Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150426 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Puji Raharja Santosa
"Tingkat kecemasan akan meningkat pada pasien yang diduga menderita kanker paru, apalagi saat direncanakan tindakan invasif diagnostik bronkoskopi. Salah satu intervensi keperawatan mengurangi sensasi cemas adalah terapi pijat. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi pengaruh terapi pijat terhadap tingkat kecemasan pasien suspect kanker paru yang akan menjalani tindakan bronkoskopi.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan bentuk quasi experiment dengan nonequivalent control group design. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive sampling (n = 28).
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan tingkat kecemasan antara kelompok kontrol dan intervensi : a) post-test I, Pvalue = 0,048 pada OR = 1 ,556; b) post-test II, Pvalue = 0,021 pada OR sebesar 1,750.
Penelitian ini menyimpulkan ada pengaruh yang signifikan (p < 0,05) terapi pijat terhadap tingkat kecemasan pasien suspect kanker paru yang akan menjalani tindakan bronkoskopi.
Penelitian ini merekomendasikan, terapi pijat dijadikan sebagai prosedur tetap tindakan mandiri keperawatan dalam menurunkan respon kecemasan pasien sebelum dilakukan tindakan bronkoskopi."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T41768
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Destya Wenny Jelang
"Pendahuluan: Bronkoskopi adalah tindakan semi operatif yang merupakan prosedur baku emas untuk penegakan jenis dari penyakit kanker paru. Kurangnya pengetahuan seputar persiapan dan tindakan bronkoskopi, kehilangan motivasi untuk melakukan tindakan bronkoskopi dan kecemasan akan prosedur tindakan bronkoskopi kerap kali membuat pasien menunda tindakan tersebut, dan hal ini tentunya dapat mempengaruhi prognosis dari penyakit kanker paru yang sudah buruk. Salah satu alasan pasien menunda tindakan tersebut adalah karena kurangnya pengetahuan akibat tidak tersedia nya media edukasi yang dapat memberikan informasi perihal persiapan dan prosedur tindakan bronkoskopi. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari edukasi pre-bronkoskopi berbasis website terhadap pengetahuan, motivasi dan kecemasan pada pasien kanker paru yang akan melakukan tindakan bronkoskopi. Metode: penelitian ini menggunakan desain quasi experiment dengan metode pre test dan post test control group design. Penelitian ini menggunakan 21 responden pada kelompok kontrol dan 21 responden pada kelompok intervensi. Hasil: terdapat perbedaan tingkat pengetahuan, motivasi dan kecemasan yang signifikan pada pasien kanker paru yang akan melakukan tindakan bronkoskopi sebelum dan sesudah diberikan edukasi pre-bronkoskopi berbasis website pada kelompok intervensi dengan nilai signifikan pada α=5% (p<0,05). Rekomendasi: penyempurnaan dari model edukasi pre-bronkoskopi berbasis website agar dapat di aplikasikan sebagai metode edukasi utama dalam memberikan pengetahuan seputar persiapan dan tindakan bronkoskopi.

Introduction: Bronchoscopy is a semi-operative procedure that is the gold standard procedure for establishing the type of lung cancer. Lack of knowledge about the preparation and procedure of bronchoscopy, loss of motivation to perform bronchoscopy and anxiety about the bronchoscopy procedure often make patients postpone the procedure, and this can certainly affect the prognosis of lung cancer which is already poor. One of the reasons patients postpone the procedure is because of the lack of knowledge due to the unavailability of educational media that can provide information about the preparation and procedure of bronchoscopy. The purpose of this study was to determine the effect of website-based pre-bronchoscopy education on knowledge, motivation and anxiety in lung cancer patients who will undergo bronchoscopy. Method: This study used a quasi-experimental design with a pre-test and post-test control group design method. This study used 21 respondents in the control group and 21 respondents in the intervention group. Results: There was a significant difference in the level of knowledge, motivation and anxiety in lung cancer patients who will undergo bronchoscopy before and after being given website-based pre-bronchoscopy education in the intervention group with a significant value at α = 5% (p <0.05). Recommendation: refinement of the website-based pre-bronchoscopy education model so that it can be applied as the main education method in providing knowledge about bronchoscopy preparation and procedures."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Tria Kirana
"Latar Belakang: Pneumocystis jirovecii (P. jirovecii) adalah patogen jamur oportunistik yang dapat terdeteksi di saluran napas bawah. Kolonisasi P. jirovecii dapat berkembang menjadi infeksi yang disebut sebagai pneumocystis pneumonia (PCP). Infeksi PCP umumnya terdeteksi di pasien HIV. Pasien tanpa HIV juga dapat mengalami infeksi PCP terutama pada pasien keganasan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi kolonisasi P. Jirovecii pada sampel bilasan bronkus dengan pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR). Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan deskriptif analitik yang pada pasien terduga kanker paru di RSUP Persahabatan. Subjek penelitian adalah pasien terduga kanker paru yang akan menjalani bronkoskopi sesuai kriteria inklusi. Sampel bilasan bronkus dikirim ke Laboratorium Departemen Parasitologi FKUI untuk ekstraksi DNA dan laboratorium BRIN untuk pemeriksaan PCR konvensional. Penelitian ini menggunakan gen MtLSU dan mTSSU. Hasil: Pada penelitian ini terdapat 72 subjek penelitian. Subjek penelitian terdiri atas 51 laki-laki (70,8%). Rerata usia subjek penelitian adalah 56,6 (9,95) tahun. Subjek penelitian sebagian besar memiliki IMT normal (18,5-22,9 kg/m2). Subjek penelitian sebagian besar adalah perokok baik perokok aktif atau bekas perokok yaitu sebanyak 50 orang (69,4%). Sebanyak 23 orang (31,9%) diantaranya memiliki IB berat (IB >600 batang per tahun). Subjek penelitian yang memiliki riwayat pengobatan TB, baik terkonfirmasi bakteriologis maupun diagnosis klinis, sebanyak 23 orang (31,9%). Sebanyak 26 orang (36,1%) memiliki 1 komorbid sedangkan 10 orang (13,9%) memiliki lebih dari 1 komorbid. Berdasarkan pemeriksaan histopatologi atau sitologi bilasan bronkus, dari 72 subjek penelitian terdapat 50 orang (69,4%) terdiagnosis kanker paru, 15 orang (20,9%) bukan kanker paru, dan 7 orang (9,7%) belum diketahui diagnosisnya. Dari 72 sampel yang diperiksa, tidak ada yang menunjukan hasil PCR positif (0%). Kesimpulan: Proporsi P. Jirovecii yang terdeteksi melalui pemeriksaan PCR pada sampel bilasan bronkus pasien terduga kanker paru sebesar 0%. Pemeriksaan PCR untuk mendeteksi P. Jirovecii tidak disarankan untuk pasien kanker yang baru terdiagnosis dan belum dilakukan pengobatan.

Background: Pneumocystis jirovecii (P. jirovecii) is an opportunistic fungal pathogen that can be detected in the human lower respiratory tract without signs or symptoms of acute pneumonia or colonization. P. jirovecii colonization can develop into an infection known as pneumocystis pneumonia (PCP). PCP infection is commonly detected in HIV patients. However, patients without HIV can also experience PCP infection, especially in malignant patients. This study aims to detect P. Jirovecii colonization in bronchial lavage samples using polymerase chain reaction (PCR). Methods: This research is a cross-sectional study with descriptive analytics on patients suspected of lung cancer at Persahabatan Hospital. The research subjects were patients with suspected lung cancer who were selected according to the inclusion criteria. Data on clinical, radiological, laboratory and histopathological characteristics were taken from medical records. The patient will have a bronchial lavage sample taken during bronchoscopy for diagnostic purposes. The samples will be examined at the Parasitology Department Laboratory Universitas Indonesia for DNA extraction and the BRIN laboratory for PCR examination. Results: In this study there were 72 research subjects. The research subjects consisted of 51 men (70.8%). The mean age of the research subjects was 56.6 (9.95) years. Most of the research subjects had normal BMI (18.5-22.9 kg/m2). Most of the research subjects were smokers, either active smokers or former smokers, namely 50 people (69.4%). A total of 23 people (31.9%) had severe IB (IB >600 cigarettes per year). There were 23 research subjects who had a history of TB treatment, whether confirmed bacteriologically or clinically diagnosed, as many as 23 people (31.9%). A total of 26 people (36.1%) had 1 comorbid while 10 people (13.9%) had more than 1 comorbid. Based on histopathological or cytological examination of bronchial lavage, of the 72 research subjects, 50 people (69.4%) were diagnosed with lung cancer, 15 people (20.9%) had no lung cancer, and 7 people (9.7%) had no known diagnosis. Of the 72 samples examined, none showed positive PCR results (0%). Conclusion: The proportion of P. Jirovecii detected by conventional PCR examination in bronchial lavage samples from patients suspected of lung cancer was 0%. PCR examination to detect P. Jirovecii is not recommended for cancer patients who have just been diagnosed and have not received treatment."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Prawira Putra
"Latar Belakang: Bronkoskopi adalah prosedur yang umum digunakan sebagai tindakan membantu penegakkan diagnosis kasus tumor paru. Hipoksemia disebut sebagai salah satu komplikasi yang sering terjadi pada bronkoskopi diagnostik oleh karena itu diperlukan data untuk mengetahui faktor yang berpengaruh dan dampak klinis yang ditimbulkan.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang pada pasien tumor paru yang menjalani bronkoskopi diagnostik dan dilakukan selamaJanuari-April 2019 di Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Respirasi Nasional (RSUPRRN) Persahabatan Jakarta. Total 195 pasien diikutsertakan dan dilakukan pengamatan terhadap nilai saturasi oksigen pada tahap premedikasi, durante, pascatindakan. Hipoksemia adalah subjek dengan saturasi oksigen<90% dan diamati berbagai faktor yang dianggap berpengaruh dan dampak klinis yang terjadi.
Hasil:Jumlah kejadian hipoksemia pada bronkoskopi diagnostik sebanyak 40 kasus (20,5%). Waktu kejadian hipoksemia paling banyak pada tahap durante tindakan (20%) dengan median lama hipoksemia berlangsung 15 detik. Proporsi waktu muncul hipoksemia terjadi paling banyak pada 10 menit pertama tindakan (11,3%). Faktor demografi yang bermakna terhadap kejadian hipoksemia adalah jenis kelamin (p=0,04) dan riwayat merokok (p=0,005). Faktor yang dianggap berpengaruh dan memiliki hubungan bermakna dengan kejadian hipoksemia antara lain lama waktu tindakan dan timbulnya komplikasi (p<0,05). Total 5 pasien dirawat pascatindakan di ruang intensif dan tidak ada kasus kematian yang dilaporkan.
Kesimpulan: Penelitian ini mendapatkan jenis kelamin, riwayat merokok, lama waktu tindakan dan timbulnya komplikasi menjadi faktor yang berpengaruh terhadap kejadian hipoksemia pada tindakan bronkoskopi diagnostik kasus tumor paru. Hipoksemia yang muncul pada bronkoskopi diagnostik kasus tumor paru tidak menimbulkan dampak klinis yang fatal seperti kematian pada penelitian ini.

Background: Bronchoscopy is a commonly medical procedure perfomed for diagnose lung tumor cases. Hypoxemia often appear as complication related diagnostic bronchoscopy. Therefore, there is a need of research data to knowing related factors and clinical consequences may occur ahead.
Methods:Design of this study is cross sectional with suspicion lung malignancy population who undergoing diagnostic bronchoscopy from January until april 2019 at National Respiratory Center Persahabatan General Hospital Jakarta. Total 195 consecutive patients participated dan observed for oxygen saturation in premedication, during and post-bronchoscopy. Hypoxemia was defined as an desaturation <90% and reviewed several related factor and clinical consequences may appear
Results:Total hypoxemia events on diagnostic bronchoscopy was 40 cases (20,5%). The most frequent occurrence hypoxemia time is during bronchoscopy (20%) with median duration of hypoxemia is 15 seconds. The proportion of time appears hypoxemia is commonly in first 10 minutes bronchoscopy (11,3%). Demographic factors like gender and smoking history are statistically significant with hypoxemia events (p=0,04 & p=0,005). Other factors may have relation dan statiscally significant are duration of procedure and procedure with complication (p<0,05). Total 5 cases observed in intensive care unit after procedure and no death event have reported in this study
Conclusion:This study suggested gender, smoking history, duration of procedure and procedure with complication were related factors with hypoxemic events in lung tumor cases undergoing diagnostic bronchoscopy. Hypoxemia related diagnostic bronchoscopy in this study was not rise into fatal event.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Rizkie Wijayanti
"ABSTRAK
Latar Belakang:Penelitian ini merupakan studi awal untuk menetapkan proporsi pneumonitis radiasi pada pasien kanker paru yang mendapat radiasi di RSUP Persahabatan.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain retrospektif pada pasien kanker paru yang mendapat radiasi di RSUP Persahabatan antara Juni 2013-Juli 2015. Pengambilan data melalui rekam medik dan dilakukan evaluasi ulang foto toraks 1 bulan pasca radiasi.
Hasil: Terdapat 33 pasien kanker paru yang memenuhi kriteria inklusi. Karakteristik subyek meliputi usia ≥51 tahun (63,6%), laki-laki (66,7%), riwayat merokok (75,8%), IB sedang (60%), dosis radiasi 300-4000 (60,6%), fraksi radiasi 10-19 (60,6%), tidak mempunyai riwayat kemoterapi (54,5%), kanker paru jenis adenokarsinoma (66,7%) dan stage IV (84,84%). Proporsi pneumonitis radiasi berdasarkan foto toraks sebesar 39,4% yang terdiri dari gambaran hazy ground glass opacities, hazy ground glass opacities dan fibrosis serta fibrosis. Ditemukan perbedaan bermakna antara usia, dosis radiasi dan riwayat kemoterapi dengan kejadian pneumonitis radiasi (p<0,05).
Kesimpulan: Proporsi pneumonitis radiasi berdasarkan foto toraks sebesar 39,4%. Terdapat perbedaan bermakna antara usia, dosis radiasi dan riwayat kemoterapi dengan kejadian pneumonitis radiasi.

ABSTRACT
Introduction: This is a preliminary study to determine proportion radiation pneumonitis in lung cancer patients who got radiaton in Persahabatan Hospital.
Method: This was a retrospective study in lung cancer patients who got radiation in Persahabatan Hospital between June 2013 ? July 2015. Interpretation data were from medical record and did reevaluation chest x ray 1 month after radiation.
Result: There were 33 lung cancer patients were filled inclusion criteria. Subjects characteristic were age ≥51 years (63,6%), male (66,7%), history of smoking (75,8%), moderate IB (60%), radiation doses 3000-4000 (60,6%), radiation fractions 10-19 (60,6%), had no history of chemotheraphy (54,5%), adenocarcinoma (66,7%) and stage IV (84,84%). Proportion radiation pneumonitis based on chest x ray were 39,4% that include hazy ground glass opacities, hazy ground glass opacitiesand fibrosis and only fibrosis. There were significant differences between age, radiation doses and history of chemotheraphy with proportion radiation pneumonitis (p<0,05).
Conclusion: Proportion radiation pneumonitis based on chest x ray are 39,4%. There are significant differences between age, radiation doses and history of chemotheraphy with proportion radiation pneumonitis (p<0,05)."
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ririen Razika Ramdhani
"ABSTRAK
Latar Belakang: Kanker paru dan tuberkulosis TB adalah dua masalah kesehatan di seluruh dunia dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi. Meningkatnya kasus TB aktif dan reaktivasi TB laten pada pasien kanker paru serta dampak buruknya terhadap prognosis pasien memerlukan upaya untuk melakukan deteksi TB laten pada pasien kanker paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar proporsi TB laten pada pasien kanker paru, karakteristiknya dan hubungan antar keduanya.Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dan sampel dikumpulkan secara consecutivesampling terhadap 86 pasien kanker paru baru terdiagnosis di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta tahun 2015 hingga 2016. Pemeriksaan sputum Xpert MTB/RIF dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan TB aktif. Penentuan TB laten dilakukan dengan pemeriksaan Interferon Gamma Release Assay IGRA menggunakan alat QuantiFERON-TB Gold-in-Tube QFT-GIT .Hasil: Pemeriksaan TB laten mendapatkan hasil IGRA 11 pasien 12,8 , IGRA - 59 pasien 68,6 dan IGRA indeterminate I 16 pasien 18,6 . Karakteristik sosiodemografi pasien kanker paru dengan TB laten adalah 63,6 laki-laki, rerata usia 56 tahun, 36,4 diimunisasi BCG, 9 dengan kontak erat TB, 72,7 dengan riwayat merokok. Karakteristik klinis pasien tersebut 90 memiliki status gizi normal lebih dengan nilai tengah indeks massa tubuh IMT 19,12 18,24-29,26 kg/m2, nilai tengah hitung limfosit total 1856 1197-4210 sel/ul, 9 dengan komorbid diabetes mellitus, 81,8 tumor paru mengenai lokasi khas predileksi TB paru. Jenis kanker terbanyak adalah adenokarsinoma 81,8 dengan stage lanjut 81,8 dan status tampilan umum 2-3 63,6 . Karakteristik yang menunjukkan hubungan bermakna dengan hasil IGRA adalah lokasi tumor yang mengenai daerah lesi khas TB secara radiologis. Hitung limfosit total yang rendah berhubungan dengan hasil IGRA I dengan nilai tengah 999,88 277-1492,60 sel/ul.Kesimpulan: Proporsi TB laten pada pasien kanker paru di RSUP Persahabatan adalah 12,8 . Karekteristik pasien kanker paru yang berhubungan dengan TB laten adalah lokasi tumor yang mengenai daerah lesi khas TB walaupun belum dapat disimpulkan hubungannya secara biologis. Hasil IGRA I pada pasien kanker paru dengan hitung limfosit total yang rendah menunjukkan keterbatasan sensitivitas IGRA dalam mendeteksi infeksi TB laten pada pasien imunokompromais.Kata Kunci : infeksi TB laten, kanker paru, IGRA, hitung limfosit total

ABSTRACT
Background Lung cancer and pulmonary tuberculosis TB are two major public health problems associated with significant morbidities and mortalities. The increased prevalence of active TB and latent TB reactivation in lung cancer patients and the negative effect of pulmonary TB in lung cancer prognosis underline the need for a through screening of lung cancer patients for latent TB infection LTBI . The aims of this study are to determine the proportion of LTBI in lung cancer patients, their characteristics and the relationship between them.Methods This study used a cross sectional design and sample was collected using consecutive sampling of the 86 newly diagnosed treatment naive lung cancer patients from a referral respiratory hospital, Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta in 2015 to 2016. The presence of LTBI was determined by Quantiferon TB Gold In Tube QFT GIT after having Mycobacterium TB not detected result from Xpert MTB RIF sputum test. Demographic characteristics and cancer related factors associated with LTBI were investigated.Results There are 11 patients 12,8 with IGRA result and 16 patients 18,6 with IGRA indeterminate I result. Sociodemographic characteristics of lung cancer patients with latent TB are 63,6 male, mean of age 56 years, 36,4 with BCG immunization, 9 had TB close contacts history, 72,7 with a history of smoking. The clinical characteristics of these patients are 90 had a normal nutritional status with the median body mass index BMI 19,12 18,24 29,26 kg m2, the median of total lymphocyte count is 1856 1197 4210 cells ul, 9 with diabetes mellitus as comorbid, 81,8 of lung tumour located in the typical predilection for pulmonary tuberculosis. Most types of lung cancer are adenocarcinomas 81.8 with advanced stage 81,8 and the WHO performance status of 2 3 63,6 . Characteristics having significant relationship with IGRA results is the tumour located in the typical TB area radiologically. Low total lymphocyte count is associated with indeterminate IGRA results with median 999,88 277 1492,6 cells ul.Conclusion The proportion of latent TB in lung cancer patients is 12,8 . Characteristics of patients with lung cancer associated with latent TB is the location of the tumor lesions typical of the area although it can not be concluded biologically. Having indeterminate IGRA results in lung cancer patients with a low total lymphocyte count showed the limitations of QFT GIT in detecting latent TB infection in immunocompromised patients.Key words latent TB infection, lung cancer, IGRA, total lymphocyte count "
2016
T55572
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Dwi Santi
"Kanker merupakan penyakit yang mematikan dan kecemasan yang terjadi pada pasien kanker berbeda pada setiap peristiwa yang dialami. Salah satu upaya dalam menurunkan kecemasan adalah dengan hand massage. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi efektivitas hand massage terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien yang menjalani kemoterapi pertamakali. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen pre test dan post test terhadap 34 responden yang terdiri dari 17 orang kelompok intervensi dan 17 orang kelompok kontrol. Uji perbedaan menggunakan paired t test dan pool t test. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kecemasan adalah State Trait Anxiety Inventory. Hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan penurunan yang bermakna pada kelompok intervensi yang mendapatkan hand massage dengan p value 0,000. Peneliti merekomendasikan perawat untuk dapat meakukan hand massage untuk menurunkan tingkat kecemasan pada pasien yang menjalanikemoterapi pertama sehingga perjalanan pengobatan yang dilakukan pasien terlaksana secara berkesinambungan dan diharapkan meningkatkan motivasi pasien dalam menjalani pengobatan.

Cancer is a deadly disease and different anxiety of cancer patient on every event experienced. One of the effort done is hand massage. The study aimed to identify effctiveness hand massage to increase anxiety level of patients who underwent the first chemotherapy. This study used quasi experiment design with pre and posttest with control group,the number of sample was 34 respondents. The intervention group was 17 respondents and the control group was 17 respondents. The data was analized using paired t test and pool t test.Using State Trait Anxiety Inventory instrument to measure anxiety. The results showed a significant decrease in the intervention group that received hand massage and education with p value 0,000. The study recommend nurses to be able to perform hand massage and attempt to apply hand massage to decrease anxiety levels in patients undergoing first chemotherapy so that continuous patient treatment will be continuously and increase motivation of patients in undergoing treatment.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T48762
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Nurjanah
"Kurangnya kesadaran wanita untuk memeriksakan diri sejak dini menyebabkan masih tingginya angka prevalensi kanker payudara, Mamografi adalah salah satu langkah penting untuk mengetahui lebih dini. Namun, tak sedikit dari mereka yang enggan untuk menjalani prosedur ini hanya karena merasa cemas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada pasien yang akan menjalani pemeriksaan mammografi.
Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan sampel semua pasien yang menjalani pemeriksaan mammografi di Rumah Sakit Kanker Dharmais sebesar 95 responden yang dipilih dengan teknik accidental sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner Hamilton Rate Scale for Anxiety. Hasil penelitian menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kecemasan pada pasien yang akan menjalani pemeriksaan mammografi sebanyak kecemasan ringan 54,7%, 34,7% kecemasan sedang, 10,5% kecemasan berat.
Dari hasil penelitian yang didapatkan mayoritas pasien yang akan menjalani pemeriksaan mammografi mengalami kecemasan ringan dan sedang, hal ini dikarenakan kurangnya pemberitahuan akan prosedur yang akan dilakukan dan kurang adanya mekanisme koping yang baik pada diri pasien. Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan gambaran bagi layanan keperawatan, penjelasan perlu dilakukan untuk mengurangi tingkat kecemasan. Penanganan kecemasan pasien juga menjadi penting artinya bagi layanan keperawatan.

Lack of awareness of women to check her self early on led to the high prevalence of breast
cancer, Mammography is one important step to find out early. However, not a few of them are reluctant to get this procedure because they feel anxious. This study aims to describe the level of anxiety in patients who will get screening mammography.
This is a descriptive study design using a sample of all patients who get screening mammography at Cancer Hospital Dharmais by 95 respondents were selected by accidental sampling technique. The instrument used was a questionnaire Hamilton Rate Scale for Anxiety. The results using univariate analysis.
The results showed the level of anxiety in patients undergoing mammography examination anxiety as much as 54.7% mild, 34.7% moderate anxiety, 10.5% severe anxiety. Results obtained from the majority of patients who get screening mammography will experience mild and moderate anxiety, this is due to the lack of notice to the procedure to be performed and the lack of a good coping mechanism in the patient. The result is expected to provide an overview for nursing services, an explanation should be made to reduce the level of anxiety. Handling anxiety patients also become important for nursing services.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S52933
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Harini
"Pijat merupakan terapi sentuh tertua dalam metode pengobatan sejak lama. Tesis ini bertujuan mengetahui pengaruh terapi pijat terhadap bilirubin pada bayi hiperbilirubinemia yang menjalani fototerapi. Desain penelitian adalah quasi experiment nonequivalent control group, before-after design. Jumlah sampel 30 orang diambil secara non probability jenis consecutive samplin. Hasil penelitian menunjukan perberdaan bermaksan rata-rata penurunan level total serum bilirubin (TSB) pada kelompok kontrol dan intervensi sebesar 1,5mg/dL (p<0,05). Terapi pijat berpengaruh pada bayi yang mendapat fototerapi single. Dari hasil multivariat didapatkan bahwa jenis fototerapi paling berpengaruh terhadap penurunan level bilirubin. Hasil penelitian merekomendasikan penelitian lanjut tentang pengaruh terapi pijat terhadap perilaku bayi hiperbilirubinemia yang di fototerapi.

Massage is the oldest touch therapy that used on the treatment since long ago. This thesis aims to determine the influence of massage therapy with bilirubin level on hyperbilirubinemia infant who undergoing phototherapy. The research design is quasi-experimental nonequivalent control group, before-after design. The samples were 30 infants that taken by non-probability method of consecutive sampling. Results showed that there were significant differences an average decrease of Total Serum Bilirubin (TSB) on control and intervention group 1,5mg/dL (p=0,05). Massage therapy were influence to infant who undergoing single phototherapy. The multivariate analyze showed that kind of phototherapy is the most influences to total serum bilirubin decrease. The results recommend further studies about the influence of massage therapy to infant behaviour as long as phototherapy."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T28418
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Said Syabri Albana
"Tujuan: Untuk mengetahui gambaran tingkat Toksisitas Finansial dan kemampuan pemenuhan kebutuhan dasar rumah tangga pada pasein kanker yang berobat menggunakan asuransi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Instalasi Radioterapi pada Rumah Sakit pusat rujukan nasional di Indonesia.
Metode: Penelitian deskriptif analitik dengan metode potong lintang, dilakukan wawancara pada pasien kanker yang telah selesai menjalani terapi radiasi dengan menggunakan kuesioner COST-FACIT untuk menilai Toksisitas Finansial, serta pengambilan data demografi, sosial ekonomi, status penyakit, serta pengaruh Toksisitas Finansial terhadap kebutuhan dasar rumah tangga dengan menggunakan formulir dan data sekunder rekam medis.
Hasil: Totat terdapat 105 pasien yang menyelesaikan pengisian kuesioner COST- FACIT. Delapan puluh tiga pasien (79%) mengalami Toksisitas Finansial, dimana 40 pasien (38,1%) mengalami Toksisitas Finansial Grade 1, 41 pasien (39%) Grade 2, dan 2 pasien (1,9%) pasien dengan Grade 3. Pada analisa univariat didapatkan jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, moda transportasi, indikasi radiasi, status covid, dan overall treatment times menjadi tujuh kategori yang secara signifikan berhubungan dengan Toksisitas Finansial, namun hanya jenis kelamin dan tingkat pendidikan yang berhubungan signifikan pada analisa Multivariat. Pasien yang mengalami Toksisitas Finansial secara signifikan berhubungan dengan kesulitan dalam pembayaran energi, pembayaran perumahan, dan pembiayaan transportasi.
Kesimpulan: Pasien laki-laki memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami Toksisitas Finansial dibandingkan dengan perempuan, dimana faktor pendidikan yang lebih rendah menjadi faktor yang bersama-sama dengan jenis kelamin menjadi prediktor terhadap nilai COST FACIT dalam menilai Toksisitas Finansial. Pasien- pasien yang mengalami Toksisitas Finansial juga akan mengalami kesulitan dalam mencukupi kebutuhan dasar rumah tangga.

Purpose: To determine the level of Financial Toxicity and the ability to fulfill basic household needs in cancer patients seeking treatment using National Health Insurance (JKN) in Radiotherapy Installations at National Referral Center Hospitals in Indonesia.
Method: Descriptive analytical research using a cross-sectional method, interviews were conducted with cancer patients who had completed radiation therapy using the COST-FACIT questionnaire to assess Financial Toxicity, as well as collecting demographic, socio-economic data, disease status, and the influence of Financial Toxicity on basic needs household using forms and medical records.
Results: A total of 105 patients completed the COST-FACIT questionnaire. Eighty- three patients (79%) experienced Financial Toxicity, of which 40 patients (38.1%) experienced Grade 1 Financial Toxicity, 41 patients (39%) Grade 2, and 2 patients (1.9%) had Grade 3. In the univariate analysis, it was found that gender, education level, income level, mode of transportation, radiation indication, covid status, and overall treatment times were seven categories that were significantly related to Financial Toxicity, but only gender and education level were significantly related in the Multivariate analysis. . Patients experiencing Financial Toxicity were significantly associated with difficulties with energy payments, housing payments, and transportation financing.
Conclusion: Male patients have a higher risk of experiencing Financial Toxicity compared to women, where lower education is a factor that together with gender is a predictor of the COST FACIT value in assessing Financial Toxicity. Patients who experience Financial Toxicity will also experience difficulty in meeting basic household needs.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>