Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129876 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Puspa
"Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di PT. Kimia Farma telah melakukan pengolahan awal untuk air limbah produksi diantaranya adalah pengolahan air limbah ARV, Betalaktam, dan Rifampicin. Penelitian ini bertujuan untuk mengolah air limbah farmasi dengan cara yang mudah dan efisien dengan melakukan percobaan terhadap air limbah produksi ARV. Air limbah produksi ARV ini memiliki debit 11 m3/hari dengan kualitas influen BOD : 87,35 ppm, COD : 231,7 ppm, TSS : 71 ppm, dan pH 6,9. Dengan melakukan penelitian eksperimental untuk skala laboratorium, maka dilakukan percobaan fotolitik sebagai pengolahan yang efektif. Proses ini dilakukan dengan menyinari sampel air limbah produksi ARV yang telah ditambahkan katalis ZnO dengan lampu UV. Dengan dosis penambahan ZnO pada waktu kontak jam ke-5.dosis 0,09 g/l mengalami removal 29,98 %, pada dosis 0,1 g/liter mengalami removal 45%, dan pada dosis 0,11 g/liter mengalami removal 33,48 %. Dari dosis 0,1 g/l didapatkan persamaan terbaik yaitu y=-0,108 x, dimana y adalah lnC/Co dan x adalah waktu kontak. Pada desain perencanaan, air limbah yang didapat merupakan gabungan limbah ARV, limbah Betalaktam, dan limbah Non-Betalaktam yang memiliki debit 119,4 m3/hari dengan kualitas influen BOD : 454,6 ppm, COD : 708,33 ppm, TSS : 175,06 ppm, dan pH 5,37. Dari perencanaan removal COD harus mencapai 85,88 % agar kualitas efluen sesuai dengan baku mutu lingkungan (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 51 Tahun 1999). Sehingga diperlukan waktu kontak 24 jam dengan dosis 0,1 g/l dengan proses injeksi katalis. Bak pengolahan yang digunakan memiliki ukuran dengan panjang 10 meter, lebar 5 meter dan kedalaman 3 meter.

Waste Water Treatment Plant (WWTP) at PT. Kimia Farma has conducted initial treatment for waste water production include waste water treatment of ARV, Betalaktam, and Rifampicin. This research aims to treat pharmaceutical wastewater easily and efficiently with object of experiments is ARV production wastewater. Wastewater discharge production of ARVs has 11 m3/day with the quality of influent BOD: 87,35 ppm, COD: 231,7 ppm, TSS: 71 ppm, and a pH of 6,9. By doing experimental research on a loboratory scale, the photolytic processing performed as an effective treatment. This process is carried out by irradiating the sample (ARV production wastewater) by UV rays which have been previously added ZnO catalyst. With the addition of ZnO dosage, at fifth hour contact time, a dose of 0,09 g/l removed 29,98% of COD, at a dose of 0,1 g/l removed 45% of COD, and at a dose of 0,11 g/l removed 33,48% of COD. At dose of 0,1 g/l, had been gotten best equation y = - 0,108 x, where y is ln C/Co and x is the contact time. In the design planning, waste water obtained is a combination ARV waste, Betalaktam, and Non-Betalaktam discharge that has 119,4 m3/day with the quality of the influent BOD: 454,6 ppm, COD: 708,33 ppm, TSS: 175,06 ppm, and a pH of 5,37. In the planning, COD removal should reach 85,88% for the quality of the effluent in accordance with environmental quality standards (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 51 Tahun 1999). So, we need 24 hours of contact time with a dose of 0.1 g/l. Treatment batch used has a size with a length of 10 meters, a width of 5 meters and a depth of 3 meters.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56225
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Aisyah Al Anbiya
"Instalasi Pengolahan Air Limbah PT. Kimia Farma Plant Jakarta mengolah air limbah yang berasal dari kegiatan produksi obat, pencucian, limbah domestik yang menggunakan proses biologis dengan metode anaerob-aerob. Setelah 20 tahun beroperasi, IPAL tidak pernah dicek kesesuaian parameter disain unit pengolahannya sehingga harus dilakukan evaluasi untuk meningkatan efisiensinya. Evaluasi dilakukan dengan menghitung parameter-parameter disain pada kondisi eksisting dan membandingkannya dengan kriteria disain padaliteratur.Hasilnya yaitu efisiensi pengolahan keseluruhan penyisihan BOD=91%, COD=88%, TSS=96% dan telah masuk kriteria disain. Selain itu, terdapat beberapa parameter yang tidak masuk rentang kriteria disain diantaranya waktu tinggal dan organic loading (bak anaerob), F/M dan MLSS (bak aerob), overflow rate (bak sedimentasi). Sehingga pada perhitungan keseuaian kondisi rencana IPAL, bak anaerob tidak difungsikan dan dilakukan beberapa kontrol perbaikan agar mencapai nilai kinerja MLSS 4000 mg/L, F/M Ratio 0,076, kebutuhan udara 4195,37 m3/day, overflow rate 8,182 m3/m2.h.

Wastewater Treatment Plant of PT Kimia Farma Jakarta processesinfluent from the units of producingdrugs and washing equipment. It also processes waste water from biological process using anaerobic-aerobic method.After 20 years of operation, WWTP of PT Kimia Farma Plant Jakarta have never checked the suitability of the design parameters and the application in each unit, so that should have been done to improve the efficiency of The WWTP. An evaluation is conducted by calculating the design parameters on existing conditions and comparing it to the design criteria?s literature. The results of the overall processing efficiency in removal BOD were : 91%, COD: 88%, TSS: 96%.Moreover, there are several parameters that are not in the range of design criteria such as residence time and organic loading (unit of anaerobic), the F/M ratio and MLSS (unit of aerobic), overflow rate (unit of sedimentation). So that in the planning process, anaerobic unit was not used. Then, the writer used some improvements to achieve the performance value of MLSS 4000 mg/L, the F/M Ratio 0,076, aeration air demand 4195,37 m3/day, overflow rate 8,182 m2 m3/h.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56433
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roosdilan Kurdi
"ABSTRAK
Industrialisasi dari tahun ke tahun semakin meningkat proses ini menuju pertumbuhan ekonomi dan struktur industri yang kuat.
Keterlibatan manusia khususnya tenaga kerja dalam proses pembangunan semakin meningkat, agar supaya tenaga kerja menjadi sehat dan produktif, maka peranan kesehatan kerja dan keselamatan kerja semakin menjadi penting.
Dalam hal ini pula perlu diterapkan peraturan-peraturan yang telah ada sesuai dengan petunjuk dan maksud dari peraturan itu.
Pada saat ini banyak timbul masalah-masalah dalam kesehatan kerja yang datangnya dari pihak majikan, buruh tenaga kerja) itu sendiri.
Dalam penelitian ini akan dilakukan dari dekat, yaitu, sampai sejauh mana sudah dilaksanakan peraturan-peraturan atau perundang-undangan kesehatan kerja yang telah dilaksanakan dan masalah apa saja yang menghambat dalam pelaksanaannya.
Dalam penelitian itu diambil sebanyak sepuluh buah perusahaan industri yang ada di Kawasan Pulo Gadung itu, hampir 80% sudah melaksanakan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan kerja, keselamatan kerja dan kecelakaan kerja.
Hasil dari pengamatan bahwa diperusahaan industri itu sudah hampir 85% sudah mempunyai tenaga dokter umum dan tenaga perawat.
Hasil pengamatan, apabila terjadi suatu kecelakaan ringan dapat ditangani oleh petugas kesehatan perusahaan itu sendiri kecuali yang agak berat baru di bawa ke Rumah Sakit Umum yang ada di wilayah itu atau Rumah Sakit tertentu yang sudah rutin sebagai langganan. Dan untuk program preventif teknis, yakni terhadap ancaman lingkungan kerja, itu dilakukan pemeriksaan oleh Kanwil Hiperkes setempat, tidak oleh pengusaha yang bersangkutan inipun dilakukan sebagian besar atas permintaan atau atas dasar keluhan pada karyawan.
Dalam pengamatan, bahwa pada umumnya ancaman lingkungan kerja berupa debu adalah paling utama, dan urutan kedua kebisingan dan ketiga panas.
Dalam pengamatan bahwa, secara komperhensif bentuk pelayanan kerja adalah meliputi bentuk kuratif preventif serta perlindungan tenaga kerja sudah dilaksanakan terpadu.
Dalam pengamatan pelayanan preventif medis meliputi pemeriksaan calon karyawan, pemeriksaan berkala, imunisasi, pendidikan kesehatan dan lain-lain baru bisa dilaksanakan oleh 6 perusahaan itupun dalam keadaan sangat sederhana sekali (mungkin karena biayanya yang agak minim).
Dalam pengamatan bahwa imunisasi pada umumnya dilakukan oleh 10 perusahaan itu, terutama jenis vaksinasi kholera, sedangkan kegiatan pencegahan lainnya melalui pendidikan kesehatan hanya dilakukan oleh 5 perusahaan, dengan menggunakan ceramah atau spanduk.
Dalam pengalaman dan kekurangan dari pihak perusahaan bahwa sudah pernah diadakan latihan penataran hygine perusahaan dan kesehatan kerja terhadap para dokter perusahaan para medis, sesuai dengan kebutuhan dan pengembangan tenaga kesehatan dan keselamatan kerja didasarkan pada prospek jumlah tenaga kerja yang ada pada perusahaan industri itu.

ABSTRACT
Industrialization is increasing from year to year; this process proceeds to strong economical growth and industrial structure.
The involvement of man especially labor force in the development process is increasing in order the labor force becomes healthy and productive, so the role of occupational health and occupational safety becomes more important.
Also in this matter we need apply the existing regulations according to the directive and the aim of those regulations. At this time many problems appear in the occupational health, which come from the employer's side or from the employees or the labor force themselves.
In this research we will carry out from near as how far the regulations or the legislation have been executed and what kind of problems hamper the execution.
In our approach as many as ten industrial enterprises in the Pulo Gadung Industrial Estate nearly 80% have carried out the regulation of the Legislation in the field of occupational health, occupational safety and occupational accident.
The result of the survey that in the industrial enterprise already nearly 85% have public doctors and nurses.
The result of the survey shows that when it happens a light accident the health officers in charge of the enterprise themselves can overcome it, except in case of more serious accident the patient has to be taken to Public Hospital in that region or to a certain Hospital which is already routine as customer.
And for technical preventive program, i.e. against occupational environment threat, the inspection is done by the local Kanwil Hiperkes, not by the entrepreneur concerned, mostly it is done on the request or based on the complaint of the employees.
In the survey in general shows that occupational environment threat conspicuously consists of dust, and on the second place noise and heat.
In the survey that comprehensively the form of occupational service envelops preventive curative form and the protection of the labor force has been carried out solidly.
In the survey the medical preventive service envelops the examination of would-be employee, periodical examination, immunization, health education etcetera can be just executed by 6 enterprises that is to say in a very in a very simple way (probably its cost is rather small).
In the survey that immunization in general is done by 10 enterprises, especially cholera vaccination, while activities on other prevention through health education have been only done by 5 enterprises, using lectures or banners.
In the experience and shortcoming of the enterprise "side that training on enterprise" hygiene and occupational health have been given to enterprise doctors and nurses according to the need and development of the health staff and occupational safety based on the prospect of the number of the labor force owned by that industrial enterprise.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eky Pramitha Dwi Putri
"PM2,5 adalah indikator penting untuk mengetahui risiko kesehatan yang disebabkan oleh polusi partikulat. Pajanan konsentrasi PM2,5 di udara dalam ruang telah banyak dikaitkan dengan kejadian penurunan fungsi paru. Oleh karena itu, program intervensi harus dimulai dari faktor lingkungan.
Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi PM2,5 di udara dalam ruang dengan penurunan fungsi paru pada orang dewasa. Studi potong lintang dilakukan di sekitar kawasan industri Pulo Gadung, Jakarta Timur.
Penelitian dilakukan dari bulan maret sampai mei 2012. Peneliti memilih secara acak 109 orang dewasa yang berusia 20-65 tahun dengan menggunakan metode statifikasi acak sampel. Hal ini dilakukan untuk menentukan kejadian penurunan fungsi paru dan hubungannya dengan konsentrasi PM2,5 di udara dalam ruang. Fungsi paru diperiksa dengan menggunakan spirometri tes untuk mendapatkan nilai VC, FCV, FEV1, dan FEV1/FCV. Konsentrasi PM2,5 di udara dalam ruang diukur dengan menggunakan alat dust track. Setelah itu, analisis dilakukan dengan menggunakan model regresi logistik untuk mendapatkan nilai OR dari konsentrasi PM2,5 di udara dalam ruang dengan penurunan fungsi paru pada orang dewasa. Selain itu, variabel karakteristik individu dan faktor lingkungan rumah juga dianalisis dengan kejadian penurunan fungsi paru. Prevalensi penurunan fungsi paru pada orang dewasa di sekitar kawasan industri Pulo Gadung sebesar 38,5%.
Hasil analisis menunjukkan hubungan yang signifikan antara konsentrasi PM2,5 di udara dalam ruang dengan penurunan fungsi paru pada orang dewasa (OR = 3,31; nilai p = 0,003). Faktor lain yang mempengaruhi penurunan fungsi paru pada orang dewasa adalah jenis kelamin laki-laki (OR = 2,84; nilai p = 0,025), durasi pajanan (OR = 3,56; nilai p = 0,002), merokok (OR = 2,60; nilai p = 0,040), ventilasi (OR = 3,35; nilai p = 0,026), dan kelembaban (OR = 3,12; nilai p = 0,016). Akhirnya, kesimpulan dari penelitian ini adalah konsentrasi PM2,5 di udara dalam ruang berhubungan signifikan dengan penurunan fungsi paru pada orang dewasa.
PM2,5 is an important indicator of risk to health from particulate pollution. Exposure to indoor air pollution of PM2,5 has been associated with an increase in lung function impairment. Consequently, the intervention program must be started from environmental factors.
The aim of the study was to better understand the association between indoor PM2.5 concentration and the decline of adult lung function. Cross sectional study was conducted at the surrounding of Pulo Gadung Industries, East Jakarta.
This study was extended from March to May 2012. Researcher has selected 109 adults from 20 to 65 years of age by the stratified random sample to determine the incidence of lung function impairment and its relationship to indoor air pollution due to PM2.5. Lung function was measured by spirometry test to get the value of VC, FCV, FEV1, and FEV1/FCV. Indoor PM2.5 concentration was obtained from measurement by dust track. The Odds Ratio (OR) for the effect of indoor PM2,5 concentration on lung function in adult was analyzed by logistic regression model. Besides that, individual variables and health housing variables were analyzed with the decline of adult lung function too. The prevalence of the decline of adult lung function in the surrounding of Pulo Gadung Industries was 38,5%.
The analysis showed significantly association between indoor PM2.5 concentration and the decline of adult lung function (OR = 3,31; p value = 0,003). Another factors that influenced the decline of adult lung function were the men gender (OR = 2,84; p value = 0,025), the duration of exposure (OR = 3,56; p value = 0,002 ), smoking (OR = 2,60; p value = 0,040), ventilation (OR = 3,35; p value = 0,026), and humidity (OR = 3,12; p value = 0,016). Finally, the conclusion of this study is indoor PM2,5 concentration was significantly associated with the decline of adult lung function.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Puspa
"Meningkatnya air limbah minyak bumi, maka diperlukan pengolahan yang baik. Proses fotolisis merupakan pengolahan yang tepat dan penambahan katalis TiO2 untuk mempercepat prosesnya. Objek studi penelitian ini adalah Air limbah produksi minyak bumi dan gas pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di PT. Pertamina (Persero) RU III, Plaju, Sumatera Selatan. Penelitian eksperimental dilakukan pada skala laboratorium. Proses ini dilakukan dengan menyinari sampel air limbah dengan lampu UV dan ditambahkan katalis TiO2. Katalis TiO2 memiliki ukuran partikel hingga mencapai 5 μm, tingkat disperse rendah, dan tingkat kemurnian 100%. Air limbah produksi memiliki debit 40 m3/jam dengan kualitas influen rata-rata COD 1035,7 mg/l; Fenol 246,6 mg/l; Suhu 28,8oC; pH 8,95; Amonia 0,076 mg/l; Sulfida 246,6 mg/l; dan tidak terkandung Minyak dan Lemak didalamnya. Variasi yang dilakukan pada penelitian ini dosis katalis, waktu kontak, dan pH. Konstanta degradasi COD pada hubungan waktu kontak tehadap removal COD yaitu k = 0,0074 min-1 pada pH 4. Kondisi optimum pengolahan berada pada pH 4, dosis optimum100,8 ppm, dan waktu kontak 150 menit mencapai removal 69,154%.

The increase of petroleum wastewater needs the better treatment. Photolysis is the proper processing with catalyst TiO2 to accelerate the process. The object study is Wastewater of Oil and gas Refinery Production at Waste Water Treatment Plant (WWTP) at PT. Pertamina (Persero) RU III, Plaju, South Sumatera. This experimental research conducted in laboratory scale. This process is carried out by irradiating the sample by UV rays which has been added TiO2 catalyst. The size of catalyst TiO2 is up to 5 μm, has low disperse, and 100% purity. Wastewater discharge production has 40 m3/day with the quality of influent COD 1035.7 mg/l, Phenol 246.6 mg/l, Temperature 28.8oC, pH 8.95, Ammonia 0.076 mg/l, Sulfide 246.6 mg/l, and there wasn't oil in it. This process is carried out by irradiating the sample by UV rays which has been previously added TiO2 catalyst. Variations to be conducted in this study is the catalyst dosage, contact time, and pH. The constant degradation of COD on the relationship of time contact against the removal of COD that is k =0.0074 min-1 at pH 4. Treatment optimum condition at pH 4, catalyst dosage 100,8 ppm, and contact time 150 minutes has reached 69.154% of COD removal.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T43867
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Indriati Fatonah
"Industri sepatu di Indonesia berperan penting pada perekonomian masyarakat berpenghasilan rendah. Dalam proses produksinya, industri sepatu menggunakan lem mengandung pelarut organik berbahaya seperti benzena. Penelitian ini dilakukan untuk memperkirakan risiko kesehatan akibat pajanan benzena dan manejemen risiko yang harus dilakukan. Tempat penelitian adalah bengkel sepatu "X" di kawasan Perkampungan Industri Kecil Pulogadung, Jakarta Timur. Pengukuran konsentrasi benzena di udara dalam empat bagian proses produksi sepatu, yaitu bagian sol, upper, open, finishing, dan satu ruang administrasi, pengukuran karakteristik antropometri terhadap dua puluh enam pekerja, yang meliputi berat badan, lama pajanan, frekuensi dan durasi pajanan, serta analisis biomarker trans,trans-muconic acid (t,t-MA) dalam urin telah dilakukan. Risiko kesehatan non karsinogenik dinyatakan dengan Risk Qoutient (RQ) yang didapatkan dengan membagi rata-rata asupan harian non kanker sepanjang hayat dengan konsentrasi referen (RfC), sementara risiko karsinogenik dinyatakan dengan Excess Cancer Risk (ECR) yang didapatkan dari perkalian antara asupan harian kanker sepanjang hayat dengan cancer clope factor (CSF) benzena.
Didapatkan bahwa konsentrasi rata-rata benzena pada bagian sol, upper, open, finishing, dan administrasi secara berurutan adalah 0,058 mg/m3, 0,008 mg/m3, 0,045 mg/m3, 0,076 mg/m3, 0,085 mg/m3, and 0,014 mg/m3. Dengan konsentrasi benzena demikian dan karakteristik antropometri serta laju asupan sepanjang hayat bagi para pekerja bengkel "X" didapatkan bahwa bagian sol, upper dan administrasi tidak terindikasi adanya risiko kesehatan non karsinogenik terhadap para pekerja (RQ 1), tetapi pada bagian open dan finishing, risiko kesehatan non karsinogenik telah terindikasi (RQ > 1). Pada perkiraan risiko karsinogenik semua pekerja memiliki ECR melebihi batas yang diperbolehkan (ECR > 1 x 10-4) yang berkisar antara 1,09 x 10-4 hingga 18 x 10-4. Analisa konsentrasi biomarker t,t-MA dalam urin menunjukkan bahwa konsentrasi t,t-MA dalam urin adalah 4.795 hingga 68.062 µg/g kreatinin atau lebih tinggi 9,6 hingga 136 kali dibanding batas konsentrasi referen. Manajemen risiko terhadap risiko kanker merekomendasikan batas aman konsentrasi benzena adalah 0,01 mg/m3.
Disimpulkan bahwa risiko kesehatan non karsinogenik hanya terjadi pada sebagian pekerja di bagian open dan finishing, sementara pada perkiraan risiko kesehatan karsinogenik seluruh pekerja telah melebihi batas yang diperbolehkan.

In Indonesia, footware industry has been contributing to the economy of lowincome community. Footware industry uses extensively adhesive glue containing hazardous organic solvent such as benzene. To estimate health risks from exposure to benzene and formulate management options, an environmental health risk assesment has been conducted in a shoes industry at Center of Small Industry (PIK) in Pulogadung, East Jakarta. Benzene concentrations were measured in indoor air af four processing room (sol, upper, open, finishing) and office room, twenty six workers were subjected to anthropometric measurement for body weight, contact rate survey for exposure time, frequency, and duration, and biomarkers analysis for urin trans, transmuconic acid (t,t-MA). Non Carcinogenic health risk is expressed as Risk Qoutient (RQ) and estimated by dividing average of lifetime daily non cancer intake by benzene reference concentration (RfC), while carcinogenic risk exppressed as Excess Cancer Risk (ECR) calculated by multiplying lifetime daily cancer intake by benzene cancer slope factor (CSF).
It was found that the mean concentration of benzene in sol, upper, open, finishing room and office room are 0.058 mg/m3, 0.008 mg/m3, 0.045 mg/m3, 0.076 mg/m3, 0.085 mg/m3, and 0.014 mg/m3, respectively. Exposing to these benzene concentration with current anthropometric and contact rate characteristics, RQ 1 was found in sol, upper and office room, whereas RQ > 1 was found in open and finishing room. On the other hand, all workers have ECR > 1 x 10-4, ranging from 1.09 x 10-4 to 18. 10-4. Meanwhile, urin t,t-MA concentration ranges from 4,795 to 68,062 µg/g creatinine, or 9.6 to 136 folds higher than the reference value of 500 µg/g creatinine. Management options for ECR > 1 x 10-4 suggests that safe concentration of benzene is 0.01 mg/m3, while the existing national threshold value is 32 mg/m3.
It is concluded while non carcinogenic risks are only suffered by workers in open and finishing unit, carcinogenic risks for all workers are unacceptable.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T30559
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Hadisaputra
"ABSTRAK
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi manusia. Saat ini, IPA Pulo Gadung dapat mengolah debit air sebesar 4.200 L/detik. Tujuan dari penelitian ini adalah 1 mengevaluasi desain unit pengolahan terhadap kriteria desain, 2 mengevaluasi kualitas air baku dan air bersih, 3 mengevaluasi efisiensi kinerja unit pengolahan, serta 4 menentukan debit pengoptimalan. Untuk mengetahui tingkat kinerja kualitas IPA Pulo Gadung, maka dilakukan pengujian kualitas air, yaitu kekeruhan SNI 06-6989.25-2005, E. Coli Most Probable Number, zat organik SNI 06-6989.22-2004, dan COD Standard Methods: 5220 D serta jar test. Selain itu, untuk mengetahui tingkat kinerja kuantitas, maka dilakukan evaluasi desain terhadap kriteria desain dan rancangan pengoptimalan kapasitas. Berdasarkan evaluasi desain, banyak aspek yang tidak memenuhi kriteria desain. Berdasarkan parameter COD, pada PP No. 82 Tahun 2001, air baku yang digunakan IPA Pulo Gadung tergolong dalam air Kelas IV air untuk mengairi pertanaman. Air bersih hasil pengolahan, berdasarkan Permenkes No. 492 Tahun 2010, memiliki beberapa parameter kualitas air yang tidak memenuhi standar tersebut. Unit mixing well efektif dalam menghilangkan E. Coli 47,7, sedimentasi dan filtrasi menghilangkan kekeruhan 93,05 dan 97,32, serta reservoir menghilangkan E. Coli 73,04. Secara keseluruhan, IPA Pulo Gadung dapat menghilangkan kekeruhan sebesar 99,83, E. Coli sebesar 96,39, organik sebesar 40,16, dan COD sebesar 16,57. Dari uji jar test, koagulan optimal untuk air IPA Pulo Gadung adalah koagulan PAC 20 ppm. Dengan mengacu pada kriteria desain, debit optimal masing-masing unit adalah intake sebesar 9,33 m3/detik, saringan kasar 1,09 m3/detik, saringan halus 13,44 m3/detik, grit chamber 4,86 m3/detik, pompa 7,65 m3/detik, mixing well 18,9 m3/detik, flokulasi 3,09 m3/detik, sedimentasi 5,83 m3/detik, filtrasi 12 m3/detik, dan reservoir 16,57 m3/detik. Kesimpulannya adalah kinerja pengelolaan kualitas air IPA Pulo Gadung sudah baik dan kapasitasnya masih dapat ditingkatkan.

ABSTRACT
Clean water is one of the basic needs for human beings. Currently, IPA Pulo Gadung can treat 4,200 L sec of raw water. The objectives of this study are 1 to evaluate the design of the processing unit based on design criteria, 2 to evaluate the quality of raw and clean water, 3 to evaluate the efficiency of processing unit removal rate, and 4 to determine the flowrate optimization. To determine the removal rate of IPA Pulo Gadung, the water qualities to be tested are turbidity SNI 06 6989.25 2005, E. Coli Most Probable Number, organic matter SNI 06 6989.22 2004, and COD Standard Methods 5220 D and jar test. To determine the level of quantity performance, the unit design was evaluated to design criteria and determined the flowrate optimization. Based on design evaluation, many aspects do not meet the design criteria. Based on COD parameters, in PP No. 82 of 2001, raw water used by IPA Pulo Gadung classified in Class IV water water to irrigate crop. Clean water produced, based on Permenkes No. 492 of 2010, has several water qualities that do not meet the standard. The mixing well unit is effective in removing E. Coli 47.7, sedimentation and filtration removing turbidity 93.05 and 97.32, and reservoir removing E. Coli 73.04. Overall, IPA Pulo Gadung can eliminate with the removal rate of turbidity 99.83, E. Coli 96.39, organic matter 40.16, and COD 16.57. From jar test, optimal coagulant for IPA Pulo Gadung is PAC 20 ppm. With reference to the design criteria, the optimal flowrate of each unit is intake 9.33 m3 sec, coarse screen 1,09 m3 sec, fine screen 13,44 m3 sec, grit chamber 4.86 m3 sec, pumping system 7.65 m3 sec, mixing well 18.9 m3 sec, flocculation 3,09 m3 sec, sedimentation 5.83 m3 sec, filtration 12 m3 sec, and reservoir 16.57 m3 sec. The conclusion is that the performance of water quality removal rate of IPA Pulo Gadung is good and the capacity can still be improved."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simorangkir, Victor
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dinie Zakiyah
"Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas nomor satu di dunia, mengakibatkan kerugian ekonomi, dan dapat menurunkan produktivitas kerja. Hipertensi dan hiperlipidemia merupakan faktor risiko PJK yang secara langsung dapat meningkatkan risiko PJK. Pengendalian hipertensi dan hiperlipidemia dapat mencegah terjadinya PJK. Untuk mencegah dengan tepat maka harus diketahui faktor risiko hipertensi dan hiperlipidemia yang dimiliki pekerja. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi dan faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian Hipertensi dan hiperlipidemia (Risiko PJK) diantara pekerja di Kawasan Industri Pulo Gadung tahun 2006.
Penelitian ini menggunakan desain studi Cross Sectional dengan variable dependen (hipertensi dan hiperlipidemia) dan variabel independen (kebiasaan merokok, lama merokok, perokok pasif, konsumsi alkohol, kebiasaan olahraga, dan obesitas (IMT dan RLPP). Populasi penelitian ini adalah pekerja di kawasan industry Pulo Gadung yang berumur 20 tahun ke atas, bekerja di 7 jenis perusahaan. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square dan uji korelasi.
Pada penelitian ini diperoleh prevalensi hipertensi diantara pekerja pada kelompok umur 20 tahun ke atas di kawasan industri Pulo Gadung sebesar 22,3% dan prevalensi hiperlipidemia sebesar 21,1%. Prevalensi pekerja dengan 3 faktor risiko utama PJK (2,4%), 2 faktor risiko utama PJK (17,4%), 1 faktor risiko utama PJK (41,6%). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hubungan yang signifikan antara umur, IMT, dan RLPP dengan kejadian hipertensi. Pekerja yang berumur 40 tahun ke atas berpeluang lebih besar terkena hipertensi (OR 4,02; 95% CI: 2,88 - 5,60), pekerja IMT overweight berpeluang lebih besar terkena hipertensi (OR 3,30; 95% CI: 2,38 - 4,59), dan pekerja dengan RLPP tinggi berpeluang lebih besar terkena hipertensi (OR 2,48; 95% CI: 1,79 - 3,44). Uji korelasi didapatkan bahwa ada hubungan linier yang signifikan antara umur, lama merokok, IMT, RLPP lakilaki, RLPP perempuan, kadar kolesterol darah dengan tekanan darah sistolik dan diastolik. Diperoleh hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, suku, dan IMT dengan kejadian hiperlipidemia. Perempuan berpeluang lebih besar terkena hiperlipidemia (OR 1,45; 95% CI: 1,04 - 2,03), suku Jawa berpeluang lebih besar terkena hiperlipidemia (OR 2,43; 95% CI: 1,03 - 5,75), dan IMT overweight berpeluang lebih besar terkena hiperlipidemia (OR 1,52; 95% CI: 1,09 - 2,11). Uji korelasi didapatkan hubungan linier yang signifikan antara umur, lama merokok, dan IMT dengan kadar kolesterol darah.
Berdasarkan temuan tersebut selanjutnya direkomendasikan untuk dilakukan kegiatan penyuluhan kesehatan mengenai faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan hipertensi dan hiperlipidemia (Risiko PJK), bahaya merokok, program kontrol berat badan dan smoking cessation, dan skrining elektrokardiogram (EKG) pada pekerja yang mempunyai 2 atau lebih faktor risiko PJK."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>