Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133115 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cleisia Tyas Alemina Theodora Inakawa
"ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang peran media yang membentuk nilai kecantikan para penggemar K-Pop yang aktif mengkonsumsi berbagai tayangan K-Pop lewat media. Tidak hanya membentuk nilai kecantikan tetapi penelitian ini ingin melihat bagaimana media juga berperan mendorong penggemar K-Pop untuk memakai kosmetika asal Korea Selatan sebagai bagian dari adopsi nilai yang dilihat dalam media. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menemukan bahwa media dengan tayangan K-Pop mempengaruhi nilai kecantikan yang diingkan oleh wanita muda penggemar K-Pop yang aktif mengkonsumsi media tersebut. Media juga berperan dalam mendorong pemakaian produk perawatan dan kosmetika BB Cream oleh wanita muda penggemar K-Pop. Para penggemar K-Pop juga lebih memilih menggunakan barang keluaran Korea Selatan karena selera mereka telah didominasi oleh dunia hiburan K-Pop. Media yang paling berperan besar adalah internet

ABSTRACT
This thesis describes the role of media in forming beauty values of K-Pop fans who actively consume media about K-Pop. This research also describes how media takes role to encourage K-Pop fans to use Korean cosmetics as an action of adopting values which they seen in the media. This research is qualitative research using narrative design. The result of this research found that media gave a big influence to form the beauty of values that is desired by young adult K-Pop fans female. Media also took part to encourage them to use Korean BB Cream and other skin-care product. The biggest media that could give big influence to the fans is internet"
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T42391
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Claudia Cahyadi
"Penelitian ini membahas tentang bagaimana interaksi parasosial berperan terhadap partisipasi penggemar K-pop dalam kegiatan sonminsu. Sonminsu (손민수) merupakan istilah baru yang dipakai ketika seseorang membeli barang yang sama dengan yang dimiliki oleh artis kesukaannya. Semakin lama, arti sonminsu ini semakin meluas penggunaannya menjadi segala aktivitas atau bentuk perilaku “mengikuti” atau “meniru” seseorang. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan peran interaksi antara penggemar dan idola kesukaannya dalam memengaruhi fenomena sonminsu di dalam fandom K-pop. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan teknik pengumpulan datanya melalui wawancara dan observasi terhadap penikmat K-pop. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi parasosial yang dilakukan oleh idola K-pop di media sosial mendorong dilaksanakannya kegiatan sonminsu oleh penggemar. Interaksi parasosial ini dijalin melalui platform resmi dan pribadi milik idola K-pop, seperti Twitter, Instagram, dan Youtube, serta online fan community, seperti Vlive, Lysn, dan Weverse.

This paper discusses how parasocial interaction plays a role at K-pop fandom participation in sonminsu activities. Sonminsu is a new term used when someone buys the same item as their favorite celebrity’s. Over time, the meaning of sonminsu has widen and can be used to describe all activities or behavior of “following” or “imitating” someone. The purpose of this study is to explain the role of interaction between fans and their idols in influencing sonminsu activities within K-pop fandom. This study uses descriptive qualitative methods and the data collection is done through interviews and observation of K-pop fandom. The result of this study shows that parasocial interaction between K-pop idols and their fans in social media encourage fans to do sonminsu activities. This interaction is done through official and personal platforms of K-pop idols, such as Twitter, Instagram, and Youtube, also online fan communities, such as Vlive, Lysn, and Weverse."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Angellita Buulolo
"Selama beberapa tahun terakhir, penelitian terkait dengan perilaku konsumen menjadi topik yang hangat. Salah satu yang menjadi perhatian penelitian dalam beberapa tahun terakhir adalah faktor yang dapat memengaruhi terbentuknya compulsive buying behavior. Dalam penelitian ini akan membahas faktor baik secara eksternal seperti materialisme, dan internal seperti mindset dan consumer anxiety. Penelitian ini mengambil sudut pandang kelompok penggema dari dua grup K-POP besar Super Junior (E.L.F) dan NCT (NCTzen) di Indonesia berusia dewasa muda, yang melakukan pembelian produk terkait K-POP dalam sebulan terakhir. Metode yang dilakukan untuk penelitian ini adalah Structural Equation Model (SEM). Hasil penemuan dari penelitian ini sendiri menunjukkan jika faktor eksternal seperti materialisme masih menjadi faktor terkuat terbentuknya compulsive buying behavior dengan faktor yang memengaruhi materialisme seperti celebrity endorsement, peer group, dan television advertisement. Selain itu terdapat penemuan jika mindset tidak dapat berpengaruh langsung terhadap compulsive buying behavior.

Several studies have been conducted in recent years to investigate consumer behavior. One of the research topics that researchers are interested in is the factors that can influence the development of compulsive buying behavior. This study will look at external factors like materialism as well as internal factors like mindset and consumer anxiety. This study focuses on fans of the two major K-POP groups Super Junior (E.L.F) and NCT (NCTzen) in Indonesia, as well as young people who purchased K-POP-related merchandise in the previous month. This study was carried out using the Structural Equation Model (SEM). According to the findings of this study, external factors such as materialism, as well as variables that influence materialism such as celebrity endorsements, peer groups, and television advertisement, are still the most significant indicators in the establishment of compulsive buying behavior. Furthermore, it was discovered that mindset has no direct influence on compulsive buying behavior."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfida Hanum
"

Perilaku menggemari selebritas disebut dengan celebrity worship, yang tergambarkan melalui perilaku mulai dari mendiskusikan selebritas bersama teman hingga memuja selebritas ke tahap yang lebih ekstrem. Celebrity worship ditandai dengan adanya keterlibatan emosional antara penggemar dengan selebritas. Namun, ikatan dan paparan pada selebritas secara terus menerus dapat menimbulkan kecenderungan penggemarnya untuk melakukan perbandingan diri. Perbandingan diri tersebut dapat memicu ketidakpuasan pada citra tubuh yang kemudian dapat mengarah pada perilaku makan terganggu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran Body Image Dissatisfaction (BID) sebagai mediator hubungan antara celebrity worship dengan perilaku makan terganggu pada sampel penggemar K-Pop usia emerging adulthood (18-25 tahun). Hasil penelitian pada penggemar K-Pop (N = 219) menggunakan Celebrity Attitude Test (CAS), Eating Attitude Test-8 (EAT-8), dan Body Shape Questionnaire-Revised-10 (BSQ-R-10) menunjukkan bahwa terdapat indirect effect yang signifikan antara celebrity worship dan perilaku makan terganggu melalui BID (𝛽 = .07, BootSE = .01, CI = [.0425 – .0987]). Hasil penelitian ini mendukung hipotesis penelitian bahwa BID memediasi hubungan antara celebrity worship dan  perilaku makan terganggu. Temuan ini mengimplikasikan bahwa semakin tinggi celebrity worship pada penggemar K-Pop, maka semakin tinggi pula BID yang dirasakan, hingga meningkatkan perilaku makan terganggu pada penggemar K-Pop. 


Celebrity worship is a form of idolizing celebrities that ranges from discussing celebrity with friends to worshiping celebrities to a more extreme level. Celebrity worship is referred to as a one-sided emotional attachment to a celebrity. However, continuous exposure to celebrities could lead to a tendency for fans to do self-comparisons that trigger dissatisfaction with body image and further become disordered eating behavior. This study aims to see whether Body Image Dissatisfaction (BID) mediates the relationship between celebrity worship and disordered eating behavior among emerging adulthood (18-25 years of age) K-Pop fans. The results of this study (N = 219) using Celebrity Attitude Test (CAS), Eating Attitude Test-8 (EAT-8), dan Body Shape Questionnaire-Revised-10 (BSQ-R-10) showed that there was a significant indirect effect between celebrity worship and disordered eating behavior through BID (𝛽 = . 07, BootSE = .01, CI = [.0425 – .0987]). The results of this study proved that BID mediates the relationship between celebrity worship and disordered eating behavior. This finding implies that the higher the celebrity worship of K-Pop fans, the higher the perceived BID, which then increases the tendency of disordered eating behavior among K-Pop fans.

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elfrida Dwiyanti
"Penelitian ini mengeksplorasi bentuk interaksi parasosial yang terjadi pada penggemar musik K-Pop yang berusia dewasa muda (26 – 39 tahun). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, strategi fenomenologi, serta wawancara mendalam terhadap 4 perempuan dewasa muda untuk pengambilan data. Data dianalisis melalui coding dan ditulis dengan teknik analisis naratif. Pada penelitian ini, interaksi parasosial dilihat dari aktivitas penggemar yang dilakukan dan memasukkan perspektif usia dewasa muda, sehingga dapat terlihat bagaimana interaksi parasosial berperan dalam kehidupan penggemar. Karakteristik individu dewasa muda turut melatarbelakangi bentuk interaksi parasosial yang dialami penggemar. Hasil analisis menemukan adanya keterbatasan sebagai individu dewasa muda yang berpotensi menghentikan interaksi parasosial pada diri penggemar. Namun, keterbatasan tersebut diatasi dengan penggunaan media digital dan fandom. Penelitian ini menemukan interaksi parasosial pada penggemar dewasa muda digunakan sebagai sarana media enjoyment.

This research explores forms of parasocial interactions that occur in K-Pop music fans who are young adults (26-39 years). This study uses a qualitative approach, phenomenological strategy, and in-depth interviews with 4 young adult women. The data were analyzed through coding process and written with narrative analysis techniques. Parasocial interaction in this study are seen from the fan activity and include the age perspective as young adults (life course perspectives), so the study can see how parasocial interactions have a role in the fans’ life. Characteristics of young adult individuals also contribute to the form of parasocial interactions experienced by the fans. The results of this research found that young adult fans have limitations that potentially stop parasocial interactions in fans. However, these limitations are overcome by the use of digital media and fandom. This study found interactions in young adult fans are used as media enjoyment."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatihah Adhani Prasetyo
"

Penelitian ini mengkaji bagaimana merchandise menjadi simbol identitas kelas sosial kalangan penggemar K-Pop. Studi-studi terdahulu telah membahas mengenai merchandise dan konsumerisme di kalangan penggemar. Namun, studi sebelumnya cenderung membahas pengoleksian merchandise sebagai bentuk impulsive buying dan konsekuensi dari adanya globalisasi dan modernisasi secara umum. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori modes of consumption untuk menganalisis bagaimana merchandise dapat menjadi simbol identitas kelas melalui sign yang terlihat. Secara umum teori ini membahas mengenai pengonsumsian terhadap barang yang dapat menarik garis hubungan sosial seseorang. Dalam analisisnya, peneliti juga menggunakan konsep Distinction oleh Bourdieu untuk melihat bagaimana perbedaan lapisan kelas berdasarkan kemampuan ekonomi dan taste atau preferensi selera antara satu penggemar dengan yang lainnya dalam mendapatkan merchandise “terbatas”. Hasil temuan menyatakan bahwa merchandise, seperti halnya photocard limited dapat menjadi simbol identitas terhadap kelas sosial para penggemar K-Pop. Hal ini tercermin dari sign eksklusif yang terdapat pada benda tersebut, yang membuat para penggemar dengan preferensi selera yang bagus dan kemampuan ekonomi yang tinggi lah yang dapat memiliki dan mengoleksinya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi dan in-depth interview terhadap para kolektor merchandise, penggemar K-Pop non-kolektor, dan pemilik group order jual-beli photocard.


This study examines how merchandise is a symbol of social class identity among K-Pop fans. Previous studies have covered merchandise and consumerism among fans. However, previous studies tended to discuss the collection of merchandise as a form of impulsive buying and the consequences of globalization and modernization in general. In this study, researchers used modes of consumption theory to analyze how merchandise can become a symbol of class identity through visible signs. In general, this theory discusses the consumption of goods that can draw a line of a person's social relationships.  In their analysis, researchers also used Bourdieu's concept of Distinction to see how class layers differ based on economic ability and taste or taste preferences between one fan and another in obtaining "limited" merchandise. The findings state that merchandise, like limited photocards, can be a symbol of identity towards the social class of K-Pop fans. This is reflected in the exclusive signs contained in the object, which makes fans with good taste preferences and high economic abilities who can own and collect it. This study used qualitative methods with observational data collection techniques and in-depth interviews of merchandise collectors, non-collector K-Pop enthusiasts, and group order owners buying and selling photocards.

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahrinda Putri Poempida
"Standar kecantikan adalah gagasan yang menyiratkan bagaimana perempuan seharusnya berpenampilan. Hal ini menjadi standar sosial sekaligus harapan terhadap perempuan, dan penampilan mereka. Di Indonesia, standar kecantikan berubah dari waktu ke waktu, bergantung pada banyak faktor kultural. Pada saat ini, media sosial berperan penting dalam banyaknya konstruksi opini publik, termasuk terhadap standar kecantikan wanita. Dalam beberapa tahun terakhir, inklusivitas telah menjadi tren dalam menentukan standar kecantikan di kalangan wanita Indonesia. Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap pencangkupan inklusivitas dalam mendefinisikan standar kecantikan adalah postingan Instagram fenomenal Tara Basro yang menarik banyak sentimen campuran dari publik dan media. Fenomena yang berdampak sosial ini memiliki dampak terhadap konstruksi standar kecantikan wanita Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini untuk mengkaji apakah ada peran dari media sosial, khususnya postingan Instagram Tara Basro, dalam melakukan konstruksi terhadap persepsi publik tentang standar kecantikan wanita Indonesia.

Beauty standard is a notion which imply how female, in particular, should look like. It became social standard as well as expectation toward female, and their appearance. In Indonesia, beauty standard has changed overtime, depending on multiple cultural factors. Nowadays, Social Media plays important role on construction various of public opinion toward many social issues, including female beauty standard. In addition, inclusivity has become a trend on defining beauty standard among Indonesian female in the past few years. One of the most recent influential aspects that promotes inclusivity in defining beauty standard is Tara Basro’s phenomenal Instagram post which drew plenty of mixed sentiment from both the public and media. This social phenomenon has its own impact toward the construction of Indonesian female beauty standard. Therefore, this study is to assess whether or not there is an impact of social media, especially Tara Basro’s Instagram post, in the construction of public perception toward Indonesian female beauty standard."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Melati Putri Dairly
"Media plays an important role in the creation phenomenon in society, one of which is the K-Beauty phenomenon. This study was conducted to determine the role of the media in the the spread of K-Beauty phenomenon in the beauty community in Indonesia. The data used is primary data in the form of accidental discoveries in the field in this case focusing on social media and secondary data through literature studies, which is then analyzed using two theories, namely media ecology theory and coordinated management of meaning theory which assisted by several concepts. The study found that social media play a role in infusing acts and actions, fixing perception, organizing experiences, and connecting the world through content of Korean Wave found on social media which ultimately forms a perception for the Indonesian beauty community to accept the entry of K-Beauty into Indonesia.

Media berperan penting dalam terciptanya sebuah fenomena di masyarakat, salah satunya adalah fenomena KBeauty. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran media dalam penyebaran fenomena K-Beauty di komunitas kecantikan di Indonesia. Data yang digunakan adalah data primer yang diambil dari penemuanpenemuan secara kebetulan pada media sosial dan data sekunder melalui studi literatur, yang kemudian dianalisis menggunakan dua teori yaitu teori ekologi media dan teori manajemen makna terkoordinasi yang dibantu oleh beberapa konsep. Hasil penelitian ini menemukan bahwa bahwa media sosial berperan dalam menanamkan tindakan, memperbaiki persepsi, mengatur pengalaman, dan menghubungkan dunia melalui berbagai konten tentang Korean Wave yang akhirnya membentuk persepsi bagi komunitas kecantikan Indonesia untuk menerima masuknya K-Beauty ke Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Tsana Dhia
"K-Pop merupakan fenomena global yang marak di Indonesia, terutama selama beberapa tahun terakhir. Penelitian ini bertujuan melihat hubungan prediktif distress psikologis terhadap celebrity worship serta peran maladaptive daydreaming sebagai mediator. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa distress psikologis memiliki hubungan yang signifikan dengan celebrity worship dan maladaptive daydreaming berperan sebagai mediator (Zsila et al., 2019). Meskipun telah diteliti, penelitian ini dilakukan khusus pada penggemar K-Pop (N = 252) kalangan usia emerging adulthood, yaitu 18-25 tahun (M = 21.04, SD = 1.713). Celebrity worship diukur menggunakan Celebrity Attitude Scale oleh Maltby et al. (2002), sedangkan distress psikologis diukur dengan The Kessler Psychological Distress Scale (K10) oleh Kessler et al. (2002). Maladaptive Daydreaming Scale-16 (MDS-16) oleh Somer et al. (2017b) digunakan untuk mengukur Maladaptive Daydreaming. Analisis mediasi dilakukan menggunakan fitur PROCESS Versi 4.0 dari SPSS Versi 24. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan langsung antara distress psikologis dan celebrity worship (𝛽 = -.0289, > .05). Namun, penelitian ini membuktikan bahwa maladaptive daydreaming berperan sebagai mediator dalam hubungan distress psikologis dan celebrity worship (𝛽 = .20, BootSE = .06, Cl 95% [.08, .34]). Apabila distress psikologis naik, maladaptive daydreaming juga akan naik. Seiring dengan kenaikan maladaptive daydreaming, celebrity worship pun akan mengalami kenaikan.

K-Pop ia  a rising global phenomenon in Indonesia, especially the last several years. This study aims to evaluate the predictive relationship between psychological distress and celebrity worship, also the role of maladaptive daydreaming as mediator. Previous studies found that psychological distress has a significant relationship with celebrity worship and maladaptive daydreaming is one of the mediator (Zsila et al., 2019). However, this study specifically aimed to emerging adult K-Pop fans (N = 252) age 18-25 years old (M = 21.04, SD = 1.713). Celebrity worship measured by Celebrity Attitude Scale (CAS) by Maltby et al. (2002) and psychological distress used The Kessler Psychological Distress Scale (K10) by Kessler et al. (2002). Maladaptive Daydreaming Scale-16 (MDS-16) by Somer et al. (2002) used for maladaptive daydreaming. Mediation was analyzed using PROCESS 4.0 from SPSS version 24. This study found that psychological distress has no direct effect on celebrity worship (𝛽 = -.0289, p > .05). However, maladaptive daydreaming was found as a mediator (𝛽 = .20, BootSE = .06, Cl 95% [.08, .34]). In conclusion, an increase in psychological distress is followed by an increase in maladaptive daydreaming then an increase in maladaptive daydreaming is followed by an increase in celebrity worship."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muqsita Salmi
"Fenomena budaya asal Korea Selatan atau disebut Korean Wave, memberikan pengaruh bagi kaum muda di Asia, termasuk Indonesia. Musik K-Pop menyebar luas ke seluruh dunia lewat berbagai situs dan media sosial lainnya. Dengan mendunianya K-Pop ini, membuka peluang para pemasar untuk melihat perilaku konsumen penggemar Budaya Korea Selatan ini. Penelitian ini merujuk pada fenomena tersebut yang bertujuan untuk memahami motivasi yang mendasari penggemar K-Pop dalam melakukan penggunaan replika pakaian dan aksesoris artis K-Pop. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, paradigma konstruktivis, dan bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan metode wawancara mendalam untuk memperoleh gambaran mendalam dan menyeluruh mengenai motivasi penggemar K-Pop. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi pembelian dilatarbelakangi oleh kebutuhan untuk menunjukkan identitas sebagai penggemar K-Pop.

The cultural phenomenon of South Korea or Korean Wave, gives an impact to the young generation of Asia, including Indonesia. The K-Pop music is going worldwide through various sites and social media. With K-Pop music is going global opens the opportunity for marketers to observe the consumer behaviour of fans of the South Korea Culture. This study is based on this phenomenon which objective is to understand the motivations underlying K-Pop fans in making use of clothing and accessories replica of K-Pop artist. This study used a qualitative approach, the constructivist paradigm, and is descriptive. The data was collected in-depth interview method to obtain a thorough picture of the motivation of K-Pop fans. The results suggest that purchase motivation motivated by the need to show the identity of the K-Pop fans."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>