Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138970 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dona Suzana
"Indonesia adalah Negara dengan prevalensi anemia sebesar 21,7%, menurut WHO termasuk derajat sedang, dan khusus anemia defisiensi besi pada wanita usia subur 15-50 tahun prevalensi sebesar 33,1%. Penelitian ini menggunakan daun kelor (Moringa oleifera L) sebagai suplemen penambah darah super nutrisi untuk membantu mengatasi anemia dan masalah kurang gizi pada masyarakat.
Disain penelitian ini adalah uji klinis acak terkontrol dan tersamar ganda, bertujuan untuk menguji efektifitas kapsul ekstrak air daun kelor terhadap nilai hematologi dan biokimia darah pada wanita yang menderita anemia (Hb 8-12 g/dl) dibandingkan dengan kapsul sulfas ferossus sebagai standar. Penelitian ini dilakukan pada 35 orang wanita usia 16- 49 tahun(17 orang kelompok kelor dan 18 orang kelompok kontrol) diberikan kapsul daun kelor dengan dosis 1400 mg setiap hari selama 3 minggu.
Setelah dilakukan intervensi, selisih nilai parameter (sebelum dan sesudah terapi) yang signifikan pada kelompok kelor adalah (0.794±0.81) untuk hemoglobin, nilai feritin (29.378±42.48), MCHC (Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration) (2.459±2.86), RDW (Red Distribution Wide) (1.4±2.07) dan trombosit menurun sebesar (36529.41±59024.48). Sedangkan kelompok kontrol selisih nilai parameter yang signifikan adalah pada hemoglobin (0.644± 0.83), eritrosit (0.475±0.523), hematokrit (2.189±4.08), MCV (Mean Corpuscular Volume )( 4.756±8.91), MCH (2.183±2.47) dan RDW (2.844±2.80). Perbandingan efektifitas daun kelor dengan terapi standar menghasilkan perbedaan signifikan pada peningkatan nilai hematokrit (3.14±1.47), MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin ) (3.495±1.33), MCHC (3.264±0.96), dan penurunan trombosit (55251.634±23404). Dan kesimpulannya bahwa daun kelor dapat dimanfaatkan sebagai terapi anemia defisiensi besi.

Indonesia is a country with a prevalence of anemia of 21.7%, and the prevalence for iron deficiency anemia in non-pregnant women of age 15-50 years 33.1 % . This study investigated the efficacy of Moringa oleifera L leaves extract as an iron booster and supplement to help overcome anemia and malnutrition in the community.
It was a randomized, double blind, placebo controlled study in anemic women (hemoglobin 8-12g/dl), in which the water extract of Moringa leaves was examined as an add on therapy in subject treated with ferrous sulphate (200mg/tablet). Thirty five women subject of 16-49 years old were divided into 17 of Moringa leaves and 18 of control. The extract of Moringa leaves of 1400 mg was formulated in capsules and was administrated daily for 3 weeks.
The result showed that after 3 weeks of treatment, there were significantly increase of mean of hemoglobin (0.794±0.81), ferritin (29.378±42.48), MCHC (Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration) (2.459±2.86), RDW (Red Distribution Wide) (1.4±2.07) and decreas of platelets (36529.41±59024.48). The control groups were significantly increased of mean of the hemoglobin (0.644± 0.83), erythrocytes (0.475±0.523), hematocrit (2.189±4.08), MCV (Mean Corpuscular Volume )( 4.756±8.91), MCH (2.183±2.47) dan RDW (2.844±2.80). The hematocrit (3.14±1.47), MCH (Mean Corpuscular Hemoglobi ) (3.495±1.33), MCHC (3.264±0.96) values of Moringa leaves were significantly higher (p<0.05), whereas the platelets counts (55251.634±23404) of Moringa leaves were significantly lower (p<0.05) than those of control group. It can be concluded that Moringa leaves aqueous extract could improve iron deficiency anemia in women."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
T42421
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nopiana
"Kandungan zat besi yang tinggi dari daun kelor (Moringa oleifera Lamk.) diduga berkhasiat mengatasi anemia defisiensi besi melalui peningkatan jumlah sel darah merah sehingga dapat meningkatkan viskositas darah dan resistensi perifer pembuluh darah yang mempengaruhi tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol 70% daun kelor terhadap tekanan darah tikus putih betina anemia. Tiga puluh enam ekor tikus betina galur Sprague-Dawley dibagi dalam enam kelompok yaitu kontrol normal, induksi, Fero Fumarat, dan tiga kelompok dosis ekstrak daun kelor. Induksi anemia dengan larutan anilin 10% (0,005 mL/g bb) diberikan pada setiap kelompok perlakuan, kecuali kelompok kontrol normal. Pada hari ke-3 dan 4 tidak diberikan perlakuan, selanjutnya pada hari ke-5 diberikan sediaan uji berupa larutan CMC 0,5% (kontrol normal dan induksi), Fero Fumarat, dan ekstrak daun kelor dengan dosis 198; 396; dan 792 mg/200g bb hingga hari ke-10. Pengukuran tekanan sistol, diastol, dan darah rata-rata dilakukan pada hari ke-5 dan 11 menggunakan alat pengukur tekanan darah non-invasif CODA®. Hasil analisis menunjukkan bahwa ekstrak daun kelor dengan dosis 198 mg/200g bb dapat meningkatkan tekanan sistol, diastol, dan darah rata-rata secara bermakna (p < 0,05) pada hari ke-11 pengujian, namun pada dosis lainnya tidak menunjukkan perbedaan bermakna (p ≥ 0,05) antar kelompok.

High iron content of Moringa leaves (Moringa oleifera Lamk.) could be expected to be useful in dealing with iron deficiency anemia by increasing the number of red blood cells that can increase blood viscosity and peripheral vascular resistance that affect blood pressure.This study aimed to determine the effect of 70% ethanol extract of Moringa leaves on blood pressure anemia white female rats. Thirty-six female rats of Sprague-Dawley strain were divided into six groups: normal control, induction, Fero fumarate, and three dose groups of Moringa leaf extract. Induction of anemia by 10% solution of aniline (0.005 mL / g b.w.) is given in each treatment group, except for the normal control group. On days 3rd and 4th are not given treatment, then on day-5th given the solution CMC 0.5% (normal controls and induction), Fero fumarate, and moringa leaf extract at dose 198; 396, and 792 mg / 200g b.w. until day 10th. Measurement of systolic, diastolic, and mean blood pressure performed on day 5th and 11th using CODA® non-invasive blood pressure. Result from analysis of blood pressure data showed that 70% ethanol extract of Moringa leaves dose 198 mg/200g bw can increase systolic, diastolic, and mean arterial blood pressure were significantly (p <0.05) on day 11 of testing, but the other dose showed no significant difference (p ≥ 0.05) between groups."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46499
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Venessa Chai
"Penyakit jantung, terutama infark miokard, merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Mekanisme yang mendasarinya adalah ketidakseimbangan produksi ROS dengan antioksidan. Suplemen antioksidan tidak dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit kardiovaskular karena harus bekerja secara kombinasi dengan komponen bioaktif lainnya, sehingga mendorong penelitian terapi dari bahan herbal. Moringa oleifera mengandung berbagai senyawa aktif dan tinggi oksidan sehingga memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Penelitian ini ingin membuktikan efek kardioprotektif dari ekstrak air daun Moringa oleifera terhadap parameter stres oksidatif, yaitu MDA dan SOD, pada infark miokard tikus yang diinduksi isoproterenol. Penelitian ini memakai bahan biologi tersimpan berupa kelompok kontrol negatif, kelompok ISO dengan pemberian isoproterenol 85mg/kgBB, dan kelompok ISO+MO dengan pemberian ekstrak air daun Moringa oleifera 200mg/kgBB dan isoproterenol 85mg/kgBB. Kadar protein sampel dihitung dengan uji Bradford, kadar SOD dengan EZ-SOD assay kit, dan kadar MDA dengan TBARS. Pemberian ekstrak air daun Moringa oleifera tidak menunjukkan perbedaan signifikan dari kadar MDA di antara ketiga kelompok (p=0,630). Pada pemeriksaan kadar SOD, didapatkan penurunan kadar SOD yang tidak signifikan pada kelompok ISO+MO dibandingkan dengan kelompok ISO (p=0,548). Penelitian ini tidak dapat membuktikan efek kardioprotektif dari ekstrak air daun Moringa oleifera terhadap kadar MDA dan SOD pada jaringan jantung tikus yang diinduksi isoproterenol.

Heart disease, including myocardial infarction, is the leading cause of death worldwide. One of the mechanisms underlying myocardial infarction is oxidative stress. Antioxidant supplements cannot reduce the risk of cardiovascular disease because they work in combination with other bioactive components, thus encouraging the search for herbal therapy. Moringa oleifera contain various active compounds and high amounts of antioxidants so that it has high antioxidant activity. This study aims to determine the effect of aqueous extract of Moringa oleifera leaves on MDA and SOD levels in isoproterenol-induced myocardial infarction rat. This study used negative control group, ISO group that received 85mg/kgBW isoproterenol, and ISO+MO group that received 200mg/kgBW Moringa oleifera leaf water extract and isoproterenol. Protein level was determined using Bradford test, MDA level was determined using TBARS, and SOD level was determined using EZ-SOD assay kit. MDA levels did not differ significantly between the three groups after administration of Moringa oleifera leaf water extract (p=0.630). In SOD levels, there was no significant decreased in ISO+MO groups compare with ISO group (p=0.548). This study was unable to prove the cardioprotective effect of Moringa oleifera leaf water extract against MDA and SOD levels in isoproterenol-induced myocardial infarction of rat tissue."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Norma Tiku Kambuno
"Latar Belakang :
Malnutrisi selama kehamilan dan 1.000 hari pertama kehidupan dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik, fungsi otak dan perkembangan hipokampus. Moringa oleifera (MO), telah digunakan sebagai suplemen makanan pada malnutrisi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektifitas kandungan protein dari ekstrak etanol daun MO (EEMO) dalam mengatasi defisiensi protein pada anakan tikus dari induk defisiensi protein.
Metode :
Daun MO asal kabupaten Kupang, propinsi NTT diektraksi dengan metode UAE dalam etanol dan dikarakterisasi (EEMO). Anakan tikus Sprangue dawley usia 3 minggu dari induk yang mendapat diet protein rendah (9% protein) diberikan terapi EEMO 400 atau 800 mg/kg BB atau protein normal (KP) selama 5 minggu. Kelompok pembanding adalah anakan dari induk yang diberikan diet protein normal (18% protein) yang tidak diberikan terapi atau diberikan EEMO 800 mg/kg BB selama 5 minggu. Pada akhir pengujian, dilakukan pemeriksaan antropometri, fungsi spasial memori (Y-test), profil biokimia darah dan asam amino darah, analisis histopatologi pada jaringan hati dan hipokampus, serta mikrobiota usus pada feces kolon.
Hasil:
EEMO yang dihasilkan pada penelitian ini mengandung protein sebesar 45,5% dan senyawa fitokimia utamanya adalah golongan kaempferol. Pemberian EEMO tidak memberikan perbaikan pada profil antropometrik dibandingkan dengan kelompok KP. Pemberian EEMO 400, 800 mg/kg BB dan KP dapat menormalkan spasial memori, yang diikuti dengan penurunan rasio sel pada daerah CA1-4 hipokampus. Hasil analisis histopatologi jaringan hati menunjukkan bahwa EEMO 800 mg/kg BB memperbaiki perlemakan hati lebih baik vs. EEMO 400 mg/kg BB dan KP. EEMO meningkatkan kadar albumin, Hb, BUN dan menurunkan kadar glukosa mendekati kelompok normal, namun belum dapat menetralkan bilirubin, SGPT, SGOT dan kreatinin. Terdapat tendensi perbaikan pada total asam amino esensial dan BCAA pada plasma darah setelah pemberian EEMO dan KP. Selain itu, EEMO dapat memperbaiki relative abundance mikrobiota di usus. Perbaikan pada spasial memori berkorelasi negatif dengan total asam amino non esensial, asam amino alifatik sederhana, asam amino hidroksi alifatik dan berkorelasi negatif dengan kelimpahan famili Peptostreptococcaceae, Erysipelotrichacea dan Staphylococcaceae.
Kesimpulan:
Penelitian ini menunjukkan bahwa induk dengan diet rendah protein selama kehamilan akan melahirkan keturunan dengan karakteristik defisiensi protein (DP), termasuk berat badan lahir rendah (BBLR), BMI di bawah 0,45 g/cm², kenaikan berat badan yang lambat, anemia, hypoalbuminemia, rendahnya kadar BUN, penurunan asam amino darah dan gangguan enzim hati. Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa pemberian EEMO pada anak tikus sampai dengan usia 8 minggu tidak memperbaiki antropometri anakan, namun dapat menormalkan spasial memori, memperbaiki kerusakan sel hipokampus dan meminimalkan perlemakan hati anak tikus DP. Perbaikan tersebut diikuti dengan perbaikan kelimpahan mikrobiota usus di tingkat filum.

Background:
Malnutrition during pregnancy and the first 1,000 days of life can affect physical growth, brain function, and hippocampal development. Moringa oleifera (MO) has been used as a food supplement in malnutrition. This study aims to evaluate the effectiveness of the protein content of an ethanolic extract of MO leaves (EEMO) in overcoming protein deficiency in rat offspring of protein-deficient rats.
Methods:
Moringa oleifera leaves from the Kupang district, Nusa Tenggara Timur province were extracted using the UAE method in ethanol and then characterized. Offsping of Sprague Dawley rats, aged 3 weeks from mothers on a low protein diet (9% protein) were given 400 or 800 mg/kg BW EEMO or normal protein (KP) for 5 weeks. The comparison groups were offspring from rats given a normal protein diet (18% protein) without therapy or given 800 mg/kg BW EEMO for 5 weeks. At the end of the study, various assessments were conducted, including anthropometric examinations, spatial memory function using the Y-maze test, analysis of blood biochemical and blood amino acid profiles, histopathological analysis of liver and hippocampal tissue, and assessment of intestinal microbiota in colonic faeces.
Results:
In this research, the EEMO contained 45.5% protein, with the main phytochemical compound being the kaempferol group. The administration of EEMO did not improve anthropometric profiles compared to the KP group. However, the administration of 400 and 800 mg/kg BW EEMO, as well as KP, normalized spatial memory and decreased the damaged cell ratio in the CA1-4 area of the hippocampus. Histopathological analysis of liver tissue revealed that EEMO 800 mg/kg BW was more effective in improving fatty liver than EEMO 400 mg/kg BW and KP. In addition, EEMO increased albumin Hb and BUN levels and reduced glucose levels, bringing them close to the normal group. However, it could not neutralize bilirubin, SGPT, SGOT, and creatinine levels. There was a tendency for improvement in total essential amino acids and BCAA’s in blood plasma after the administration of EEMO and KP. Furthermore, EEMO improved the relative abundance of microbiota in the intestine. Notably, improvements in spatial memory were negatively correlated with total non-essential amino acids, simple aliphatic amino acids, aliphatic-hydroxy amino acids, and the abundance of the Peptostreptococcaceae, Erysipelotrichacea, and Staphylococcaceae families.
Conclusions:
This research showed that rats with a low protein diet during pregnancy gave birth to offspring with characteristics of protein deficiency (PD), including low birth weight (LBW), BMI below 0.45 g/cm², slow weight gain, anaemia, hypoalbuminemia, low BUN levels, decreased blood amino acids and liver enzyme disorders. The results also showed that administering EEMO to rats' offspring up to 8 weeks of age did not improve the anthropometric measurement but did normalize spatial memory, repair hippocampal cell damage, and minimize fatty liver in PD rats offspring. Additionally, a positive impact of EEMO was observed in the abundance of gut microbiota at the pylum level.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Triandita
"Moringa oleifera tersebar di berbagai negara tropis dan subtropis. Tanaman ini termasuk dalam suku Moringacea, ia memiliki berbagai hal yang mengesankan dalam bidang pengobatan dengan nilai gizi yang tinggi. Daun kelor kaya akan mineral penting, diantaranya zat besi dan kalsium. Proses ekstraksi diperlukan untuk memperoleh zat besi dan kalsium yang terkandung dalam daun kelor. Microwave Assisted Extraction (MAE) adalah prosedur ekstraksi sederhana dan cepat, dikembangkan dan dioptimalkan untuk dua mineral, zat besi dan kalsium dalam daun kelor.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh jenis pelarut, waktu, tingkat kekuatan dan perbandingan jumlah padat dan cair pada efisiensi ekstraksi zat besi dan kalsium. Penentuan kuantitatif dilakukan dengan spektrofotometri serapan atom (SSA). Sampel dekstruksi dengan menggunakan campuran asam nitrat dengan asam perkolat. Kalsium dianalisis pada panjang gelombang 422,7 nm dan zat besi dianalisis pada panjang gelombang 248,3 nm.
Hasil tertinggi untuk ekstraksi kalsium yaitu menggunakan air dengan perbandingan jumlah serbuk dan pelarut 1: 10 dan tingkat kekuatan 450 watt (P50%) selama 5 menit, diperoleh nilai kalsium 22727,93 mg/kg atau 2272,79 mg/100g. Kondisi optimum untuk ekstraksi zat besi menggunakan air dengan perbandingan jumlah serbuk dan pelarut 1: 12,5 dan tingkat kekuatan 630 watt (P70%) selama 3 menit, diperoleh nilai zat besi 164,17 mg/kg atau 16,42 mg/100g.

Moringa oleifera is distributed in tropics and subtropics countries. This plant belonging to the family Moringacea. It has a impressive range of medicinal uses with high nutritional value. The moringa plant provides a rich of important mineral including iron and calsium. Extraction process required to obtain iron and calcium contained in the moringa leaves. A simple and rapid microwave assisted extraction (MAE) procedure was developed and optimized for two mineral, iron and calsium in moringa leaves.
Experiments were carried out to determine the effect of type of solvent, time, levels of power and the amount of solid and liquid on extraction efficiency of iron and calcium. The quantitative determination was using atomic absorption spectrophotometric (AAS). Sampel was digseted by using nitric/percholic acid mixtures. The calsium was analyzed at wavelength 422.7 nm and iron was analyzed at 248.3 nm.
The highest results for extraction of calcium was using water with the amount of solid and liquid 1 : 10 and levels of power 450 watt (P50%) for 5 minutes. Obtained value of calcium 22727.93 mg/kg or 2272.79 mg/100g. The optimum conditions for extraction of iron was using water with the amount of solid and liquid 1 : 12.5 and levels of power 630 watt (P70%) for 3 minutes. Obtained value of iron 164.17 mg/kg or 16.42 mg/100g.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46129
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faiqoh Zaqladi
"Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang mempengaruhi penduduk di negara maju maupun berkembang. Penyebab tertinggi anemia adalah kekurangan zat besi. Anemia Defisiensi Besi (ADB) dapat menyebabkan gangguan perkembangan perilaku, kognitif, dan keterampilan psikomotori anak. Daun kelor dapat menjadi alternatif potensial dalam memenuhi kebutuhan zat besi karena memiliki kandungan zat besi 9 kali lebih banyak daripada bayam. Suplementasi bubuk daun kelor terbukti dapat menurunkan prevalensi anemia sedang dan berat berturut-turut sebesar 68,2% dan 77,9% pada anak-anak berusia di bawah 2 tahun. Pemanfaatan daun kelor sebagai tanaman obat yang memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan umumnya masih secara tradisional. Rasa pahit pada kelor menyebabkan anak-anak tidak menyukai daun kelor. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan formula sediaan sirup ekstrak daun kelor yang memiliki stabilitas fisik dan kimia yang baik. Ekstrak daun kelor diperoleh dengan Microwave Assisted Extraction (MAE). Formula sirup dibuat dengan 3 konsentrasi propilen glikol sebagai kosolven dan pengawet. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa formula 1 memiliki stabilitas fisik yang baik, dan stabilitas kimia yang paling baik dengan kandungan zat besi yang paling tinggi yaitu 2,83 mg / 30 gram ekstrak / 100 ml sediaan. Kadar zat besi yang disarankan untuk anak adalah 8-10 mg/hari sehingga ekstrak yang dibutuhkan yaitu 84,80-106,00 gram ekstrak / hari dan dosis sediaan sirup yang dibutuhkan yaitu 283-353 ml/hari.

Anemia is one of the health problems that affect people in both developed and developing countries. The highest cause of anemia is iron deficiency. Iron Deficiency Anemia (IDA) can cause impaired development in behaviour, cognition, and psychomotor skills of children. Moringa leaves can be a potential alternative in meeting iron needs because they contain 9 times more iron content than spinach. Moringa oleifera Lam. leaf powder supplementation can reduce the prevalence of moderate and severe anemia in the by 68.2% and 77.9% in children below two years. The use of Moringa oleifera Lam. leaves as a medicinal plant with health benefits is still generally traditional. The bitter taste of Moringa oleifera Lam. leaves causes children to dislike Moringa oleifera Lam leaves. The purpose of this work was to obtain syrup formula for antianemia using Moringa leave’s extract that has physical and chemical stability. Moringa leave’s extract was obtained with Microwave-Assisted Extraction (MAE). Syrup formula was made in 3 concentration of propylene glycol as a cosolvent and preservatives. Result of this study showed that formula 1 has good physical stability, and the best chemical stability with the highest iron content, 2.83 mg/30 gram extract/100 ml. The recommended iron level for children is 8-10 mg / day, so the required extract is 84.80-106.00 grams of extract / day and the required dosage of syrup is 283-353 ml/day"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stivan Junan Navidad
"Latar Belakang. Daun kelor (M. oleifera) memiliki kandungan kimia yang berguna sebagai antibakteri pada bakteri Gram positif maupun Gram negatif. Kandungan ini dapat merusak DNA dan membran sel yang nantinya senyawa pada daun kelor akan menembus dinding sel bakteri sehingga zat metabolisme bakteri terbuang hingga mengalami kematian. Bakteri yang digunakan pada penelitian ini adalah Cutibacterium acnes, bakteri anaerobic aerotolerant, bersifat Gram positif. Penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) sebagai antiseptik terhadap C. acnes. Metode: Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Uji Percentage Kill ekstrak daun kelor dengan etanol sebagai pelarut terhadap bakteri C. acnes. Pada kontrol dimasukkan akuades steril dengan bakteri terstandar Mc Farland 0,5 sedangkan pada perlakuan mengandung ekstrak M. oleifera dengan bakteri yang sama. Kontrol dan perlakuan dilakukan dalam waktu bersamaan dengan waktu kontak selama 1, 2, dan 5 menit. Selanjutnya diinokulasi pada medium agar darah. Setelah diinkubasi secara anaerob, pertumbuhan koloni bakteri dihitung dan persentase kematian dibandingkan antara kontrol dan perlakuan. Hasil Uji Percentage Kill dikatakan memenuhi kriteria apabila hasil yang didapatkan dalam setiap waktu kontak sebesar ≥90%. Hasil: Hasil Uji Percentage Kill dalam waktu kontak 1, 2, dan 5 menit pada bakteri C. acnes masing-masing adalah 59,7%, 72%, dan 91,8%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada menit ke-5 ekstrak daun kelor mampu mengeradikasi bakteri C. acnes secara efektif. Kesimpulan: Eksperimen ini menunjukkan hasil Uji Percentage Kill belum efektif pada menit pertama dan kedua namun efektif pada menit kelima.

Introduction. Moringa leaves (M. oleifera) contain chemicals beneficial as antibacterials for Gram-positive and Gram-negative bacteria. This content can damage DNA and cell membranes so that the compounds in Moringa leaves will penetrate the bacterial cell walls, and the bacteria's metabolic substances are wasted until they die. The bacteria used in this study were Cutibacterium acnes, an aerotolerant, anaerobic, Gram-positive bacteria. This research was conducted to test the activity of Moringa oleifera leaf extract as an antiseptic against C. acnes. Method: The method employed in this research is the Percentage Kill test of moringa leaf extract with ethanol as the solvent against C. acnes bacteria. In the control group, sterile distilled water with McFarland 0.5 standardized bacteria is used, while the treatment group contains M. oleifera extract with the same bacteria. Both control and treatment are conducted simultaneously with contact times of 1, 2, and 5 minutes. Subsequently, they are inoculated on a blood agar medium. After anaerobic incubation, bacterial colony growth is counted, and the percentage of death is compared between the control and treatment. The Percentage Kill test results meet the criteria if the obtained results at each contact time are ≥90%. Results: The Percentage Kill test results at 1, 2, and 5 minutes of contact with C. acnes bacteria are 59.7%, 72%, and 91.8%, respectively. These results indicate that at the 5th minute, moringa leaf extract can eradicate C. acnes bacteria effectively. Conclusion: This experiment demonstrates that the Percentage Kill test was ineffective in the first and second minutes but became effective in the fifth minute."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Gusti Khatimah
"ABSTRAK
Infeksi Streptococcus pyogenes paling sering menyebabkan faringitis. Terdapat 10% populasi yang alergi terhadap penisilin sebagai terapi lini pertama, sehingga diberikan alternatif berupa eritromisin. Namun, S. pyogenes dilaporkan resisten terhadap eritromisin dan dapat menyebabkan kematian. Moringa oleifera Lamk. merupakan tumbuhan yang banyak ditemui di Indonesia dan diketahui memiliki efek antibakteri. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek antibakteri ekstrak daun M. oleifera Lamk. terhadap S. pyogenes. Penelitian ini menggunakan ekstrak daun M. oleifera Lamk. dengan metode makrodilusi untuk melihat nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) terhadap S. pyogenes. Ekstrak dibagi menjadi konsentrasi 150 mg/mL, 75 mg/mL, 37,50 mg/mL, 18,75 mg/mL, dan 9,38 mg/mL dengan kontrol positif berupa media dengan bakteri dan media dengan DMSO dan bakteri, serta kontrol negatif berupa media, ekstrak, antibiotik, dan antibiotik dengan bakteri. Antibiotik yang digunakan adalah amoksisilin dan inokulum bakteri dibuat berdasarkan standar McFarland 0,5. Jumlah koloni bakteri pada seluruh uji dan kontrol dihitung dengan metode pour plate, dan hasil jumlah koloni yang didapat dianalisis menggunakan SPSS dengan uji normalitas Shapiro-Wilk dan uji ANOVA. Ekstrak daun M. oleifera Lamk. memiliki efek antibakteri terhadap S. pyogenes dengan nilai KHM 18,75 mg/mL dan KBM 37,50 mg/mL dengan hasil perhitungan jumlah koloni didapatkan data terdistribusi normal dengan rerata dan standar deviasi pada KHM sebesar 22,50 ± 6,091. Uji ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) dengan uji Post Hoc Bonferroni terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) antara KHM dengan konsentrasi 9,38 mg/mL dan KHM dengan masing-masing kontrol positif, sedangkan antara kedua kontrol positif tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05).

ABSTRACT
Streptococcus pyogenes infection mostly causes pharyngitis. Penicilin as the first-line therapy is not used by 10% of the population because of alergic reaction, so as an alternative therapy erythromisin is given. However, S. pyogenes is reported resistant to erytromycin and causes mortality. Moringa oleifera Lamk. abundantly grows in Indonesia and is known to have an antibacterial effect. This research is conducted to determine the antibacterial effect of M. oleifera Lamk. leaf extract against S. pyogenes. This research used M. oleifera Lamk. leaf extract to see Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum Bactericidal Concentration (MBC) against S. pyogenes using macrodilution method. The extract is divided into 5 concentrations such as 150 mg/mL, 75 mg/mL, 37.50 mg/mL, 18.75 mg/mL, and 9.38 mg/mL with positive controls such as medium with bacteria, and medium with DMSO and bacteria, and negative controls such as medium, extract, antibiotic, and antibiotic with bacteria. The antibiotic that is used in this research is amoxicillin and the inoculum of bacteria is made using McFarland 0.5 standard. Colony counting among all samples and controls is conducted using pour plate method, and the results are analyzed using normality test Shapiro-Wilk and ANOVA test using SPSS. M. oleifera Lamk. leaf extract has an effect as an antibacterial against S. pyogenes with MIC in concentration 18.75 mg/mL and MBC in concentration 37.50 mg/mL. The result of colony counting is distributed normally with mean ± standard deviation in MIC is 22.50 ± 6.091. Both ANOVA test and Post Hoc Bonferroni test show that there are statistically significant (p<0.05). Between MIC and concentration 9.38 mg/mL and MIC with each positive control are statistically significant (p<0.05), while between each positive control is not statistically significant (p>0.05).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghaisani Fadiah Qisthina
"ABSTRAK
Daun kelor (Moringa oleifera Lam.) berpotensi sebagai tanaman obat. Daun kelor mengandung senyawa flavonoid yang dapat beraktivitas sebagai antiinflamasi, maka dari itu daun kelor dapat dikembangkan sebagai antiinflamasi. Obat antiinflamasi baik golongan non-setroid maupun steroid memiliki banyak efek samping apabila dipakai dalam jangka panjang. Banyak masyarakat menggunakan sedian bahan alam sebagai alternatif pengobatan inflamasi, antara lain sediaan ekstrak daun kelor. Tujuan penulisan review ini untuk mengkaji pengembangan sediaan gel dan krim ekstrak daun kelor antiinflamasi. Berdasarkan beberapa penelitian saat ini, sediaan antiinflamasi yang ada berbentuk gel dan krim. Artikel yang direview diperoleh dari penelusuran literatur pada platform seperti Google Scholar, PubMed, dan NCBI, yaitu artikel ilmiah yang melaporkan hasil formulasi sediaan gel dan formulasi sediaan krim antiinflmasi, evaluasi sediaan, dan pengujian daya antiinflamasi. Dari hasil review didapatkan formulasi yang sesuai untuk dikembangkan pada pembuatan sediaan gel dan krim ekstrak daun kelor antiinflamasi.

ABSTRACT
Moringa oleifera Lam. (Moringa oleifera) leaves have potential as medicinal plants. Moringa leaves contain flavonoid compounds that can act as an anti-inflammatory, therefore Moringa leaves can be developed as an anti-inflammatory. Anti-inflammatory both steroid and steroids have many side effects when used in the long run. Many people use natural dosage form as an alternative for inflammatory medication, such as Moringa leaf extract preparations. The aim of this review is to examine the development of anti-inflammatory Moringa leaf extract gel and cream. Based on some current research, existing anti-inflammatory preparations are gels and creams. The articles reviewed was obtained from literature searches on platforms such as Google Scholar, PubMed, and NCBI, namely scientific articles that report the results of formulataion of gel and cream anti-inflammatory, evaluation of preparation, and testing of anti-inflammatory activity. From the results of the review, it was found that a suitable formulation was developed for the preparation of anti-inflammatory Moringa leaf extract gel and cream."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Muhammad Kevin Baswara
"Latar Belakang: Candida albicans adalah mikroorganisme komensal yang umum ditemui sebagai flora normal pada tubuh. Namun demikian gangguan kondisi imun dapat menyebabkan jamur ini menjadi berubah menjadi patogen. Mikroorganisme ini salah satu penyebab mortalitas dan morbiditas di dunia. Penggunaan antiseptik bermanfaat untuk pencegahan dan pengobatan infeksi jamur. Moringa oleifera merupakan tanaman yang sering ditemukan di Afrika dan Asia dan memiliki berbagai komponen bioaktif yang memiliki potensi sebagai antiseptik. Metode: Jamur yang digunakan pada penelitian ini C. albicans ATCC 14053. Sampel yang diuji keefektifannya adalah ekstrak daun M. oleifera dengan pelarut etanol 70%. Penelitian ini dilakukan dengan mengukur pertumbuhan koloni C. albicans pada kontrol dan sampel dengan waktu kontak 1, 2, dan 5 menit. Efektivitas antiseptik dinilai dengan melakukan penghitungan sesuai prinsip percentage kill. Hasil: Hasil perhitungan koloni C. albicans dengan metode percentage kill dalam waktu kontak selama 1, 2, dan 5 menit masing-masing adalah 62.39%, 80.85%, dan 90%. Waktu kontak selama 5 menit memiliki efektivitas yang baik. Kesimpulan: Ekstrak daun M. oleifera memiliki potensi sebagai antiseptik yang efektif terhadap C. albicans.

Introduction: Candida albicans is a commensal microorganism that is commonly found as normal flora in the body. However, immune disorders can cause this fungus to turn into a pathogen. This microorganism is one of the causes of mortality and morbidity in the world. The use of antiseptics is useful for preventing and treating fungal infections. Moringa oleifera is a plant that is often found in Africa and Asia and has various bioactive components that have potency as antiseptic. Method: The fungus used in this research was C. albicans ATCC 14053. The sample whose effectiveness was tested was M. oleifera leaf extract with ethanol 70% solvent. This research was carried out by measuring the growth of C. albicans colonies on controls and samples with contact times of 1, 2 and 5 minutes. The effectiveness of antiseptics was assessed by calculating according to the percentage kill principle. Results: The results of calculating C. albicans colonies using the percentage kill method in contact times of 1, 2, and 5 minutes were 62.39%, 80.85%, and 90%, respectively. A contact time of 5 minutes has good effectiveness. Concl\\\: M. oleifera leaf extract has the potential to be an effective antiseptic against C. albicans"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>