Ditemukan 12663 dokumen yang sesuai dengan query
"There are unique challenges in the formulation, manufacture, analytical chemistry, and regulatory requirements of low-dose drugs. This book provides an overview of this specialized field and combines formulation, analytical, and regulatory aspects of low-dose development into a single reference book. It describes analytical methodologies like dissolution testing, solid state NMR, Raman microscopy, and LC-MS and presents manufacturing techniques such as granulation, compaction, and compression. Complete with case studies and a discussion of regulatory requirements.
"
Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons, 2009
e20393924
eBooks Universitas Indonesia Library
"This book describes the theories, applications, and challenges for different oral controlled release formulations. This book differs from most in its focus on oral controlled release formulation design and process development. It also covers the related areas like preformulation, biopharmaceutics, in vitro-in vivo correlations (IVIVC), quality by design (QbD), and regulatory issues"
Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons, 2010
e20394416
eBooks Universitas Indonesia Library
Ira Melintira Trinanty
"Bronkiektasis (BE) merupakan penyakit paru kronik yang ditandai dengan dilatasi bronkus ireversibel yang disebabkan kerusakan dinding bronkus yang merupakan hasil dari proses infeksi dan inflamasi. Bronkiektasis secara primer merupakan penyakit pada bronkus dan bronkiolus dengan keterlibatan siklus infeksi dan inflamasi transmural yang tidak berujung dengan pelepasan mediator inflamasi. Walaupun tidak ada studi-studi yang dilakukan pada penderita dengan stadium awal BE tetapi penemuan pada penderita yang terbukti bronkiektasis memberikan data terpercaya terhadap peningkatan respons selular dan mediator inflamasi. Pada biopsi bronkus penderita BE memperlihatkan infiltrasi neutrofil dan limfosit T, peningkatan konsentrasi elastase dan mediator inflamasi. Infiltrasi neutrofil dan mediator inflamasi ini akan menyebabkan kerusakan jaringan dinding bronkus bertambah. Produksi sputum yang berlebih akan memperberat obstruksi saluran napas yang terjadi. Pemberian antibiotik makrolid (khususnya eritromisin) dapat menghambat influks dan aktiviti kemotaktik neutrofil dan mediator inflamasi. Eritromisin dapat menghambat produksi sitokin proinflamasi yaitu tumor nekrosis faktor (TNF) dan menghambat produksi neutrofil elastase yang berperan dalam sekresi mukus glandula saluran napas sehingga dapat mengurangi hipersekresi mukus pada kondisi-kondisi seperti kistik fibrosis dan bronkiektasis. Secara klinis dapat memperbaiki gejala klinis dengan mengurangi produksi sputum pada penderita dengan hipersekresi mukus. Selain itu mukus yang tertahan akan menyebabkan kolonisasi bakteri yang akan mencetuskan infeksi. Penderita BE akan memperlihatkan episode berulang obstruksi, infeksi dan inflamasi yang akan merusak jaringan paru. Pemberian low-dose dan long-term antibiotik makrolid sebagai anti-inflamasi diharapkan dapat memperbaiki faal paru dan memperbaiki gejala klinis penderita dengan infeksi saluran napas kronik seperti bronkiektasis. Pemberian makrolid yang mengandung atom karbon 14 dan 15 diiaporkan dapat mengurangi jumlah eksaserbasi dan memperbaiki faal paru pada penderita fibrosis kistik, diffuse panbronchialitis (DPB), penyakit supuratif saluran napas kronik lainnya di Jepang."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Ali Baziad
"Penelitian ini untuk melihat efek terapi sulih hormon (?HRT?) dan pil kombinasi dosis rendah terhadap ketebalan kulit ( kolagen ), profil lipid dan kimia darah pada wanita menopause. Penilitian ini berlangsung selama 1 tahun. Sebanyak 36 wanita menopause dilakukan randomisasi yaitu 18 orang mendapat HRT dan 18 orang mendapatkan pil kombinasi dosis rendah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan ketebalan kulit ( kolagen ) baik pada wanita yang mendapat HRT maupun pada wanita yang mendapat pil kombinasi dosis rendah. Namun peningkatan ketebalan kulit lebih besar pada wanita yang menggunakan pil kombinasi dosis rendah. Peningkatan ketebalan kulit tersebut dapat mencegan osteoporosis. Pemberian HRT maupun pil kombinasi dosis rendah terjadi perubahan profil lipid maupun kimia darah, namun perubahan tersebut masih dalam batas normal. Pemberian pil kombinasi dosis rendah dapat dipertimbangkan diberikan pada wanita menopause. (Med J Indones 2003; 12: 224-8)
This study to evaluate the effect of hormone replacement therapy ( HRT ) and low-dose combinated oral pill on skin thickness , lipid profile and blood chemistry on menopausal woman.This study was carried out in one year randomized prospective study. 36 women were divided into 18 women receiving HRT and the other 18 receiving low-dose oral pill. The result of this study showed an increase in skin thickness ( collagen ) in both groups. But Those received low dose oral pill showed more . The increase of the skin thickness can prevent osteoporosis. The administration of HRT or low-dose oral pill could cause allteration in blood lipip profile and blood chemistry. But The changes were still within in normal limit. The administration of low-dose oral pill can be considered in postmenopausal women. (Med J Indones 2003; 12: 224-8)"
2003
MJIN-12-4-OctDec2003-224
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Natasya Fathania Rizkillah
"Omeprazol merupakan obat golongan proton pump inhibitor yang berfungsi menekan produksi asam dengan menghambat pompa proton di sel parietal lambung. Pada beberapa kasus, omeprazol sering diresepkan pada pasien pediatri, namun omeprazol hanya tersedia dalam bentuk kapsul lepas tunda atau serbuk injeksi steril. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan formula sediaan cair oral omeprazol yang stabil dan mudah disiapkan di instalasi farmasi rumah sakit. Sirup pembawa dan sirup oral omeprazol dibuat dengan variasi zat pensuspensi dan pendapar, kemudian dikarakterisasi pH, viskositas dan kadarnya. Stabilitas sirup pembawa dan sediaan cair oral omeprazol dievaluasi setelah produk disimpan selama 35 hari pada suhu dingin (4o ± 2oC) dan suhu ruang (25o ± 2oC). Sirup pembawa menunjukkan stabilitas yang baik dengan menunjukkan pH dan viskositas yang relatif stabil pada dua kondisi penyimpanan. Pada sirup oral omeprazol terjadi perubahan warna menjadi kecokelatan serta penurunan viskositas yang lebih cepat pada penyimpanan di suhu ruang. Akan tetapi, pH kelima formula pada dua kondisi penyimpanan relatif stabil dan memenuhi persyaratan yaitu di atas 7,4 untuk memperlambat degradasi omeprazole. Hasil penetapan kadar menggunakan spektrofotometer UV-Vis menunjukkan adanya penurunan kadar pada kelima formula. Akan tetapi, formula F2 menunjukkan stabilitas kadar yang paling baik dengan penurunan kadar kurang dari 5% hingga hari ke-35 baik pada penyimpanan baik di suhu dingin maupun suhu ruang. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa penambahan suspending agent berupa HPMC dengan konsentrasi yang optimum dapat meningkatkan stabilitas sirup oral omeprazol. Akan tetapi, penambahan dapar tidak secara signifikan meningkatkan stabilitas sediaan.
Omeprazole is a drug belonging to the proton pump inhibitor, which functions to suppress acid production by inhibiting the proton pump in the gastric parietal cells. Omeprazole is commonly prescribed for pediatric patients, however it is only available in delayed-release capsule or sterile injection powder forms. Therefore, this research was conducted to develop a stable and easily prepared oral liquid formulation of omeprazole in the hospital pharmacy installation. Carrier syrup and oral omeprazole syrup were formulated with variations in suspending and buffering agents, and then their pH, viscosity, and content were characterized. The stability of these formulation was evaluated after storage for 35 days at cold (4°C±2°C) and room (25°C±2°C) temperature. The carrier syrup stored demonstrated good stability, indicated by relatively stable pH and viscosity under both storage conditions. However, the oral omeprazole syrup showed color changes to brownish and a faster decrease in viscosity during storage at room temperature. Nevertheless, the pH of both formulations under the two storage conditions relatively stable and met the requirements of being above 7.4 to slow down omeprazole degradation. Content determination using UV-Vis spectrophotometer showed a decrease in content in all formulations. However, F2 exhibited the best content stability, with a decrease of less than 5% until day 35, under both storage conditions. Based on the research findings, it is concluded that adding HPMC as a suspending agent at the optimum concentration can improve the stability of oral omeprazole syrup. However, the addition of buffering agents did not significantly enhance the formulation's stability."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
"This book covers both recent advances in the design and synthesis of new drugs, as well as the myriad other issues facing a new drug candidate as it moves through the development process. Utilizing recent case studies, the authors provide valuable insights into the complexities of the process, from designing new synthetic methodologies and applying new automated techniques for finding optimal reaction conditions to selecting the final drug form and formulation."
Hoboken, New Jersey: Wiley-Interscience, 2006
e20395907
eBooks Universitas Indonesia Library
Zahra Meilia Nisa
"Di Australia, Eropa dan Amerika Serikat, pembawa suspensi untuk pembuatan obat racikan yang diberikan secara oral telah beredar di pasaran dan dikenal dengan nama dagang Ora-Plus. Namun, sediaan Ora-Plus ini belum beredar di Indonesia sehingga perlu dibuat formulasi pembawa sediaan suspensi untuk pembuatan obat racikan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh formula pembawa sediaan suspensi yang stabil secara fisik dan kimia setelah penambahan zat aktif berupa tablet diltiazem hidroklorida sebagai model obat. Uji stabilitas dilakukan selama 30 hari pada formula pembawa suspensi terpilih, yaitu formula A dan E. Uji stabilitas fisik dilakukan pada suhu kamar dengan pengujian terhadap bau, warna serta pH sediaan. Hasil menunjukkan bahwa suspensi oral diltiazem hidroklorida berwarna putih dan memiliki bau seperti obat, serta pH yang dihasilkan mengalami penurunan yang tidak terlalu jauh selama masa penyimpanan. Uji stabilitas kimia dilakukan pada dua kondisi yang berbeda, yaitu suhu kamar dan suhu 4±2ºC untuk selanjutnya dilakukan penetapan kadar menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Kadar suspensi oral diltiazem hidroklorida mengalami kenaikan dan penurunan selama masa penyimpanan sehingga dapat dikatakan bahwa suspensi oral diltiazem hidroklorida stabil secara fisik namun tidak stabil secara kimia.
In Australia, Europe and the United States, suspending vehicle which is made by the manufactures for extemporaneous compounding in oral medications are known under the Ora-Plus trade name. However, Ora-Plus has not distributed in Indonesia, therefore a suspending vehicle formulation for extemporaneous oral liquid compounding should be formulated. The objective of this research was to obtain the optimum concentration of suspending vehicle and to obtain a physically and chemically stable formulation of diltiazem hydrochloride suspension. Stability test of suspension had been carried out for 30 days in the selected suspending vehicle formulas (Formula A and E). Physical stability test was performed at room temperature and physical properties (odor and color) and pH of suspension was evaluated. The results showed that the oral suspension of diltiazem hydrochloride possessed white and drug-like odor, and the resulting pH decreased less significantly during storage. Chemical stability test was carried out in two different conditions, at room temperature and at 4±2ºC for chemical stability test in suspension using spectrophotometer UV-Vis. Concentration of diltiazem hydrochloride in the oral suspension showed fluctuation during storage period. Based on those results, it can be concluded that the oral suspension of diltiazem hydrochloride was physically stable but not chemically stable during the storage period."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69334
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Alifia Ayuningtyas
"Terdapat zat aktif yang kurang stabil dalam waktu lama jika dibuat dalam sediaan suspensi yang mengandung banyak air seperti rifampisin. Di Indonesia belum tersedia suatu pembawa sediaan suspensi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah kestabilan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan formula pembawa suspensi yang stabil secara fisik dan kimia setelah penambahan isi kapsul rifampisin sebagai zat aktif. Formulasi dibuat sebanyak 4 formula dengan variasi jenis dan konsentrasi bahan pensuspensi. Formula pembawa terbaik dari hasil evaluasi volume sedimentasi, redispersi, dan pH dipilih, lalu ditambahkan kapsul rifampisin dan dilakukan pengujian stabilitas. Uji stabilitas fisik pada suhu kamar 25˱ 2ËC, suhu dingin 4˱ 2ËC, dan suhu tinggi 40˱ 2ËC selama 28 hari meliputi pengujian terhadap organoleptis (bau, bentuk, warna) dan pH menunjukkan bahwa suspensi rifampisin mengalami perubahan warna menjadi merah agak kehitaman setelah 7 hari penyimpanan, bau seperti obat, peningkatan pH, serta perubahan konsistensi. Uji stabilitas kimia dilakukan pada kondisi suhu kamar dengan menetapkan kadar rifampisin dalam suspensi menggunakan KCKT. Kadar suspensi rifampisin mengalami penurunan hingga 0,82% selama masa penyimpanan 14 hari pada suhu kamar. Dalam penelitian ini, suspensi rifampisin stabil secara fisik selama 7 hari, namun sangat tidak stabil secara kimia.
Active ingredients in suspending vehicles with high water content, such as rifampicin, can degrade over time due to their instability. In Indonesia, there is no available suspending vehicle that can effectively address this stability issue. This research aimed to develop a stable suspending vehicle after the addition of rifampicin capsule contents as the active ingredient. Four formulations were prepared with variations in the type and concentration of suspending agents. The best suspending vehicle based on the evaluation of sedimentation volume, redispersion, and pH was selected, and then rifampicin capsules were added and stability testing was performed. Physical stability testing conducted at room temperature of 25˱ 2ËC, refrigerated temperature of 4˱ 2ËC, and elevated temperature of 40˱ 2ËC for 28 days, including organoleptic (smell, form, and color) and pH testing, revealed a color change of the rifampicin suspension to a reddish-black color after 7 days of storage, along with a medicinal odor, increased pH, and consistency change. Chemical stability testing was conducted at room temperature conditions by determining the rifampicin content in the suspension using HPLC. The rifampicin suspension concentration decreased by up to 0,82% during the 14-day storage period at room temperature. In this research, the rifampicin suspension was found to be physically stable for 7 days, but chemically very unstable."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Fabozzi, Frank J.
New Jersey: John Wiley & Sons, 2007
332.632 3 FAB m
Buku Teks Universitas Indonesia Library