Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147344 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yoga Wienda Pratama
"ABSTRAK
Model optimisasi telah menjadi salah satu instrumen penting dalam menentukan bauran energi masa depan dan sebagian besar dibuat dalam pendekatan nasional. Indonesia memiliki sumber daya energi primer yang berlimpah, baik berupa energi fosil maupun energi terbarukan. Namun, tingginya disparitas kepadatan penduduk, infrastruktur, level ekonomi, dan perbedaan antara lokasi sumber energi dan konsumen energi antar dan intra-area berdampak pada ketimpangan performa sistem energi antara Indonesia bagian barat dan timur yang memicu ketidakberlanjutan sistem energi, dalam hal ini adalah listrik. Sehingga pada penelitian ini, analisis sistem ketenagalistrikan di Indonesia di masa depan hingga tahun 2050 dengan model optimisasi multi-objektif dilakukan dengan menggunakan indikator keberlanjutan. Penelitian diawali dengan mengembangkan model optimisasi pada pendekatan nasional dan spasial untuk menunjukkan besar deviasi antara pendekatan nasional dan spasial. Selanjutnya model optimisasi spasial digunakan untuk analisis lebih lanjut dengan memperhatikan perbedaan karakteristik regional dengan membagi Indonesia menjadi enam regional: Sumatera, Jamali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku-Nusa Tenggara (Maluku & NT), dan Papua. Lima skenario tujuan pengembangan dianalisa: (a) BAU, (b) orientasi lingkungan secara pasif, (c) trade-off ekonomi-lingkungan, (d) perlindungan lingkungan secara aktif, dan (e) orientasi lingkungan hijau secara total. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skenario orientasi lingkungan secara pasif menghasilkan performa indikator keberlanjutan terbaik. Skenario ini sangat sedikit mengorbankan aspek ekonomi energi untuk meningkatkan performa sistem ketenagalistrikan Indonesia pada apek lingkungan dan ketahanan sumber daya energi dengan meningkatnya penetrasi energi terbarukan dan tingkat keberagaman.

ABSTRACT
In the present study, a multi-objective optimization model was developed to find the best scenario for Indonesian power generation planning up to 2050. Indonesia has abundant fossil and renewable energy resources. However, high disparity on population density, infrastructure, economic level, and the difference between energy source and energy consumer location among and inter-region inflict to discrepancy on electricity system performance between western and eastern part of Indonesia. In order to capture more accurately regional characteristics, the model was developed in spatial as well as national approach by dividing Indonesia become six regions: Sumatera, Java-Madura-Bali (Jamali), Kalimantan, Sulawesi, Maluku-Nusa Tenggara (Maluku & NT), and Papua. Five development objective scenarios were proposed: (A) business as usual, (B) passively environment oriented, (C) economic-environmental trade-off, (D) actively environment protection, and (E) totally towards green society. Energy mix, cost of generation, CO2 emission, and fuel consumption output from optimization model were inputted in sustainability indicator simulation which consist of eleven indicators which are represent three sustainability aspect: economic, social, and environment to be analyzed. The results show that national approach could utilize more renewable energy than spatial approach due to no limitation on potential coverage area. Passively environment oriented provide the best sustainable indicator performance. The scenario slightly compromise cost of electricity generation to highly increase social, environment, and resource security indicators by increasing penetration of renewable energy."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T41664
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Firmansyah
"Negara kesatuan Republik Indonesia memiliki tujuh wilayah besar dengan karakteristik yang berbeda dalam system kelistrikan, perkembangan kebijakan kelistrikan di Indonesia dimulai pada abad ke-19 dan mulai berkembang dengan adanya pemberian hak konsesi oleh Pemerintah kolonial Hindia Belanda kepada swasta di beberapa daerah, kemudian ketika Jepang menguasai Indonesia, sektor kelistrikan berubah fungsi sebagai alat pertahanan dalam peperangan. Indonesia memperoleh kemerdekaan pada tahun 1945 dibarengi dengan proses nasionalisasi aset-aset yang dimiliki oleh Hindia-Belanda dan Jepang, kemudian sektor kelistrikan dikuasai sepenuhnya oleh Negara yang diamanahkan melalui Badan Usaha Milik Negara yaitu PLN. Pada tahun 1966, sektor ketenagalistrikan merupakan bagian dari proses pembangunan yang digaungkan dalam RPLT (Rencana Pembangunan Lima Tahun), di era tahun 1998 terjadilah pergolakan reformasi, yang berdampak pada kebijakan ketenagalistrikan, dimana porsi swasta/Independent Power Producer (IPP) meningkat signifikan menjadi 3.169 MW pada tahun 2003, rentan waktu era reformasi kebijakan sektor ketenagalistrikan mengalami 2 kali perubahan, konsepnya masih sama yaitu demonopolisasi, namun ada beberapa konsep yang diluruskan oleh Mahkamah Konstitusi, sehingga sektor ketenagalistrikan tetap menjadi bagian dari kontrol negara. Indonesia telah meratifikasi Paris Agreement, dimana konsep perencanaan kelistrikan akan berbasis pada energi baru terbarukan, berbagai skenario telah dipersiapkan pemerintah namun baru bersifat pemenuhan kebutuhan supply-demand dengan mengoptimalkan pemanfataan energi terbarukan untuk kebutuhan pembangkit listrik, belum ada kebijakan yang mengatur terkait agregasi energi terbarukan sehingga diperlukan proyeksi kebutuhan energi dengan alat bantu perangkat lunak Powersim dan Arena untuk menghitung kebutuhan energi secara skenario BAU (Business As Usual) dan skenario penambahan supply dari 20% dari PLTS Atap dan variabel lainnya dari PLT Energi Terbarukan sebesar 10 s.d 15 TWh dan penambahan demand dari adanya peningkatan penggunaan electric vehicle, kompor induksi dan ekspor listrik ke Singapura dan Timor Leste.

The unitary state of the Republic of Indonesia has seven large regions with different characteristics in the electricity system, the development of electricity policy in Indonesia began in the 19th century and began to develop with the granting of concession rights by the Dutch East Indies colonial government to the private sector in some areas, then when Japan controlled Indonesia, the electricity sector changed its function as a means of defense in warfare. Indonesia gained independence in 1945 coupled with the process of nationalization of assets owned by the Dutch East Indies and Japan, then the electricity sector was fully controlled by the State mandated through state-owned enterprises, namely PLN. In 1966, the electricity sector was part of the development process echoed in the RPLT (Five-Year Development Plan), in the era of 1998 there was a reform upheaval, which had an impact on electricity policy, where the portion of private / Independent Power Producer (IPP) increased significantly to 3,169 MW in 2003, vulnerable when the era of electricity sector policy reform experienced 2 changes,  The concept is still the same as demonopolisation, but there are several concepts straightened out by the Constitutional Court, so that the electricity sector remains part of state control. Indonesia has ratified the Paris Agreement, where the concept of electricity planning will be based on new renewable energy, various scenarios have been prepared by the government but only meet the needs of supply-demand by optimizing the utilization of renewable energy for electricity generation needs, there is no policy that regulates the aggregation of renewable energy so that it requires the projection of energy needs with Powersim and Arena software tools for electricity generation.  Calculate the energy needs in the BAU (Business As Usual) scenario and the scenario of increasing supply from 20% of roofing power plants and other variables of renewable energy power plants of 10 to 15 TWh and the addition of demand from the increased use of electric vehicles, induction stoves and electricity exports to Singapore and Timor Leste."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Rahmat
"ABSTRAK
Makalah ini menyajikan analisis mengenai efektivitas kebijakan energi
terbarukan dan praktek kebijakannya di Indonesia, dengan mengacu kepada
praktek kebijakan energi terbarukan di Uni Eropa, negara-negara anggota OECD
(Organisation for Economic Co-operation and Development) dan negara-negara
BRICS (Brazil, Russia, India, China dan South Africa). Tulisan ini membahas
factor-faktor kunci penentu keberhasilan kebijakan pengembangan energi
terbarukan dalam konteks Indonesia. Secara keseluruhan, makalah ini
memberikan kontribusi untuk memahami kebijakan RE secara umum dan faktorfaktor
yang mendorong keberhasilan pelaksanaan RE di Indonesia pada
khususnya. Penelitian ini mengungkapkan bahwa meskipun berbagai kebijakan
dan program pengembangkan energi terbarukan telah dibuat oleh Pemerintah
Indonesia, namun realisasinya masih di bawah target yang ditetapkan, sehingga
hal ini membawa implikasi serius terhadap keamanan energi nasional.
Berdasarkan identifikasi, faktor utama yang menghambat program pengembangan
energi terbarukan di Indonesia adalah hambatan non-ekonomi.

ABSTRACT
This paper presents an analysis of the effectiveness of RE policy and policy
practice in Indonesia. It is based on RE policy practices in European Union,
OECD and BRICS countries. Discussing key important factors of RE policy in
Indonesian context, the study reveals that despite various policies and programs
which the Government of Indonesia has made, the realization of RE deployment
is still under the stated target, which can have implication for the national energy
security. This might be attributed to non-economic barriers. Overall, this paper
contributes to the understanding of RE policies in general and factors encouraging
successful implementation of RE in particular."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T43201
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfa Hudaya
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimumkan konversi TKKS menjadi etanol, furfural, dan listrik yang terintegrasi dengan sistem generasi kukus agar menghasilkan performa ekonomi dan lingkungan yang optimum. Performa ekonomi diukur dengan NPV (net present value) sedangkan performa lingkungan diukur melalui emisi CO2 hasil analisis life cycle. Hasil optimisasi menunjukkan bahwa suhu optimum untuk reaksi hidrolisis adalah 180°C dan pemenuhan fraksi kukus massa dari generasi kukus tenaga surya yang optimum berada pada rentang 0-0,28 yang ditunjukkan oleh kurva Pareto. CSP mampu memenuhi seluruh kebutuhan kukus secara finansial pada pembangunan unit ke-10 dengan proyeksi learning curve. Split fraksi TKKS untuk objektif optimum didapatkan pada fraksi massa TKKS sebesar 0.25 ke unit reaktor hidrolisis.

ABSTRAK
The purpose of this research is to optimize the conversion process of EFB to ethanol, furfural, and electricity through co-production principal integrated with solar-assisted steam generation system, to achieve optimum economic and environmental performances. Economic performance is measured by NPV, while environmental performance by CO2 emission through life cycle analysis. The multi-objective optimization shows that the optimum temperature of hydrolisis reaction is 180°C and solar-assisted generation system is applicable for fulfilling steam need until 0,28 of mass fraction, which are represented by Pareto curve. CSP can fulfill all demand of steam funancially when the 10th unit established by learning curve projection. Fraction split of EFB into hydrolisis reactor is optimum at 0,25."
2016
S63155
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fathoni Fikri
"Nusa Penida adalah pulau terbesar di Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. Pulau ini begitu indah dan salah satu tujuan wisata favorit. Luas wilayah Nusa Penida termasuk Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan adalah 202.840 hektar dengan total populasi 47.448 orang. Nusa Penida hanya memiliki satu sistem kelistrikan interkoneksi dalam sistem distribusi 20 kV, kebutuhan energi di sistem Nusa Penida pada 2018 adalah sebesar 44.538.220 kWh/tahun dengan beban puncak sebesar 7,9 MW. Beban ini dipasok oleh pembangkit diesel di Kutampi, total kapasitas terpasang 13.84 MW sedangkan kapasitas bersih 11.4 MW.
Pemenuhan kebutuhan listrik dengan hanya bergantung pada satu sumber ini tentunya memiliki kekurangan, selain Biaya Pokok Penyediaan yang tinggi, penggunakan BBM tentunya tidak sejalan dengan target capaian bauran energi terbarukan sebesar 23 pada tahun 2025. Ada dua langkah yang sudah dilakukan dalam rangka memitigasi problematika di atas yaitu penyediaan Pembangkit EBT (PLTS dan PLTB) dan konstruksi sistem interkoneksi kabel bawah laut 20 kV Bali- Nusa Lembongan. Untuk kabel bawah laut gagal pada saat instalasi dan untuk pembangkit EBT yang terpasang tidak optimal. Penelitian ini menyajikan Simulasi dan Analisa dengan menggunakan perangkat lunak HOMER untuk didapatkan skenario pembangkit hibrida yang memiliki kehandalan baik dan biaya pembangkitan yang optimal.
Dari hasil simulasi dan optimasi didapatkan PLTH optimum untuk diterapkan di area studi adalah integrasi antara PLTB, PLTS dan PLTD. Pada Kondisi optimum ini Total produksi listrik yang dihasilkan oleh PLTH adalah 57.447,48 MWh/tahun dengan optimisasi kapasitas sebesar 39 (22.440,74 MWh) untuk PLTS, 25(14.368,8 MWh) untuk PLTB, 35,9% (20.637,9 MWh) untuk PLTD. COE mengalami penurunan setelah masuknya sistem PLTH yaitu menjadi 13,5 cent/kWh. Sedangkan COE pada konfigurasi sistem eksisting (PLTD) adalah sebesar 19 cent/kWh. Skenario terbaik ini selanjutnya akan dilakukan evaluasi ekonomi nya, didapatkan NPV = USD 21.136.331 ; IRR = 14,3% ; PBP = 6 tahun.

Nusa Penida is the largest island in Klungkung Regency, Bali Province. This island is so beautiful and one of the favorite tourist destinations. The area of Nusa Penida including Nusa Lembongan and Nusa Ceningan is 202,840 hectares with a total population of 47,448 people. Nusa Penida only has one interconnection electricity system in a 20 kV distribution system, the energy requirements in the Nusa Penida system in 2018 are 44.538.220 kWh / year with a peak load of 7.9 MW. This load is supplied by diesel plants in Kutampi, the total installed capacity is 13.84 MW while the net capacity is 11.4 MW.
The fulfillment of electricity needs by relying solely on this one source certainly has drawbacks, in addition to the high Cost of Supply, the use of BBM is certainly not in line with the target of achieving the renewable energy mix of 23% in 2025. There are two steps taken to mitigate for the provision of EBT Generators (PLTS and PLTB) and construction of the 20 kV Bali submarine cable interconnection system- Nusa Lembongan. The Project failed during installation and for EBT plants installed are not optimal. This study presents Simulation and Analysis using HOMER software to obtain hybrid generator scenarios that have good reliability and optimal generation costs.
From the simulation and optimization results, the optimum PLTH to be applied in the study area is the integration between PLTB, PLTS and PLTD. In this optimum condition the total electricity production generated by PLTH is 57,447.48 MWh / year with capacity optimization of 39% (22,440.74 MWh) for PLTS, 25% (14,368.8 MWh) for PLTB, 35.9% (20,637 , 9 MWh) for PLTD. COE declined after the inclusion of the PLTH system, which was 13.5 cent $ / kWh. Whereas COE in the existing system configuration (PLTD) is 19 cents / kWh. This best scenario will be evaluated for its economic study. From the analysis, NPV = USD 21.136.331 ; IRR = 14,3% ; PBP = 6 years.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T52540
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aris Sudarto
"Dalam membuat perencanaan sistem ketenagalistrikan, salah satu tujuan yang harus dicapai adalah terpenuhinya kebutuhan beban setiap saat. Untuk dapat memenuhi kebutuhan beban tersebut, maka sistem di sisi pembangkit harus memiliki keandalan yang tinggi. Kondisi kelistrikan di Bangka menunjukkan bahwa tingkat keandalan sistem pembangkit masih belum sesuai dengan standar PLN. PLN telah menetapkan standar keandalan pembangkit yaitu indeks keandalan (LOLP) dibawah 0,274% atau setara dengan kurang dari 1 hari/tahun. Penelitian ini bertujuan mendapatkan indeks keandalan sistem pembangkit berupa LOLP dengan melakukan analisis pemanfaatan potensi energi terbarukan sebagai sistem penyediaan tenaga listrik di Bangka. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa indeks keandalan sistem pembangkit maksimal 0,00274 atau setara dengan maksimal 1 hari/tahun dapat dicapai dengan menambahkan PLTD 30 MW, PLTS 11,8 MW dan PLT Biogas 2 x 100 kW ke sistem pembangkit yang ada (existing) selama pertumbuhan beban tidak lebih dari 15,4 MW.

One of the aims in planning of power system which must be achieved is to make sure enough capacity is available to meet the demand at any time. To be able to meet the demand, the generation system must have high reliability level. The condition of power system in Bangka shows that the reliability indices of generation system is not yet meet the PLN standard. PLN has set the standard of generation system reliability that is the reliability indices (LOLP) below 0,274% or less than 1 day/year. This research aims to obtain reliability indices of generation system by analyzing the utilization of renewable energy as a power supply system in Bangka. The study concluded that the reliability indices of generation system (LOLP) for a maximum of 0,00274 or 1 day/year can be achieved by adding diesel power plant (30 MW), a solar power plant (11.8 MW), and biogas engines (2 x 100 MW) to existing power plants. The reliability level can be maintained at the same level during the increase in system load does not exceed at 15.4 MW.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44408
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arighi Radevito
"Penelitian ini merupakan analisis mengenai penentuan peringkat sumber energi di Indonesia dengan kriteria LCOE, tingkat emisi, kepadatan daya dan penciptaan lapangan kerja untuk membantu memberikan paradigma yang independent dan andal bagi para pembuat kebijakan. LCOE, tingkat emisi, kepadatan daya dan penciptaan lapangan kerja dari sumber energi merupakan faktor penting bagi pembuat kebijakan untuk menentukan jenis sumber energi untuk pembangkitan listrik yang terbaik untuk dikembangkan di Indonesia. Para pembuat kebijakan atau calon investor mungkin ingin melihat kesesuaian jenis pembangkit listrik yang sesuai dikembangkan, mengingat bahwa membangun berbagai jenis sumber energi telah terbukti memiliki dampak pada hasil sistem kelistrikan nasional. Data dari Kementerian ESDM, PLN, Lazard, IRENA dan berbagai sumber penelitian akan dianalisis menggunakan metode Multi Criteria Decision Making (MCDM). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bobot tingkat emisi CO2 paling tinggi diantara keempat kriteria diikuti oleh levelized cost of electricity (LCOE), penciptaan lapangan kerja dan kepadatan daya yang terakhir. Sumber Energi Air menempati peringkat tertinggi di antara alternatif lain diikuti oleh sumber energi surya, panas bumi, angin, gas alam, batubara dan mesin diesel. Sementara sumbe energi panas bumi dan surya memiliki probabilitas perubahan peringkat tertinggi dengan 21.4% perubahan berdasarkan simulasi sedangkan sumber energi lainnya probabilitas perubahannya sebesar 0%. Hal ini harus dipertimbangkan dalam pemodelan risiko dan oleh pembuat kebijakan.

This study is an analysis of the energy sources ranking in Indonesia with the criteria of LCOE, CO2 emission levels, power density and job creation to help provide a reliable dan independent paradigm for policy makers. LCOE, CO2 emission levels, power density and job creation from energy sources are important factors for policy makers to determine the best energy source for electricity generation to be developed in Indonesia. Policy makers or potential investors may want to look at the suitability of the appropriate type of power generation to be developed, given that establishing different types of energy sources has been shown to have an impact on the results of the national electricity system. Data from the Ministry of Energy and Mineral Resources, PLN, Lazard, IRENA and various research sources will be analysed using the Multi Criteria Decision Making (MCDM) method. The results of this study indicate that the weight of the CO2 emission level is the highest among the four criteria followed by the levelized cost of electricity (LCOE), job creation and the last power density. Water as an energy sources ranks highest among other alternatives followed by sources of energy from solar, geothermal, wind, natural gas, coal and diesel engines. Meanwhile, geothermal and solar energy sources have the highest probability of ranking change with 21.4% of changes based on simulations, while other energy sources have 0% probability of change. This should be considered in risk modelling and by policy makers"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ilyas Savier Alfikri
"Karya tulis ini membahas simulasi dan optimasi tujuan ganda proses regasifikasi hidrogen cair. Tujuan penulisan karay tulis ini adalah untuk mengetahui potensi pemanfaatan energi dingin hidrogen cair. Terdapat dua faktor utama yang melatarbelakangi proses pemanfaatan energi dingin hidrogen. Pertama, energi yang dikonsumsi pada proses pencairan hidrogen adalah 3,3 kWh/kg hidrogen cair (Departement of Energy U.S.A., 2009). Kedua, energi yang tergandung dalam hidrogen adalah 120 MJ/kg (Van Hoecke et al., 2021). Proses pemanfaatan energi dingin hidrogen cair yang dibahas adalah kombinasi Siklus Brayton dan ekspansi. Simulasi dilakukan pada Aspen HYSYS V.10 dengan fluid package­ Peng-Robinson. Fluida kerja yang digunakan dalam simulasi adalah fluida kerja Helium dan fluida kerja campuran Helium-Neon. Optimasi dilakukan pada aplikasi MS Excel. Algoritma yang digunakan adalah modifikasi dari I-MODE yang dibuat oleh Sharma & Rangiah, 2013. Optimasi tujuan ganda memaksimalkan energi listrik yang dibangkitkan dan meminimalkan biaya pompa dengan variabel penentu adalah laju alir dan komposisi fluida kerja, serta tekanan penguapan hidrogen cair. Dengan laju alir hidrogen cair 30 ton/hari, diperoleh kondisi operasi yang optimum 1836 kg/jam fluida kerja Helium dengan tekanan penguapan sebesar 68 atm. Energi listrik yang dibangkitkan adalah 0,934 GWh per tahun dan biaya pompa yang dibutuhkan adalah $12.305.142.

This paper discusses simulation and multi-objective optimization of regasification liquid hydrogen. This paper is written to identify the utilization of hydrogen cold energy potency. There are two main factors behind this study. The amount of energy consumed in the liquefaction process is 3.3 kWh/kg of liquid hydrogen (Departement of Energy U.S.A., 2009), and the hydrogen energy content is 120 MJ/kg (Van Hoecke et al., 2021). The process simulation is a combination of the Brayton Cycle and direct expansion. The simulation is conducted on Aspen HYSYS V.10 with Peng-Robinson fluid package. The working fluids that are used in this simulation are Helium and Helium-Neon mixture. The optimization is conducted in MS Excel. I-MODE algorithm (Sharma & Rangiah, 2013) is modified to run the optimization process. Multi-objective optimization will maximize the amount of electricity and minimize the cost of the pump by changing the flow rate and composition of the working fluid, and the regasification pressure. Liquid hydrogen flow rate set to be constant at 30 ton/h, the optimum condition is 1863 kg/h Helium as working fluid and regasification pressure at 68 atm. The amount of electricity generated is 0.934 GWh per year and the cost of the pump is $12.305.142."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Dhamayanti
"Kebutuhan energi Indonesia terus meningkat seiring dengan perkembangan di beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti populasi, partumbuhan ekonomi, teknologi, juga harga energi. Kebutuhan energi final Indonesia pada 2025 diproyeksikan mencapai 248,4 MTOE. Pada saat yang sama, pemerintah Indonesia menyadari pentingnya pembangunan berkelanjutan, yang berkaitan dengan lingkungan. Kebutuhan energi yang besar dan kesadaran terhadap pembangunan berkelanjutan ini menjadi faktor pendorong bagi pemerintah Indonesia untuk membuat suatu target kontribusi energi baru dan terbarukan EBT pada bauran energi final dan untuk menetapkan beberapa kebijakan untuk mendukung usaha untuk mencapai target tersebut. Akan tetapi, ada beberapa tantangan dalam implementasi aturan-aturan ini seperti skema bisnis dan insentif yang dianggap kurang menarik bagi investor, kecenderungan proyek EBT yang kecil dan tersebar di area-area berbeda dan beberapa tantangan lain. Jadi, penelitian ini bertujuan untuk memberi pengertian mengenai dinamika sistem, variabel, dan hubungan mereka dalam pengembangan EBT di Indonesia, khususnya terkait dengan kebijakan mengenai harga jual listrik dari pembangkit listrik swasta ke PT. PLN menggunakan pendekatan sistem dinamis dengan studi kasus di Jawa Barat. Dengan melakukan simulasi, diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi, kesenjangan antara permintaan dan kapasitas penyediaan, dan keuntungan investasi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan energi terbarukan. Sementara, pengembangan energi terbarukan sendiri dapat mempengaruhi jumlah lapangan pekerjaan dan total emisi yang dikeluarkan.

Indonesias energy demand keeps on increasing due to the development in some main influencing factors such as population growth, economic growth, technology development, as well as energy price. Indonesia rsquo s final energy demand in 2025 is projected to reach 248.4 MTOE. At the same time, Indonesian government is concerned about the importance of sustainable development, which is related to environment. The big amount of energy demand and the concern to sustainable development have been the push factors of Indonesias government to create a target of new and renewable energys NRE contribution in the final energy mix and to enact some policies to support the effort to reach the target. However, there are some challenges in the implementation of these regulations such as business scheme and incentive that is perceived to be not lucrative enough by investors, the tendency of NRE development projects to be small and scattered in different areas and some other challenges. Thus, this research aims to understand the dynamics of the system, variables and their interconnections in the development of NRE in Indonesia, especially related to policies about electricity selling price from power producers to State Electricity Company PT. PLN using system dynamics approach with the study case in East Java. By running the simulation, it is found that economy growth, energy supply demand gap and investment profitability are influencing factors to renewable energy development. Meanwhile, renewable energy itself affects the amount of job creation and total emission emitted.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desti Octavianthy
"Indonesia yang memiliki jumlah kota sebanyak 93 kota yang tersebar di banyak provinsi merupakan konsumen energi terbesar di Asia Tenggara yaitu sebesar 36% dari kebutuhan energi kawasan. Selain tingginya permintaan energi, isu lain yang krusial adalah tingginya produksi limbah di Indonesia, terutama pada daerah perkotaan. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh skema teknologi Waste to Energy (WtE) yang dapat diaplikasikan dan paling optimum dalam menghasilkan LCOE dan emisi GHG yang minimum melalui optimisasi multi objektif.
Teknologi yang digunakan di dalam penelitian ini adalah insinerasi, gasifikasi, anaerobic digestion, dan pirolisis dengan teknologi pembangkitan listrik menggunakan gas engine, gas turbin, serta teknologi fuel cell, yakni Solid Oxide Fuel cell (SOFC) dan Molten Carbonate Fuel cell (MCFC). Produksi bahan bakar hidrogen untuk fuel cell menggunakan proses Reforming. Penelitian dilakukan dengan meninjau aspek teknis melalui simulasi produksi listrik dari limbah padat perkotaan di kota Depok dengan menggunakan software ASPEN PLUS.
Dari aspek lingkungan, dilakukan analisis faktor emisi yang dihasilkan dari berbagai teknologi proses WtE melalui metode Life Cycle Assessment (LCA). Dari segi ekonomi, dilakukan perhitungan Levelized Cost of Electricity (LCOE) WtE. Emisi total dan LCOE merupakan fungsi objektif pada optimisasi multi objektif yang dilakukan dengan menggunakan software General Algebraic Modelling System (GAMS).
Hasil penelitan menunjukkan bahwa teknologi digesti anaerob dengan turbin gas sebagai teknologi pembangkitan merupakan teknologi WtE yang optimum pada tahun 2020-2035. Pada tahun 2035 hingga tahun 2050, teknologi gasifikasi dengan SOFC merupakan teknologi yang optimum dari segi teknis, ekonomi, maupun lingkungan. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi inspirasi dan membawa pengaruh terhadap perbaikan sistem konversi limbah menjadi energi yang ada di kota Depok.

Indonesia, which has a total of 93 cities in many provinces, is the largest energy consumer in Southeast Asia, around 36% of the region`s energy needs. Besides the high demand for energy, another crucial issue is the high production of waste in Indonesia, especially in urban areas. This research was carried out to obtain the Waste to Energy (WtE) technology scheme that can be applied and optimum in producing minimum LCOE and GHG emissions through multi-objective optimization.
The technologies used in this study are incineration, gasification, anaerobic digestion, and pyrolysis with power generation technology which using gas engines, gas turbines, and fuel cell technology, namely Solid Oxide Fuel cell (SOFC) and Molten Carbonate Fuel cell (MCFC). The production of hydrogen fuel for fuel cells uses the Reforming process. The study was conducted by reviewing the technical aspects through simulating electricity production from municipal solid waste in Depok using the ASPEN PLUS software.
From the environmental aspect, emission factor analysis was produced from various WtE process technologies through the Life Cycle Assessment (LCA) method. From an economic standpoint, Levelized Cost of Electricity (LCOE) of WtE is calculated. Total emissions and LCOE are objective functions in multi-objective optimization that carried out using General Algebraic Modeling System (GAMS) software.
The research results show that anaerobic digestion technology with gas turbines as generation technology is the optimum WtE technology in 2020-2035. In 2035 until 2050, gasification technology with SOFC is the optimum technology from the technical, economic and environmental aspects. This research is expected to be able to inspire and influence the improvement of waste conversion into energy systems in the city of Depok.This research is expected to be able to inspire and influence the improvement of the waste conversion into energy systems in Depok.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53968
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>