Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159280 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Leonard
"ABSTRAK
Latar Belakang setiap tahun, tidak kurang dari 5.000 remaja ditahan akibat
melakukan tindakan kriminalitas, dari yang ringan hingga berat. Lingkungan
tahanan merupakan lingkungan yang dipenuhi oleh paparan kekerasan dan
keterbatasan. Sementara bagi yang akan dibebaskan atau tahap reentry, situasinya
juga memiliki tantangan tersendiri. Hal-hal tersebut merupakan sesuatu yang
menyebabkan tingginya kerentanan anak didik Lapas terhadap kemunculan
distress. Di Amerika, 60.5% remaja yang ditahan dan berada pada tahap reentry
mengalami kesehatan mental kronis. Dari jumlah tersebut, sebagian besar
mengalami depresi dan gangguan cemas, seperti PTSD. Bentuk distress
psikologis yang umum ditemukan adalah kecemasan dan depresi. Distress tinggi
dapat menyebabkan beberapa gangguan, seperti perilaku merusak dan kesulitan
penyesuaian diri setelah bebas. Oleh karena itu, distress anak didik Lapas tahap
reentry perlu mendapatkan intervensi psikologis. Salah satu bentuk intervensi
yang efektif adalah Acceptance and Commitment Therapy (ACT). ACT bertujuan
mengubah bentuk hubungan individu dengan permasalahannya, bukan lagi
memandang sebagai simptom, namun sebagai suatu fenomena psikologis yang
wajar dan kemudian mengarahkan tindakan yang dimiliki kepada sesuatu yang
sifatnya lebih produktif. Metode Penelitian ini menggunakan one group-before
and after study design dan accidental sampling. Intervensi ini dilakukan sebanyak
6 sesi. Hasil Dua partisipan mengalami penurunan tingkat distress psikologi yang
diketahui melalui penurunan skor Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25).
Semantara satu partisipan lainnya mengalami kenaikan tingkat distress psikologis.
Evaluasi kualitatif menunjukkan penurunan tingkat distress psikologis setelah
pelaksanaan intervensi. Kesimpulan ACT efektif dalam menurunkan tingkat
distress psikologis pada anak didik Lapas Tangerang. Hal ini terbukti terutama
melalui pengukuran secara kualitatif.

ABSTRACT
Background Each year, not less than 5,000 teenagers were arrested as a result of
criminal acts, from mild to severe. Prison is a high risk environment that is filled
by exposure to violence and limitations. As for who at reentry phase or freed
soon, the situation also has its own challenges. These things are something that
causes high susceptibility to the emergence of distress. In the U.S., 60.5% of
adolescents who were arrested and are at the stage of reentry experiencing chronic
mental health. Of these, most are experiencing depression and anxiety disorders,
such as PTSD. Common Forms of psychological distress are anxiety and
depression. High distress can cause several problems, such as conduct behavior
and adjustment difficulties after release. Therefore, distress at reentry youth
prisoner needs to get psychological intervention. One of intervention that
effective to treat psychological distress is Acceptance and Commitment Therapy
(ACT). ACT aims to change the shape of the individual's relationship with the
problems, no longer looked upon it as a symptom, but as a psychological
phenomenon that is reasonable and then direct the actions to something that is
more productive. Methods This study used a one-group before and after study
design and accidental sampling. The intervention was carried out for 6 sessions.
Results Two participants experienced a decrease in the level of psychological
distress is known through a reduction in Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-
25) score. Moreover the other participants experienced an increase psychological
distress. Qualitative evaluation showed decreased levels of psychological distress
after the implementation of the intervention. Conclusion ACT is an effective
intervention in lowering the level of reentry youth prisoner’s psychological
distress at Lapas Anak Tangerang. This is evident primarily through qualitative
measurements."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T42049
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arina Megumi Budiani
"Perempuan infertil yang sudah pernah gagal program Teknologi Reproduksi Berbantu TRB memiliki penilaian negatif terhadap diri sendiri yang besar. Self-compassion menjadi sesuatu yang penting bagi mereka untuk dapat berbelas kasih terhadap dirinya sendiri dalam menghadapi penderitaan akibat infertilitas. Self-compassion merupakan sikap diri yang positif secara emosional yang dapat melindungi diri akibat penilaian diri yang negatif, isolasi diri, dan ruminasi. Penelitian ini menggunakan Acceptance and Commitment Therapy ACT untuk meningkatkan self-compassion pada perempuan pasien TRB yang mengalami distres psikologis. Penelitian ini merupakan quasi experiment research dengan metode pretest-posttest nonequivalent control group. Terdapat keterbatasan penelitian sehingga hanya ada satu orang dalam kelompok eksperimen dan tiga orang dalam kelompok kontrol yang berpartisipasi. Partisipan pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan self-compassion berdasarkan skor pada Self-Compassion Scale SCS dan penurunan distres infertilitas berdasarkan skor pada Fertility Problem Inventory FPI , yang ternyata dialami juga oleh satu dari tiga partisipan pada kelompok kontrol. Hasil penelitian ini menemukan bahwa ACT dapat meningkatkan self-compassion perempuan pasien TRB yang mengalami distres psikologis, walaupun terdapat proses lain tanpa bantuan terapi yang dapat membuat mereka memiliki self-compassion lebih baik. Penjelasan hasil penelitian ini dapat dilihat secara lengkap pada bagian diskusi.

Infertile women that failed Assisted Reproductive Technology ART have high negative self judgment. Self compassion is important for them for having compassion to themselves in facing the suffering because of infertility. Self compassion is an emotionally positive self attitude that should protect against the negative consequences of self judgment, isolation, and rumination. This research use Acceptance and Commitment Therapy ACT for enhancing self compassion among women taking ART that have psychological distress. Quasi experiment with pretest posttest nonequivalent control group method is used in this research. Some limitations made the participants only contain by one person in experiment group and three persons in control group. Participant in experiment group showed rise on self compassion seen from Self Compassion Scale SCS with the decline on infertility distress seen from Fertility Problem Inventory FPI . This condition was also found in one of three participants in control group. These results showed that ACT can enhance self compassion among women taking ART with psychological distress, although the enhancement can be happened without therapy. Further explanation about these results can be seen on discussion section."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T47378
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Budiarto
"

Skizofrenia merupakan kondisi gangguan mental yang ditandai dengan gejala positif dan negatif. Diantara tanda positif tersebut adalah risiko perilaku kekerasan dan halusinasi. Karya akhir spesialis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian acceptance and commitment therapy dan family psychoeducation therapy secara online terhadap penampilan personal dan sosial serta kepatuhan berobat pada klien skiozfrenia dengan risiko perilaku kekerasan dan halusinasi. Penulisan karya ilmiah akhir spesialis ini menggunakan desain penelitian operational research. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah pasien sebanyak 48. Analisis data menggunakan uji wilcoxon dan uji friedman.  Hasil karya ilmiah akhir spesialis ini menunjukkan ada pengaruh tindakan keperawatan ners, acceptance and commitment therapy, dan family psychoeducation therapy terhadap penampilan personal dan sosial serta kepatuhan berobat pada klien risiko perilaku kekerasan dan halusinasi dengan p value < 0,05. Oleh karena itu, pelaksanaan asuhan keperawatan klien skizofrenia dengan risiko perilaku kekerasan dan halusinasi dapat diberikan sesuai standar asuhan keperawatan dengan tindakan keperawatan ners generalis dan ditambahkan dengan tindakan keperawatan ners spesialis acceptance and commitment therapy dan family psychoeducation therapy.

 


Schizophrenia is a condition of mental disorder that is characterized by positive and negative symptoms. Among these positive symptoms is the risk of violent behavior and hallucinations. This final scientific work aims to determine the effect of online acceptance and commitment therapy and family psychoeducation therapy on personal and social performance and treatment compliance for schizophrenia clients with the risk of violent behavior and hallucinations. This final scientific work implemented an operational research design. The sampling technique used was purposive sampling with 48 patients. The data analysis used the Wilcoxon test and the Friedman test. The results of this final scientific work indicated that there is an influence of nursing practice, acceptance and commitment therapy, and family psychoeducation therapy on personal and social performance and treatment compliance for clients with the risk of violent behavior and hallucinations with p-value < 0,05. Therefore, the implementation of schizophrenia client nursing practice with the risk of violent behavior and hallucinations can be provided according to the standard of nursing care with generalist nursing practice and added to the acceptance and commitment therapy and family psychoeducation therapy.

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universiats Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dewinta Larasati Paramitha Setiawan
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi caregiver strain pada ibu yang memiliki dan merawat anak kandungnya yang didiagnosa autism spectrum disorder ASD . Intervensi ini dilakukan karena tingginya tegangan yang dirasakan oleh caregiver selama proses perawatan. Tegangan tersebut tidak hanya berpengaruh pada kesehatan mental dari caregiver, tetapi juga berdampak pada pasien yang dirawat. Oleh karena itu, peneliti kemudian melakukan penelitian kuasi-eksperimental one group, before after pretest ndash; posttest design, yaitu dengan memberikan intervensi acceptance and commitment therapy ACT kepada empat orang partisipan. Selanjutnya, analisis dilakukan dengan cara membandingkan data kuantitatif dan kualitatif dari hasil pretest dan posttest. Secara kuantitatif, intervensi ini berhasil mengurangi nilai ketegangan caregiver yang diukur melalui the modified caregiver strain index MCSI . Secara kualitatif, intervensi ACT ini juga dapat mengatasi ketegangan caregiver selama proses perawatan. Partisipan memiliki perasaan yang lebih positif, mampu mengendalikan emosi negatif, dan lebih mampu menghadapi kejadian tidak menyenangkan dalam hidupnya. Mereka juga memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru mengenai cara untuk mengatasi ketegangan sebagai caregiver dari anak yang didiagnosa ASD.

ABSTRACT
This research aims to reduce caregiver strain of mothers who have and take care of autism spectrum disorder ASD children. This intervention conducted based on a high caregiver strain during caregiving process. This strain not only affects caregiver rsquo s psychological well being, but also the patient. Therefore, this research conducted using one group quasi experimental, before after pretest posttest design, by giving out ACT to four participants. The analysis done by comparing quantitative and qualitative data from the result of pretest and posttest. From the quantitative data, it is found that the intervention helps reduce strain score using the modified caregiver strain index MCSI . Qualitatively, this intervention helps the participants to deal with the strain as a caregiver during caregiving process. Participants have more positive feeling, able to control negative emotions, and more able to deal with unpleasant events in her life. They also get new knowledge and skills on how to deal with strain as a caregiver an ASD child."
2017
T48195
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Widuri
"Penderita gagal ginjal kronik di dunia mengalami peningkatan sebesar 20%-25% setiap tahunnya. Masalah psikososial yang sering menyertai penyakit kronik salah satunya adalah ketidakberdayaan yang dapat mengakibatkan perburukan kondisi gagal ginjal kronik. Terapi spesialis untuk mengatasi ketidakberdayaan adalah Acceptance and Commitment Therapy. Acceptance and Commitment Therapy (ACT) adalah terapi yang menggunakan pendekatan proses penerimaan, komitmen, dan perubahan perilaku untuk menghasilkan perubahan psikologis yang lebih fleksibel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ACT terhadap respon ketidakberdayaan klien gagal ginjal kronik yang dirawat di RSUP Fatmawati Jakarta. Desain penelitian menggunakan quasi eksperiment dengan jumlah sampel sebanyak 56 orang.
Hasil penelitian menunjukan penurunan respon ketidakberdayaan secara bermakna pada kelompok yang mendapat terapi ACT dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendapat terapi ACT (p value < 0,05). Saran dari penelitian ini adalah terapi ACT dapat secara efektif digunakan untuk mengatasi respon ketidakberdayaan sedang pada klien gagal ginjal kronik.

Number of Chronic Kidney Disease in the world increasing up to 20%-25% in every year. Common psychosocial problems that often occurs within this disease is helplessness that could caused bad prognosis of the disease. One of specialist nursing therapy to solve this is Acceptance and Commitment Therapy. Acceptance and Commitment Therapy (ACT) is a therapy using an acceptance, commitment and behavior change approach to make a flexible psychological change. This research aimed to found the affect of ACT to helplessness response of chronic kidney disease in Fatmawati Hospital Jakarta. This research used a quasy experiment study design with 56 client as sample.
This research shows a significant decrease of helplessness for the group received ACT more than control group (p value < 0,05). This research suggest the use of this therapy for moderate helplessness of chronic kidney disease."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T31214
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Priyo Purnomo As`hab
"Prevalensi resistan terhadap obat TB lini pertama rifampicin (RR-TB) di Dunia pada tahun 2017 sebesar 7,4 per 100.000 penduduk, dan dari angka tersebut 82% mengalami multidrug-resistant tuberculosis (MDR-TB). Indonesia termasuk 20 besar negara dengan MDR-TB terbanyak didunia, dengan prevalensi 8,8 per 100.000 penduduk. Pengobatan MDR-TB membutuhkan waktu yang lama, dan mempunyai efek samping secara biologis dan psikososial. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh tindakan keperawatan spesialis (ACT) terhadap ansietas, depresi, ide bunuh diri dan kepatuhan pada klien MDR-TB. Desain penelitian quasi eksperimental menggunakan pre-post test dengan total sampling dan dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok intervensi 1 dilakukan tindakan keperawatan ners (TKN) untuk diagnosa keperawatan ansietas, depresi, ketidakberdayaan, keputusasaan dan risiko bunuh diri, kelompok intervensi 2 dilakukan tindakan keperawatan ners dan keperawatan spesialis (ACT). Pengumpulan data menggunakan hammilton rating scale for anxiety (HAM-A), beck hopelesness scale (BHS), scale for suicide ideation (SSI), dan morisky medication adherence scale (MMAS). Hasil penelitian menunjukkan TKN menurunkan anisetas (p=0,008), TKS (ACT) menurunkan ansietas (p=0,006) dan TKS (ACT) menurunkan depresi (p=0,004), tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok yang mendapatkan TKN dengan
kelompok yang mendapatkan TKN dan TKS (ACT), terdapat hubungan yang bermakna antara ansietas dan kepatuhan (p=0,006). Tindakan Keperawatan Ners (TKN) dan Tindakan Keperawatan Spesialis (ACT) direkomendasikan diterapkan pada klien MDRTB.

Worldwide the prevalence of resistance to the first-line TB drug, rifampicin (RR-TB) in 2017 was 7,4 per 100.000 population, with 82% experienced multidrug-resistant tuberculosis (MDR-TB). Indonesia is the top 20 countries with MDR-TB burden, with a prevalence of 8.8 per 100,000 population. Multidrug resistant tuberculosis (MDR-TB) requires a long-time treatment, and has accompanying side effects both biological and psychosocial effects, but efforts to overcome the psychosocial impact have not been made. This study aims to determine the effect of specialist nursing actions (ACT) on anxiety, depression, suicidal ideas and adherence to MDR-TB clients. This research using quasi experimental design with total sampling and divided into 2 groups. Intervention group 1 gets general nursing action for nursing diagnosis anxiety, helplessness, hopelessness, and risk for suicide, intervention group 2 gets general nursing action and specialist nursing actions (ACT). Data collection uses hammilton rating scale for anxiety (HAM-A), Beck hopelesness scale (BHS), scale for suicide ideation (SSI), and morisky medication adherence scale (MMAS). The results showed that general nursing action reduced anxiety (p = 0,008), specialist nursing actions (ACT) reduced anxiety (p = 0,006) and specialist nursing actions (ACT) decreased depression (p = 0.004), there was no significant difference between both group, and there was a significant relationship between anxiety and adherence (p = 0,006). General nursing action and specialist nursing actions (ACT) are recommended to be applied to MDR-TB clients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ari Arfianto
"Terapi penerimaan dan komitmen (TPK) sering digunakan untuk mengatasi masalah gangguan jiwa. TPK meningkatkan fleksibilitas psikologis individu agar mampu menerima pengalaman masalah lalu yang tidak menyenangkan dan membangun komitmen perilaku baru yang lebih baik. TPK dapat menjadi pilihan dalam mengatasi masalah harga diri rendah kronis (HDRK).
Tujuan karya ilmiah ini adalah menjelaskan penerapan TPK pada klien HDRK di rumah sakit jiwa daerah Jawa Barat. Sebanyak 25 klien HDRK mendapatkan TPK dengan jumlah 4 sesi.
Hasilnya menunjukkan bahwa tanda gejala kognitif turun 92,16%; tanda gejala afektif turun 85,31%; tanda gejala fisiologis turun 89,23%; tanda gejala perilaku turun 88,41%; tanda gejala sosial turun 85,96%; kemampuan menerimaan dan berkomitmen meningkat 66,00%.
Penerapan TPK direkomendasikan sebagai terapi spesialis keperawatan untuk klien HDRK. TPK 4 sesi ini juga perlu diuji keefektifannya melalui riset dan pengaruhnya pada diagnosis keperawatan lain.

Acceptance and commitment therapy (ACT) is often used to solve the mental health problem. ACT increasing the individual psychological flexibility to enable him to receive unpleasant experiences and problems and build commitment to new and better behaviors. ACT can be one of solutions to resolve chronic low self-esteem.
The purpose of this study was to explain the application of ACT in chronic low self-esteem to hospitalized clients at Mental Hospital in West Java. Twenty-five clients with chronic low self-esteem received 4 sessions of ACT.
The results were cognitive signs and symptoms decreased 92,16%; affective signs and symptoms decreased 85,31%; physiological signs and symptoms decreased 89,23%; behavior signs and symptoms decreased 88,41%; social signs and symptoms decreased 85,96%; and the patient?s ability to accept and commit increased up to 66,00%.
It is recommended that ACT is implemented as nursing specialized therapy to chronic low self-esteem clients. Four sessions of ACT also need to be tested for its effectiveness through research and its effect in other nursing diagnosis.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Tala Harimukthi
"Individu dewasa muda yang mengalami gangguan kecemasan sosial memiliki penilaian negatif terhadap diri sendiri yang besar. Selain itu, individu juga lebih sering mengkritik diri secara negatif dibandingkan menerima dirinya. Self-compassion menjadi sesuatu yang penting untuk mereka agar dapat berbelas kasih terhadap dirinya sendiri dan menghadapi situasi-situasi yang membuat tidak nyaman serta menakutkan. Self-compassion merupakan sikap diri yang positif secara emosional dapat melindungi diri akibat adanya penilaian diri yang negatif, kritik diri negatif, isolasi diri, dan ruminasi. Penelitian ini menggunakan Acceptance and Commitment Therapy (ACT) untuk meningkatkan self-compassion pada individu dewasa muda yang mengalami kecemasan sosial. ACT menggunakan metode paparan (exposure) dan experiential avoidance. Penelitian ini merupakan quasi experiment research dengan metode pretest-posttest nonequivalent control group. Terdapat keterbatasan penelitian sehingga pada kelompok eksperimen hanya ada tiga partisipan yang dapat menyelesaikan intervensi hingga selesai, begitupun pada kelompok kontrol hanya ada tiga partisipan yang mengisi pre-test dan post-test. Partisipan pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan self-compassion berdasarkan skor pada Self-Compassion Scale (SCS) dan penurunan kecemasan sosial berdasarkan skor Liebowitz Social Anxiety Scale (LSAS), yang tidak dialami oleh partisipan pada kelompok kontrol. Hasil penelitian menemukan bahwa ACT dapat meningkatkan self-compassion pada individu dewasa muda dan menurunkan kecemasan sosialnya. Teknik ACT yang paling bermanfaat bagi partisipan adalah mindfulness. Temuan lainnya pada penelitian ini adalah gaya pengasuhan orangtua yang mengkritik anak akan menimbulkan kecemasan sosial. Penelitian ini juga memperoleh hasil bahwa individu yang memiliki self-compassion tinggi akan terhindar dari perundungan karena individu mampu memposisikan diirnya dengan baik. Penjelasan hasil penelitian dapat dilihat secara lengkap pada bagian diskusi.

Young adult with social anxiety disorder has a negative self-criticsm to theirselves than to accept. Self-compassion is a construct to help to caring, loving, and being compassion to self. Compassion help them to be warmth and kind to self in social situation that fear them. Self-compassion is an emotional positive attitude that can keep itself from what in the negative situation, negative self-criticsm, self-isolation, and rumination. Acceptance and Commitment Therapy (ACT) is used in this study for enhancing self-compassion among young adulthood with social anxiety. ACT aim to help individual with social anxiety to exposure to social experiences they avoid. This research is quasi experiment research with pretest-posttest nonequivalent control group design with three participants on each experiment and control group. The scores of Self-Compassion Scale (SCS) were increased and Liebowitz Social Anxiety Scale (LSAS) were decreased on experimental group. One of technique on ACT which help participants is mindfulness. Another result from this study are parental criticism would make people being social anxiety, people with high selfcompassion would avoid from bullying. The explanation of the results of this study can be seen in detail in the discussion section."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T49424
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasna Nadira
"ABSTRAK

Infertilitas merupakan kondisi yang dapat menyebabkan permasalahan psikologis. Pada pasangan yang mengalami infertilitas, kecemasan dan distres (infertility-related stress) menjadi masalah psikologis yang sering dialami. Meski infertilitas dapat disebabkan oleh berbagai faktor, perempuan menjadi pihak yang lebih terbebani dalam menghadapi infertilitas. Untuk membantu menurunkan kecemasan dan infertility-related stress perempuan yang mengalami infertilitas, peneliti menggunakan intervensi Acceptance and Commitment Therapy (ACT). Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian quasi experiment dengan metode pretest-posttest nonequivalent control group. Sebanyak lima orang partisipan terlibat dalam penelitian dengan dua orang partisipan kelompok eksperimen dan tiga orang partisipan kelompok kontrol. Pengukuran efektivitas intervensi dilakukan menggunakan State-Trait Anxiety Inventory (STAI) dan The Fertility Problem Inventory (FPI). Peneliti juga menggunakan alat ukur The Positive Negative Affective Scale (PANAS) untuk mengukur afek positif dan afek negatif partisipan kelompok eksperimen selama mengikuti sesi intervensi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipan kelompok eksperimen yang mendapat intervensi ACT selama lima sesi mengalami penurunan kecemasan dan infertility-related stress. Pada partisipan kelompok eksperimen juga ditemukan bahwa ACT dapat menurunkan afek negatif dan meningkatkan atau menstabilkan afek positif partisipan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa intervensi ACT efektif dalam menurunkan kecemasan dan infertility-related stress pada perempuan yang mengalami infertilitas.


ABSTRACT

Infertility is a condition that could create psychological problem. To couples who experience infertility, anxiety and stress become psychological problems that are often experienced. Although infertility can be caused by various factors, women are more burdened in dealing with infertility. To help reduce the anxiety and infertility-related stress of women who experience infertility, the researcher use the intervention of Acceptance and Commitment Therapy (ACT). This study was conducted with a quasi-experimental research design using the pretest-posttest nonequivalent control group method. A total of five participants were involved in the study with two participants in the experimental group and three participants in the control group. Measurements of the effectiveness of the intervention were carried out using the State-Trait Anxiety Inventory (STAI) and The Fertility Problem Inventory (FPI). The researcher also used the The Positive Negative Affective Scale (PANAS) to measure the positive affect and negative affect of the experimental group participants during the intervention session. The results of this study indicate that the experimental group participants who received ACT intervention experienced decreased anxiety and infertility-related stress. The participants of the experimental group it was also found that ACT could reduce the negative affect of participants and increase or stabilize the positive affect of participants. Thus, it can be concluded that ACT intervention is effective in reducing anxiety and infertility-related stress in women who experience infertility."

Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T52179
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pardede, Jek Amidos
"Masalah keperawatan skizofrenia yang paling banyak ditemukan adalah risiko perilaku kekerasan, halusinasi dan harga diri rendah. Ditemukan 55% klien risiko perilaku kekerasan, halusinasi dan harga diri rendah yang mengalami kekambuhan dan tidak patuh minum obat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pangaruh Acceptance and Commitment Therapy dan Pendidikan Kesehatan kepatuhan minum obat terhadap gejala, kemampuan menerima dan berkomitmen pada pengobatan dan kepatuhan klien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan. Desain penelitian ini quasi eksperimental pre testpost test with control group. Tehnik pengambilan sampel ini adalah purposive sampling, dimana sampel penelitian ini 90 orang klien skizofrenia, 30 kelompok intervensi yang diberikan Acceptance and Commitment Therapy dan pendidikan kesehatan kepatuhan minum obat, 30 kelompok intervensi yang diberikan Acceptance and Commitment Therapy dan 30 kelompok kontrol.
Hasil penelitian ini ditemukan penurunan gejala risiko perilaku kekerasan, halusinasi dan harga diri rendah serta peningkatan kemampuan menerima dan berkomitmen pada pengobatan dan kepatuhan klien skizofrenia yang medapatkan Acceptance and Commitment Therapy dan pendidikan kesehatan kepatuhan minum obat lebih besar secara bermakna dibandingkan kelompok yang hanya mendapatkan Acceptance and Commitment Therapy (pvalue < 0.05). Acceptance and Commitment Therapy dan pendidikan kesehatan kepatuhan minum obat direkomendasikan sebagai terapi keperawatan dan pendukung terapi keperawatan lanjutan dalam merawat klien skizofrenia dengan risiko perilaku kekerasan, halusinasi dan harga diri rendah.

Schizophrenia nursing problems most commonly found is the risk of violent behavior, hallucinations, and low self esteem. Found 55% of client risk violent behavior, hallucinations, and low self-esteem who have a relapse and medication adherence.
This study aims to obtain the effects Acceptance and Commitment Therapy and Health Education adherence to symptoms, ability to accept and commit to treatment and compliance in schizophrenia clients Mental Hospital of Medan, North Sumatra. This research design quasi-experimental pre-test post-test with control group. This sampling technique was purposive sampling, where the sample is 90 clients with schizophrenia, 30 the intervention group were given Acceptance and Commitment Therapy and medication adherence health education, intervention group were given 30 Acceptance and Commitment Therapy and 30 control group.
Results of this study found a reduction in symptoms risk of violent behavior, hallucinations, and low self-esteem and increased ability to accept and commit to the treatment of schizophrenia and compliance client who gets Acceptance and Commitment Therapy and health education medication adherence was significantly greater than the group that only get Acceptance and commitment Therapy (pvalue <0.05). Acceptance and Commitment Therapy and medication adherence health education recommended as a therapeutic nursing and therapy support advanced nursing care for clients in the risk of schizophrenia with violent behavior, hallucinations, and low self esteem.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35905
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>