagi. Konseptualisasi kerangka aski revitalisasi lego-lego itu menghasilkan model revitalisasi tradisi lisan yang terancam punah.
Lego legois the most famous oral tradition and owned by all ethnic groups in the Alor Pantar Islands. Among a few writings on lego lego, there is no writing that discusses the lego lego of the Kui people, a small ethnic group consists of only about 833 people. Lego lego of Kui people is expressed by using Kui language. In fact, Kui language can be categorized as an endangered language. This paper deals with the lego lego survival as the oral tradition of the Kui people in the ecology of the endangered Kui language. This study aims to 1 describe in depth the lego lego of the Kui as an oral tradition 2 describes the lego lego endurance in the ecology of the endangered Kui language 3 formulate revitalization model of oral tradition of lego lego of Kui people. By using ethnographic methods, this study applies a number of data collection techniques, namely performance documentation, observations, in depth interviews, and questionnaires. There are nine ancestor 39 s experiences contained in the lyrics of songs sung in lego lego performances that have been transcribed and translated, i.e. 1 fraternity through sirihpinang, 2 boat, clan tribe , and the narrative of origin, 3 royal alliance of Kui with Lamakera in Solor, 4 the history of the Japanese period, 5 marriage matters, 6 the interaction of Kui people with Atambua people, 7 Kui people 39 s interaction with Chinese, 8 tolerance between religious and inter group, and 9 advices about life. One of the ecologies that supports the legitimate life of the Kui people is the ecology of their language. Unfortunately, based on the result of ethnolinguistic vitality test, the Kui language can be categorized as an endangered language. There is a consequence of the endangered condition of Kui 39 s language toward the lego lego 39 s survival, namely the lego lego oral tradition of is now also in an endangered state. The condition raises awareness of Kui people to perform revitalization actions so that the transmission of the oral tradition of lego lego and Kui language can run again. The conceptualization of the lego lego revitalization has resulted in a revitalization model of an endangered oral tradition."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
D2434
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Dharmayanti
"

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai ekologi di tiga lokasi yang berbeda, keanekaragaman morfologi, molekuler dan struktur alginat yang dihasilkan. Pengambilan sampel  menggunakan metode transek. Analisis data menggunakan analisis Statistik R. Analisis pohon filogeni menggunakan metode Maximum Likelihood (ML) berdasarkan marker ITS2, rbcL dan COX3 boostrap untuk 1000 ulangan >50%. Isolasi alginat dilakukan melalui hidrolisis parsial dilanjutkan dengan analisis kualitatif dan kuantitatif menggunakan FTIR. Hasil penelitian menunjukkan indikator salinitas sebesar 36 ‰, DO 4,74 dan suhu 29,00 oC menjadi ciri khas lokasi Binuangeun. Hasil analisis statistik pada morfometri menunjukkan indikator Pulau Lima memiliki ciri khas morfometri dengan indikator panjang total tertinggi. Binuangeun dan Ujung Kulon memiliki komponen berkebalikan yaitu lebar daun, panjang daun, batang utama dan vesikel. Binuangeun memiliki diameter talus yang lebih besar dibandingkan Ujung Kulon dan Pulau Lima. Hasil analisis filogenetik memperlihatkan adanya tiga buah klad dengan dukungan bootstrap >50%. Hasil uji hidrolisis alginat parsial menunjukkan alginat di Pulau Lima, Ujung Kulon dan Binuangeun konsentrasi M/G % adalah 1,35 %, 1,44 % dan 2,33 %. Kesimpulan penelitian ini adalah lokasi Binuangeun di pantai Samudera Indonesia merupakan lokasi ekologi terbaik bagi habitat S. polycystum untuk mendapatkan alginat yang memenuhi persyaratan kualitas bahan baku industri pangan dan non pangan.


The study aim was to obtain information on ecology in three different locations, the morphology, molecular and alginate characters from Sargassum polycystum. The sampling technique was using the transect methode. Data analysis using R statistic analysis. Phylogeny tree analysis was using the Maximum Likelihood (ML) method based on ITS2, rbcLS and COX3 bootstrap alignment for 1000 replications. Isolation of alginate was conducted through partial hydrolysis, the parameters were measured qualitatively and quantitatively using FTIR. The results showed that the highest salinity 36 o/oo, DO 4,74 and the lowest temperature 29,00oC as characteristic indicators of the Binuangeun location. The results of the morphometric analysis showed that the indicator of Pulau Lima with the highest total length indicator, Binuangeun and Ujung kulon have the opposite component. The results of phylogenetic analysis tree based on ITS-2, rbcL and COX3 marker showed that there are three clades supported by bootstrap 1000 >50%. The results of the partial alginate hydrolysis test showed that concentration of alginate on the Lima Island, Ujung Kulon and Binuangeun M/G % were 1.35 %, 1.44 % and 2.33 %, respectively.The conclusion is Binuangeun is a good ecological location for the growth habitat of S. polycystum for food and non-food industries.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
D2759
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>