Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113262 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
"In Central of Aceh , there were an indications of the use of cave and rock shelter as a prehistoric settlement site. Indications of prehistoric settlement site was found among others in Loyang Mendali, Loyang Koro, Loyang Datu and also in Putri Pukes. To prove that indication, further research has been done with the excavation of the cava and rock shelter. Therefore, Balai Arkeologi Medan did the excavation in one of the cave , Loyang Mendali and obtained some data that provided an intial description on prehistoric settlement in Central Aceh."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
BAS 15:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan Arif Pambudi
"Bentang alam Karst Gunung Sewu merupakan bentang alam karst tropis yang telah mengalami karstifikasi lanjut. Tingginya porositas dan permeabilitas sekunder membuat keberadaan air permukaan sulit ditemukan. Namun demikian, di balik krisis air permukaan bentang alam Karst Gunung Sewu menyimpan potensi aliran air bawah tanah dan destinasi wisata minat khusus. Penelitian pola persebaran dan morfometri mulut gua di bentang alam Karst Gunung Sewu merupakan penelitian awal untuk mengungkap kedua potensi tersebut. Pola persebaran mulut gua di analisis menggunakan analisis tetangga terdekat dan analisis kelurusan. Morfometri mulut gua yang terdiri dari jenis, bentuk, dan ukuran mulut gua dibahas secara spasial deskriptif untuk mengetahui keterkaitannya terhadap struktur geologi dan imbuhan karst. Hasilnya, mulut gua vertikal dan horizontal memiliki pola persebaran mengelompok yang dipengaruhi oleh struktur geologi. Dibandingkan dengan pengaruh imbuhan karst, struktur geologi lebih dominan mempengaruhi bentuk dan ukuran pada mulut gua vertikal dan horizontal.

Gunung Sewu Karst Landscape is a tropical karst landscape that has advanced karstification. The high of secondary porosity and permeability make lack of surface water. However, in behind of surface water crisis, Gunung Sewu Karst Landscape has the potential of underground water and special interest tourism destination. This research is a preliminary study to reveal both of potency. The analytical method that used to determine of distribution pattern is nearest neighbour analysis and lineament analysis. Cave entrance morphometry that consists of type, shape, and measure is discussed in spatial descriptive to recognize of the relationship between cave morphometry with geological structure and karst recharge. The results of this research show that vertical and horizontal cave entrance has a clustered distribution pattern that affected by geological structure. Compared with karst recharge influence, geological structure is more dominant in influence the shape and size of the vertical and horizontal cave entrance.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasanuddin
"Kabupaten Nias merupakan suatu pulau yang terletak di pantai barat Sumatra. Sebagian besar daerah ini terdiri atas dataran-dataran rendah dan pegunungan kapur yang tingginya bervariasi. Peninggalan megalitik dalam berbagai bentuknya ditemukan pada ketinggian antara 100 - 800 meter dari permukaan laut, tersebar di Nias Selatan, Tengah, Barat, dan sebagian kecil di Nias Utara. Fokus penelitian ini mencakup Nias Selatan dan telah ditetapkan sebanyak lima situs. Bentuk-bentuk peninggalan megalitik yang ditemukan pada kelima situs tersebut seperti batu tegak (hehu), tempat duduk dari batu (osa-osa dan neogadi), meja batu (harefa) serta tempat persidangan (areosali). Keseluruhan bentuk peninggalan itu memperlihatkan bentuk yang spesifik dan tidak ditemukan di daerah lain di Nias. Kelima situs yang diteliti memperlihatkan keseragaman pola dalam hal bentuk, tata letak dan orientasi situs yang sama. Analisis yang digunakan meliputi analisis bentuk dan kontekstual serta dipadukan dengan studi etnografi terhadap daerah yang masih mempertahankan tradisi lamanya seperti Bawomataluwo dan Lolowa'u (Nias Selatan) Berta Mandrehe (Nias Tengah). Hasil analisis menunjukkan susunan keletakan benda yang teratur dan berteras. Masing-masing benda memiliki fungsi namun secara keseluruhan terikat oleh suatu sistem norma yang disepakati dalam masyarakat. Keseragaman pola mencerminkan aturan dan kesepakatan sosial dalam upacara pesta adat (owasa). Aspek budaya yang tercermin dalam pelaksanaan pesta (owasa) turut memberi wujud pada budaya materi yang dihasilkan, terutama peninggalan megalitik. Peninggalan megalitik di Nias Selatan erat kaitannya dengan pesta adat (owasa), sebab benda-benda tersebut tidak dapat dibangun sebelum diselenggarakan pesta. Tujuan pendirian megalit selain berkaitan dengan pesta pengukuhan stataus sosial juga sebagai tanda peringatan meninggalnya leluhur mereka. Studi etnografi menunjukkan bahwa situs-situs di Nias Selatan selain sebagai situs upacara (baik berkaitan dengan kemasyarakatan maupun religi) dan juga situs permukiman. Bentuk upacara dilaksanakan dengan mengerahkan orang dalam jumlah yang banyak dan turut dikorbankan puluhan hingga ralusan ekor babi.

Nias Regency is an island located on the west coast of Sumatra. Most of this area consists of lowlands and limestone mountains of varying heights. Megalithic relics in various forms are found at altitudes between 100 - 800 meters above sea level, spread across South, Central, West Nias, and a small part in North Nias. The focus of this research covers South Nias and has been determined as many as five sites. The forms of megalithic relics found at the five sites are upright stones (hehu), stone seats (osa-osa and neogadi), stone tables (harefa) and court places (areosali). All forms of these relics show specific forms and are not found in other areas in Nias. The five sites studied show uniform patterns in terms of the shape, layout and orientation of the same site. The analysis used includes form and contextual analysis and is combined with ethnographic studies of areas that still maintain their old traditions such as Bawomataluwo and Lolowa'u (South Nias) Berta Mandrehe (Central Nias). The results of the analysis show the arrangement of objects in a regular and terraced manner. Each object has a function but overall is bound by a system of norms agreed upon in society. The uniformity of the pattern reflects the rules and social agreements in the traditional party ceremony (owasa). The cultural aspects reflected in the implementation of the party (owasa) also give form to the material culture produced, especially megalithic relics. Megalithic relics in South Nias are closely related to the traditional party (owasa), because these objects cannot be built before the party is held. The purpose of establishing megaliths is not only related to the party to confirm social status but also as a sign of commemoration of the death of their ancestors. Ethnographic studies show that the sites in South Nias are not only ceremonial sites (both related to society and religion) but also settlement sites. The form of the ceremony is carried out by mobilizing people in large numbers and dozens to hundreds of pigs are also sacrificed.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T2967
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Ayu Suhari
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai analisis jejak pakai pada alat tulang dari situs Gua
Kidang, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui fungsi alat tulang situs Gua Kidang. Penelitian ini dimulai dari
kegiatan klasifikasi analitik dan klasifikasi taksonomik. Klasifikasi taksonomik
pada alat tulang situs Gua Kidang, menghasilkan tiga tipe alat, yaitu lancipan,
spatula, dan serut. Dari 290 alat tulang, 79 alat memperlihatkan adanya jejak
pakai, dan hanya 15 alat yang diamati dan direkam menggunakan mikroskop
stereo. Hasil pengamatan kemudian dibandingkan dengan penelitian para ahli
mengenai eksperimen dan analisis jejak pakai pada alat tulang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa alat tulang situs Gua Kidang digunakan untuk aktivitas
menusuk dan mengebor, menggali, mengikis dan menggosok, serta meraut.

ABSTRACT
In this thesis the results of use-wear analysis of bone tools assemblage from Gua
Kidang Site, Blora, Central Java, are presented. The aim of this study is to find
out the function of these bone tools. The research is started by classifying the
bone tools through analytic and taxonomic classifications. Result of taxonomic
classification shows that there are three types of bone tools: point, spatulae, and
scraper. From 290 bone tools, 79 of them showed use-wear traces, and 15 of them
are chosen to be examined and recorded with stereomicroscope. Use-wear traces
recorded from the examination are compared with those reported by experts from
their experiments and use-wear analysis on bone tools. Result shows that bone
tools of Gua Kidang site are probably used for piercing, boring, digging, scraping,
smoothing, and whittling."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S56326
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saswal Ukba
"Upaya pelestarian rupanya seiring sejalan dengan tantangan pelestarian itu sendiri. Dalam penelitian ini tantangan yang dimaksud adalah keberadaan sumber daya arkeologi dalam kawasan sumber daya pertambangan. Yaitu antara potensi konflik pelestarian situs gua prasejarah di Konawe Utara berupa Gua Pondoa, Gua Tengkorak dan Gua Kuya dengan aktivitas pertambangan sekitar situs. Dalam penelitian ini memiliki dua permasalahan penelitian yakni pertama adalah nilai penting apa saja yang ada pada situs gua prasejarah Gua Pondoa, Gua Kuya dan Gua Tengkorak, kedua adalah apa saja dampak pertambangan pada situs gua prasejarah Konawe Utara. Metode yang digunakan untuk menjawab masalah tersebut adalah menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan sistem wawancara stakeholder dan penelitian langsung lapangan, serta menggunakan konsep CRM, nilai penting, stakeholder dan konsep sosial ekonomi. Sehingga hasil penelitian menunjukan bahwa muatan nilai penting dari situs gua prasejarah Konawe Utara diketahui berdasarkan nilai sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan dan kebudayaan sesuai dengan temuan-temuan arkeologis yang dimilikinya. Sementara pengaruh pertambangannya meliputi potensi vegetasi lingkungan gua yang tidak bagus, kerusakan lahan di sekitar area situs, potensi longsoran tanah sekitar situs, akses menuju situs yang dapat terhalang, hilangnya data arkeologis pada situs dan rawan kasus vandalisme, dan konflik kepentingan antara pemangku kepentingan. Sedangkan pada penanganan masalah pelestariannya meliputi penanganan aspek sosial yakni pelestarian berbasis partisipasi masyarakat, sosialisasi terpadu. Kemudian pada penanganan aspek ekonomi meliputi industri pariwisata, peluang kerja, peluang usaha, dan peningkatan infrastruktur.

Preservation efforts seem to go hand in hand with the challenge of preservation itself. In this study, the challenge in question is the existence of archaeological resources in mining resource areas. That is between the potential conflict over the preservation of prehistoric cave sites in North Konawe in the form of Pondoa Cave, Tengkorak Cave, and Kuya Cave with mining activities around the site. In this study, there are two research problems, namely the first is the important value of the prehistoric cave sites in Pondoa Cave, Kuya Cave, and the Tengkorak Cave, and the second is what are the impacts of mining on the prehistoric cave sites in North Konawe. The method used to answer this problem is to use a qualitative method using a system of stakeholder interviews and direct field research, as well as using the concept of CRM, important values, stakeholders, and socio-economic concepts. So the results of the study show that the significant value content of the North Konawe prehistoric cave site is known based on historical, scientific, educational, and cultural values following its archaeological findings. While the effects of mining include the potential for vegetation in the cave environment that is not good, damage to land around the site area, potential for landslides around the site, access to the site that can be blocked, loss of archaeological data on the site and prone to cases of vandalism, and conflicts of interest between stakeholders. Meanwhile, the handling of conservation issues includes handling social aspects, namely preservation based on community participation, and integrated socialization. Then the handling of economic aspects includes the tourism industry, job opportunities, business opportunities, and infrastructure improvements."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia;, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rindy Gita Wahyuni
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai tipologi bentuk alat cangkang
Pelecypoda situs Gua Kidang, Blora, Jawa Tengah. Jumlah alat yang diteliti
dalam penelitian ini adalah 97 buah. Unit analisis yang digunakan dalam
pembentukan tipologi adalah jenis cangkang yang dimanfaatkan, bentuk alat,
bentuk tajaman, dan retus pengerjaan. Penelitian ini menghasilkan delapan tipe,
14 sub-tipe, dan 16 variasi alat. Selain itu, penelitian ini juga memperlihatkan
bahwa alat-alat cangkang Pelecypoda di situs Gua Kidang umumnya merupakan
alat-alat yang menunjukkan sedikit atau tidak adanya modifikasi berupa retus
setelah cangkangnya dipangkas untuk menghasilkan suatu bentuk tertentu
(expedient tools).

ABSTRACT
This thesis discusses about morphological types of Pelecypod shell tools
from Kidang Cave, Blora, Central Java. Total number of tools that are used in
this research are 97 pieces. Attributes which are used as the unit of analysis to
form the typology are shell habitat, shape of tool, shape of sharp edge, and
retouch. This research shows eight types, 14 sub-types, and 16 variations of
Pelecypod shell tools. Furthermore, this research also shows that Pelecypod shell
tools from Kidang Cave are generally expedient tools."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S55459
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Muhtadi
"Pinggiran Sungai Ciliwung menjadi sebuah kawasan padat penduduk dikarenakan pemandangannya yang indah serta harga tanah yang murah. Namun ternyata terdapat gua bawah tanah pada tebing pinggiran sungai tersebut. Gua bawah tanah ini terbentuk akibat pengambilan pasir oleh manusia sejak dahulu. Oleh karenanya, hal ini merupakan sebuah ancaman bila terdapat banyak bangunan di atasnya. Jika dinding gua tidak kuat menahan beban di atasnya, akan terjadi bencana seperti sinkhole yang dapat mengakibatkan banyak korban. Adanya gua bawah tanah berisi udara pada pinggiran sungai yang memiliki nilai resistivitas mencapai 1500 m membuat kontras nilai resistivitas yang sangat jauh dibandingkan sekitarnya. Karena itu, metode resistivitas dengan konfigurasi dipole-dipole digunakan dalam penelitian ini agar dapat mendeteksi keberadaan dan kontinuitas gua bawah tanah tersebut. Agar dapat terlihat dengan jelas kontinuitasnya, pada penelitian ini terdapat 5 buah lintasan dengan jarak spasi antar elektroda sepanjang 2 meter. Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah diambil, terdeteksi adanya anomali gua bawah tanah dengan ukuran tinggi dan lebar 1,5x1,5 meter serta nilai resistivitas berkisar antara 1400-1500 m serta dapat diperkirakan kontinuitasnya.

Ciliwung River ridge becomes a densely populated area due to its beautiful scenery and cheap land prices. But apparently there is an underground cave on the cliff edge of the river. This underground cave was formed due to sand taking by humans from the past. Therefore, this is a threat if there are many buildings on it. If the cave wall is not strong to hold the burden on it, there will be a disaster like sinkhole that can lead to many victims. The existence of an air filled underground cave on the edge of the river that has a resistivity value reaching 1500 m makes the contrast of resistivity value very far compared to its surroundings. Therefore, the resistivity method with dipole dipole array is used in this study in order to detect the existence and continuity of the underground cave. To be clearly visible continuity, in this research there are 5 pieces of line with spacing between electrode along the 2 meters. Based on the results of data processing has been taken, the cave underground anomalies detected with a height and width of 1,5x1,5 meters and resistivity value ranges between 1400 1500 m and can be estimated continuity.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryadi Lambali
"Penelitian mengenai implementasi kebijakan. di Indonesia masih jarang dilakukan. Studi implementasi sendiri mulai nampak pada awal tahun 1970-an. Sampai akhir Repelita V penelitian mengenai Implementasi kebijakan, khususnya permukiman kumuh masih terbilang langka. Permukiman kumuh di kota-kota besar disebabkan oleh besarnya laju urbanisasi yang tinggi. Laju urbanisasi Kotamadya Ujung Pandang 1,8 %, angka tersebut melebihi angka pertumbuhan penduduk Kotamadya Ujung Pandang yakni 1,7 %.
Penanggulangan masyarakat yang bermukim pada wilayah-wilayah kumuh belum mempuayai suatu model implementasi yang baku. Sistem yang mengatur mengenai proyek dan program yang diimplementasikan belum memadai, terutama menyangkut komunikasi (Communication), sumber daya (resources), disposisi atau sikap (disposition or attitudes) dan struktur birokrasi (bureaucratic structure). Dari pemikiran di atas penelitian ini berjudul Implementasi Kebijakan permukiman Kumuh di Kotamadya Dati II Ujung Pandang.
Dalam penelitian im dikaji mengenai (1) sejauh mana implementasi kebijakan pemukiman kumuh di Kotamadya Dati II Ujung Pandang. (2) Bagaimana pengaruh implementasi kebijakan terhadap permukiman kumuh di Kotamadya Dati II Ujung Pandang. (3) Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan permukiman kumuh di Kotamadya Dati II Ujung Pandang.
Implementasi kebijakan pemukiman kumuh di Kotamadya Dati II Ujung Pandang dilakukan oleh beberapa departemen, instansi, dan organisasi kemasyarakatan. Departemen yang terkait antara lain: Depattemen Sosial dan Departemen Pekerjaan Umum, masing-masing pada tingkat I (Propinsi) dan tingkat II (Kotamadya), Dinas Kesehatan bekerja sama BKKBN. Semua Departemen dan Dinas tersebut bekerja sama dengan Pemerintah daerah Kotamadya antara lain: Bappeda Tingkat II, Bangdes, Kecamatan dan kelurahan serta lembaga-lembaga dan organisasi yang terkait.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kebijakan permukiman kumuh di Kotamadya Dati II Ujung Pandang belum terlaksana secara maksimal. Hal ini sangat dipengaruhi oleh peranan lembaga-lembaga pemerintah yang terlibat langsung dalam pelaksanaan permukiman kumuh tersebut. Pengaruh implementasi kebijakan publik terutama menyangkut sistem komunikasi, sumber daya, disposisi atau sikap, dan struktur birokrasi sangat mempengaruhi implementasi kebijakan permukiman kumuh di Kotamadya Dati II Ujung Pandang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan permukiman kumuh antara lain faktor pendidikan, ekonomi, sosial dan budaya. Faktor ini terakumulasi menjadi satu ke dalam sistem kehidupan masyarakat kumuh di Kotamadya Dati II Ujungpandang.
"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>