Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 96580 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mustaqimah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia gestasi dengan tumbuh kembang anak usia 1 tahun yang lahir prematur. Penelitian kuantitatif yang menggunakan desain cross sectional dengan metode wawancara dan pemeriksaan tumbuh kembang (z-score dan Denver II). Subyek penelitian adalah anak yang dilahirkan prematur (usia gestasi < 37 minggu) yang berusia 1 tahun pada tahun 2013 dengan jumlah responden sebanyak 44. Hasilnya tidak ada perbedaan proporsi kejadian gangguan pertumbuhan pada perbedaan usia gestasi (p value = > 0,05) dan terdapat perbedaan proporsi kejadian suspek keterlambatan perkembangan pada perbedaan usia gestasi (p value = 0,002, OR 1,7). Semakin muda usia gestasi akan berisiko mengalami suspek keterlambatan perkembangan sebesar 1,7 kali lebih tinggi dibandingkan dengan usia gestasi yang lebih tua.

This study aimed to know the correlation of gestational age with the growth of children development in 1 year old who were born prematurely. The study used quantitative cross-sectional design with interviews and examination of growth (z-score and the Denver II). The subjects of this research were children who were born prematurely (gestational age <37 weeks) 1 year old in 2013 with a number of respondents were 44 patients. The results is there was no differences of impaired growth in the proportion of gestational age (p value> 0.05) and there were differences in the proportion of events with suspected developmental delays in gestational age difference (p value = 0.002, OR 1.7). The younger of gestational age would be at risk of developmental delay at 1.7 times higher than the older gestational age.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T43254
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mustaqimah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia gestasi dengan tumbuh kembang anak usia 1 tahun yang lahir prematur. Penelitian kuantitatif yang menggunakan desain cross sectional dengan metode wawancara dan pemeriksaan tumbuh kembang (z-score dan Denver II). Subyek penelitian adalah anak yang dilahirkan prematur (usia gestasi < 37 minggu) yang berusia 1 tahun pada tahun 2013 dengan jumlah responden sebanyak 44. Hasilnya tidak ada perbedaan proporsi kejadian gangguan pertumbuhan pada perbedaan usia gestasi (p value = > 0,05) dan terdapat perbedaan proporsi kejadian suspek keterlambatan perkembangan pada perbedaan usia gestasi (p value = 0,002, OR 1,7). Semakin muda usia gestasi akan berisiko mengalami suspek keterlambatan perkembangan sebesar 1,7 kali lebih tinggi dibandingkan dengan usia gestasi yang lebih tua.

This study aimed to know the correlation of gestational age with the growth of children development in 1 year old who were born prematurely. The study used quantitative cross-sectional design with interviews and examination of growth (z-score and the Denver II). The subjects of this research were children who were born prematurely (gestational age <37 weeks) 1 year old in 2013 with a number of respondents were 44 patients. The results is there was no differences of impaired growth in the proportion of gestational age (p value> 0.05) and there were differences in the proportion of events with suspected developmental delays in gestational age difference (p value = 0.002, OR 1.7). The younger of gestational age would be at risk of developmental delay at 1.7 times higher than the older gestational age.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purnamawati
"Pengasuhan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dasar anak dalam rangka 'membesarkan' mereka, sangat besar perannya terhadap tumbuh-kembang anak. Upaya ini meliputi upaya pemenuhan kebutuhan biomedis, kasih sayang, dan stimulasi. Di lain pihak, lingkungan merupakan faktor penentu proses tumbuh-kembang anak dan corak asuhnya. Secara garis besar lingkungan terdiri dari, faktor ibu sebagai tokoh utama ekosistem mikro, faktor sosial ekonomi, dan faktor pemukiman.
Di negara sedang berkembang, 45% dari populasi adalah anak berumur kurang dari 15 tahun dan di antaranya 20% adalah balita. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas tumbuh-kembang anak sebagai sumber potensi bangsa, adalah dengan meningkatkan kualitas corak asuhnya. Untuk itu diperlukan data mengenai corak asuh khususnya pada golongan sosial ekonomi rendah, karena anakanak dari golongan ini merupakan kelompok rawan dengan risiko tinggi terhadap timbulnya gangguan tumbuh-kembang.
Melihat kenyataan tersebut, telah dilakukan penelitian mengenai corak asuh anak dengan tujuan mendapatkan gambaran tentang pengasuhan dan kaitannya terhadap tumbuh-kembang anak. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang corak asuh dan status tumbuh-kembang anak pada golongan sosial ekonomi rendah, serta gambaran mengenai faktor lingkungan yang berperan baik terhadap corak asuh maupun terhadap tumbuh-kembang anak.
Penelitian ini dilakukan selatna 8 bulan mulai Desember 1987 sampai Mei 1988, dengan mempergunakan disain cross sectional yang bersifat deskriptif. Populasi penelitian adalah bayi/anak berumur 6-24 bulan, berasal dari golongan sosial ekonomi rendah yang memanfaatkan sarana kesehatan RSCM. Selain pemeriksaan klinis telah dilakukan wawancara dan observasi langsung pada saat kunjungan rumah. Telah diteliti 111 sampel, di antaranya 61 anak laki-laki, dan 50 anak perempuan. Sejumlah 50 anak berumur 6-12 bulan, 41 anak berumur 13-18 bulan, dan 20 anak berumur 19-24 bulan.
Ketiga karakteristik lingkungan (ibu, sosial ekonomi, dan pemukiman), menggambarkan kondisi yang tidak baik. Ibu yang gambaran karakteristiknya baik sebanyak 29,7%-38,7%. Keadaan sosial ekonomi buruk karena yang baik hanya 6,3% - 11,7%, demikian pula halnya dengan pemukiman karena yang kondisinya baik hanya 7,9% - 13,8%.
Di lain pihak, kualitas corak asuh juga tidak baik. Dari ketiga komponen pengasuhan anak, komponen kasih sayang merupakan komponen yang terbaik Kualitas komponen pengasuhan kasih sayang yang baik berdasarkan tehnik inferens adalah, 54,1% - 72,1%. Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi pengasuhan kasih sayang adalah corak reproduksi ibu, keadaan fisik rumah, dan pendidikan ayah.
Upaya pemberian makan sebagai bagian dari pengasuhan biomedis, kondisinya tidak baik karena yang baik hanya 14,7%-30,3%. Sedangkan upaya perlindungan kesehatan (imunisasi), sebagai bagian kedua dari pengasuhan biomedis, kondisinya lebih baik karena sebanyak 42,1% - 60,7% menunjukkan pola imunisasi yang baik. Tetapi secara keseluruhan, kualitas upaya biomedis yang baik hanya 4,7%-15,1%. Secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor lingkungan dengan pengasuhan biomedis.
Komponen pengasuhan yang ketiga yaitu upaya stimulasi, yang gambarannya baik hanya 13,9% - 29,3%. Terdapat hubungan yang bermakna antara beberapa karakteristik lingkungan yaitu corak reproduksi, pendidikan ibu, dan kepadatan lingkungan, dengan upaya ini.
Pada penelitian ini, status pertumbuhan fisik yang baik sebanyak 41,2% - 59,8%. Status pertumbuhan dipengaruhi oleh pengasuhan biomedis (imunisasi) dan stimulasi. Status perkembangan yang baik sebanyak 67,7%-83,7%. Perkembangan anak secara bermakna dipengaruhi oleh kualitas ibu, pendidikan ayah, dan pengasuhan stimulasi verbal.
Pada penelitian ini ternyata teknik sederhana untuk mengamati perkembangan anak, mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang cukup baik bila dibandingkan dengan DUST.
Berdasarkan penemuan yang diperoleh, terdapat 2 pemikiran yaitu,
1. Disamping faktor ibu sebagai tokoh utama pengasuhan anak, ayah yang lebih aktif berperan dalan pengasuhan anak, dapat meningkatkan kualitas perkembangan anak.
2. Penerapan teknik pengamatan sederhana dalam menilai perkembangan anak terutama yang berumur kurang dari 2 tahun oleh kadar masyarakat yang terlatih, akan menunjukkan tingkat kepekaan dan spesivisitas yang cukup tinggi dibandingkan dengan penerapan DDST oleh tenaga ahli.
Akhirnya, untuk kelengkapan penelitian ini sebaiknya dilakukan penelitian yang serupa dalam jangka panjang, serta melakukan pengujian analitik hubungan peran ayah dalam proses tumbuh-kembang anak. Sementara itu, ayah perlu dilibatkan sebagai obyek sasaran dalam program penyuluhan kesehatan anak. Selain itu, dalam rangka meningkatkan kualitas pemantauan tumbuh-kembang anak (terutama batita) di Posyandu, maka perlu dilakukan pengujian penggunaan metode pengamatan sederhana perkembangan anak. Dan mengingat rendahnya mutu pengasuhan anak, maka harus dilakukan upaya untuk meningkatkan kualitas pengasuhan anak terutama komponen biomedis dan stimulasi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
T5402
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erda Ayu Umami
"

Latar Belakang: Prosedur transfer embrio merupakan salah satu langkah pada teknologi reproduksi berbantu, dapat dilakukan transfer embrio beku atau embrio segar. Kemanan teknologi ini masih menjadi perhatian. Sehingga penting untuk mengetahui pengaruhnya terhadap luaran dalam hal ini tumbuh kembang anak.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan transfer embrio beku dibandingkan embrio segar terhadap tumbuh kembang anak usia 0-3 tahun.

Metode: Metode penelitian ini adalah analitik komparatif dengan desain penelitian cross sectional, membandingkan tumbuh kembang anak hasil FIV dengan transfer embrio beku dibandingakan embrio segar. Pertumbuhan menggunakan parameter berdasarkan WHO Child Growth Standards 2006 atau WHO Anthro 2006. Sedangkan perkembangan menggunakan Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP).

Hasil: Dari 2 kelompok subjek penelitian anak hasil FIV dengan transfer embrio beku (n=30) dibandingkan dengan embrio segar (n=30), tidak ada perbedaan pertumbuhan dan perkembangan. Nilai OR sebesar 0,64 (95% CI: 0,10-4,15) menunjukkan tidak ada perbedaan risiko gangguan gizi pada FIV dengan transfer embrio segar dibandingkan dengan embrio beku. Nilai OR sebesar 0,36 (0,06-2,01) menunjukkan tidak ada perbedaan risiko anak perawakan pendek pada FIV dengan transfer embrio segar dibandingkan dengan embrio beku. Anak FIV dengan transfer embrio beku memiliki risiko lebih rendah untuk mengalami BBLR dibandingkan kelompok embrio segar dengan OR sebesar 0,17 (95% CI: 0,03-0,85). Semua anak, baik pada kelompok embrio segar dan embrio beku, memiliki lingkar kepala dan perkembangan yang normal.

Kesimpulan: Tidak ada perbedaan pertumbuhan dan perkembangan anak FIV hasil transfer embrio beku dibandingkan dengan embrio segar. Transfer embrio beku menurunkan risiko bayi lahir BBLR.


Background: Embryo transfer procedure is one step in assisted reproduction technology, it can be done frozen or fresh embryo transfer. This technological security is still a concern. So it is important to know the effect on outcomes in this case the growth and development of children.
Objective: This study aims to find out correlation of frozen embryo transfer versus fresh embryo on the growth and development of children aged 0-3 years.
Methods: This research method is comparative analytic with cross sectional research design, comparing the growth and development of children resulting from FIV with frozen embryo transfer compared to fresh embryo. For the growth, we use parameters based on the WHO Child Growth Standards 2006 or WHO Anthro 2006. While the development using KPSP (Pre-Screening Developmental Questionnaire).
Results: From the 2 groups of child research subjects frozen embryo transfer (n = 30) compared with fresh embryo (n = 30), there were no differences in growth and development. OR value of 0.64 (95% CI: 0.10-4.15) shows no difference in the risk of nutritional disorders in IVF with fresh embryo transfer compared with frozen embryo. OR value of 0.36 (0.06-2.01) indicates there is no difference in the risk of short stature in IVF with embrio segar transfer compared with frozen embryo. IVF children with frozen embryo transfer had a lower risk of developing low birth weight compared to the fresh embryo group with an OR of 0.17 (95% CI: 0.03-0.85). All children, both in the fresh and frozen embryos, have normal head circumference and development.
Conclusions: There was no difference in the growth and development of IVF children resulting from frozen embryo transfer compared with fresh embryo. The risk of low birth weight infants was lower in frozen embryo transfer.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Pratitha
"Keterlibatan aspek sensori motorik pada subyek terkait konteks spasial melahirkan interioritas; yaitu kualitas pada ruang sebagai proyeksi akan makna. Terkait dengan subyek anak usia dini, interioritas ruang menjadi hal yang esensial; merujuk pada proses tumbuh kembang terkait tujuan pembelajaran dan pembentukan diri melalui eksplorasi spasial. Pada Knowledge Age sekarang ini, pesatnya perkembangan teknologi turut menyentuh aspek arsitektural. Perkembangan teknologi menghadirkan gubahan ruang dalam bentuk representasi. Kehadiran video interaktif berupa gambar bergerak menjadi sarana yang menghadirkan konteks keruangan melalui serangkaian interaksi dan aktivitas mengalami ruang. Analisis studi kasus terhadap video interaktif Balamory, Sesame Street, dan Hi-5 dilakukan untuk menelusuri interioritas pada ruang representasi terkait proses tumbuh kembang anak hingga tahap usia prasekolah. Kualitas ruang terkait home, shelter, lokalitas—place attachment, serta identitas, menjadi nilai-nilai yang terproyeksi terkait aspek-aspek pembelajaran.

The involvement of subject's perception and motor activities in space produces interiority; a quality of space which projects spatial meanings. For preschool-age children, interiority of space becomes essential in relation to their needs for learning experience and self development through spatial exploration. In Knowledge Age, the development of technology reaches architectural aspect. It produces an arrangement of space as a representative form. Interactive video becomes one of the tools to deliver spatial context through space experiencing. The analyses of case studies—Balamory , Sesame Street, and Hi-5—was conducted to capture the interiority related to growth and development process of children until preschool age. The quality of home, shelter, place attachment, and identity were found as the projected spatial values related to early childhoord learning aspects.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57376
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Saffanah Elvireina
"Latar Belakang: Asupan susu telah direkomendasikan untuk berkontribusi pada pertumbuhan anak di banyak negara, namun hubungan antara asupan susu dan hasil antropometri pada anak di Jakarta belum dipahami secara jelas. Tujuannya untuk mendeskripsikan anak usia 12-36 bulan yang mengkonsumsi produk susu di Jakarta dan mengetahui apakah konsumsi produk susu berhubungan dengan skor WAZ. Metode: Penelitian cross sectional ini berdasarkan data sekunder yang diambil dari anak usia 6-36 bulan September-Oktober 2020. Partisipan penelitian ini adalah anak usia 12- 36 bulan (n=145). Paparan berupa frekuensi konsumsi produk susu dalam hari/minggu dan jenis asupan susu yang dikonsumsi dengan SQ-FFQ. Hasil utamanya adalah skor WAZ. Karakteristik responden adalah jenis kelamin, berat lahir, riwayat ASI eksklusif, pendidikan orang tua, dan pendapatan keluarga. Uji T-Independent digunakan untuk mengetahui hubungan antara asupan susu dan skor WAZ. Hasil: Terdapat perbedaan yang bermakna pada skor WAZ anak usia 1 sampai 3 tahun dengan asupan susu lebih dari 7 hari/minggu dibandingkan dengan anak dengan asupan susu kurang dari 7 hari/minggu (p=0,029). Selain itu, anak dengan jenis kelamin Wanita (p=0,007), memiliki riwayat ASI eksklusif (p=0,006), dan yang mengonsumsi mentega (p=0,013) memiliki skor WAZ yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang tidak mengonsumsi. Kesimpulan: Frekuensi konsumsi susu berhubungan dengan skor WAZ pada anak usia 1-3 tahun.

Background: Dairy intake has been recommended to contribute to child growth in many countries, but the relationship between dairy intake and anthropometric results among children in Jakarta is not clearly understood. The aim is to describe children aged 12-36 months who consume dairy products in Jakarta and determine whether consumption of dairy products is associated with the WAZ score. Method: This cross-sectional research is based on secondary data which taken from children aged 6-36 in September-October 2020. Participants of this study were children aged 12-36 months or 1 to 3 years old (n=145). The exposure was frequency consumption of dairy products in days/week and types of dairy intake taken with SQ-FFQ. The main outcome was the WAZ score. The respondents’ characteristics were gender, birth weight, history of exclusive breastfeeding, parents' education, and family income. T-Independent test is used to determine the relationship between dairy intake and WAZ score. Results: There was a significant difference in WAZ score of children aged 1 to 3 years with dairy intake more than 7 days/week compared with those with dairy intake less than 7 days/week (p=0.029). On top of that, children with female gender (p=0.007), have a history of exclusive breastfeeding (p=0.006), and who consumed butter (p=0.013) have higher WAZ score compared with children who did not consume. Conclusion: Frequency of dairy intake consumption is related to WAZ scores in children aged 1-3 years."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rinda Martanti Riswandi
"Latar belakang: Di Indonesia praktik bayi FIV telah berkembang cukup pesat di berbagai klinik dan Rumah Sakit. Namun begitu, belum ada studi terkait luaran pertumbuhan dan perkembangan pada bayi FIV. Tujuan:Mengetahui dan menganalisis profil tumbuh kembang dan hubungan luaran anak usia 0-3 tahun hasil kehamilan FIV dibandingkan hasil kehamilan alami. Metode:Studi potong lintang digunakan untuk menggambarkan data karakterstik, luaran pertumbuhan dan perkembangan, serta morbiditas. Kemudian dilakukan kohort retrospektif pertumbuhan anak sejak lahir sampai usia saat pemeriksaan pada kelompok anak usia 0-3 tahun. Hasil: Tren BB, PB/TB, dan LK antara kedua kelompok cenderung sama sampai usia 30 bulan, usia 15 bulan, dan usia 24 bulan. Uji Capute Scalesdidapatkan hasil gangguan komunikasi pada 9 anak, yaitu 3 anak FIV dan 6 anak non-FIV dengan 66,7% dan 16,7% BBLR late-preterm. Kelompok subjek hasil kehamilan FIV memiliki risiko kehamilan 2,65x multipel dengan nilai interval kepercayaan/IK 1,877-3,762 (p<0,001), risiko seksio sesarean 2,48x nilai IK 1,938-3,190 (p<0,001), 1,8x kelainan kongenital nilai IK 1,296-2,514 (p 0,061),dan risiko ASI tidak eksklusif 2,68x nilai IK1,573-4,593 (p<0,001) dibandingkan kelompok subjek hasil kehamilan alami. Regresi multivariat menunjukkan kelompok subjek FIV memiliki 39,8x risiko kehamilan multipel (p0,001) dan 5x ASI tidak eksklusif (p 0,002) dibandingkan kelompok subjek hasil kehamilan alami. Simpulan:Tren BB, PB/TB, dan LK antara kedua kelompok relatif sama sampai usia tertentu. Gangguan komunikasi cenderung lebih banyak dijumpai pada anak hasil FIV. Anak hasil FIV memiliki risiko lebih tinggi kehamilan multipel, kelahiran SC, kelainan kongenital, dan ASI eksklusif inadekuat dibandingkan anak hasil kehamilan alami.

Background:The IVF practice has been well developed in a number of health facilities and hospitals in Indonesia. However, the growth and development in children conceived from IVF have not yet been studied. Objective:To understand and analyze the growth and development profile of children aged 0-3 years conceived through IVF method compared to spontaneous pregnancy. Methods: Cross-sectional study was conducted to describe the characteristic, growth and development profile, and morbidities data. Retrospective cohort study on growth data from birth to current age was also performed. Results:The trend of body weight, body length/height and head circumference between the two groups tend to be similar up to 30 months, 15 months, and 24 months of age. Capute Scales test depicted communication disorders in 9 children consisted of 3 IVF and 6 non-IVF children with 66.7% and 16.7%, respectively, were LBW late-preterm. Subjects with IVF had 2.65x higher risk of multiple pregnancies with CI 1.877-3.762 (p<0.001), 2.48x higher risks of SC labour 2.48x CI 1.938-3.190 (p<0.001), risks of congenital anomalies 1.8x CI 1.296-2.514 (p 0.061) and risks of inadequate breast feeding 2.68x CI 1.573-4.593 (p<0.001) than non-IVF subjects. Multivariate regression showed that IVF subjects had higher risks of multiple pregnancy 39.8x (p 0.001) and inadequate breast feeding 5x (p 0.002) than non-IVF subjects. Conclusion:The trend of body weight, body length/height and head circumference between the two groups are relatively similar up to a certain age. Communication disorders are found higher in IVF subjects. Subjects with IVF pregnancy also had higher risks of multiple pregnancies, SC labour, congenital anomalies, and inadequate breast feeding compared to non-IVF subjects."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T57772
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irlina Raswanti Irawan
"Perkembangan kognitif merupakan kunci utama yang memberikan sumbangan pada kemampuan belajar di masa depan, kualitas sumber daya tenaga kerja, dan kemampuan seseorang secara keseluruhan. Umumnya anak dengan BBLR (berat badan lahir rendah) memiliki tingkat perkembangan yang lebih rendah dibandingkan anak dengan berat lahir normal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara berat lahir dengan perkembangan kognitif pada anak usia dibawah dua tahun (3-23 bulan).
Penelitian ini menggunakan desain studi kohor prospektif. Populasi penelitian ini adalah anak baduta beserta ibunya yang menjadi sampel penelitian kohor tumbuh kembang anak. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil keseluruhan sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sehingga didapatkan 278 responden. Sebagian besar baduta (51,8%) memiliki perkembangan kognitif yang optimal dan sebagian besar juga memiliki berat lahir ≥ 3100 gram (58,6%).
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara berat lahir dengan perkembangan kognitif pada baduta 3-23 bulan dengan nilai p= 0,01 (RR 1,36; 95% CI: 1,06-1,73). Berdasarkan hasil analisis stratifikasi, variabel lain yang diduga turut memberikan pengaruh dalam hubungan antara berat lahir dengan perkembangan kognitif adalah pertumbuhan baduta berdasarkan kurva PB/U dengan nilai p=0,05 (RR 1,36; 95% CI: 1,05-1,75) dan status gizi ibu sebelum hamil p<0,05 (RR 1,42; 95% CI: 1,1-1,83).
Berdasarkan hal ini, disarankan kepada para orangtua terutama ibu untuk memperhatikan tumbuh kembang anak antara lain dengan cara mengunjungi posyandu atau fasilitas kesehatan agar dapat mendeteksi adanya gangguan pada tumbuh kembang anak secara dini. Selain itu juga, dengan mempersiapkan kondisi tubuh dengan baik terutama bila merencanakan kehamilan dengan berkonsultasi tenaga kesehatan yang berkompeten.

Cognitive development is a key factor contributing to the ability to learn in the future, the quality of labor resources, and the ability of a person as a whole. Generally, children with low birth weight (LBW) have a lower level of development than children with normal birth weight. The purpose of this study was to determine the relationship between birth weight with cognitive development in children under two years of age (3-23 months).
This study used a prospective cohort study design. The study population was under two years old children and their mother which is the sample of child development cohort study. Sampling was done by taking the overall sample who meet the inclusion and exclusion criteria to obtain 278 respondents. Most under two year child (51.8%) had optimal cognitive development, and most also have a birth weight ≥ 3100 g (58.6%).
The results showed a significant relationship between birth weight with cognitive development in under two years child (3-23 months) with a value of p = 0.01 (RR 1.36; 95% CI: 1.06 to 1.73). Based on the analysis of stratification, another variable that is thought to contribute to give effect in the relationship between birth weight with cognitive development is the growth curve of under two years child based on length/age with p = 0.05 (RR 1.36; 95% CI: 1.05 to 1 , 75) and the nutritional status of the mother before pregnancy p <0.05 (RR 1.42; 95% CI: 1.1 to 1.83).
Based on this, it is suggested to parents, especially mothers to pay attention to child growth and development, among others by visiting the neighborhood health center or health facilities in order to detect any disturbance in early child development. In addition, by preparing with good body condition, especially when planning a pregnancy to consult a competent health personnel.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T44781
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dellyan Putra Mulia
"Resorpsi akar gigi sulung dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Resorpsi akar fisiologis terjadi pada gigi sulung yang sehat atau tidak mengalami karies mencapai pulpa, dan resorpsi akar patologis terjadi pada gigi sulung yang mengalami karies mencapai pulpa. Pengetahuan mengenai pengaruh resorpsi pada gigi sulung secara fisiologis maupun patologis terhadap tumbuh kembang gigi permanen penting untuk menentukan rencana perawatan yang tepat.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara resorpsi akar gigi sulung terhadap tumbuh kembang gigi permanen pada anak laki-laki usia 7-8 tahun.
Metode : Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan desain potong lintang. Subjek penelitian berupa 71 gigi molar satu dan molar dua bawah sulung serta gigi premolar satu dan premolar dua yang dilihat menggunakan radiografi panoramik anak laki-laki usia 7-8 tahun yang berjumlah 32 lembar.
Hasil : Tidak terdapat pengaruh (p>0.05) antara resorpsi akar gigi sulung terhadap tumbuh kembang gigi permanen pada anak laki-laki usia 7-8 tahun.

Primary root resorption can occur physiologically and pathologically. Physiological root resorption occurs in healthy primary teeth or in primary teeth with caries, but, without pulp involvement and pathological root resorption occurs in primary teeth with pulp caries. The knowledge about physiological and pathological primary root resorption towards the development of permanent successor is important to define the proper treatment plan.
Aim : The aim of this research was to analyze about the effect of primary root resorption towards the development of permanent successor in boys aged 7-8 years old.
Method : The method of this research was descriptive with cross-sectional design. The subject consisted of 71 mandibular primary molars and mandibular premolars that was seen using 32 sheets panoramic radiograph in boys aged 7-8 years old.
Result : Result showed that there was no effect of primary root resorption towards the development of permanent successor.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novie Diyah Nuraini
"ABSTRAK
Latar Belakang: Tumbuh kembang anak dapat dinilai dari kemampuan Adaptasi, Personal Sosial, Motorik, Komunikasi, dan Kognitif. Pemeriksaan tumbuh kembang yang sering dilakukan di Indonesia adalah Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP), Denver II dan pemeriksaan Bayley III. Battelle Development Inventory II (BDI II) sudah banyak digunakan secara luas di Indonesia, namun belum dilakukan validasi hingga saat ini.
Tujuan. Uji Validasi instrumen Battelle Development Inventory II versi Bahasa Indonesia
Metode: Penelitian potong lintang pada 30 subyek dengan menilai hasil pemeriksaan profil tumbuh kembang anak yang meliputi domain Adaptasi, Personal Sosial, Motorik, Komunikasi, dan Kognitif.
Hasil: Telah dilakukan proses penerjemahan ke dalam Bahasa Indonesia dan dilakukan penerjemahan kembali ke dalam Bahasa Inggris sebagai salah satu rangkaian uji Validitas Konten, dengan dilakukan penilaian oleh tim Ahli Fungsi Luhur dan Neuropediatri dengan hasil yang valid ( Kappa > 0.8) Uji instrumen validitas dilakukan pada masing masing subdomain didapatkan bahwa koefisien korelasi antar domain dalam BDI II dan antara sub domain dengan nilai total domainnya memiliki hasil yang valid (p<0.05).
Kesimpulan: BDI II versi Indonesia valid untuk digunakan sebagai instrumen penilaian tumbuh kembang anak di Indonesia untuk pemeriksaan tumbuh kembang anak.

ABSTRACT
Introduction: Child development can be assessed from adaptive, motor, communication, cognitive, and personal social abilities. Examination of children's growth that is often carried out in Indonesia is Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP), Denver II and Bayley III examination. Battelle Development Inventory II (BDI II) has been widely used in Indonesia, but has not been validated to date.
Purpose: Validation BDI II Indonesia Language version
Methods: In this cross-sectional study. data collected from the examination the profile of children's growth and development of 30 subject, included the domain of adaptation, personal social , motoric, communication, and cognitive.
Results: The translation process into Indonesian and back translation into English as one of a series of Content Validity tests, with an assessment by the expert Neurobehaviour and Neuropediatrician with valid results (Kappa> 0.8) Test of validity performed on each subdomain was found that the correlation coefficients between domains in BDI II and between sub domains with the total domain values ​​had valid results (p <0.05) and have a strong correlation (r> 0.8)
Conclusion: The Indonesian version of Battelle Develompent Inventory II (BDI II) is valid for use as an assessment instrument for child growth in Indonesia for the examination of child growth and development."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>