Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130807 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratna Esykha Wulan Pertiwi
"ABSTRAK
“Benteng Sembilan” merupakan salah satu bangunan militer tinggalan Belanda dari
periode abad ke-20 yang belum diidentifikasi lebih lanjut mengenai bentuk dan
fungsinya dalam aktivitas militer masa lalu. Identifikasi bentuk dan fungsi diperlukan
guna mengetahui peranan bangunan ini terutama dalam peristiwa Agresi Militer
Belanda di wilayah Jakarta Timur serta menjadi satu pembuktian bagi peristiwa
bersejarah tersebut. Penelitian ini diawali dengan pendeskripsian yang kemudian
dilanjutkan analisis khusus dan analisis perbandingan dengan dua bangunan
pertahanan lain yang serupa. Penelitian ini menghasilkan interpretasi bahwa bangunan
ini merupakan bangunan gudang amunisi dan senjata serta diduga dahulu digunakan
dalam peristiwa Agresi Militer Belanda di sekitar daerah Cakung, Jakarta Timur.

ABSTRACT
“Benteng Sembilan” is one of Dutch’s military defense building which it form and
function in past military activities has not been identified yet. Form and function
identification is needed to recognize the building’s role in Dutch Military Agression
in North Jakarta and also to prove the building as features of the historical event. The
research was began with description method and continued by specific analysis and
comparative analysis with another two similar defense building. This research
produced an interpretation that the building was an ammunition and weapon storage
and probably used in Dutch Military Agression in Cakung, North Jakarta."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S54265
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Musthafa Arkhi
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian arkeologi terhadap kepurbakalaan bangunan klasik di kawasan kepurbakalaan Muarajambi, Jambi yang memiliki latar kegamaan Buddha dan juga berhubungan dengan sejarah perkembangan ajaran Buddha di Nusantara pada abad ke- 7 hingga abad ke- 13 M. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menemukan hubungan bentuk bangunan dan penataan ruang dari kepurbakalaan Bangunan Gedong I Muarajambi. Berdasarkan temuan penelitian diketahui bahwa terjadi pembagian hirarkis dalam penataan bangunan dan ruang area dalam kompleks.

ABSTRACT
This study is an Archaeology study on Indonesia Ancient Building in Muarajambi Archaeological Site, Jambi. The Site itself has been being identified containing many Buddhist remaining artifact which has lead the late study to development of Buddha religion in Sumatra on 7th – 13th Century. The Focus of this study is about identification of form and space of Gedong I Archaeological Building Complex. The Study discover there are Hirearchy on Buildings and areas inside the complex which comes from existence of separating wall in the inner hall"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S56998
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shintya Chairunnisa
"[Skripsi ini untuk melakukan upaya rekonstruksi bentuk Candi Gunungsari berdasarkan komponen bangunan yang masih tersisa, serta menelisik lebih jauh tentang batu silinder sebagai keistimewaan Candi Gunungsari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan bentuk awal Candi Gunungsari, serta mengungkapkan kehadiran batu silinder berdasarkan konsep keagamaan. Metode penelitian yang digunakan menggunakan metode yang ditawarkan oleh Sharer & Ashmore, meliputi tujuh tahap penelitian, yaitu formulasi, implementasi, pengumpulan data, pemrosesan data, analisis, interpretasi dan publikasi. Pada tahap analisis menggunakan analisis khusus dan analisis kontekstual. Sedangkan pada tahap interpretasi, dilakukan analogi dengan candi atau tinggalan arkeologis lain yang berasal dari periode sejaman. Hasil dari penelitian ini adalah Candi Gunungsari memiliki bentuk seperti candi-candi periode klasik tua, yang berdasarkan paleografi pada inskripsi berasal dari sekitar paruh pertama abad ke-8. Lebih lanjut terungkapkan bahwa kehadiran batu silinder memiliki peranan penting karena berdasarkan penataannya memiliki dua model, yaitu model terpusat yang terinspirasi dari penataan vastupurusamandala, dan model menyebar yang terinspirasi dari penataan Candi Prambanan halaman kesatu. Penataan seperti Candi Prambanan ini menghasilkan kesimpulan bahwa Candi Gunungsari diduga merupakan konsep awal pembangunan Candi Prambanan atau disebut dengan ?Proto Penataan Candi Prambanan?.;This study is to reconstructing effort for the form of Candi Gunungsari based building components remaining, and probe further about as distinctive cylindrical stone of Candi Gunungsari. The purpose of this study was to reveal the initial form of Candi Gunungsari, as well as revealing the presence of cylindrical stone based on religious concepts. This study uses Sharer & Ashmore's research method that consists of seven stages, which are formulation, implementation, data gathering, data processing, analysis, interpretation and publication. On the analysis stage, specialized analysis, contextual analysis, and paleography analysis are used to the inscription. While on the interpretation stage, comparison with other candi or archaeological remains, which are from the same period of time as Candi Gunungsari, is used. Results from this study is that Candi Gunungsari has a shape like the temples of old classic period, which is based on inscriptions paleography from around the first half of the 8th century. Furthermore is revealed that the presence of the stone cylinder has an important role since it is based on the arrangement has two models that are centralized model of structuring vastupurusamandala inspired and spread model that inspired the arrangement first yard of Prambanan. This arrangement like Candi Prambanan lead to the conclusion that possibility Candi Gunungsari is the initial concept development of Candi Prambanan or is called 'Proto Prambanan Arrangement'., This study is to reconstructing effort for the form of Candi Gunungsari based building components remaining, and probe further about as distinctive cylindrical stone of Candi Gunungsari. The purpose of this study was to reveal the initial form of Candi Gunungsari, as well as revealing the presence of cylindrical stone based on religious concepts. This study uses Sharer & Ashmore's research method that consists of seven stages, which are formulation, implementation, data gathering, data processing, analysis, interpretation and publication. On the analysis stage, specialized analysis, contextual analysis, and paleography analysis are used to the inscription. While on the interpretation stage, comparison with other candi or archaeological remains, which are from the same period of time as Candi Gunungsari, is used. Results from this study is that Candi Gunungsari has a shape like the temples of old classic period, which is based on inscriptions paleography from around the first half of the 8th century. Furthermore is revealed that the presence of the stone cylinder has an important role since it is based on the arrangement has two models that are centralized model of structuring vastupurusamandala inspired and spread model that inspired the arrangement first yard of Prambanan. This arrangement like Candi Prambanan lead to the conclusion that possibility Candi Gunungsari is the initial concept development of Candi Prambanan or is called 'Proto Prambanan Arrangement'.]"
[, ], 2015
S62260
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bell Arminus Tyas Mardiko
"This study is determine the story engraved on Candi Kesiman Tengah?s relief and explain the style of depiction and position of the reliefs. The repeated Relief depictions in each side associated with the concept of Vastupurusamandala that often used in the construction of a temple. The purpose of this research is find out religiousity and religious concepts which is existing within the Majapahit. Results of this study is to know the myths or stories in relief that is connected with its
positioning, and some other relief function which shows the position the gods at the temple which is used by the religionist as a medium in carrying out their religious activities.

Penelitian ini untuk mengetahui cerita yang dipahatkan pada relief Candi Kesiman Tengah serta menjelaskan gaya penggambaran dan keletakan relief. Penggambaran relief yang berulang di setiap sisinya dikaitkan dengan konsep vastupurusamandala yang sering digunakan dalam pembangunan sebuah candi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkapkan nafas keagamaan serta konsep keagamaan yang
berkembang di lingkungan Majapahit. Hasil dari penelitian ini adalah dengan mengetahui mitos atau cerita pada relief dan dihubungkan dengan keletakannya maka terdapat fungsi relief lainnya yaitu menunjukkan keletakan para dewa pada sebuah candi yang digunakan sebagai media kaum agamawan dalam melaksanakan kegiatan keagamaan."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S60577
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Akbar
"Sudah sejak lama diketahui bahwa Jakarta dan sekitarnya banyak terdapat temuan prasejarah seperti tembikar, terakota, beliung persegi, batu serpihan, batu asahan, gelang batu, manik-manik, alat logam, cetakan logam, dan lain-lain. Temuan-temuan tersebut berasal dari penduduk yang umumnya diperoleh di sawah atau ladang mereka. Berdasarkan informasi penduduk itulah maka lokasi temuan dapat diketahui. DMS DKI Jakarta dan PUSLITARKENAS kemudian melakukan penelitian berupa survei dan ekskavasi. Namun, tidak semua lokasi temuan telah diteliti baik berupa survei maupun ekskavasi. Bahkan sebagian besar temuan hasil penelitian arkeologi tersebut, kini tidak dapat dilacak lagi keberadaannya.
Atas dasar itulah, penelitian ini berusaha memilah lokasi-lokasi temuan prasejarah di wilayah ini. Lokasi-lokasi temuan dibagi ke dalam dua kategori yaitu situs permukiman dan bukan situs permukiman. Hasil pemilahan menunjukkan hanya 7 dari 39 lokasi temuan yang dapat dikategorikan sebagai situs permukiman. Kemudian, dari 7 situs permukiman tersebut hanya 4 situs yang temuannya dapat dilacak kembali keberadaannya, yaitu situs Kelapa Dua, Pejaten, Kampung Kramat, dan Buni.
Hasil analisis menunjukkan bentuk-bentuk tembikar yang ada adalah periuk, tempayan, cawan, cawan berkaki, piring, pasu, dan kendi. Teknik pembentukannya adalah teknik tangan, sambung, tatap pelandas, dan roda pemutar. Tahap penyelesaian akhir menggunakan pengupaman, pemberian slip warna merah, dan memberikan hiasan. Hiasan dihasilkan dengan teknik gores, tatap pukul, tekan, gabungan antara teknik tekan dan gores. Hiasan yang dihasilkan adalah garis sejajar, garis tak beraturan, garis silang, tumpal, jala, anyaman, duri ikan, lingkaran memusat, kerang, gabungan garis lengkung dan titik-titik. Mengenai persebarannya terlihat bahwa Kelapa Dua memiliki variasi yang paling sedikit, baik dalam hal bentuk, teknik pembuatan, teknik penyelesaian, teknik bias, dan hiasan. Pejaten dan Kampung Kramat memiliki variasi yang terbanyak. Tembikar dari Kelapa Dua berasal dari masa Bercocok Tanam atau lebih tua dari situs lainnya.
Hasil analisis menunjukkan tidak ada perbedaan yang mutlak antara tingkat porositas dan daya serap air baik terhadap tembikar tipis maupun yang tebaI. Hal tersebut tergantung dari penyelesaian akhir yang dilakukan. Kemudian, komposisi kimia tembikar dari keempat situs adalah sama, yaitu silikat, aluminium, kalsium, magnesium, dan besi dengan kadar yang relatif tidak berbeda. Bahan campurannya pun, yaitu lempung dan pasir berukuran relatif sama. Masyarakat tampaknya telah mempunyai standar tertentu dalam memilih bahan baku dan campurannya.
Sebagian besar situs yaitu Kelapa Dua, Pejaten, Kampung Kramat, Condet, Tanjung Barat, dan Serpong terletak pads satuan Kipas Gunung Api Bogor. Jenis-jenis mineral tanah di satuan ini dan jenis-jenis mineral tembikar dan situs-situs memperlihatkan cukup banyak persamaan. Sungai-sungai yang mengalir dikeenam situs menghasilkan endapan pasir atau lempung. Proses pengendapan ini membuat situs-situs itu mengandung sumber daya bahan untuk membuat tembikar. Tampaknya tembikar dari situs-situs tersebut menggunakan bahan baku yang diambil dari wilayahnya sendiri dan tembikar yang dihasilkan merupakan produksi lokal.
Bentuk atau tipe beliung persegi di wilayah ini ada 3 tipe. Bahan beliung persegi terdiri dari batuan Cheri, Metalimestane, Dacite, Horn fels, Jasper, Siltstone, dan Silisifiedwaod. Berdasarkan peta geologi, Kelapa Dua mengandung sumber bahan haku Cheri, Silisifedwaad, dan Siltstone, Sedangkan Pejaten, Kampung Kramat, dan Buni tidak mengandung batuan untuk pembuatan beliung persegi. Beliung persegi yang terbuat dari Chart, Silistfiedwood, dan Siltstone kemungkinan berasal dari Kelapa Dua. Sedangkan, yang terbuat dari batuan lainnya kemungkinan berasal dari luar wilayah ini. Beliung persegi yang terdapat di Kelapa Dua, Pejaten, dan Kampung Kramat sebagian besar menunjukkan bekas-bekas pemakaian untuk keperluan praktis yakni pengerjaan kayu seperti membuat ukiran kayo. Beliung persegi dari Buni semuanya. masih utuh dan mungkin digunakan untuk alat upacara serta digunakan sebagai hekal kubur.
Artefak logam berasal dari Pejaten, Kampung Kramat, dan Buni. Sedangkan, Kelapa Dua tidak mengandung artefak logam. Hasil analisis menunjukkan terdapat artefak besi dan perunggu di Pejaten serta terak logam di Kampung Kramat dan Buni. Di Pejaten dan Kampung Kramat terdapat temuan yang mengindikaslkan aktivitas pembuatan alat logam. Namun, berdasarkan keadaan geologi, wilayah ini tidak mengandung bahan baku untuk pembuatan alat logam.
Mengenai hubungan antara situs dan keadaan lingkungan alamnya terlihat bahwa iklim di wilayah ini relatif nyaman. Situs-situs umumnya terletak pada satuan morfologi yang banyak mengandung rempah-rempah gunung api dan membuat tanah menjadi subur. Sehingga, berbagai Penis flora dan fauna yang dibutuhkan manusia, dapat hidup dan berkembang dengan baik di wilayah ini.
Berdasarkan temuan dan keadaan lingkungan alamnya, situs-situs di wilayah ini terdiri atas 3 tipe. Tipe 1 yaitu Kelapa Dua dari masa Bercocok Tanam dan terdapat di bagian pedalaman Aktivitas di sites ini adalah perbengkelan beliung persegi tahap awal sampai akhir. Beliung persegi tersebut kemudian didisiribusikan ke situs lain yang berada di utara Kelapa Dua. Pejaten, Kampung Kramat, Condet, Tanjung Barat, dan Serpong tergolong Tipe 2 dari masa Barcacok Tanam dan terus berlanjut sampai Perundagian. Situs-situs itu terdapat di bagian tengah wilayah penelitian ini. Aktivitas yang terjadi di sini adalah perbengkelan beliung persegi tahap pembentukan dan penyelesaian akhir serta perbengkelan logam. Situs Tipe 3 yaitu Buni dari masa Perundagian dan terdapat di dekat pantai. Aktivitas yang terjadi di sini adalah sebagai tempat pertemuan atau interaksi antara masyarakat yang tinggal di sites ini dengan masyarakat lain dari luar situs.
Situs-situs permukiman prasejarah di wilayah ini menunjukkan suatu model bahwa pada awalnya permukiman ditempatkan pads suatu daerah yang mengandung bahan bake untuk membuat artefak. Kriteria itu hares dipenuhi, meskipun daerah yang mengandung bahan baku tersebut terietak di pedalaman_ Pada masa berilcutnya penempatan situs lebih mempertimbangkan faktor kemudahan berinteraksi dengan daerah luar. Sehingga, masyarakat pada masa itu lebih memilih daerah pantai, walaupun daerah ini miskin sumber bahan bake pembuatan artefak. Namun, suatu hal yang tidak berubah adalah perilaku masyarakat untuk tetap memilih daerah yang dekat aliran sungai."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
T546
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anto Sudharyanto
"Masjid merupakan salah satu bukti peninggalan arkeologi Islam yang menandakan suatu tempat memeluk agama Islam. Masjid Kaliwulu terletak di Desa Kaliwulu, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon. Masjid Kaliwulu memiliki keunikan yaitu terdapat bangunan pawestren sendiri dan memiliki tiang yang bercabang tiga pada ruang utama. Bedasarkan nilai arkeologi bangunan Masjid Kaliwulu merupakan masjid kuno sesuai dengan ciri-ciri masjid kuno yang telah disampaikan oleh Pijper. Kekunoan ini terlihat pada denah masjid, pondasi, mihrab, atap, dan tembok keliling pada Masjid Kaliwulu. Berdasarkan hasil perbandingan dengan Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan Masjid Panjunan, Masjid Kaliwulu memiliki gaya bangunan yang hampir sama dengan Masjid Panjunan dan bisa jadi Masjid Kaliwulu dibangun pada periode yang sama dengan Masjid Panjunan.

A mosque is one of the evidence of the Islamic archaeology artifact that indicates some people in an area are Moslems. Kaliwulu Mosque is located in Kaliwulu village, Weru subdistrict, Cirebon district. This mosque has a uniquness, it is the pawestren room and three-branched pillars in the main room. Kaliwulu Mosque is an ancient mosque based on Pijper?s characteristics. The antiquites are proved in groun paln, foundation, mihrab, roof, and wall that surround the Kaliwulu mosque. Based on the comparation with The Great Mosque of Sang Cipta Rasa and Panjunan mosque, Kaliwulu mosque has similar architectural style with Panjunan mosque and it can be a verdict that Kaliwulu mosque was built in the same era with Panjunan mosque."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S53349
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The adoption of the horse for chariots, wagons and riding had a major impact on human societies, but it has proved difficult to reliably identify early domesticated horses in the archaeological record. This comparative study of equine palaeopathology addresses the problem by analysing wild and domestic horses used for traction or riding. Osteological changes to the skull appear to be the result of mechanical and physiological stress from the use of horses for transport. The results are applied to archaeological examples from the Deer Stone-Khirigsuur Complex of Bronze Age Mongolia (1300–700 BC) and show that those horses were probably bridled and used for transport."
300 ANT 89 (346) 2015
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Abdul Jalil
"Moluccas Islands which is rich of spices has become an appeal for the foreign trades to come make a trades of spices. The first foreign traders who visited the Moluccas Island are muslim Arab traders. The entry of Islam into Jaillolo is marked by the existence of ancient gravestone in the Village of Galala and Gam Lamo. This paper aims to describe the process of entry through the variatons of ancient gravestone in Jailolo. This preliminary study used descriptive method of analysis."
Yogyakarta: Balai Arkeologi D.I Yogyakarta, 2017
930 ARKEO 37:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gunadi Kasnowihardjo
"ABSTRAK
Generally in Indonesia and especially in Java, until now, in East Java dolmens are known to be found in, which is in Bondowoso and Besuki. Lately, it is known that dolmen are also found in the area of Banyuwangi Regency. One of the monuments from this megalithic tradition found in the area of PT. Perkebunan Nusantara XII Malangsari, Banyuwangi, East Java. Based on information from the local community it is estimated that the Malangsari plantation area is the Dolmen Tomb Site. Physically, construction of the dolmen in this area only has a few interference because it is buried between 50-60 cm and covered by a coffee plantation which owned by PT. Perkebunan Nusantara XII. However, some of the dolmens have been excavated by people looters. They were able to open the dolmen tomb simply by opening a stone without unpacking its construction. Dolmen that was found from the excavation at Petak D 55 Sidomaju Block, Afdeling Mulyosari, Malangsari, are still intact if it is seen physically and from the construction, but both the human remains and artifacts ware not found. It is a proof that this dolmen has been opened before. Nevertheless, Malangsari dolmen is a very interesting object to conduct research, because of its wide distribution area and there has not been done a comprehensive research for this object. In the future, this object is important to investigate, both for the development of archaeological research, as well as for the benefit of archaeological resource management in Indonesia. "
Yogyakarta: Balai Arkeologi D.I Yogyakarta, 2017
930 ARKEO 37:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung: Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia, 2007
930.1 PER
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>