Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 185343 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Novita Widyaputri
"Diabetes mellitus adalah penyakit kronik yang banyak terjadi di perkotaan. Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita DM jika tidak teratur mengontrol kadar gula darahnya adalah ulserasi diabetikum. Pasien ulserasi diabetikum mengalami kerusakan integritas kulit dan diperlukan penatalaksanaan luka dengan segera untuk mencegah amputasi. Perawatan luka yang dapat dilakukan adalah operasi debridement kemudian luka dibalut dengan balutan yang lembab. Hasil dari analisis ini adalah diperlukan pula manajemen diabetes yang ketat untuk membantu mengatasi luka ulserasi diabetikum. Rekomendasi penulisan ini adalah perlu adanya pendidikan kesehatan kepada setiap pasien ulserasi diabetikum tentang manajemen diabetes.

Diabetes mellitus is a chronic disease that commonly happens in urban community. Complication that could happen if blood glucose is uncontrolled is ulcers diabetic foot. Patients with ulcers diabetic foot experience impaired skin integrity and need wound care as soon as possible to prevent amputation. The wound care which we can do is debridement operation, and then wraps the wound with a moist bandage. The result of this analysis is also needed a strict diabetes management to help overcome the ulcers diabetic foot. Recommendation of this writing is that health education is necessary to every patient of ulcers diabetic foot about diabetes management.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sulastri
"Wilayah perkotaan merupakan pusat segala aktivitas sosial, pemerintahan, maupun ekonomi yang dapat mempengaruhi perubahan gaya hidup seseorang. DM tipe 2 merupakan salah satu penyakit tidak menular yang banyak ditemukan di wilayah perkotaan. Seorang individu dengan DM memiliki risiko yang tinggi mengalami ulkus kaki diabetikum. Tanpa perawatan yang baik, ulkus kaki diabetikum dapat menyebabkan infeksi meluas dan dilakukan amputasi. Penggunaan madu dalam perawatan luka ulkus kaki diabetikum sudah banyak terbukti sangat baik karena madu memiliki berbagai sifat antara antimikroba, antioksidan, antiinflamasi, dan kadar osmotik tinggi sehingga baik untuk penyembuhan luka serta madu dapat meminimalisir bau yang muncul dari luka a. Evaluasi hasil intervensi pada luka klien tidak tercium aroma tidak sedang, jumlah slough berkurang, dan tanda-tanda inflamasi tidak menghilang.

The urban area is the center of all governance, economic, and social activities, that may affect change a person's lifestyle. Type 2 diabetes is one of the non-communicable diseases that are found in urban areas. An individual with diabetes have an increased risk of diabetic foot ulcers. Without good care, diabetic foot ulcers can lead to widespread infection and amputation. The use of honey in wound care diabetic foot ulcer has been proven to be very good because honey has various components such as antimicrobial, antioxidant, anti-inflammatory, and high levels of osmotic, so honey be good for wound healing. Besides that, honey can minimize arising malodors from a wound. Evaluation of the results of the intervention on the client does not smell malodor of the wound, reduced the amount of slough, and no inflammatory signs disappeared.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Sarma Suryani
"[ABSTRAK
Diabetes Mellitus merupakan penyakit degeneratif yang terus mengalami
peningkatan pada masyarakat perkotaan. Hal ini disebabkan oleh pola hidup yang
tidak terkontrol. Perubahan pola hidup membuat penderita diabetes mellitus
mengalami stres dan kecemasan yang mengakibatkan peningkatan kadar gula
darah. Karya akhir ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis implementasi asuhan
keperawatan relaksasi otot progresif pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 yang
mengalami ketidakstabilan kadar glukosa darah. Evaluasi intervensi relaksasi otot
progresif (PMR) menujukkan adanya penurunan kadar glukosa darah. Pelaksanaan
PMR sebagai intervensi mandiri perawat secara teratur dapat menurunkan kadar
glukosa darah pada pasien DM tipe 2.

ABSTRACT
Diabetes Mellitus (DM) is a degenerative disease that is increasing in urban
communities. This disease is caused by the uncontrolled lifestyle. Lifestyle changes
has made people with DM experiencing stress and anxiety that cause increasing in
blood glucose levels. This case study aimed to analyze the implementation of
nursing care, especially the progressive muscle relaxation (PMR) effect in
instability blood glucose levels of patients with type 2 DM. The evaluation has
shown that PMR interventions can decrease blood glucose levels. Implementation
of progressive muscle relaxation as an independent nursing intervention regularly
can lower blood glucose levels in patients with type 2 diabetes., Diabetes Mellitus (DM) is a degenerative disease that is increasing in urban
communities. This disease is caused by the uncontrolled lifestyle. Lifestyle changes
has made people with DM experiencing stress and anxiety that cause increasing in
blood glucose levels. This case study aimed to analyze the implementation of
nursing care, especially the progressive muscle relaxation (PMR) effect in
instability blood glucose levels of patients with type 2 DM. The evaluation has
shown that PMR interventions can decrease blood glucose levels. Implementation
of progressive muscle relaxation as an independent nursing intervention regularly
can lower blood glucose levels in patients with type 2 diabetes.]"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Usep Suhendra
"Latar Belakang. Mikroangiopati diabetik DM seperti nefropati, retinopati, dan neuropati merupakan komplikasi umum diabetes melitus tipe 2 T2DM . Paru merupakan salah satu organ target dari komplikasi mikrovaskular dan penurunan kapasitas difusi paru pada mikroangiopati DM masih sedikit diketahui.
Metode. Penelitian ini bersifat potong lintang pada subjek T2DM yang menjalani pemeriksaan kapasitas difusi paru terhadap karbon monoksida DLCO, albumin urin, funduskopi dan elektromiografi EMG di poliklinik rawat jalan DM terpadu. Kriteria eksklusi yaitu penyakit paru akut atau kronis.
Hasil. Sebanyak 52 subjek L/P:20/32 usia 58 10,4 tahun sebagian besar menunjukkan HbA1c>6,5 41/52 78 , tidak pernah merokok 41/52 78,8 . rerata terdiagnosis DM 10,5 6,9 tahun, sebanyak 33 63,5 le;10 tahun dan 19 36,5 subjek >10 tahun. Subjek dengan neuropati lebih banyak ditemukan yaitu sebesar 41/52 26,3 diikuti nefropati 29/52 18,6 dan retinopati 9/52 5,8 dengan rerata DLCO sebesar 16,01 4,12 ml/menit/mmHg . Penurunan kapasitas difusi pada Mikroangiopati DM ditemukan sebanyak 14/52 25 subjek, didapatkan nilai p pada nefropati sebesar p=0,27, retinopati p=0,36 dan neuropati p=0,49.
Kesimpulan. Gangguan kapasitas difusi paru pada mikroangiopati DM mengalami penurunan namun tidak mempunyai hubungan yang yang bermkana, hal ini menunjukkan gangguan faal difusi paru pada mikroangiopati DM.

Background. Diabetic microangiopathy such as nephropathy, retinopathy and neuropathy is a common complications of type 2 diabetes mellitus T2DM . The lung is one of the target organs in the development of vascular complications in diabetic patients and little is known about the impairment of pulmonary diffusing capacity due to the diabetic microangiopathy.
Method. The subjects were T2DM patients underwent carbon monoxide lung diffusion capacity DLCO test, urine test, funduscopy and electromyography EMG examination with consecutively from diabetic outpatient clinic. The exclusion criterias were acute or chronic pulmonary diseases.
Results. A total of 52 subjects m/f: 20/32 ages 58 10.4 years mostly showed HbA1c> 6.5 41/52 78 , never smoked 41/52 78.8 . diagnosed DM rates of 10.5 6.9 years, 33 63.5 le;10 years and 19 36.5 subjects> 10 years. Subjects with more neuropathy were 41/52 26.3 followed by nephropathy 29/52 18.6 and retinopathy 9/52 5.8 with DLCO average of 16.01 4.12 ml / min / mmHg . The decrease in diffusion capacity in Microangiopathy DM was found in 14/52 25 subjects, obtained p value on nephropathy of p=0.27, retinopathy p=0.36 and neuropathy p=0.49 respectively.
Conclusion. This study demonstrated that diffusion capacity is impairment in diabetic microangiopathy patients. Pulmonary diffusion capacity has no association with diabetic microangiopathy but there is a decreased pulmonary diffusion physiology."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T59197
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desyanti Eka Ernawati
"Diabetes mellitus merupakan penyakit degeneratif dengan gejala hiperglikemia kronis akibat defisiensi maupun resistensi insulin. Kejadiannya terus meningkat terutama di perkotaan akibat perubahan gaya hidup seperti pola makan tinggi kalori rendah serat, aktivitas kurang, obesitas, merokok, konsumsi alkohol dan stress. Penulisan ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan yang diberikan pada Tn.S (59th) dengan diabetes, khususnya perawatan kaki untuk mencegah ulkus kaki. Intervensi perawatan kaki yang dilakukan kepada Tn.S selama tujuh hari menunjukkan bahwa kaki bersih, lembab, tidak ada luka, terasa lebih nyaman dan kesemutan sudah berkurang. Dengan demikian, perawatan kaki perlu dilakukan pada pasien diabetes baik saat di rumah sakit maupun di rumah.

Diabetes Mellitus is a degenerative disease whose symptom chronic hyperglycemia because of deficiency or insulin resistance. The incidence of diabetes rapidly increasing trough years, especially in urban areas due to changes in lifestyle like a high calorie low fiber in diet, less activity, obesity, smoking, alcohol consumption and stress. This paper was made to analyze nursing care that was given to Mr.S (59 yo) with diabetes, especially footcare to prevent foot ulcer. Footcare which given to Mr.S for seven days indicated that the feet clean, moist, no injuries, feels more comfortable and nomb has decreased. Thus, footcare must be done by diabetic patients both in the hospital or at home."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Ginanjar
"Ulkus diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus, lama sembuh dan terjadi berulang sehingga mempengaruhi kualitas hidup penderita. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara tingkat depresi dengan kualitas hidup pasien ulkus diabetes. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross-sectional. Pemilihan sampel dengan cara purposive sampling yang melibatkan 30 responden. Hasilnya menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara nilai depresi dengan kualitas hidup dengan p-value 0,000. Hasil penelitian ini diharapkan merekomendasikan program pencegahan dan penanganan depresi pada pasien dengan ulkus diabetik.

Diabetic ulcers is complications of diabetes mellitus, delayed healing and repeated that affect the quality of life patients. The purpose of this study was to identify the relationship between depression and quality of life patients with diabetic ulcer. The design of this study is a descriptive correlation cross-sectional approach. The selection of samples were done in purposive sampling method and involved 30 respondents. The result are a significant correlation value depression with quality of life with p-value 0,000. The results of this study are expected to recommendation a program of prevention and treatment of depression patients with diabetic ulcers.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S57498
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Annisa Rahardhiany
"Ulkus diabetikum merupakan komplikasi Diabetes Mellitus yang membutuhkan perawatan baik dan sesuai agar luka tidak semakin memburuk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara instrument skala Wagner dan instrument BWAT pada pasien dengan ulkus diabetikum. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah potong lintang dengan bentuk penelitian deskriptif korelasi menggunakan sampel sebanyak 120responden yang terdiri dari grade 1 sampai dengan grade 5. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah skala Wagner dan Bates-Jensen Wound Assessment Tool (BWAT) untuk mengukur tingkat keparahan luka pada pasien ulkus diabetikum. Hasil penelitian didapatkan adanya hubungan yang sangat kuat antara instrumen skala Wagner dan BWAT dalam penilaian luka ulkus diabetikum dengan (r = 0,951; p = 0,0005). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti merekomendasikan instrumen Bates- Jensen Wound Assessment Tool menjadi instrumen yang lebih tepat untuk digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi skala penyembuhan luka ulkus diabetikum karena memiliki karakteristik penilaian yang lebih rinci.

Diabetic ulcer is a serious complication of Diabetes Mellitus that requires a good and appropriate treatment to prevent the worsening condition of the wound. The study aimed to identify the correlation between Wagner Scale and BWAT in measuring the wound grade. Design of this study was cross-sectional descriptive, involving 120 observers with diabetic ulcer varying from grade 1 to grade 5. The instruments used in this study were the scale of Wagner and Bates-Jensen Wound Assessment Tool (BWAT) whichwere used to measure the severity of injuries in the diabetic ulcer patients. The result showed a very strong correlation between Wagner and BWAT scale instrument to assess (r = 0.951; p = 0.0005). The study strongly suggested to use of Bates-Jensen Wound Assessment Tool to evaluate the scale of wound healing for diabetic ulcers since it has more detail assessment characteristics than Wagner scale.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S59584
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Puspitasari
"Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis dimana kadar gula dalam darah tinggi (> 200 mg/dL) yang disebabkan karena kerusakan fungsi pankreas atau kurang sensitifnya reseptor insulin. Salah satu faktor risiko diabetes melitus adalah gaya hidup tidak sehat yang banyak ditemukan pada masyarakat perkotaan, seperti pola makan tidak baik dan jarang berolahraga. Diabetes melitus yang tidak terkontrol akan menyebabkan komplikasi ke organ-organ tubuh lainnya seperti jantung, ginjal, bahkan mengenai saraf. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan yang diberikan pada Ny T (39 tahun) dengan diabetes melitus tipe 2 di ruang rawat Melati Atas RSUP Persahabatan Jakarta khususnya intervensi olahraga. Intervensi olahraga yang dilakukan pada Ny T selama tujuh hari menunjukkan bahwa pasien merasa lebih nyaman dan gula darah stabil. Dengan demikian, diharapkan perawat ruangan mengembangkan program olahraga yang sesuai dengan kondisi pasien sebagai salah satu upaya untuk mengontrol kadar gula darah.

Diabetes mellitus is a chronic disease characterized by high blood glucose level (> 200 mg/dL) due to the impairment of pancreas functions or the decrease of insulin sensitivity. One of the risk factor of diabetes mellitus is unhealthy lifestyle which is commonly found in urban communities, such as bad eating habit and infrequent exercise. Uncontrolled diabetes mellitus can cause complications in organs like heart, kidney, and nerves. This report aimed to analyze nursing care to Mrs. T (39 years old) with diabetes mellitus type 2 on Melati Atas Ward, Persahabatan Hospital, especially the physical exercise. Intervention in seven days shown that patient felt more comfort and the blood glucose level were stable. Therefore, nurses are expected to develop physical exercise program in room care as an effort to control blood glucose level."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Tri Lestari
"Diabetes Mellitus (DM) menempati urutan pertama kasus terbanyak pada gangguan sistem endokrin, disusul kemudian dengan kasus hipertiroid. Kedua jenis gangguan sistem endokrin ini merupakan gangguan yang bersifat kronis sehingga diperlukan pendekatan tertentu supaya pasien mampu beradaptasi dengan perubahan status kesehatan yang dialami. Perawat spesialis Keperawatan Medikal Bedah perlu menjalankan peran secara komprehensif untuk memberikan asuhan keperawatan secara holistik dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup pasien. Pendekatan Model Konservasi Levine diterapkan sebagai kerangka kerja dalam memberikan asuhan keperawatan supaya pasien mampu mempertahankan keutuhannya melalui proses adaptasi dengan menjaga konservasi integritas energi, struktural, personal dan sosial. Edukasi perawatan mandiri DM merupakan kunci utama keberhasilan pasien DM dalam mengendalikan kadar glukosa darah. Upaya tersebut direalisasikan melalui praktek keperawatan berbasis pembuktian tentang inisiasi insulin dan melalui program inovasi tentang pembuatan booklet sebagai media edukasi manajemen mandiri diabetes.

Diabetes Mellitus (DM) is the most common case in endocrine disturbance diseases. The second most common case is hyperthyroid. Both are chronic diseases that need specific approach in order to improve patient ability in adjusting their health status changes. Medical surgical nursing specialist has to able to give comprehensive and holistic nursing care to DM patient to improve quality of life of the patient. Levine conservation model can be applied as a framework of nursing care to achieve wholeness of the patient through adjusting process by maintaining energy, structural, personal and social integrity. Independent health education of DM patient is the key of the successful of controlling their blood sugar level. This effort was implemented by evidence based practice of insulin initiation and innovation project of applying booklet as education media for DM patient management."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Putri Yulianti
"[ABSTRAK
Diabetes merupakan penyakit ketiga yang paling banyak membunuh penduduk di Indonesia, selain menjadi salah satu penyakit yang paling banyak muncul di perkotaan. Hal ini berkaitan dengan faktor yang pemperparah resiko diabetes berupa gaya hidup kurang gerak dan ketidakpatuhan diet. Karya ilmiah akhir ners ini bertujuan untuk menganalisa asuhan keperawatan intervensi Swedish massage dengan frekuensi 3 kali seminggu. Level gula darah harian dikumpulkan sejak 3 hari sebelum dan selama satu minggu intervensi. Meskipun hasil statistik tidak menunjukkan signifikansi dalam penurunan gula darah sebelum dan setelah intervensi, hasil laboratorium menunjukkan adanya perbaikan setelah intervensi dengan menurunkan kadar rerata gula darah sebanyak 25% dan rasio neutrofil/limfosit sebanyak 67%.

ABSTRACT
Diabetes Mellitus becomes the third leading cause of death in Indonesia after stroke and heart disease, as well as one of the most frequently happened diseases in urban area. The risk factor is aggravated by sedentary lifestyle and client's non-adherence to diet program. This research aimed to analyze the effect of Swedish Massage on daily blood glucose level which score was collected three days before and during one week intervention. The massage itself was delivered three times a week, integrated into nursing intervention during client's hospitalization at Melati Atas RSUP Persahabatan. Although statistic has failed to show significant difference on blood glucose level between pre and post intervention (p=0.095), it was revealed that there were many improvements on laboratory values, showing 25% reduction in mean postprandial blood glucose level and 67% reduction in neutrophil/lymphocyte ratio after intervention., Diabetes Mellitus becomes the third leading cause of death in Indonesia after stroke and heart disease, as well as one of the most frequently happened diseases in urban area. The risk factor is aggravated by sedentary lifestyle and client‘s non-adherence to diet program. This research aimed to analyze the effect of Swedish Massage on daily blood glucose level which score was collected three days before and during one week intervention. The massage itself was delivered three times a week, integrated into nursing intervention during client‘s hospitalization at Melati Atas RSUP Persahabatan. Although statistic has failed to show significant difference on blood glucose level between pre and post intervention (p=0.095), it was revealed that there were many improvements on laboratory values, showing 25% reduction in mean postprandial blood glucose level and 67% reduction in neutrophil/lymphocyte ratio after intervention.]"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>