Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159276 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Laksmi Sholihati
"Beberapa spesies ikan cupang Indonesia telah diketahui mengalami ancaman kepunahan, sehingga diperlukan upaya konservasi. Upaya konservasi membutuhkan informasi atau data dasar keragaman genetik, baik berupa genotip maupun fenotip. Informasi keragaman fenotip dapat diperoleh melalui studi morfometrik dan meristik. Studi morfometrik dan meristik dilakukan pada tiga spesies ikan cupang (B. foerschi, B. pallifina, dan B. strohi) dari Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah dan spesies pembanding B. imbellis dan B. splendens untuk memperoleh sebagian informasi mengenai keragaman fenotip ikan cupang Indonesia. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya keragaman fenotip yang tinggi antarspesies baik berdasarkan studi morfometrik maupun meristik. Hasil lain yang diperoleh berupa hubungan kekerabatan antarspesies yang menunjukkan bahwa B. foerschi, B. pallifina, dan B. strohi memiliki hubungan kekerabatan yang dekat dan ketiga spesies tersebut memiliki hubungan kekerabatan yang lebih jauh dengan B. imbellis dan B. splendens berdasarkan studi morfometrik.

Some of the Betta species in Indonesia is under threat of extinction. Therefore, conservation is needed to prevent Betta extinction from their habitats. Information or data bases about genetic diversity, either genotype or phenotype are needed for conservation. Information about phenotypic diversity can be obtained by morphometric and meristic study. The morphometric and meristic of three Betta species (B. foerschi, B. pallifina, and B. strohi) from Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah and two other species (B. imbellis and B. splendens) are studied to obtain a part of data bases/information about phenotypic diversity of Betta fish in Indonesia. The results showed that there is significant phenotypic diversity interspecies. Furthermore, according to cluster analysis, B. foerschi, B. pallifina, and B. strohi are closely related to each other and have farther relationship with B. imbellis and B. splendens based on morphometric study.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57071
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzia Humaida
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman genetik lima spesies ikan cupang menggunakan DNA mitokondria 16S rRNA sebagai DNA target. Amplifikasi daerah 16S rRNA dilakukan menggunakan primer 16S rRNA forward dan 16S rRNA reverse. Hasil elektroforesis produk PCR menunjukkan bahwa daerah 16S rRNA lima spesies ikan cupang berukuran 500?600 bp. Berdasarkan hasil alignment sekuens sampel, menunjukkan bahwa terdapat keragaman genetik dari kelima spesies ikan cupang. Analisis filogenetik menggunakan metode Neighbor Joining (NJ), menunjukan kekerabatan lima spesies ikan cupang. Betta unimaculata, Betta pallifina, dan Betta strohi yang merupakan spesies dari Kalimantan berkerabat dekat dibandingkan dengan Betta bellica dan Betta imbellis yang berasal dari Sumatera. Kekerabatan spesies ikan cupang yang berasal dari Kalimantan dan Sumatera cukup jauh, yaitu ditunjukkan dengan perbedaan percabangan dalam pohon filogenetik.

This study aims to determine the genetic variation of five species Betta fish using mitochondrial DNA 16S rRNA as the DNA target. The primer set of 16S rRNA forward and 16S rRNA reverse were used to amplify the 16S rRNA region. Gel electrophoresis result showed that the size of 16S rRNA of those Betta fish were 500?600 base pair. Based on sequence alignment result that showed genetic diversity of five spesies Betta fish. Phylogenetic analysis by Neighbor Joining (NJ) method showed a genetic relationship or kinship of five spesies Betta fish. Betta unimaculata, Betta pallifina, and Betta strohi from Kalimantan are related more closely compared to Betta imbellis and Betta bellica from Sumatera. Kinship of Betta fish from Kalimantan is far enough with Betta fish from Sumatera, that indicated by the difference in the cluster of phylogenetic tree.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57128
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lydia Visita
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman genetik dan kekerabatan ikan cupang menggunakan sekuens Cytochrome Oxidase I. Keragaman genetik diketahui menggunakan sekuens Cytochrome Oxidase I. Amplifikasi Cytochrome Oxidase I dilakukan menggunakan primer HCO dan LCO dengan hasil sekuens yang diperoleh berukuran 680 pb. Hasil alignment sekuens menunjukkan keragaman genetik yang kurang signifikan pada B. imbellis, sedangkan pada B. pallifina, B. patoti, dan B. unimaculata menunjukkan keragaman yang cukup signifikan. Tiga spesies ikan cupang dari Kalimantan memiliki kekerabatan yang dekat. Namun demikian, kekerabatan ikan cupang dari Kalimantan dengan ikan cupang dari Sumatera cukup jauh.

This study aims to determine the genetic diversity and kinship of fighting fish using Cytochrome Oxidase I. Cytochrome Oxidase I is used to know the genetic diversity of fighting fish. Primer HCO and LCO were used to amplify 680 bp of Cytochrome Oxidase I. The results of sequence alignment showed less significant genetic diversity for B. imbellis, whereas B. pallifina, B. patoti, and B. unimaculata show significant diversity. Three species of fighting fish from Kalimantan are closely related. However, the kinship of fighting fish from Kalimantan with fighting fish from Sumatra are far enough.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S56911
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azrul Fadjri
Depok: Universitas Indonesia, 2003
S31181
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sania Prima Amanda
"Telah dilakukan penelitian pengaruh pemberian mikroalga hijau-biru (Spirulina maxima) terhadap pertumbuhan dan kecerahan warna pada ikan cupang (Betta splendens). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Spirulina maxima dalam meningkatkan kecerahan warna biru dan pertumbuhan pada ikan cupang (Betta splendens). Metode yang digunakan memrupakan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari satu uji coba, empat kelompok perlakuan penambahan bubuk Spirulina maxima (0%, 5%, 10%, 15%) yang didapati dari perhitungan Pearson square, dan lima kali ulangan. Hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan nyata secara uji Anava dengan hasil penambahan bubuk spirulina dosis 15% dengan hasil terdapat perubahan warna yang lebih cerah 11,28% dan mampu meningkatkan massa ikan sebesar 0,746 gram.

Research on the effect of giving blue-green microalgae (Spirulina maxima) on growth and color brightness in Betta fish (Betta splendens) aims to determine the effect of Spirulina maxima in increasing blue color brightness and growth in Betta fish (Betta splendens) and to determine the appropriate concentration of Spirulina maxima addition. to increase color brightness and growth in betta fish (Betta splendens). The method used was a completely randomized design consisting of one trial, four treatment groups with the addition of Spirulina maxima powder (0%, 5%, 10%, 15%) obtained from Pearson square calculations, and five replications. The results showed that there was a significant difference in the Anova test with the addition of spirulina powder at a dose of 15% with the result that there was a brighter color change of 11.28% and was able to increase the mass of fish by 0.746 grams."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Tama Arina
"Ikan cupang (Betta splendens) fancy berkelamin jantan merupakan salah satu jenis ikan yang digemari oleh masyarakat. Ikan cupang berkelamin jantan memiliki keunggulan pada bentuk dan warnanya. Upaya untuk memperoleh populasi jantan dapat dilakukan dengan cara pengalihan kelamin dengan perendaman hormon 17α-metiltestosteron. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hormon 17α-metiltestosteron dengan konsentrasi berbeda 1, 2, 3 mg/L, serta kontrol melalui perendaman larva umur 5 hari dalam hormon 17α-metiltestosteron selama 24 jam. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dosis hormon 17α-metiltestosteron (1,2,3 mg/L, dan kontrol) dengan masing-masing enam ulangan setiap perlakuan. Ikan yang telah berumur 76 hari setelah perendaman hormon diidentifikasi jenis kelaminnya. Data yang diperoleh diuji dengan uji normalitas, uji homogenitas, uji ANAVA satu faktor, dan uji Tukey. Hasil analisis data berdasarkan data morfologi menunjukkan bahwa baik nilai kelulushidupan ikan maupun persentase jantan terdistribusi normal dan homogen. Hasil uji ANAVA satu faktor dengan tingkat kepercayaan 99% menunjukkan ada perbedaan nyata (P<0,01) antara perlakuan hormon dengan perlakuan kontrol terhadap kelulushidupan maupun persentase pengalihan kelamin menjadi jantan (maskulinisasi). Kelulushidupan ikan cupang koi (Betta splendens) fancy tertinggi ditunjukkan pada perlakuan kontrol yaitu sebesar 48,97%, sedangkan persentase jantan (maskulinasi) tertinggi 56,84% ditunjukkan pada perlakuan 17α-metiltestosteron 2 mg/L.

Male Betta fish (Betta splendens) fancy is one of the types of fish favored by the community. Effort to obtain male population can be done by sex reversal through immersion of the hormone 17α-methyltestosterone. This study aims to determine the effect of 17α-methyltestosterone hormone through immersion of 5-day-old-larvae hormone for 24 hours. This research was conducted using a completely randomized experimental design with four treatments of the 17α-methyltestosterone hormone dosage (1, 2, 3 mg/L, and control) with six replications for each treatment. Fishes that were 76 days old after hormone immersion were identified each of sex based on its morphology. The data obtained were tested by normality test, homogeneity test, ANOVA test, and Tukey test. The results of data analysis based on morphological data show that both the survival value of fish and the percentage of males are normally distributed and homogeneous. The results of ANOVA of one factor with a 99% confidence level showed that there was a significant difference (P<0,01) between hormone treatment with control treatment on survival and the percentage of sex reversal into males. The highest survival rate of male Betta fish (Betta splendens) fancy 48,97% was shown by control treatment, while the highest percentage of male 56,84% was shown by 2 mg/L."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wartono Hadie
"Studi tentang variasi genetik dan truss morphometric telah dilakukan pada dua populasi ikan lele di Sungai Musi dan Bengawan Solo dengan tujuan untuk mengetahui hubungan kekerabatan antara keduanya. Populasi yang diamati adalah lele lokal (Clarias batrachus) untuk kedua habitat dan lete keli (Clarias meladerma) di Sungai Musi sebagai pembanding.
Sampel ikan lele diambil dari masing-masing habitat sebanyak 100 individul populasi untuk pengukuran truss. Pengukuran morfometrik dilakukan dengan ukuran komersial konvensional yakni panjang total (PT), panjang standar (PS), panjang badan (PB), dan panjang kepala (PK), serta rasio termakan (edible portion). Pengukuran secara truss morfometrik dilakukan dengan mernbagi menjadi 4 truss cell dan 6 titik homologus (dengan 21 variabel truss). Analisis elektroforesis protein (protein electrophoresis) dilakukan pada 12 enzim dari 40 individu masing-masing populasi. Jaringan yang dianalisis berasal dari hati dan otot daging bagian dorso ventral di belakang insang sebelah kid. Waktu yang digunakan untuk proses elektroforesis adalah 4 jam pada kekuatan 80 mA.
Dengan menggunakan 21 variabel truss (P < 0,05) populasi Clarias batrachus di S. Musi dengan Clarias meladerma mempunyai kemiripan yang lebih tinggi dan terpisah dengan populasi C. batrachus dari B. Solo. Demikian pula dengan ukuran komersial konvensional yakni PK dan edible portion. Pengetahuan ini dapat digunakan untuk meningkatkan mutu genetik terutama untuk budidaya.
Dad 12 enzim yang dianalisis diperoleh 16 lokus dan 4 (25%) diantaranya heterozigot. Heterozigositas pada tingkat populasi (H) adalah 0,029 (populasi Bengawan Solo), 0,063 (populasi Sungai Musi), dan 0,167 untuk Clarias meladenna dari Sungai Musi. Jarak genetik C. batrachus dari S. Musi lebih dekat kepada populasi Bengawan Solo daripada populasi C. meladerma yang juga berasal dari Sungai Musi.

Clarias batrachus, or Catfish, is a popular fish, especially in java, where they serve as a natural food resources in most villages. Catfish comprises several species included in 30 families found world wide, with 7 families widely distributed throughout Asia, including Indonesia. At least four species are known in Indonesia, each having a different local name. Nevertheless, information concerning the genetic variation/diversity and phenotype of C. batrachus in Indonesia is not yet available.
The aim of these study is to established the relationship between morphometric and enzymatic haracters of C. batrachus from different geographic distribution, namely from the Musi river in Sumatra and Bengawan Solo river in Java. The results obtained from these studies will serve as a basic information for further research and development of this species.
The studies were conducted on two different populations of C. batrachus in the Musi and Bengawan Solo river, and a population of C. meladerma of Musi. The truss morphometric study was conducted on 100 fish from each species collected by fishing and trapping. The fish was divided into 6 truss length and 4 truss cells. Fourty fish were then frozen at -24°C for analysis of enzymes polymorphisms.
Genetic variation based on enzyme polymorphisms and multivariate analysis of truss morphometric characters suggest that catfish populations from Bengawan Solo and Musi river do not form panmictic population. Electrophoretic analysis of 12 enzymes using aqueous muscle and liver tissues revealed the product of 16 loci. Genetic variation among these enzymes in this species was observed in 4 loci (Mdh, Pgm, Gpi, and Me) at 25% of the total number of loci. Avarage heterozygosities for C. batrachus was 0.029 (Bengawan Solo) and 0.063 (Musi river), while avarage heterozygosity of C. meladerma (Musi river) was 0.167.
Truss morphometric measurement have successfully shown to be a good technique for distinguishing catfish originated from different geographic areas. Most of the significant variation in morphological shapes of catfish population were found in the anterior (head) rather than the posterior part of the body. The information obtained from these studies may be used in aquaculture for strain improvement through selection and testing.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
T2704
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Dewi Sriyani
"ABSTRAK
Penelitian mengenai keragaman ikan gabus Sentani Oxyeleotris heterodon, Weber 1907 telah dilakukan dari bulan Agustus 2016 -- April 2017. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan menganalisis keragaman morfologi ikan gabus sentani Oxyeleotris heterodon dengan metode truss morfometrik dan keragaman genetik dengan DNA barcoding. Sampel ikan gabus Sentani Oxyeleotris heterodon sebanyak 56 individu ditangkap dengan menggunakan jaring insang dari tiga stasiun penelitian yaitu Kampung Ifar, Kampung Putali dan Kampung Sosiri. Metode truss morfometrik dilakukan dengan mengukur 26 karakter pada tubuh sampel yang diamati, sedangkan metode DNA Barcoding dilakukan dengan menggunakan Gen Cytochrome Oxidase Sub Unit 1. Hasil yang diperoleh memperlihatkan nilai korelasi tertinggi terdapat pada karakter B2 dan D5, dengan nilai korelasi sebesar 0,963, sedangkan nilai korelasi terendah terdapat pada karakter A1 dan A4 dengan nilai korelasi sebesar 0,278. Nilai koefisiensi keragaman setiap karakter morfometrik sebesar 31 . Semua variabel berbeda secara signifikan antar setiap lokasi semua variabel memiliki p-value < 0,05 . Terbentuk tiga kelompok/kluster dari analisis morfometrik. Gen Cytochrome C Oxidase Sub Unit 1 COX 1 digunakan sebagai penanda. Daerah penanda Cytochrome Oxidase Sub Unit 1 menghasilkan fragmen DNA berukuran 650 bp. Hasil rekonstruksi pohon filogeni menghasilkan membentuk dua kelompok/kluster. Truss morfometrik dan DNA Barcoding dapat digunakan dalam mengidentifikasi keragaman ikan gabus Sentani Oxyeleotris heterodon di Kampung Ifar, Kampung Putali dan Kampung Sosiri.

ABSTRACT
Research on the diversity of gabus Sentani fish Oxyeleotris heterodon, Weber 1907 was conducted from August 2016 to April 2017. The aims of this study to identify and analyze the morphological diversity of gabus Sentani fish Oxyeleotris heterodon by morphometric truss method and genetic diversity by DNA Barcoding. Gabus Sentani fish Oxyeleotris heterodon samples of 56 individuals were caught by gill net from three research stations that is Ifar Village, Putali Village and Sosiri Village. The morphometric truss method was performed by measuring 26 characters in the sample body observed, while the DNA Barcoding method was performed using Gen Cytochrome Oxidase Sub Unit 1. The results obtained showed the highest correlation values were in the characters B2 and D5, with a correlation value of 0.963. While the lowest correlation value is on the characters A1 and A4 with a correlation value of 0.278. The coefficient value of each morphometric characteristic is 31 . All variables differ significantly between each location all variables have p value "
2017
T48078
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"This research was aimed to reveal genetic variation in finger shrimp (Metapenaeus elegant) of segara anakan lagoon based on morphometric features...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>