Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94825 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Mufidatunnisa
"ABSTRAK
Pada tahun 2013, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
membuat rencana strategis untuk melakukan upaya pengembangan dan
segmentasi objek yang menawarkan keanekaragaman potensi daya tarik wisata
alam dan buatan sesuai dengan motivasi dan kebutuhan wisatawan. Namun
rencana strategis tersebut belum terlaksana secara efektif sehingga wisatawan
belum mendapatkan informasi ruang objek wisata yang tersegmentasi sesuai
dengan motivasi dan kebutuhannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tatanan keruangan tipologi objek wisata di Kabupaten Malang tahun 2014 yang
tersegmentasi sesuai dengan motivasi dan kebutuhan wisatawan. Tipologi objek
wisata dapat diketahui dengan menggunakan identifikasi fasilitas wisata dan ratarata
jumlah kunjungan wisatawan. Metode analisis data yang digunakan adalah
deskriptif dan pendekatan keruangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
masing-masing tipologi objek wisata di Kabupaten Malang memiliki pola
keruangan yang berbeda. Tipe objek wisata mid-sentris menyebar secara merata di
berbagai jarak dari pusat Kota Malang dan tipe objek wisata mendekati
psikosentris menyebar secara merata di jarak yang dekat hingga sedang dari pusat
Kota Malang. Tipe objek wisata allosentris dan mendekati allosentris
terkonsentrasi di jarak yang jauh dari pusat Kota Malang, sedangkan tipe objek
wisata psikosentris terkonsentrasi di jarak yang dekat dari pusat Kota Malang.

ABSTRACT
In 2013, Malang Regency’s Department of Culture and Tourism created
strategic plan for development and segmentation efforts for potential tourism
objects that offer diversed nature and artificial attraction according to tourists’
motivation and their needs. However, those strategic plan has not been effectively
implemented; tourists do not get the spatial information of tourism objects that
was segmented according to the tourists’ motivation and their needs. The purpose
of this research is to find out the spatial typology pattern of tourism object in
Malang Regency in 2014, segmented according to the tourists’ motivation and
their needs. Typology of tourism object is determined by identifying tourists’
facilities and means of tourists’ arrivals. Data analysis methodology that is used in
this research are descriptive and spatial approach. The result of this research
shows that each typology of tourism object in Malang Regency has a different
spatial pattern. The mid-centric type of tourism object spreads equally wide in
various distances from central of Malang City and near psychocentric type of
tourism object spreads equally wide over close to moderate distances from central
of Malang City. The allocentric type and near allocentric type of tourism object
are concentrated in a long-distance from central of Malang City, while
psychocentric type of tourism object is concentrated in a close-distance from
central of Malang City."
Universitas Indonesia, 2014
S55647
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Osiana Karita Putri
"Perkembangan objek wisata dapat didefinisikan sebagai perubahan jumlah objek wisata dalam jangka waktu tertentu. Perkembangan objek wisata dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor fisik, aksesibilitas dan pengelola objek wisata.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perkembangan objek wisata dan faktor-faktor yang memiliki hubungan signifikan dengan perkembangan objek wisata. Data dikumpulkan dengan cara observasi, wawancara, plotting objek wisata, dan dokumentasi. Objek wisata yang dimaksud dalam penelitian ini adalah objek wisata yang telah terdaftar di Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Pacitan. Lingkup penelitian ini yaitu objek wisata yang dibuka dari tahun 1823 sampai dengan tahun 2017.
Hasil penelitian menunjukkan perkembangan objek wisata tertinggi terjadi pada periode I 1823-1995 dan periode IV 2013-2017, sedangkan berdasarkan uji statistik menunjukkan hubungan yang signifikan antara perkembangan objek wisata dan faktor fisik bentuk medan, aksesibilitas jarak dari pusat kota dan ketersediaan jaringan jalan menuju objek wisata dan pengelola objek wisata.

The development of tourism objects can be defined as the change of number of tourism objects within certain time. The development of tourism object can be influenced by several factors such as physical factor, accesibillity and tourism object organizer.
The purpose of this study is analyzing the development of tourism objects and the factors that have significant relation with development of tourism objects. The data are collected by observation, interview, plotting, and documentation. The population are tourism object that registered by the department of tourism, youth, and sport of Pacitan Regency. The scope are tourism objects which opened from 1823 until 2017.
The result shows the highest development of tourism objects occurred in the period 1823 1995 and period 2013 2017, while based on statistic shows significant relation between tourism objects development and physical factor terrain, accessibility distance from city center and the availability of road network toward tourism obects, and tourism object organizer.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astari Dwirani Kriswanto
"Internet dewasa ini berkembang sebagai bagian dari tempat informasi mengenai pariwisata seperti tujuan dan atraksi pariwisata. Banyak dari informasi tersebut disampaikan menjadi online review. Konsumen yang telah melakukan perjalanan ke suatu tempat wisata melakukan evaluasi berdasarkan pengalaman pribadi mereka yang kemudian dibagikan melalui online review di Youtube. Konsumen bergantung pada konten media sosial yang dibuat konsumen lainnya dalam pengambilan keputusan dalam melakukan perjalanan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari online review wisata Pacitan oleh travel vlog Lostpacker di Youtube terhadap visit intention wisatawan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu data penelitian dikumpulkan melalui survei, menyebarkan kuesioner kepada 100 responden sesuai dengan kriteria sampel yang ditentukan. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis regresi sederhana.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh dimensi yang terdapat pada online review yang terdiri dari usefulness of online reviews, review expertise, timeliness of online reviews, volume of online reviews, valence of online reviews, dan comprehensiveness of online reviews berpengaruh terhadap visit intention.

Internet is developing as a part of smart tourism to provide information about destinations and attractions. Many of the information is submitted to online review. Consumers who have traveled to a tourist place do an evaluation basen on their personal experience which is then shared through online reviews on Youtube. Consumers depend on social media content that other consumers make in making travel decision.
The objective of this research is to analyze the effect of online review Pacitan tourism by travel vlogger Lostpacker on Youtube towards tourist visit intention. This research uses quantitative approach that is research data collected through survey, and distributing questionnaires to 100 respondents according to the specified sample criteria. The data is processed by simple linear regression method.
The results of this research presents that all dimensions in online review consist of usefulness of online reviews, review expertise, timeliness of online reviews, volume of online reviews, valence of online reviews, and comprehensiveness of online reviews is influenced towards visit intention.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria
"Kota Serang memiliki destinasi wisata utama Kawasan Banten Lama yang merupakan cagar budaya perkotaan dengan sebutan urban heritage. Tingginya jumlah wisatawan yang datang mendorong pembangunan fasilitas penunjang wisata. Keberadaan fasilitas menyesuaikan tempat yang mungkin banyak dikunjungi wisatawan dan berdampingan dengan fasilitas lain. Hal ini akan menimbulkan pengelompokan dari masing-masing jenis fasilitas wisata. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola distribusi spasial fasilitas wisata yang terbentuk di sekitar Kawasan Banten Lama serta menganalisis keterkaitan pola distribusi spasial fasilitas wisata terhadap jaringan jalan dan penggunaan lahan di Kawasan Banten Lama, Kota Serang, tepatnya di Masjid Agung Banten, Keraton Surosowan, dan Benteng Speelwijk. Metode analisis yang digunakan Nearest Neighbor Analysis dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan pola distribusi spasial fasilitas wisata di Masjid Agung Banten, Keraton Surosowan, dan Benteng Speelwijk berpola clustered. Adapun jenis fasilitas yang tersebar mengelompok tersebut berupa fasilitas primer, sekunder, dan kondisional. Diketahui pula bahwa fasilitas wisata cenderung memanjang mengikuti jaringan jalan dan dominasi fasilitas primer berada di penggunaan lahan cagar budaya, sedangkan dominasi fasilitas sekunder dan kondisional berada di penggunaan lahan pemukiman, perdagangan dan jasa serta sarana prasarana.

Serang City has a main tourist destination in the Banten Lama region which is an urban cultural heritage known as urban heritage. The high number of tourists who come encourages the construction of tourism supporting facilities. The existence of facilities adjusts to places that may be visited by many tourists and side by side with other facilities. This will lead to a grouping of each type of tourist facilities. This study aims to analyze the spatial distribution pattern of tourist facilities formed around the Banten Lama region and analyze the relationship between the spatial distribution pattern of tourist facilities on the road network and land use in the Banten Lama region, Serang City, to be precise at the Banten Grand Mosque, Surosowan Palace, and Benteng Speelwijk. The analytical method used is Nearest Neighbor Analysis and descriptive analysis. The results showed the spatial distribution pattern of tourist facilities at the Great Mosque of Banten, Surosowan Palace, and Speelwijk Fort with a clustered pattern. The types of facilities that are spread out in groups are primary, secondary, and conditional facilities. It is also known that tourist facilities tend to extend following the road network and the dominance of primary facilities is in the use of cultural heritage land, while the dominance of secondary and conditional facilities is in the use of residential land, trade and services and infrastructure."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miftahul Jannah
"Kabupaten Kebumen merupakan salah satu kawasan wisata unggulan di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki objek wisata alam, wisata buatan, dan wisata minat khusus. Masing-masing objek wisata memiliki tingkat daya tarik yang berbeda-beda. Terdapat perbedaan tingkat daya tarik objek wisata pada tahun 2020-2022 akibat adanya fasilitas yang tidak beroperasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat daya tarik objek wisata berdasarkan fasilitas dan aksesibilitas, serta hubungan antara tingkat daya tarik wisata dengan jangkauan wisatawan pada masing-masing objek wisata di Kabupaten Kebumen. Metode analisis yang digunakan adalah analisis keruangan dan analisis deskriptif untuk mengetahui hubungan antara tingkat daya tarik terhadap jangkauan wisatawannya. Hasil penelitian menujukkan bahwa objek wisata di Kabupaten Kebumen ini terbagi menjadi 3 tingkatan yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Objek wisata yang termasuk ke dalam tingkat daya tarik tinggi yaitu Goa Jatijajar, Pantai Suwuk, dan Waduk Sempor. Kemudian untuk tingkat daya tarik sedang yaitu objek wisata Pantai Petanahan, Pantai Karangbolong, Pantai Logending, dan Pemandian Air Panas Krakal. Sedangkan untuk tingkat daya tarik rendah yaitu objek wisata Goa Petruk dan Waduk Wadaslintang. Hubungan tingkat daya tarik objek wisata terharap jangkauan wisatawan di Kabupaten Kebumen berbeda-beda. Terdapat objek wisata dengan tingkat daya tarik tinggi memiliki tingkat jangkauan wisatawan yang tinggi tetapi ada juga yang memiliki tingkat jangkauan wisatawan sedang. Begitupula dengan tingkat daya tarik sedang dan rendah.

Kebumen Regency is one of the leading tourist areas in Central Java Province which has natural attractions, artificial tours, and special interest tours. Each tourist attraction has a different level of attraction. There are differences in the level of tourist attraction in 2020-2022 due to facilities that are not operating. This study aims to determine the level of tourist attraction based on facilities and accessibility, as well as the relationship between the level of tourist attraction and the reach of tourists in each tourist attraction in Kebumen Regency. The analytical method used is spatial analysis and descriptive analysis to determine the relationship between the level of attraction to the reach of tourists. The results of the study show that the tourist attraction in Kebumen Regency is divided into 3 levels, namely high, medium, and low. Attractions that are included in the high level of attraction are Jatijajar Cave, Suwuk Beach, and Sempor Reservoir. Then for the medium level of attraction, namely Petanahan Beach, Karangbolong Beach, Logending Beach, and Krakal Hot Springs. As for the low level of attraction, namely the Petruk Cave and Wadaslintang Reservoir attractions. The relationship between the level of attractiveness of tourist objects and the reach of tourists in Kebumen Regency is different. There are attractions with a high level of attractiveness that have a high level of tourist reach but there are also those that have a moderate level of tourist reach. Likewise with moderate and low attractiveness levels."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rhisky Anastasya
"Pariwisata tidak hanya sebatas tentang objek dan daya tarik wisata, namun juga tentang perpindahan wisatawan dari daerah asal menuju daerah tujuan wisata. Perpindahan wisatawan menunjukkan adanya pergerakan dari satu objek wisata menuju objek wisata lainnya yang dapat mengindikasikan adanya interaksi antar objek wisata. Ketidakmerataan pergerakan wisatawan disebabkan oleh faktor dari wisatawan dan faktor dari karakteristik objek wisata. Wisatawan yang mengunjungi objek wisata memiliki karakteristik berbeda-beda. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pola pergerakan wisatawan dan hubungannya dengan karakteristik wisatawan di Kabupaten Boyolali. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kuantitatif dengan analisis korelasi crosstab. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari pergerakan wisatawan, daerah asal wisatawan, dan karakteristik wisatawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wisatawan di Kabupaten Boyolali didominasi oleh wisatawan yang berasal dari Kabupaten Boyolali dengan rentang usia 17 – 25 tahun dan berstatus sebagai mahasiswa. Wisatawan umumnya sudah pernah mengunjungi Kabupaten Boyolali sebelumnya (repeaters), menggunakan motor sebagai moda transportasi, dan memiliki motivasi fisik dalam melakukan perjalanan wisata. Pola pergerakan yang mendominasi wisatawan di Kabupaten Boyolali adalah tipe single pattern. Objek wisata alam umumnya dikunjungi oleh wisatawan dengan tipe pergerakan single point dan base site. Objek wisata minat khusus umumnya dikunjungi oleh wisatawan dengan tipe pergerakan stop over dan chaining loop. Sementara itu, tidak terdapat tipe pergerakan wisatawan yang dominan pada objek wisata budaya karena minimnya kunjungan wisatawan pada objek wisata budaya di Kabupaten Boyolali. Terdapat hubungan antara daerah asal wisatawan dan pemilihan moda transportasi dengan tipe pergerakan wisatawan di Kabupaten Boyolali. Wisatawan yang berasal dari Kabupaten Boyolali cenderung memiliki tipe pergerakan single pattern dan wisatawan yang berasal dari luar Kabupaten Boyolali cenderung memiliki tipe pergerakan multiple pattern. Wisatawan dengan pilihan moda transportasi motor cenderung memiliki tipe pergerakan single pattern dan wisatawan dengan pilihan moda transportasi mobil dan bus sewaan cenderung memiliki tipe pergerakan multiple pattern. Sementara itu, tidak terdapat hubungan antara motivasi wisatawan dan pengalaman berkunjung dengan tipe pergerakan wisatawan di Kabupaten Boyolali.

Tourism is not only about objects and tourist attractions, but also about tourist movement from their areas of origin to tourist destinations. The tourist movement shows a movement from one tourist attraction to another which can indicate an interaction between tourist attractions. The uneven movement of tourists is caused by factors from tourists and factors from tourist attractions’ characteristic. Tourists who visit tourist attractions have different characteristics. The purpose of this study is to determine the pattern of tourist movement and its relationship with the tourist characteristics in Boyolali Regency. This study used quantitative approach with crosstab correlation analysis. The variables in this study consisted of tourist movements, area of origin of the tourists, and tourism characteristics. The results showed that tourists in Boyolali Regency were dominated by tourists from Boyolali Regency with an age range of 17-25 years and status as a student. Tourists generally have visited Boyolali Regency before (repeaters), use motorbikes as a mode of transportation, and have physical motivation to travel. The movement pattern that dominates tourists in Boyolali Regency is the single pattern type. Natural tourism objects are generally visited by tourists with single point and base site movement types. Special interest attractions are generally visited by tourists with stop over and chaining loop types of movement. Meanwhile, there is no dominant type of tourist movement in cultural tourism objects because of the lack of tourist visits to cultural tourism objects in Boyolali Regency. There is a relationship between the area of origin of tourists and the choice of transportation mode with the type of tourist movement in Boyolali Regency. Tourists from Boyolali Regency tend to have a single pattern movement type and tourists from outside Boyolali Regency tend to have multiple pattern movement types. Tourists with a choice of motorized transportation modes tend to have a single-pattern type of movement and tourists with a choice of rental car and bus transportation modes tend to have multiple-pattern movement types. Meanwhile, there is no relationship between tourist motivation and visiting experience with the type of tourist movement in Boyolali Regency."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahun Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moch Ghifari Agustama
"Babakan Madang merupakan Kecamatan di Kabupaten Bogor yang berada di dataran tinggi dengan bentang alam yang bervariasi dan udara yang sejuk. Potensi alam yang dimiliki Kecamatan Babakan Madang merupakan salah satu modal penting untuk menjadikannya daya tarik sebagai daerah tujuan wisata. Di Kecamatan Babakan Madang terdapat 13 objek wisata air terjun yang berlokasi di Desa Karang Tengah dan Desa Bojong Koneng. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tipologi dan tingkat daya tarik wisata alam air terjun yang ada di Kecamatan Babakan Madang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis spasial dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan objek wisata alam air terjun di Kecamatan Babakan Madang memiliki tipologi yang beragam di antaranya tipe cascade, tipe cataract, tipe slide, tipe paralell, tipe chute, tipe birai menggantung. Tingkat daya tarik Objek wisata alam air terjun dengan tingkat daya tarik rendah ada pada Curug 3 Perjaka, Curug Cisalada, Curug Ngumpet, Curug Lewih Pariuk dan Curug Cikujang. Selanjutnya, objek wisata alam air terjun dengan tingkat daya tarik sedang ada pada Curug Lewih Asih, Curug Barong, Curug Love dan Curug Bidadari. Terakhir, air terjun dengan kategori tingkat daya tarik tinggi ada pada Curug Lewiheijo, Curug Benjol, Curug Putri Kencana dan Curug Cibingbin.

Babakan Madang is a sub-district in Bogor Regency which is located in the highlands with varied landscapes and cool air. The natural potential of Babakan Madang District is one of the important capitals to make it an attraction as a tourist destination. In Babakan Madang District, there are 13 waterfall attractions located in Karang Tengah Village and Bojong Koneng Village. The purpose of this study was to determine the typology and level of natural tourist attraction of waterfalls in Babakan Madang District. The method used in this research is descriptive quantitative. The analysis used in this research is spatial analysis and descriptive analysis. The results showed that natural waterfall attractions in Babakan Madang District have various typologies including cascade type, cataract type, slide type, parallel type, chute type, and hanging ledge type. Level of attractiveness Waterfall natural attractions with a low level of attractiveness are Curug 3 Perjaka, Curug Cisalada, Curug Ngumpet, Curug Lewih Pariuk and Curug Cikujang. Furthermore, natural attractions of waterfalls with a moderate level of attractiveness are Curug Lewih Asih, Curug Barong, Curug Love and Curug Bidadari. Finally, waterfalls with a high level of attraction category are Curug Lewiheijo, Curug Benjol, Curug Putri Kencana and Curug Cibingbin."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Alif Abhinaya
"Kabupaten Pangandaran merupakan satu dari 88 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Potensi terbesar pariwisata yang dimiliki Kabupaten Pangandaran adalah wisata alam baik objek wisata pantai maupun sungai. Objek wisata di Kabupaten Pangandaran yang bervariasi memicu terbentuknya pola pergerakan wisatawan. Namun, dari banyaknya objek wisata yang ada di Kabupaten Pangandaran, kunjungan wisatawan hanya terkonsentrasi di beberapa wisata saja. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pola pergerakan wisatawan dan hubungannya dengan faktor pengaruhnya yaitu motivasi wisatawan, pengalaman berkunjung, aksesibilitas, dan daya tarik wisata. Analisis yang digunakan adalah analisis keruangan dan analisis statistik menggunakan metode crosstab. Hasil didapatkan bahwa di Kabupaten Pangandaran terbentuk empat jenis pola pergerakan wisatawan yaitu single point, base site, stopover, dan chaining loop. Pola pergerakan chaining loop merupakan yang paling banyak terbentuk sedangkan pola pergerakan single point yang paling sedikit. Dari hasil pengolahan dan analisis data, motivasi wisatawan, pengalaman berkunjung, aksesibilitas, dan daya tarik wisata memiliki hubungan dengan pola pergerakan wisatawan yang terbentuk di Kabupaten Pangandaran.

Pangandaran Regency is one of the 88 National Strategic Tourism Areas (KSPN) located in West Java Province. The greatest tourism potential of Pangandaran Regency lies in it’s natural attractions, including both beach and river tourism destinations. The diverse range of tourist attractions in Pangandaran Regency has led to the formation of various tourist movement patterns. However, despite the numerous tourist attractions available in Pangandaran Regency, tourist visits are only concentrated in a few specific destinations. This research aims to examine the patterns of tourist movement and their relationship with influencing factors, namely tourist motivation, visiting experience, accessibility, and tourist attractions. The analysis employed spatial analysis and statistical analysis using the crosstab method. The results revealed that four types of tourist movement patterns were formed in Pangandaran Regency: single point, base site, stopover, and chaining loop. The chaining loop movement pattern was the most commonly observed, while the single point pattern was the least frequent. From the data processing and analysis, it was found that tourist motivation, visiting experience, accessibility, and tourist attractions are related to the formation of tourist movement patterns in Pangandaran Regency."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdurrahman Aslam
"Kabupaten Lebak memiliki letak geografis unik yang dapat dijadikan kawasan pariwisata alam mulai dari bukit, sungai, gua, dan garis pantai yang panjang karena setiap objek alam dapat memiliki potensi untuk dijadikan objek wisata alam dengan nilai yang  berbeda-beda. Bentang alam sebagai sumberdaya wisata menjadi penentu ada atau tidaknya kegiatan wisata alam tersebut (Dernoi dalam Burton, 1995). Tujuan Penelitian ini yaitu untuk mengetahui potensi pariwisata alam di Kabupaten Lebak dan mengetahui hubungan antara potensi pariwisata alam dengan jumlah pengunjung. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan keruangan serta menggunakan Uji Statistik Chi Square untuk mencari hubungan. Hasil penelitian menunjukan bahwa potensi objek wisata alam di Kabupaten Lebak berdasarkan pembobotan menghasilkan sebagian besar nilai potensi objek wisata alam yang rendah. Secara spasial Kabupaten Lebak memiliki beragam objek wisata alam dan terdapat beberapa objek wisata alam yang memiliki keunikan sendiri yaitu objek wisata Pantai Langir dan objek wisata Karang Taraje, namun belum adanya pengelolaan yang baik pada fasilitas dan aksesibilitas membuat nilai potensi tetap rendah. Kedatangan wisatawan ke objek wisata alam disebabkan oleh nilai potensi objek wisata alam yang tinggi dan memiliki fasilitas yang baik. Melalui hasil uji statistik diketahui bahwa adanya hubungan yang signifikan antara potensi pariwisata alam dengan jumlah pengunjung objek wisata alam tahun 2017 di Kabupaten Lebak ditunjukan dengan objek wisata alam yang memiliki nilai tinggi mendatangkan jumlah pengunjung yang tinggi juga, dan begitu sebaliknya.

Lebak Regency has a unique geographical location that can be used as a natural tourism area starting from long hills, rivers, caves and coastlines because each natural object can have the potential to be a natural tourist attraction with different values. Landscapes as tourism resources are a determinant of the presence or absence of natural tourism activities (Dernoi in Burton, 1995). The purpose of this research is to find out the potential of natural tourism in Lebak Regency and find out the relationship between the potential of natural tourism and the number of visitors. The analytical method used is descriptive method with spatial approach and using the Chi Square Statistic Test to find relationships. The results of the study showed that the potential of natural tourism objects in Lebak Regency based on weighting produced most of the potential value of low natural tourism objects. Spatially, Lebak Regency has a variety of natural attractions and there are several natural attractions that have their own uniqueness, namely the Langir Beach tourist attraction and Karang Taraje tourist attraction, but the lack of good management of facilities and accessibility makes the potential value remains low. The arrival of tourists to natural attractions is due to the potential value of high natural tourism objects and good facilities. Through the results of statistical tests, it is known that the existence of a significant relationship between the potential of natural tourism and the number of visitors to natural attractions in 2017 in Lebak Regency is indicated by natural attractions that have high scores, bringing high numbers of visitors, and vice versa."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabilla Astaniajanti
"Kota Pekalongan terletak di dataran rendah pantai utara Pulau Jawa dan dikenal sebagai Kota Batik, sehingga atraksi-atraksi batik menjadi objek wisata yang menarik di kota Pekalongan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh karakteristik dan pola TBD dengan melihat persebaran fasilitas wisata di Kota Pekalongan, dengan sebelumnya mencari tahu di mana CBD di Kota Pekalongan karena TBD merupakan satu kesatuan dengan CBD. Data yang digunakan berupa persebaran fasilitas wisata primer, sekunder, dan kondisional. CBD diidentifikasi dari keberadaan gedung pemerintahan dan perdagangan dalam peta sarana dan prasarana yang di-overlay dengan peta penggunaan tanah, kemudian TBD diperoleh ketika dalam suatu CBD terdapat fasilitas primer dan fasilitas pendukung wisata dengan penarikan garis region baik CBD maupun TBD mengacu pada jaringan jalan. Metode yang digunakan adalah analisis spasial dengan teknik overlay yang kemudian dijelaskan secara deskriptif. Pola sebaran TBD di Kota Pekalongan mengikuti keberadaan jalur jalan utama yang menjadi satu kesatuan dengan CBD. Ada empat TBD yang berada di Kota Pekalongan yang diperoleh berdasarkan kesamaan jenis fasilitas primernya, yaitu TBD bernuansa Wisata Batik, TBD bernuansa Wisata Sejarah dan Budaya, TBD bernuansa Wisata Buatan, dan TBD bernuansa Wisata Pesisir.

Pekalongan City is located in the lowlands of the northern coast of Java Island and is known as the City of Batik, so that the attractions of batik become interesting attractions in the city of Pekalongan. The purpose of this study is to obtain the characteristic and pattern of TBD by looking at the spread of tourist facilities in Pekalongan City, by previously finding out where the CBD in Pekalongan City because TBD is in one unity with CBD. The data used are the location of primary, secondary, and conditional tourism. CBDs are identified from the presence of government and trade buildings in facilities and infrastructure map which then overlaid with land use map, then TBD is obtained when there is any primary facilities and supporting tourism facilities in a CBD, with both CBD and TBD region delineation referring to the road network. The method used is spatial analysis with overlay technique which then explained descriptively. The pattern of TBD distribution in Pekalongan City follows the existence of main road lane which is in one unity with CBD. There are four TBDs in Pekalongan City that are obtained based on the similarity of primary facility types, namely Batik Tourism based TBD, History and Cultural Tourism based TBD, Man Made Tourism based TBD, and Coastal Tourism based TBD."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>