Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128312 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cut Keumala Banaget
"Sampah sisa makanan yang dihasilkan di kantin Fakultas Teknik UI memiliki persentase sebesar 73% dari total timbulan sampah. Jumlah sampah yang besar serta sifatnya yang mudah membusuk dan memicu kehadiran hewan pembawa penyakit seperti tikus, membuat pengolahan sampah sisa makanan perlu menjadi prioritas. Salah satu teknik pengolahannya adalah pengomposan, yaitu proses degradasi sampah organik oleh mikroorganisme menjadi material sejenis humus yang dapat dimanfaatkan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor (meliputi parameter fisik-kimia) yang mempengaruhi proses pengomposan, serta menganalisis hubungan dan pengaruh faktor tersebut terhadap aktivitas mikroorganisme selama proses pengomposan berlangsung. Analisis statistik dalam penelitian ini meliputi analisis faktor, korelasi, dan multivariabel.
Berdasarkan analisis faktor yang dilakukan, terbentuk 2 faktor baru yang mempengaruhi proses pengomposan, yaitu faktor 1 dinamakan parameter yang menunjukkan hasil dari proses pengomposan, terdiri dari konduktivitas, salinitas, dan kadar air; dan faktor 2 dinamakan parameter yang mendukung proses pengomposan, terdiri dari rasio C/N, kadar karbon, pH, dan kadar nitrogen.
Hasil analisis korelasi menunjukkan kadar air, rasio C/N, kadar karbon, pH, kadar nitrogen memiliki pengaruh terhadap aktivitas mikroorganisme. Berdasarkan analisis multivariabel, komposter 2 diperkirakan memiliki model regresi pengaruh faktor pengomposan terhadap aktivitas mikroorganisme yang terbaik. Sedangkan dilihat dari penurunan kadar karbonnya, komposter 1 memiliki konstanta laju pengomposan dan laju dekomposisi terbesar dibandingkan dua komposter lainnya, yaitu sebesar 0,0006 dan 0,0224%/hari.

Food waste is likely to degrade quickly and smell, become a breeding ground for bacteria and attract rodents. Food waste from canteen at Faculty of Engineering has a percentage of 73% of the total waste generation. Enormous amount of food waste and its nature made food waste processing needs to be a priority. One of food waste treatment is composting, which is a process of organic waste degradation by microorganisms into humus-like material.
This study aimed to analyze the factors (including physico-chemical parameters) that affect the composting process, and analyze the relationship and the influence of factors on microorganisms activities during the composting process. Statistical analysis in this study include factor analysis, correlation and multivariable analysis.
Based on factor analysis, there are two new factors that affect composting, factor 1 consist of conductivity, salinity, and water content, then named parameter that indicates the result of the composting process, and factor 2 consist of C/N ratio, carbon content, pH, and nitrogen content, then named parameters that support the composting process.
Results of correlation analysis showed that moisture, C/N ratio, carbon content, pH, and nitrogen content has correlation to microorganisms activities. Based on multivariable analysis, composter 2 were estimated to have the best regression models. While based on carbon reduction, composter 1 has the largest composting rate constant and decomposition rate than the two largest composter at 0,0006 and 0,0224 %/day"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42218
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Rahayu
"Pengomposan merupakan salah satu opsi teknologi yang efisien dan ramah lingkungan dalam penanganan limbah lumpur IPAL. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas fisik-kimia kompos, aktivitas mikroorganisme dan enzim, serta pengaruh parameter fisik-kimia terhadap aktivitas mikroorganisme dan enzim selama proses pengomposan lumpur dengan bulking agent sampah daun. Pengomposan menggunakan sistem open windrow selama 48 hari dengan campuran lumpur dan bulking agent 1:1 dan 2:3 untuk Kompos 1 dan 2.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa temperatur kompos berada pada rentang 28o-37,5oC, namun pengomposan mampu mengurangi total koliform hingga mencapai 99,92% dan 99,96% pada Kompos 1 dan 2. Kualitas akhir pH, C/N, dan fecal koliform pada kompos secara umum telah memenuhi kriteria kompos matang (SNI No 19/2004). Aktivitas bakteri proteolitik dan selulolitik terus meningkat dan mencapai puncaknya pada hari ke-34 dengan jumlah mencapai 1010 dan 1012 CFU/gram. Parameter pH, rasio C/N, kadar air, dan kadar volatil memiliki pengaruh yang lebih signifikan terhadap aktivitas mikroorganisme dan enzim kompos (p<0,1).

Composting is one of technology options that can be considered as an alternative treatment to sewage sludge. The aimed of this study was to analyze the changes in physico-chemical parameters, microbial and enzyme activities, and effect of physico-chemical parameters on microbial and enzyme activities during the composting of sewage sludge and leaves as the bulking agents. The composting process was carried out for 48 days and use open windrow system. The mixture of sewage sludge and bulking agents for Compost 1 and 2 were 1 : 1 and 2 : 3, respectively.
The results showed that values for temperature ranged from 28o-37,5oC, yet it could reduce total coliform up to 99.92% and 99.96% for Compost 1 and 2. The quality compost on pH, C/N ratio, and fecal coliform generally have met the criteria as mature compost (SNI No. 19/2004). Proteolytic and cellulolytic bacterial activities tended to increase and reached peak value up to 1010 and 1012 CFU/gram on the 34th day. Parameters of pH, C/N ratio, moisture content, and volatile solid have a more significant effect on the microbial and enzyme activities (p<0,1)"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44451
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kayyis Ibadurrohman
"Sebagian besar sampah yang dihasilkan di Indonesia merupakan sampah organik dengan persentase sebesar 58. Kantin Fakultas Teknik Universitas Indonesia FT UI merupakan salah satu penyumbang sampah organik yang cukup tinggi. Pengolahan sampah makanan yang dilakukan masih terbatas pada pengomposan yang membutuhkah waktu 6-7 minggu. Salah satu alternatif pengolahan sampah makanan yang dapat dilakukan yaitu dengan proses biokonversi menggunakan larva Black Soldier Fly Hermetia Illucens.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui timbulan sampah organik Kantin FT UI, menganalaisis durasi optimal biokonversi, serta menganalisis potensi biokonversi dari sampah organik di Kantin FT UI. Penelitian ini dilakukan dengan skala laboratorium yang menggunakan 4 jenis variasi durasi biokonversi yaitu 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari. Durasi optimal biokonversi yang didapat selanjutnya digunakan untuk mengetahui potensi pengolahan dengan skala eksisting.
Dari hasil pengukuran, rata-rata timbulan sampah sebesar 46,27 kg/hari. Selanjutnya dari keempat variasi durasi biokonversi, didapatkan durasi optimal yaitu selama 12 hari. Untuk potensi pengolahan sampah eksisting, proses biokonversi dengan larva Black Soldier Fly Hermetia Illucens dari sampah Kantin FT UI dapat mereduksi sampah sebesar 75 dengan nilai WRI sebesar 6,25 /hari, serta dapat menghasilkan biomassa larva sebanyak 800 gr per 4 kg sampah.

Most of waste that produced in Indonesia is organic waste with percentage of 58. Canteen of Faculty of Engineering Universitas Indonesia FT UI is one of the high enough contributor of organic waste. Food waste processing is still limited to composting that takes 6 7 weeks. One of the alternative food waste processing that can be applied is bioconversion process using Black Soldier Fly larvae Hermetia Illucens.
This study aims to determine the generation of organic waste in Canteen FT UI, analyze the optimum duration of bioconversion, and analyze the bioconversion potential of organic waste in Canteen FT UI. This study was conducted on a laboratory scale that used 4 variations of bioconversion duration those are 7 days, 14 days, 21 days, and 28 days. The optimum duration of current bioconversion was used to know the potency of processing with the existing scale.
From the measurement result, the average of waste generation is 46,27 kg day. Then from within the variation of bioconversion duration, the optimum duration is 12 days. For the potential of existing waste processing, the bioconversion process with Black Soldier Fly larvae Hermetia Illucens from waste in Canteen of FT UI can reduce organic waste by 75 with WRI value of 6.25 day, and can produce larvae biomass as much as 800 gr per 4 kg organic waste.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Angga Kusuma
"Timbulan sampah domestik di Kota Depok mengandung 65,11% sampah organik. Untuk mengurangi timbulan sampah organik domestik yang dibuang pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA), dapat digunakan metoda pengomposan yang berbasis masyarakat. Salah satu metoda pengomposan yang dapat diterapkan masyarakat adalah dengan menggunakan bio-aktivator. Karena itu, perlu diketahui apakah penggunaan bio-aktivator berpengaruh dalam pengomposan. Untuk mengetahui pengaruh bio-aktivator, penelitian ini menggunakan bio-aktivator alami dan bio-aktivator yang beredar di pasaran. Bio-aktivator alami yang digunakan adalah tapai-nanas, tapai, dan rebung. Sedangkan bio-aktivator yang beredar di pasaran adalah merek Bioactive, EM4, dan Spidey. Kualitas yang di teliti adalah kecepatan penyusutan volume dan berat, kualitas kimia dan kualitas mikrobiologis yang mengacu pada parameter kualitas kompos SNI: 19-7030-2004. Kualitas kimia yang diperiksa adalah fosfor (P2O5), nitrogen (N), karbon (C), perbandingan karbon terhadap nitrogen (C:N), dan pH. Sedangkan kualitas mikrobiologis yang diperiksa adalah Fecal coliform.
Hasil penelitian membuktikan terdapat terdapat pengaruh bio-aktivator terhadap kecepatan pengomposan dan kualitas kompos. Bio-aktivator yang menghasilkan berat dan volume kompos yang kecil serta mempunyai penyusutan berat dan volume lebih cepat adalah bio-aktivator EM4 dan Spidey. Akan tetapi kualitas kimia kompos untuk setiap bio-aktivator memiliki kemiripan. Sedangkan kualitas mikrobiologis bio-aktivator yang beredar dipasaran lebih baik daripada bio-aktivator alami.

The heap of domestic solid waste in Depok contains 65.11% organic one. In order to reduce the domestic organic solid waste disposed at Landfill, it can be used composting method based on community. One of the composting method that can be applied to society is by using bio-activators. Therefore, it should be known whether the use of the bio-activators effecting in composting. To determine the effect, this study use natural bio-activators and branded one that available on the market. The natural bio-activators used are tapai-pineapple (fermented pineapple), tapai (fermented cassava), and bamboo shoots. While the branded bio-activators that sold on the market are Bioactive, EM4, and Spidey. The indicators of quality from this study are velocity of depreciation in weight and volume, the chemical and microbiological quality based on parameters of compost quality SNI: 19-7030-2004. The chemical quality checked are chemical phosphorus (P2O5), nitrogen (N), carbon (C), ratio of carbon to nitrogen (C: N), and pH. While the microbiological quality checked is from Fecal coliform.
The result of the study proves that the bio-activator is effecting to speed the composting and to improve compost quality. Bio-activators producing small weight and volume and having faster depreciation in weight and volume are EM4 and Spidey bio-activator. However, the chemical quality of the each compost adding by natural and branded bio-activator are similar. While the microbiological quality of branded bio-activator, sold in the market, better than the natural bio-activator."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50589
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Putri D.
"Pengomposan di rumah tangga merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi jumlah sampah organik dari timbulan sampah yang makin bertambah di tempat pembuangan akhir. Proses pengomposan akan menghasilkan emisi berupa partikel pencemar udara yang mengandung mikroorganisme, berupa bakteri dan fungi. Hal ini akan menyebabkan terjadinya kenaikan konsentrasi pencemar bakteri dan fungi di udara. Kenaikan konsentrasi bakteri dan fungi di udara dapat mempengaruhi kesehatan baik terhadap masyarakat maupun pekerja yang melakukan pengomposan, akibat tingginya kemungkinan pemaparan. Penelitian ini akan mengukur konsentasi bakteri dan fungi pada kegiatan pengomposan skala laboratorium, terutama saat pengadukan berlangsung. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perubahan konsentrasi mikrobiologis yang terjadi terhadap kontrol, umur kompos dan jarak pengambilan sampel. Konsentrasi mikrobiologis tertinggi adalah bakteri 5.954 CFU/m3 di umur 43 hari dan fungi 4.382 CFU/m3 di umur 8 hari, pada jarak pengambilan sampel 0 meter. Pada jarak 4 meter, diperoleh konsentrasi jamur dan fungi terendah. Faktor lain yang berpengaruh terhadap konsentrasi mikrobiologis di udara adalah sistem ventilasi udara, kelembaban dan material bangunan. Pemeriksaan kualitas udara mikrobiologis di luar ruangan tidak menunjukan sumber pencemar mikrobiologis.

Composting at home is one of the efforts taken to reduce the amount of organic waste from solid waste generation in final disposal. The composting process will result in air pollutant emissions in the form of airborne that contain microorganisms, such as of bacteria and fungi. This will cause an increase in microbial concentration in the air. The increase in the concentration of microorganisms in the air can affect the health of both the public and workers who do composting, due to the high possibility of exposure. This study will analyze bacteria and fungi concentration in composting process, laboratory scales, when turning happens. The purpose is to see the changes that occurred against the concentration of microbiological control, compost age and distance sampling. The highest concentration for bacteria is 5,954 CFU/m3 at the age of 43 days and fungi 4,382 CFU/m3 at the age of 8 days, at a 0-meter distance. Sampling distance showed the lowest concentration is 4 meters. Microbiological concentrations in the air are also affected by ventilation system, moisture and building material. Microbiological quality of outdoor air did not show a source of microbiological contaminants."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50656
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Johanna Evasari
"ABSTRAK
Di Indonesia, pencemaran oleh air limbah domestik merupakan jumlah
pencemar terbesar (85%) yang masuk ke badan air. Beberapa tahun terakhir ini,
kualitas air sungai di Indonesia semakin mengalami penurunan, terutama setelah
melewati daerah pemukiman, industri, dan pertanian. Untuk mengantisipasi
potensi dampak tersebut, maka perlu upaya pengolahan limbah melalui berbagai
alternatif teknologi pengolahan limbah yang efektif dan efisien, salah satu
alternatifnya adalah menggunakan Sistem Lahan Basah Buatan (Constructed
Wetlands). Berdasarkan morfologi dari tanaman Typha latifolia sangat cocok
untuk pengolahan dengan sistem Constructed Wetlands. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui efektivitas dan kecepatan Typha latifolia dalam menyerap
polutan yang terdapat dalam limbah cair domestik dengan Sistem Lahan Basah
Buatan Tipe Aliran Bawah Permukaan. Penelitian dilaksanakan dengan pola
aliran menerus, dengan melakukan pengumpulan data sebanyak 19 kali dalam
kurun waktu 2 bulan untuk parameter BOD, COD, TSS, MBAS. Diukur pula pH,
DO, dan temperatur pada inlet dan outlet. Analisis data menggunakan analisis
regresi dengan software Microsoft Excel dan rumus persentase reduksi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tanaman Typha latifolia memiliki kinerja yang
cukup baik dalam mereduksi konsentrasi BOD, COD, TSS, dan MBAS dengan
sistem pengolahan tersebut. Dari hasil penelitian diperoleh efektivitas tanaman
Typha latifolia dalam mereduksi BOD mencapai 96,2% dengan persamaan
reduksi y = -0,052 x2 + 4,677 x ? 14,16; COD mencapai 94% dengan persamaan
reduksi y = -0,037 x2 + 3,442 x + 10,91; TSS mencapai 91,5% dengan persamaan
reduksi y = -0,022 x2 + 2,193 x + 31,83; dan MBAS mencapai 70,6% dengan
persamaan reduksi y = -0,024 x2 ? 1,134 x + 38,73."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43666
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Reigina Sandriaty
"Adanya kecenderungan masyarakat Indonesia untuk mengonsumsi makanan mengandung minyak dan lemak menjadi pemicu peningkatan timbulan limbah minyak dan lemak serta nilai COD dan VS air limbah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi biogas dan rasio limbah minyak dan lemak dengan sampah makanan yang paling optimum.
Penelitian dilaksanakan selama 42 hari inkubasi pada suhu 37˚C dengan tiga variasi rasio VS limbah minyak dan lemak dan sampah makanan yaitu 1:7, 1:2, dan 1:1 dengan metode biochemical methane potential. Limbah minyak dan lemak memiliki karakteristik COD 148 g/L, TS 763 g/L, dan VS 759 g/L.
Penelitian ini menunjukkan bahwa limbah minyak dan lemak memiliki potensi menghasilkan biogas tertinggi melalui proses anaerobic co- digestion dengan sampah makanan dan menghasilkan 485 mLCH4/grVS dari variasi 1:7. Sementara variasi rasio limbah minyak dan lemak dengan sampah makanan 1:2 dan 1:1 hanya menghasilkan 128 dan 4 mLCH4/grVS.

Tendency of Indonesian people to eat foods containing oils dan fats trigger increasing in generation of fat, oil, and grease waste and increasing in wastewater?s COD and VS. This research is conducted to know potential of fat, oil, and grease and its ratio with food waste that obtain the highest biogas production through biochemical methane potential method.
The research was conducted over 42 days incubation at 37˚C including three variation of volatile solids (VS) ratio of fat, oil, and grease waste with food waste, that is 1:7, 1:2, and 1:1. As co- substrate of the anaerobic co- digestion process, fat, oil, and grease characteristics are COD 148 g/L, TS 763 g/L, and VS 759 g/L.
Result showed that fat, oil, and grease waste has potential to produce biogas through anaerobic co- digestion process with food waste and produce 485 mLCH4/grVS as the highest methane yield of 1:7 ratio. While the variation of ratio fat, oil, and grease waste with food waste at 1:2 and 1:1 only produce 128 and 4 mLCH4/grVS, respectively.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64403
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Almakusuma Lucas
"ABSTRAK
Sampah rumah tangga yang sebagian besar berupa sampah makanan masih mendominasi timbulan sampah di Indonesia. Di sisi lain, Indonesia juga mengalami krisis energi. Oleh karena itu, diperlukan suatu teknologi ramah lingkungan yang dapat mengatasi permasalahan dan menghasilkan energi terbarukan. Salah satu alternatif penyelesaian permasalahan ini adalah dengan penerapan dry Anerobic Digester (AD). Pemilihan sistem dry utamanya adalah karena kebutuhan airnya yang lebih sedikit dibandingkan dengan sistem lain. Penelitian dilakukan dengan reaktor anaerobik batch selama 45 hari dengan volume 130 liter. Suhu operasi reaktor adalah pada rentang mesofilik. Substrat yang digunakan adalah sampah makanan kantin dan inokulum yang digunakan adalah efluen anaerobic digester. Terjadi penurunan produksi metana teoritis seiring dengan peningkatan konsentrasi amonia. Adanya indikasi toksisitas amonia dimana konsentrasi amonia mencapai 1.088 mg/L pada pH 7,9. Didapatkan efektifitas reaktor dry anaerobic digester adalah sebesar 43,85% destruksi volatile solid (VS) dan 27,34% destruksi chemical oxygen demand (COD). Rata-rata produksi metana teoritis adalah 0,14 L CH4 / gram VS feedstock

ABSTRACT
Household waste which consist largely amount of food waste, still dominates waste generation in Indonesia. On the other hand, Indonesia is also experiencing an energy crisis. Therefore environmentally friendly technology that can solve problems and generate renewable energy is needed. One alternative that can solve the problems is by the application of dry Anerobic Digester (AD). Selection of dry system is mainly because of its water reqirements is less than with other systems. Research carried out by anaerobic batch reactor for 45 days with a volume of 130 liters. The substrate used was cafeteria food waste and inoculum used is the anaerobic digester effluent. The theoretical methane production decrease due to the increased concentration of ammonia. The indication of the toxicity of ammonia in which the ammonia concentration reached 1088 mg / L at pH 7.9. Obtained effectiveness of dry anaerobic digester reactor was amounted to 43.85% VS destruction and 27.34% COD destruction. The average theoretical methane production was 0.14 L CH4 / g VS feedstock."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Almakusuma Lucas
" ABSTRAK
Sampah rumah tangga yang sebagian besar berupa sampah makanan masih mendominasi timbulan sampah di Indonesia. Di sisi lain, Indonesia juga mengalami krisis energi. Oleh karena itu, diperlukan suatu teknologi ramah lingkungan yang dapat mengatasi permasalahan dan menghasilkan energi terbarukan. Salah satu alternatif penyelesaian permasalahan ini adalah dengan penerapan dry Anerobic Digester (AD). Pemilihan sistem dry utamanya adalah karena kebutuhan airnya yang lebih sedikit dibandingkan dengan sistem lain. Penelitian dilakukan dengan reaktor anaerobik batch selama 45 hari dengan volume 130 liter. Suhu operasi reaktor adalah pada rentang mesofilik. Substrat yang digunakan adalah sampah makanan kantin dan inokulum yang digunakan adalah efluen anaerobic digester. Terjadi penurunan produksi metana teoritis seiring dengan peningkatan konsentrasi amonia. Adanya indikasi toksisitas amonia dimana konsentrasi amonia mencapai 1.088 mg/L pada pH 7,9. Didapatkan efektifitas reaktor dry anaerobic digester adalah sebesar 43,85% destruksi volatile solid (VS) dan 27,34% destruksi chemical oxygen demand (COD). Rata-rata produksi metana adalah 0,14 L CH4 / gram VS feedstock.

ABSTRAK
Household waste which consist largely amount of food waste, still dominates waste generation in Indonesia. On the other hand, Indonesia is also experiencing an energy crisis. Therefore environmentally friendly technology that can solve problems and generate renewable energy is needed. One alternative that can solve the problems is by the application of dry Anerobic Digester (AD). Selection of dry system is mainly because of its water reqirements is less than with other systems. Research carried out by anaerobic batch reactor for 45 days with a volume of 130 liters. The substrate used was cafeteria food waste and inoculum used is the anaerobic digester effluent. The theoretical methane production decrease due to the increased concentration of ammonia. The indication of the toxicity of ammonia in which the ammonia concentration reached 1088 mg / L at pH 7.9. Obtained effectiveness of dry anaerobic digester reactor was amounted to 43.85% VS destruction and 27.34% COD destruction. The average theoretical methane production was 0.14 L CH4 / g VS feedstock."
2016
S65532
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budiasti Wulansari
"Sampah makanan mengemisikan biogas yang mengandung CH4. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik sampah makanan Kantin FTUI dan potensi kuantitas metana yang dihasilkan. Penelitian dilakukan dengan reaktor anaerobik batch selama 43 hari dengan variasi C/N kisaran 25-30 dan 22-25. Selama operasi reaktor tidak dihasilkan metana karena nilai VFA/TA 0,68 dan 0,75 yang menandakan proses tidak berjalan baik. Namun degradasi zat organik tetap terjadi dengan penurunan nilai VS yang berkisar 12,42 ?45,94% selama proses.
Penelitian BMP dilakukan selama 31 hari dengan variasi inokulum, yakni rumen dan feses sapi. BMP sampah makanan dengan inokulum feses sapi menghasilkan lebih banyak metana dengan produksi biogas 0,14 mL CH4/g VS; 29,85 mL saat volume puncaknya (hari ke - 20) dan destruksi VS total 80,06%. Sedangkan BMP sampah makanan dengan rumen sapi sebagai inokulum memiliki produksi biogas 0,014 mL CH4/g VS; volume sebesar 3 mL (hari ke ? 10) saat puncak dan destruksi VS total 70,34%.

Food waste emits biogas which contains CH4. This study aims to acknowledge food waste characteristics from FTUI cafeteria and its methane potential. The study was conducted in batch reactors for 43 days with C/N variation: 25-30 and 22-25. The result showed no methane was produced because of its VFA/TA 0,68 and 0,75 that indicated the process did not go well. But, the degradation of organic matters still happened with VS value declined in a range of 12,42-45,94%.
BMP was conducted for 31 days with inoculum variation: rumen and cow dung. BMP of food wastes with cow dung inoculum produced more methane, with biogas production 0,14 mL CH4/g VS; 29,85 mL on its peak volume (day 20) and 80,06% VS reduction. Meanwhile BMP of, food wastes with rumen fluid as its inoculum has biogas production 0,014 mL CH4/g VS; 3 mL of volume on its peak (day 10) and 70,34% as its VS reduction.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59823
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>