Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177791 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yeti Marliana
"Artikel ini berisi analisis tentang simbol-simbol kebudayaan Rusia yang terdapat dalam film animasi serial televisi Маша и Медведь /Masha i Medved’ (Masha dan Beruang). Маша и Медведь /Masha i Medved’ (Masha dan Beruang) merupakan sebuah cerita rakyat Rusia yang diangkat kembali menjadi film animasi serial anak-anak. Film ini mengalami pengembangan cerita dari cerita aslinya dan film ini telah dipublikasikan di 20 negara. Melalui penelitian ini peneliti ingin memaparkan simbol-simbol kebudayaan yang terkandung di dalam cerita Маша и Медведь /Masha i Medved’ (Masha dan Beruang) dengan menggunakan teori semiotik Charles Sander Pierce. Berdasarakan hasil analisis, terdapat unsur kebudayaan didalam film animasi serial televisi Маша и Медведь /Masha i Medved’ (Masha dan Beruang) yang ditujukan sebagai salah satu bentuk penyebaran kebudayaan Rusia ke khalayak luas.

This article contains an analysis of the Russian cultural symbols contained in the television series of animated film Маша и Медведь / Masha i Medved '(Masha and Bear). Маша и Медведь / Masha i Medved '(Masha and Bear) is a Russian folk tale re-elected as the animated film series children. The film is experiencing the development from the original story of this movie has been published in 20 countries. Through this study the researcher wants to expose the cultural symbols contained in the story Маша и Медведь / Masha i Medved '(Masha and Bear) by using semiotic theory of Charles Sanders Pierce. Based on the anlysis result, there is a cultural element in the television series of animated films Маша и Медведь / Masha i Medved '(Masha and Bear) are intended as a from of dissemination of Russian culture to a wide audience."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia;, 2014
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Kiki Srimayanti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengamati, memahami, dan mendeskripsikan nilai persahabatan dalam film animasi Маша И Медведь/Masha dan Beruang. Penelitian ini berfokus untuk mengkaji kisah persahabatan Masha dan Beruang, dengan menonton dan mendokumentasikan film animasi Маша И Медведь/Masha dan Beruang, penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penggambaran film animasi tentang nilai persahabatan dianalisis melalui adegan dan dialog. Penulis menggunakan metode analisis semiotika Roland Barthes, di mana terdapat penanda dan petanda dalam tingkat denotasi, konotasi yang kemudian menghasilkan mitos dalam bentuk penggambaran nilai persahabatan. Hasil temuan tersebut mengungkapkan adanya nilai persahabatan dalam empat komponen persahabatan pada film animasi Маша И Медведь/Masha dan Beruang, yaitu keakraban dalam berinteraksi, kepercayaan antara satu sama lain, penerimaan dalam sikap dan sosial, dan dukungan yang diberikan oleh kedua belah pihak dalam hubungan persahabatan.

The purpose of this study is to observe, understand, and describe the value of friendship in the animated film Маша И Медведь/Masha and the Bear. This research focuses on examining the story of Masha and Bear's friendship, by watching and documenting the animated film Маша И Медведь/Masha and the Bear, this study used a qualitative descriptive method. The animated film's depiction of the value of friendship is analyzed through scenes and dialogues. The author uses Roland Barthes's method of semiotic analysis, in which there are markers and markers in the degree of denotation, the connotations of which later generate myths in the form of depictions of the value of friendship. The findings revealed the value of friendship in the four components of friendship in The Animated Film Маша И Медведь/Masha and the Bear, namely familiarity in interacting, trust between each other, acceptance in attitudes and social, and support provided by both parties in friendly relations."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Nur Fathiya
"Jurnal ini membahas tentang analisis simbol yang terdapat dalam esai Korea berjudul Bori karya Han Heuk Goo dalam buku kumpulan esai berjudul Hanguk Beseteu Suphil 70. Pada penelitian ini, penulis menganalisis makna dari simbol-simbol dalam esai Bori melalui pendekatan semiotik. Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif serta studi kepustakaan yang bersumber dari buku-buku dan artikel terkait. Penelitian dimulai dengan menerjemahkan esai Bori, kemudian mencari sumber-sumber terkait dengan penelitian. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah Han Heuk Goo menggunakan berbagai simbol dalam esai ini untuk menyampaikan pesan perjuangan kepada seluruh masyarakat Semenanjung Korea di tahun 1955 untuk tetap berteguh hati dan tidak berputus asa meskipun pada saat itu mereka sedang berada dalam keterpurukan pasca Perang Korea.

This journal discusses about symbols analysis that contained in Korean essay entitled Bori written by Han Heuk Goo from a book of essay collection entitled Hanguk Beseteu Suphil 70 and used semiotic approach to analyze the meaning of symbols in this essay. In conducting the research, the writer used descriptive qualitative and study of literature from books and related articles. The study begins with translating the essay and find other sources related to Bori essay. The writer found the conclusion that Han Heuk Goo used symbols in this essay to giving fight spirit for all of the people in Korean Peninsula in 1955. She wanted to encourage them to keep fight for living and not to losing hope eventhough they were in an adversity situation caused by Korean War."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Resie Dwi Utami
"Jurnal ini membahas tentang duka seorang gisaeng yang tersirat dalam empat puisi karya gisaeng Yi Maechang yaitu 술취한 손님에게 (Sulcwihan Sonnimege, Untuk Tamu yang Mabuk), 스스로 박명을 한탄함 (Seuseuro Bangmyeongeul Hanthanham, Meratapi Kemalangan Sendiri), 새장의 학 (Saejangeui Hak, Bangau dalam Sangkar) dan 스스로 한스러워 (Seuseuro Hanseureowo, Bersedih Sendiri). Gisaeng merupakan wanita penghibur yang dilegalkan oleh pemerintah untuk bekerja menghibur raja atau para bangsawan. Meskipun memiliki beberapa privilege, namun sebenarnya gisaeng juga menyimpan kesedihan karena profesinya tersebut. Melalui metode kualitatif, penulis ingin mengetahui seperti apa duka gisaeng yang tersirat dalam keempat puisi Yi Maechang serta simbol dan imaji yang ia gunakan untuk menggambarkan kesedihannya.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa keempat puisi Yi Maechang menekankan pada imaji penglihatan dan perasaan. Ia juga menggunakan simbol seperti bangau yang terkurung dalam sangkar, batu permata berharga yang belum diketahui orang-orang, atasan hanbok sutera yang robek, dan air mata mutiara untuk menggambarkan dukanya sebagai gisaeng. Melalui analisis imaji dan simbol, dapat diketahui bahwa duka Yi Maechang sebagai gisaeng antara lain mengalami keterkungkungan akibat profesinya tersebut, harus melayani pria yang tidak ia cintai, serta kesepian dan kepedihan akibat ditinggal pergi oleh kekasih.

This journal discusses about the sorrow of gisaeng that knotted in four Yi Maechang‟s poems entitled 술취한 손님에게 (Sulcwihan Sonnimege, To The Drunken Guest), 스스로 박명을 한탄함 (Seuseuro Bangmyeongeul Hanthanham, Lamenting One‟s Misfortune), 새장의 학 (Saejangeui Hak, Crane in The Cage), and 스스로 한스러워 (Seuseuro Hanseureowo, Grieve by Herself). Gisaeng is female entertainers that legitimazed by the government to entertaining the king or the nobles. Eventhough gisaeng have some privilege but actually gisaeng also retain the sorrow because her profession. Through qualitative method, the writer want to know what kind of sorrow that knotted in four Yi Maechang‟s poems and symbol and image that she used to describe her sadness.
The result of this study is four Yi Maechang‟s poems emphasize the usage of view image and feeling image. She also used symbols like crane in the cage, jade whose genuine worth remains unknown, silken robe, and tear like pearl to describe her sadness. Through image and symbol analysis, it knowed that the grief of gisaeng Yi Maechang is she has been bounded due to her profession as gisaeng, she has to entertain someone whom she doesn't love, and feel lonely and sorrow because her lover left her.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Shilla Indiarnita
"[ ABSTRAK
Selama ini, negara kita terpengaruh oleh budaya patriarki yang menempatkan laki-laki
sebagai sosok yang lebih dominan. Namun ternyata, ada fenomena yang menunjukan
sebaliknya. Hal ini dapat dilihat dari kemunculan dua geng motor perempuan yaitu Geng
Nero dan Geng CMP. Kemunculan dua geng tersebut merupakan bentuk pembuktian bahwa
perempuan juga ingin disetarakan dengan laki-laki. Kedua geng tersebut sering melakukan
aksi kekerasan demi mempertahankan groupthink syndrome mereka sebagai geng motor
perempuan yang memiliki kekuatan. Yang menjadi pertanyaan penulis adalah sampai sejauh
mana groupthink syndrome yang melekat pada kedua geng motor perempuan tersebut
terealisasikan dalam bentuk eksistensi diri geng mereka? Dari hasil analis dapat disimpulkan
bahwa groupthink syndrome yang melekat pada kedua geng motor perempuan tersebut
berbanding lurus dengan budaya maskulinitas yang ingin mereka tunjukan dengan melakukan
kekerasan.

ABSTRACTSo far, our national society is influenced by patriarchy culture in which male figure is the
most dominant. But there actions that shows otherwise. It is shown from the existence of two
girl’s motorcycle gang namely Nero and CMP. Their existence prove that women expect
equal rights between women and men. They do violence in order to maintain their
“groupthink syndrome” as the powerful gang. My question here is, how far “groupthink
syndrome” which is attached to the two girl’s motorcycles gang are becoming realized in
their gang existence? From the analysis it can be concluded that “groupthink syndrome”
which belongs to the two girl’s motorcycle gang is an expression to achieve masculinity by
using violence.;So far, our national society is influenced by patriarchy culture in which male figure is the
most dominant. But there actions that shows otherwise. It is shown from the existence of two
girl’s motorcycle gang namely Nero and CMP. Their existence prove that women expect
equal rights between women and men. They do violence in order to maintain their
“groupthink syndrome” as the powerful gang. My question here is, how far “groupthink
syndrome” which is attached to the two girl’s motorcycles gang are becoming realized in
their gang existence? From the analysis it can be concluded that “groupthink syndrome”
which belongs to the two girl’s motorcycle gang is an expression to achieve masculinity by
using violence., So far, our national society is influenced by patriarchy culture in which male figure is the
most dominant. But there actions that shows otherwise. It is shown from the existence of two
girl’s motorcycle gang namely Nero and CMP. Their existence prove that women expect
equal rights between women and men. They do violence in order to maintain their
“groupthink syndrome” as the powerful gang. My question here is, how far “groupthink
syndrome” which is attached to the two girl’s motorcycles gang are becoming realized in
their gang existence? From the analysis it can be concluded that “groupthink syndrome”
which belongs to the two girl’s motorcycle gang is an expression to achieve masculinity by
using violence.]"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Shafa Nada Khalishah
"Film Wish dragon adalah film yang ditulis dan disutradarai oleh Chris Appelhans pada tahun 2021. Film Wish dragon menceritakan tiga tokoh utama yaitu Shen Long, Ding Siqi, dan Wang Lina. Ding Siqi yang ingin mewujudkan harapannya dibantu oleh Shen Long. Penelitian ini membahas mengenai bagaimana tokoh Shen Long dalam film merepresentasikan keterkaitan naga dalam kebudayaan Tiongkok dan simbol fú福 sebagai harapan ideal berupa kemakmuran. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Film ini menampilkan simbol naga dan simbol fú福 secara konsisten, yang menjadi fokus analisis penelitian. Ditemukan bahwa tokoh naga Shen Long, secara simbolis membawa kebahagiaan, keberuntungan, panjang umur, dan kekayaan, menciptakan harapan ideal akan kemakmuran. Simbol fú福 turut memperkuat pesan ini, terutama ketika muncul bersamaan dengan keberuntungan, kekayaan, kebahagiaan, dan panjang umur yang dibawa oleh naga. Film ini tidak hanya menjadi kolaborasi antara Amerika dan Tiongkok, tetapi juga menjadi media merawat simbol budaya khas Tiongkok, tidak hanya untuk masyarakat Tiongkok sendiri, tetapi juga secara internasional. Serta memperkenalkan budaya khas Tiongkok kepada masyarakat internasional dalam memperkaya pemahaman global terhadap keberagaman budaya Tiongkok.

Wish dragon is a movie written and directed by Chris Appelhans in 2021. The movie Wish dragon tells the story of three main characters namely Shen Long, Ding Siqi, and Wang Lina. Ding Siqi who wants to realize his wish is helped by Shen Long. This research discusses how Shen Long's character in the movie represents the connection between the dragon in Chinese culture and the fu福 symbol as an ideal hope in the form of prosperity. The research method used in this study is qualitative research method. The movie displays the dragon symbol and the fú福 symbol consistently, which is the focus of the research analysis. It was found that the dragon character Shen Long, symbolically brings happiness, luck, longevity, and wealth, creating an idealized expectation of prosperity. The symbol fú福 also reinforces this message, especially when it appears alongside the luck, wealth, happiness, and longevity brought by the dragon. The movie is not only a collaboration between America and China, but also a medium for preserving Chinese cultural symbols, not only for the Chinese people themselves, but also internationally. It introduces Chinese culture to the international community to enrich global understanding of China's cultural diversity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Shabrina Agna Zakiya
"Silang budaya antara Cina dengan Indonesia telah berlangsung sejak ribuan tahun lamanya. Salah satu bukti adanya hubungan ini yaitu adanya ornamen-ornamen khas Cina dalam sebuah bangunan Vihara. Gaya ornamen khas Cina ini dapat ditemui dalam Vihara Buddha Dharma dan 8 Pho Sat yang ada di kawasan Bogor. Dalam perkembangannya, fungsi ornamen tidak semata-mata hanya untuk hiasan saja, melainkan juga memiliki fungsi simbolisme. Oleh karena itu, tujuan penulisan ini yaitu untuk mengetahui makna filosofi yang terkandung dalam simbol ornamen Vihara Buddha Dharma dan 8 Pho Sat. Dalam penelitian ini metode yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif, dan data penelitian didapatkan dari studi pustaka, observasi, dan wawancara. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar dari ornamen-ornamen di dalam Vihara ini dipengaruhi oleh kebudayaan Cina, namun masing-masing ornamen memiliki makna filosofisnya yang unik, dan sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai agama Buddha.

The cross-cultural between China and Indonesia has been going on for thousands of years. One of the evidence of this relationship is the existence of Chinese ornaments in a Vihara building. This Chinese ornament style can be found in Vihara Buddha Dharma and 8 Pho Sat in Bogor area. In its development, the function of ornaments is not only for decoration, but also has a function of symbolism. Therefore, the purpose of this reseach is to know the meaning of philosophy contained in the symbol of Buddha Dharma Temple ornaments and 8 Pho Sat. In this study the method used is descriptive qualitative, and research data obtained through library studies, observations, and interviews. The results of this study indicate that although most of the ornaments in the Buddhist Dharma and 8 Pho Sat Viharas are influenced by Chinese culture, each ornament has its own unique philosophical meaning, and is closely related to Buddhist values."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Muthiah Hanum
"Bom bunuh diri, peristiwa tersebut yang termasuk ke dalam Culture of Death di teritori Palestina – Israel saat ini merupakan hasil dari kekacauan politik, serta birokrasi akibat pendudukan dan pengepungan yang tidak berkesudahan. Di dalam Culture of Life, kehidupan manusia mulai dari kelahiran hingga kematiannya secara alamiah adalah sakral. Itu berarti kelahiran dan kematian yang dibuat-buat adalah bertentangan dengan culture of life atau memiliki culture of death, termasuk bom bunuh diri, kesyahidan, dan terrorisme. Anggapan bahwa Bangsa Palestina memiliki culture of death dari pernyataan yang dilayangkan oleh kelompok pendukung Israel, membuat bangsa tersebut tidak layak untuk memiliki negara merdeka. Namun, Mahmoud Darwish, seorang penyair nasional Palestina, menyanggah hal tersebut dalam puisinya yang berjudul Halat Hiṣar (State of Siege). Selain dalam puisi Mahmoud Darwish, polemik mengenai culture of death di teritori Palestina – Israel ini terdapat dalam berbagai media dan jurnal akademis. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan sanggahan Mahmoud Darwish terhadap culture of death di Palestina didukung dari beberapa sumber: Analisis puisinya yang telah disebutkan di atas, perbandingan kasus-kasus culture of death di belahan dunia lainnya, dan data dari sumber tertulis relevan. Data penelitian diperoleh dari studi literatur dari jurnal akademis, artikel, dan buku. Dalam pembuatannya, penelitian ini menggunakan metode kualitatif, studi pustaka, dan pendekatan sosiologi sastra dan strukturalisme semiotik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa situasi teritori Palestina - Israel lah yang memaksa Bangsa Palestina hidup dalam culture of death.
Suicide bombings event which belong to the Culture of Death in the Palestinian territories - Israel today are the result of political turmoil as well as bureaucracy due to endless occupation and siege. In Culture of Life, human life from birth to death is naturally sacred. That means birth and death made up are against the culture of life or have a culture of death, including suicide bombings, martyrdom, and terrorism. The notion that the Palestinians have a culture of death from statements posted by Israeli support groups, makes the nation unfit to have an independent state. However, Mahmoud Darwish, a Palestinian national poet, refutes this in his poem entitled Halat Hiṣar (State of Siege). In addition to Mahmoud Darwish's poem, polemics about culture of death in the Palestinian-Israeli territory are contained in various media and academic journals. This study aims to prove Mahmoud Darwish's rebuttal of culture of death in Palestine supported from several sources: Analysis of the poem mentioned above, comparison of cases of culture of death in other parts of the world, and data from related literature. Research data were obtained from literature studies from academic journals, articles and books. In its making process, this research uses qualitative methods, literature studies, with sociology of literature and semiotic structuralism approaches. The results of this study indicate that the situation of the Palestinian territories - Israel is what forced the Palestinians to live in a culture of death."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elma Anggitha
"Skripsi ini membahas tentang uang logam Rusia tahun 1997-2007 yang dikaji dalam semiotik. Uang logam Rusia terbagi menjadi 2 jenis, yaitu Emisi Umum dan Emisi Khusus. Dalam Emisi Khusus terdapat berbagai serf di setiap tahun pengeluarannya. Uang logam mempunyai 2 sisi, yaitu sisi depan dan sisi belakang. Di setiap sisinya, uang logam yang dianalisis terdapat tanda verbal dan tanda nonverbal. Tanda verbal dan tanda nonverbal ini bertujuan untuk menyampaikan informasi kepada pengguna uang logam tersebut. Tanda verbal dapat berupa tulisan atau angka, sedangkan Tanda nonverbal dapat berupa gambar atau warna. Dari 64 keping uang logam yang dianalisis, terdapat 7 keping Emisi Umum dan 57 keping Emisi Khusus, setiap keping mempunyai tanda verbal dan nonverbal. Tanda nonverbal yang berupa gambar yang paling sering terdapat dalam uang logam adalah simbol, namun ada pula yang berupa ikon.

This thesis discusses about the Russian coins during 1997-2007, studied based on semiotics. Russian coin is divided into 2 types, they are known as General Emission and Specific Emission. There are various series included in Specific emission on each of their annual expenditures. Coin has 2 sides, the Obverse and Reverse. There are verbal and nonverbal signs on each side of the analyzed coin. These verbal and non-verbal signs are intended to provide information for the users of such coins. Verbal signs may include text or numbers, while non-verbal signs can be a picture or color. From 64 coins that are analyzed, there are 7 piece have verbal and nonverbal signs. The most common image (of a non-verbal sign) found in the coin is a symbol, but icons can also be found on some."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S14946
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>