Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187979 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gary Alfrits Muntu Adam
"Perlakuan aerasi dan resirkulasi air lindi yang diberlakukan pada bioreaktor landfill dapat mempengaruhi kualitas fisik kimia sampah dan air lindi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh perubahan sifat fisik-kimia sampah terhadap reduksi volume sampah, penyisihan nilai COD dan BOD5, dan perubahan konsentrasi logam berat antara lain logam Fe, Cd, Cu, Zn, Cr, dan Pb. Penelitian akan berlangsung selama 150 hari dan terbagi menjadi 3 tahap. Terdapat dua bioreaktor yang dioperasikan pada penelitian ini, yaitu bioreaktor aerobik dan anaerobik dengan sampel adalah sampah rumah tangga.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ketinggian sampah turun sebesar 63% untuk reaktor aerob dan 62% untuk reaktor anaerobik. Penyisihan nilai COD sebesar 99% terjadi pada reaktor aerobik dan 98% pada reaktor anaerobik. Perubahan konsentrasi logam berat dipengaruhi oleh perubahan pH air lindi dan perlakuan aerasi. Nilai rata-rata konsentrasi tiap logam berat yang diperoleh pada reaktor aerobik adalah 4,29 mg/L untuk logam Fe; 0,84 mg/L untuk logam Cr (VI); 0,12 mg/L untuk logam Cu; 0,04 mg/L untuk logam Cd; 0,77 mg/L untuk logam Zn; dan 0,11 mg/L untuk logam Pb. Sedangkan konsentrasi maksimum tiap logam pada reaktor anaerobik adalah 8,29 mg/L untuk logam Fe; 0,46 mg/L untuk logam Cr (VI); 0,09 mg/L untuk logam Cu; 0,04 mg/L untuk logam Cd; 0,79 mg/L untuk logam Zn; dan 0,10 mg/L untuk logam Pb. Konsentrasi tiap logam berat mulai stabil terhitung sejak hari ke-77 penelitian.

Aeration mode and leachate recirculation affect waste and leachate characteristics. The objectives of this study were to observe the effect of physic and chemical waste properties on the reduction of waste volume, COD and BOD5 removal, and changes in heavy metals concentration, such as Fe, Cd, Zn, Cr, Cu, and Pb. This research was divided into 3 stages over 150 days. This research was carried out using 2 reactors containing household solid waste, namely aerobic and anaerobic bioreactor.
Results showed that the height of waste for each reactor lift down 62%-63%, the COD percentage removal was 98% - 99%. Changing in concentration of heavy metals is affected by aeration and pH leachate. The average concentration of heavy metal obtained in the aerobic bioreactor was 4,29 mg/L for iron; 0,84 mg/L for chromium hexavalent; 0,12 mg/L for copper; 0,04 mg/L for cadmium; 0,77 mg/L for zinc; and 0,11 mg/L for lead. While the maximum concentration for each metal in the anaerobic reacotr was 8,29 mg/L for iron; 0,46 mg/L for chromium hexavalent; 0,09 mg/L for copper; 0,04 mg/L for cadmium; 0,77 mg/L for zinc; and 0,10 mg/L for lead. The heavy metals concentration were stabilized at day 77."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57021
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eliza Sinta Theresia
"ABSTRAK
Bioreaktor landfill dapat mempercepat proses dekomposisi sampah dan meminimalkan emisi gas CH4 dan CO2. Pada penelitian ini dimodelkan dua buah bioreaktor, salah satu bioreaktor diberi perlakuan aerasi, sedangkan yang lainnya tanpa perlakuan aerasi. Bioreaktor berisi sampah domestik, dengan presentase 70% organik dan 30% anorganik. Dari 150 hari penelitian, diperoleh bahwa penurunan ketinggian sampah pada bioreaktor aerobik, yaitu 32,17%, sedangkan pada bioreaktor anaerobik adalah 29,17%. Nilai maksimum volume gas CH4 pada bioreaktor aerobik adalah 392,70 mL, sedangkan gas CO2 adalah 238,21 mL. Pada bioreaktor anaerobik, nilai maksimum volume gas CH4 yang diperoleh adalah 54,70 mL, sedangkan gas CO2 adalah 6,72 mL.

ABSTRACT
Bioreactor landfill can accelerate waste decomposition and minimize emission of methane and carbon dioxide. This experiment, was conducted by modelling two bioreactor landfills, either with or without aeration were configurated. Bioreactors filled with domestic waste (70% organic waste, 30% inorganic waste). From 150th day research showed that height of waste in aerobic bioreactor was 32,17%, meanwhile in anaerobic was 29,17%. Maximum methane gas volume that produced in aerobic bioreactor was 392,70 mL, meanwhile maximum carbon dioxide gas volume was 238,21 mL. In anaerobic bioreactor, maximum methane gas volume was 54,70 mL, meanwhile maximum carbon dioxide gas volume was 6,72 mL.
"
2014
S61501
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Saffira
"Pengoperasian bioreaktor landfill dengan resirkulasi air lindi sudah banyak digunakan untuk mempercepat stabilisasi sampah. Namun, komposisi sampah di Indonesia didominasi oleh sampah organik yang merupakan material lignoselulosa yang sulit terdegradasi. Dalam upaya untuk mempercepat proses degradasi lignoselulosa tersebut dilakukan penambahan enzim selulase. Enzim selulase merupakan enzim yang dapat mengatalisasi proses dekomposisi selulosa dan polisakarida lainnya. Penelitian dilakukan dengan dua kondisi; pengoperasian resirkulasi air lindi dengan penambahan enzim selulase dan pengoperasian resirkulasi air lindi saja sebagai kontrol. Penambahan enzim selulase menghasilkan penurunan kandungan organik dalam sampah secara signifikan yang ditunjukkan dengan penurunan parameter volatile solid.
Hingga akhir penelitian penurunan volatile solid pada reaktor dengan penambahan enzim dan reaktor kontrol masing-masing adalah 24,23 dan 10,72. Penambahan enzim selulase juga dilaporkan menghasilkan penurunan kandungan selulosa sampah yang signifikan 24,60 w/w dan 18,40 w/w untuk kontrol. Penurunan sampah pada bioreaktor lebih besar dengan penambahan enzim 32,67 dibandingkan dengan kontrol 19,33. Proses stabilisasi sampah ditinjau dengan konstanta laju penurunan parameter rasio selulosa dan lignin lebih cepat dicapai dengan penambahan enzim 0,014 hari-1 dibanding dengan kontrol 0,002 hari-1.

Landfill bioreactor with leachate recirculation is known to enhance waste stabilization. However, the composition of waste in Indonesia is comprised by organic waste which is lignocellulosic materials. Lignocellulosic materials are considered to take a long time to degrade under anaerobic condition. In order to accelerate the degradation process, enzyme addition is ought to do. Cellulase enzyme is an enzyme that can catalyze cellulose and other polysaccharide decomposition processes. The experiment was performed on 2 conditions leachate recirculation with cellulase addition and recirculation only as control. The addition of cellulase is reported to be significant in decreasing organic content which is represented by volatile solid parameters.
The volatile solid reduction in the cellulase augmented reactor and control reactor was 17,86 and 7,90, respectively. Cellulase addition also resulted in the highest cellulose reduction 24,50 w w and 18,40 w w cellulose reduction, respectively. Settlement of the landfill in a bioreactor with enzyme addition 32,67 is reported to be higher than the control 19,33. Stabilization of landfill review by the decreasing rate constant of the cellulose and lignin ratio parameter was more rapidly achieved by the enzyme addition 0,014 day 1 compared to control 0,002 day 1.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68358
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghanis Mahdiana Inka Afiata
"Kenaikan timbulan sampah menyebabkan terbatasnya lahan TPA dan permasalahan pengelolaan pada lindi. Hal ini dapat diatasi dengan penerapan bioreaktor landfill yang dapat mempercepat dekomposisi sampah yang sekaligus dapat menurunkan kandungan pencemar yang ada dalam lindi. Pada penelitian ini berfokus pada kemampuan sampah bioreaktor lysimeter yang terdekomposisi berumur 3 tahun tanpa resirkulasi lindi dalam mengolah air lindi yang berasal dari TPA Cipayung. Parameter yang diukur di dalam penelitian ini adalah karakteristik sampah dan parameter kimia air lindi. Uji karakteristik sampah yang dilakukan adalah analisis ultimate yang berupa kandungan unsur karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), total sulfur (S), dan fosfor (P), rasio C/N, serta analisis proximate yang berupa uji kadar kelembaban, dan kadar abu, serta nilai kalori sampah. Sedangkan untuk parameter kimia lindi berupa tingkat penyisihan BOD, COD, TSS, nitrit, nitrat, dan pH.
Berdasarkan simulasi pengolahan yang telah dilakukan, data analisis ultimate yang mengalami penurunan adalah unsur C dengan hasil akhir 1,38% dan N adalah 0,16%, sedangkan unsur H dan O mengalami peningkatan dengan kadar akhir sebesar 1,98% dan 12,16%. Peningkatan juga terjadi pada data analisis proximate, dimana kadar kelembaban akhir sebesar 3,4%, sedangkan kadar abu dalam sampah adalah 85,1%. Berdasarkan data analisis ultimate, nilai kalor akhir pada sampah adalah 550,599 kkal/kg dengan rasio C/N sebesar 8,625. Sedangkan untuk pengolahan lindi, sampah bioreaktor memiliki efisiensi rata-rata tingkat penyisihan lindi pada parameter BOD, COD, TSS, dan nitrit sebesar 89,26%, dan penurunan pH efluen mendekati rentang pH netral sebesar 7,2-7,8, sedangkan kenaikan konsentrasi terjadi pada parameter nitrat hingga kenaikan rata-rata sebesar 249,99%.

Increasing in solid waste generation causing limited area of landfill and leachate management problems. These can be solved by applying the bioreactor landfill to accelerate waste decomposition that also can reduce pollutants content in the leachate. This study focused on the ability of 3-year-old decomposed waste in bioreactor lysimeter without leachate recirculation for treating the leachate from Cipayung landfill. Parameters measured in this study are the waste characteristics and leachate chemical parameters.Characteristics of waste includes ultimate analysis of element content of carbon (C), hydrogen (H), oxygen (O), nitrogen (N), total sulphur (S) and phosphorus (P), ratio of C / N, and proximate analysis in the form of moisture content, ash content, and calorific value of the waste.As for chemical parameters of the leachate includes removal efficiencies of BOD, COD, TSS, nitrite, change of pH, and rate of nitrate increase.
Based on the simulation of leachate treatment has been done, ultimate analysis data that decreased was element C with final results 1.38% and N was 0.16%, while the final results of element H and O increased by 1.98% and 12,16%. Escalation also occurred in proximate analysis data, which the final moisture content was 3.4%, while the ash content in the waste was 85.1%.Based on data from ultimate analysis, final result of calorific value of waste was 550.599 kcal/kg with C/N ratio was 8.625.As for the results of leachate treatment, bioreactor landfill has average efficiency rate of leachate removal on the BOD, COD, TSS, and nitrite parameters at rate 89,26%, and a decrease of pH occured in leachate effluent with pH range 7,2 to 7,8, while the increase occured in average of nitrates concentrations reached 249,99%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S65867
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afrizal Citra Pradana
"Bioreaktor landfill merupakan salah satu solusi alternatif yang dapat meningkatkan tingkat penyisihan amonia lindi dalam sistem pemrosesan akhir sampah. Pada penelitian ini dilakukan percobaan dengan menggunakan dua bioreaktor landfill yang diisi dengan sampah domestik, bioreaktor pertama diberi perlakuan aerasi dan lainnya tanpa perlakuan aerasi. Dari penelitian yang dilakukan selama 150 hari, perlakuan aerasi tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap stabilisasi sampah. Persentase penurunan volume sampah pada kedua bioreaktor landfill relatif tidak berbeda. Sebaliknya, aerasi memberikan pengaruh signifikan pada penyisihan amonia lindi. Rata-rata persentase penyisihan amonia lindi pada bioreaktor landfill yang diberi pengaruh aerasi sebesar 88,26%, sedangkan pada bioreaktor landfill yang tidak diberikan pengaruh aerasi sebesar 85,38%.

Bioreactor landfill is one of alternative solution that can increase ammonia removal on leachate in municipal solid waste. In this study the experiment using two bioreactor landfills that filled with domestic refuse, first bioreactor landfill was aerated and the other unaerated. The 150 days research shows aeration configuration was not gave significant effect on refuse stabilization. Percentage of refuse reduction both relatively undifferent. Instead, aeration configuration was gave significant effect on ammonia removal. The average percentage of ammonia removal on aerated bioreactor landfill is 88.26%, while on unareated bioreactor landfill is 85.38%."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59812
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Denny Prahtama
"ABSTRAK
Permasalahan sampah dapat dikurangi dengan menggunakan sistem digestasi anaerobik. Sampah makanan mengandung banyak kandungan organik serta limbah ikan yang kaya akan lemak yang dapat berfungsi sebagai substrat. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan rasio C/N dan pH dengan komposisi gas, hubungan logam ringan dan LCFAs sebagai faktor penghambat dengan komposisi gas, dan mengetahui fluktuasi pembebanan COD. Penelitian ini dilakukan dengan sistem batch menggunakan dua digester (A perbandingan sampah makanan dan limbah ikan 70:30 dan B 50:50) dengan variabel rasio C/N, komposisi gas, pH, logam ringan, LCFAs, dan COD. Hasil yang didapat ialah rasio C/N berkisar 8,6-11,1; pH berkisar 3,1-5,7; komposisi gas menunjukkan tidak ada metana dan yang mendominasi adalah karbon dioksida berkisar 23-64% dan 11-66% pada digester A dan B. Terdapat kandungan logam ringan, pada digester A dan B masing-masing Mg 82,01 mg/L dan 86,16 mg/L; Ca 647,98 mg/L dan 1231,62 mg/L; K 777,88 mg/L dan 734,50 mg/L; Na 1261,7 mg/L dan 1191,98 mg/L. Terdapat kandungan LCFAs, pada digester A dan B masing-masing asam oleat 29,23% dan 38,86%; asam palmitat 25,09% dan 40,04%; asam miristat 0,75% dan 1,39%. Konsentrasi COD untuk digester A dan B berkisar 28.339 – 47.373 mg/L dan 23.616 – 49.866 mg/L. Hasil menunjukkan proses masih berada pada tahap asidogenesis. Adanya kandungan logam ringan di atas ambang batas optimum dan kandungan LCFAs di dalam substrat menjadi penghambat bagi terbentuknya metana.

ABSTRACT
Waste problem can be reduced by using anaerobic digestion system. Food waste contains high organic and fish waste that is rich in fatty and can be useful as substrate. The purpose of this study was to investigate relationship of C/N ratio and pH with gas composition, relationship of light metals and LCFAs as inhibitor variables with gas composition, and to investigate fluctuation of COD loading. This study was conducted with a batch system using two digesters (with A with substrate comparison food waste and fish waste 70:30 and B 50:50) with variables C/N ratio, gas composition, pH, light metals, LCFAs, and COD. The results are C/N ratio ranged from 8.6-11.1; pH ranged from 3.1-5.7; gas composition showed no methane and dominated by carbon dioxide ranging from 23-64% and 11-66% for digester A and B. There are light metals content, the digester A and B contained Mg 82.01 mg/L and 86.16 mg/L; Ca 647.98 mg/L and 1231.62 mg/L; K 777.88 mg/L and 734.50 mg/L; Na 1261.7 mg/L and 1191.98 mg/L. There are LCFAs content, the digester A and B contained oleic acid 29.23% and 38.86%; palmitic acid 25.09% and 40.04%; miristic acid 0.75% and 1.39%. Concentration of COD for digester A and B ranged from 28,339 – 47,373 mg/L and 23,616 – 49,866 mg/L. The results indicate the process is still at the acidogenesis stage. There are high concentration of light metals and LCFAs in substrate become inhibitor to the formation methane.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57633
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andina Putri Zata Dini
"Timbulan sampah meningkat sejalan dengan perkembangan aktivitas manusia. Hal ini memberikan masalah terhadap kemampuan lahan untuk menampung sampah. Timbulan sampah juga menghasilkan lindi yang mengandung senyawa organik berbahaya, seperti ammonia, nitrat, nitrit. Penelitian dilakukan dengan memodifikasi lysimeter dan menerapkan sistem pengisian sampah berkala selama tiga minggu, sehingga terdapat tiga lapisan sampah beda umur dalam lysimeter. Resirkulasi lindi diberikan ke dalam reaktor untuk mengetahui efeknya terhadap dekomposisi sampah dan kandungan ammonia, nitrat, nitrit. Akhirnya diketahui kesetimbangan nitrogen yang terjadi di dalam reaktor. Hasil pengamatan selama 150 hari membuktikan bahwa sistem pengisian sampah berlapis dan resirkulasi lindi ke dalam lysimeter akan mempercepat waktu dekomposisi sampah dan menurunkan kandungan ammonia, nitrat, nitrit dalam waktu yang relatif lebih cepat. Metode pengisian sampah 3 lapis membuktikan bahwa lapisan sampah teratas memiliki kandungan nitrogen yang terbesar. Dibuktikan pula bahwa hanya 17% nitogen terlarut dalam lindi, 21% berubah dalam fraksi gas atau cair (uncounted) dan tersisa 60,1% nitrogen yang ada di dalam sampah sebagai residu.

Refuse generation will increase in line with development of human activities. This fact make a problem to land area that is no longer able to accommodate. Refuse generation will produce leachate that contains dangerous organic matter such as ammonia, nitrate, nitrite. This study done with modification reactor and implemented continued waste filling method. This research also implement leachate recirculation through the lysimeter. Leachate recirculation aims to know the effect towards refuse decomposition and concentration of ammonia, nitrate, nitrite in lysimeter. This observation results nitrogen balance in reactor. The result of 150 days observation proved that leachate recirculation make refuse decomposition becomes faster and decrease concentration of ammonia, nitrate, nitrite in short period. With continued filling method proved that 3rd refuse layer has more nitrogen compounds than the other layers. This study also prove that only 17% of nitrogen leaves the system via leachate, 21% transferred either into liquid or gas phase (uncounted), and only 60,1% nitrogen stays in refuse as residual nitrogen.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57112
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidauruk, Ingen Augdiga
"Dengan meningkatnya volume timbulan sampah, maka keterbatasan lahan menjadi permasalahan ketika pengoperasian TPA. Sehingga proses mempercepat proses dekomposisi perlu untuk dilakukan. Tujuan dari penelitian untuk menginvestigasi pengaruh resirkulasi air lindi terhadap degradasi kualitas sampah dan air lindi pada bioreaktor landfill. Penelitian menggunakan tanki toren yang berisi tiga lapisan dengan berat total 300 kg. Kadar air sampah ditingkatkan dengan resirkulasi lindi 1,5 L dan air 1,4 dengan waktu pengamatan 150 hari. Hasil menunjukan parameter pH lindi yakni 5,43-7,9, rerata reduksi volume sampah mencapai 84,09%, rerata temperatur yakni 29-38,90C, rerata total mikroorganisme (mesofilic) yakni 0,06-468,5x107CFu/gram, rerata rasio karbon dan nitrogen yakni 8,7:1-19,3:1, field capacity yakni 0,47 L/kg, BOD5 yakni 24,5-1899,4 mg/l, COD yakni 2720-41600 mg/l.

As increasing volume of waste generation, land constraints will be problem when landfill already operated. So that rate decomposition of waste must be considered. The purpose of this study is to investigate the impact of leachate recirculation on the degradation of refuse and leachate quality at bioreactor landfill. The study was carried out using columns containing three layers of refuse with total of waste is 300 kg. Water content is improved with injection by flushing with leachate 1,5 L and tap water 1,4 L over 150 days. Results show 5,43-7,9 for pH, 84,09% for average of volume reduction, 29-38,90C for average of temperature, 0,06-468,5x107CFu/gram for mesophilic micro., 8,7:1-19,3:1 for average of carbon and nitrogen ratio, 0,47 L/kg for field capacity, 24,5-1899,4 mg/l for BOD5, 2720-41600 mg/l for COD."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42442
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gloria Agustina Haolina
"Timbulan sampah di TPA Galuga menghasilkan limbah cair (lindi) yang mencemari air tanah di sekitar TPA Galuga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa sebaran dominan arah dan kecepatan aliran air lindi serta menentukan batas aman penggunaan air tanah di sekitar TPA Galuga. Sampling air tanah dilakukan untuk menganalisa kontaminasi pencemar berdasarkan konsentrasi BOD, COD, TSS, pH, dan VSS, pada 10 titik tinjau dengan jarak tertentu dan mengukur persebaran air lindi dengan uji geolistrik.
Hasil uji menunjukkan air lindi dominan mengarah ke bagian utara dari TPA Galuga. Kualitas air tanah di titik 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9 telah melebihi standar baku mutu yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 dan IS 2490-1962, sedangkan titik 10 masih berada pada batas aman baku mutu tersebut. Variasi titik tinjau menunjukkan pengaruh yang sesuai dengan jarak titik terhadap konsentrasi pencemar pada parameter BOD, COD, dan pH, yaitu semakin jauh jarak titik tinjau maka konsentrasi pencemar semakin kecil. Namun untuk parameter TSS dan VSS tidak menunjukkan keselarasan antara titik tinjau terhadap konsentrasi pencemar.

Waste generation in Galuga landfill produce wastewater (leachate) that contaminate the groundwater around the Galuga landfill. This study aims to analyze the distribution of the dominant flow direction and velocity of the leachate and to determine the use of groundwater?s safe limit around the Galuga landfill. The method used to analyze pollutant contamination based on the concentration of BOD, COD, TSS, pH, and VSS, at a certain distance variations in the distance between each point of the review.
The test results indicate leachate leads to the northern part of the Galuga landfill. Groundwater quality at the point 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 and 9 have exceeded the quality standards set by the Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 of 2001 and IS 2490-1962, while point 10 still in the safe limits of the quality standard. The variation points show the effect of the distance for the point corresponding to the concentration of pollutants in the parameters BOD, COD, and pH, that the longer the distance for point of the review, the smaller the concentration of pollutants. However, for the parameters TSS and VSS does not show the alignment between the review point to the pollutant concentration.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zenifer Patricia Lumban Raja
"Tidak seluruh sampah yang diangkut oleh kendaraan pengangkut sampah dibuang ke TPA, bahkan 7,54% dibuang ke badan air. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jenis sampah anorganik spesifik terhadap parameter COD dan amonia pada badan air, yaitu Sungai Ciliwung. Pengambilan sampel air Sungai Ciliwung dilakukan secara grab sampling. Metode yang digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh jenis sampah anorganik spesifik dan waktu kontak terhadap konsentrasi COD dan amonia adalah uji normalitas dan kruskal wallis. Sementara itu, metode yang digunakan untuk menganalisis laju degradasi COD dan nitrifikasi amonia menggunakan ODE Linear faktor pengintegrasian. Berdasarkan hasil pengujian normalitas menunjukan data tidak terdistribusi normal, sehingga dilanjutkan dengan uji kruskal wallis yang menunjukakan bahwa jenis sampah anorganik spesifik dan waktu kontak mempengaruhi konsentrasi COD dan amonia. Nilai k1 COD untuk sampah plastik sachet adalah 0,0085 per hari dan 0,005 per hari. Sementara, nilai k2 COD untuk sampah plastik sachet adalah 0,055 per hari. Nilai k1 COD untuk sampah kain polyester adalah 0,0006 per hari dan 0,00032 per hari. Sementara, nilai k2 COD untuk sampah kain polyester adalah 0,055 per hari dan 0,099 per hari. Untuk nilai k1 amonia pada sampah plastik sachet adalah 0,00000075 per hari dan 0,000001 per hari. Sementara, nilai k2 amonia untuk sampah plastik sachet adalah 0,0247 per hari. Nilai k1 amonia untuk sampah kain polyester adalah 0,0000004 per hari dan 0,00000028 per hari. Sementara, nilai k2 amonia untuk sampah kain polyester adalah 0,0247 per hari dan 0,0346 per hari. Pada dasarnya, sampah anorganik membutuhkan waktu yang sangat lama untuk dapat terdegradasi. Oleh karena itu, keberadaannya dapat dikategorikan sebagai cemaran yang berpotensi membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan.

Not all of the solid waste transported by waste transport vehicles is disposed to the landfill, even 7.54% is disposed to water bodies. This study aims to analyze the effect of specific inorganic waste types on COD and ammonia parameters in a body of water, namely the Ciliwung River. Sampling of Ciliwung River water was carried out by grab sampling. The method used to determine the effect of specific inorganic waste types and contact time on COD and ammonia concentrations is the normality test and Kruskal Wallis. Meanwhile, the method used to analyze the degradation rate of COD and ammonia uses the ODE Linear integrating factor. Based on the results of the normality test, the data was not normally distributed, so it was continued with the Kruskal Wallis test which showed that the specific type of inorganic waste and contact time affected COD and ammonia concentrations. The k1 COD value for plastic sachet waste is 0.0085 per day and 0.005 per day. Meanwhile, the k2 COD value for plastic sachet waste is 0.055 per day. The k1 COD values for polyester fabric waste were 0.0006 per day and 0.00032 per day. Meanwhile, the value of k2 COD for polyester fabric waste is 0.055 per day and 0.099 per day. For the k1 value of ammonia in plastic sachet waste is 0.00000075 per day and 0.000001 per day. Meanwhile, the k2 value of ammonia for plastic sachet waste is 0.0247 per day. The k1 value of ammonia for polyester fabric waste is 0.0000004 per day and 0.00000028 per day. Meanwhile, the value of k2 ammonia for polyester fabric waste is 0.0247 per day and 0.0346 per day. Basically, inorganic waste takes a very long time to be degraded. Therefore, its presence can be categorized as a contaminant that has the potential to endanger public health and the environment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>