Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176093 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dani Sukmahadi Naraya
"Material Bi1-xGdxFeO3 dengan nilai x=0, 0.06, 0.1, 0.2 dibuat melalui metode solgel autocombustion. Material dibuat denganprekursorFe(NO3)3.9H2O powder, Bi(NO3).6H2O powder, Gd(NO3)3.6H2O powder, H2O, dan citric acid (C6H8O7). Material ini di-sintering pada temperatur 750oC selama 3 jam setelah diperoleh gel. Pengaruh dari variasi doping Gd pada material BFO ini menjadi fokus yang akan dipelajari. Kemudian material ini akan dikarakterisasi dengan menggunakan X-Ray Diffraction (XRD), Permagraph, dan SEM Edax. Hasil karakterisasi XRD menunjukkan bahwa terjadi pembentukan dua fasa yang berbeda. Secara umum hasil pengujian Permagrapf pada suhu ruang menunjukkan bahwa material tersebut bersifat diamagnetik yang dikarenakan tingginya intensitas bismuth pada material.

Bi1-xGdxFeO3material which is x = 0, 0.06, 0.1, 0.2 is made by the sol-gel method autocombustion. The material is made with the precursors of Fe(NO3)3.9H2O powder, Bi(NO3).6H2O powder, Gd(NO3)3.6H2O powder, H2O, andcitric acid (C6H8O7). Then the material will be sintered in 750° for three hours after the gel has been obtained. Effect of Gd doped BFO with variations of x is the main focus that will be learned. After that, this material will be characterized with X-Ray Diffraction (XRD), Permagraph, and SEM Edax.Result of XRD shows that there?re two differen phase. In general, the result of permagraf testing on room temperature shows that the material is kind of diamagnetic because of the high bismuth intensity on material.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S56828
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deby Setiawan
"Sintesis material multiferroik Bismuth Ferrite (BiFeO3) hingga saat ini belum dapat dihasilkan dalam bentuk fasa tunggal. BiFeO3 dapat disintesis dari Fe dan Bi2O3 dengan metode pemaduan mekanik karena terdapat perbedaan jari-jari dan muatan ion Fe3+ dan Bi2+ sehingga mempengaruhi fasa dan sifat magnetik material hasil sintesis. Hasil sintesis perubahan komposisi Fe dan Bi2O3 menghasilkan material berfasa BiFeO3, Bi2O3, Fe2O3, Bi25FeO40, Fe3O4, Bi2O4 dan Fe karena proses pemaduan yang dilakukan belum sempurna sehingga terdapat material excess serta Fe dan Bi yang teroksidasi. Sifat magnetik pada material yang dihasilkan dipengaruhi oleh Fe2O3 dan Fe3O4 yang terbentuk.

Synthesis of Bismuth Ferrite (BiFeO3) Multiferroics materials up to date can not be produced in the form single phase. BiFeO3 can be synthesized with Fe and Bi2O3 by using mechanical alloying methods because of the differences of radius and ionic charge of Fe3+ and Bi2+ that influence the phase and magnetic properties of the result. The mole composition variation of Fe and Bi2O3 produced materials with any phase like BiFeO3, Bi2O3, Fe2O3, Bi25FeO40, Fe3O4, Bi2O4 dan Fe because of the mechanical alloying process was not perfect so that there is excess material and oxidized Fe and Bi. Magnetic properties of the material result is influenced by Fe2O3 and Fe3O4 phase."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57823
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herry Setyawan
"Sampel La0,67Sr0,33Mn1-xFexO3 dengan x = 0 ; 0.05 ; 0.10 ; 0.15 dan 0.50 dari bahan dasar La2O3, SrCO2, MnCO3, dan Fe2O3 disentesis dengan menggunakan metode mechanical alloying. Keempat bahan dasar tersebut dicampur dengan menggunakan Planetary Ball Milling selama 15 jam, dikompaksi, kalsinasi pada suhu 800°C selama 8 jam dan disintering pada suhu 1200°C selama 12 jam. Identifikasi fasa dilakukan dengan menggunakan difraksi sinar X dan refinement GSAS dan diperoleh sampel La0,67Sr0,33Mn1-xFexO3 single phase untuk semua komposisi x, yang memiliki struktur kristal Rhombohedral. Pengukuran terhadap nilai konduktivitas dan magnetoresistansi (MR) sampel diukur menggunakan Four Point Probe (FPP), sedangkan nilai magnetisasinya diukur menggunakan permagraph. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut disimpulkan bahwa semakin besar doping Fe yang diberikan pada sampel La0,67Sr0,33Mn1-xFexO3 membuat nilai magnetisasi dan konduktivitas sampel semakin menurun. Nilai negatif magnetoresistansi sampel pada umumnya mengalami penurunan. Untuk x = 0.05 nilai negatif magnetoresistansi sampel paling besar yaitu 3,65%, tetapi untuk x = 0.5 bersifat positif magnetoresistansi. Penurunan nilai magnetisasi dan konduktivitas sampel terjadi karena adanya kompetisi interaksi Double Exchange (DE) dan superexchange yang terjadi pada sistem. Interaksi Double Exchange (DE) terjadi antara ion Mn3+-O-Mn4+, sedangkan interaksi superexchange muncul karena interaksi antara ion Fe3+-O-Fe3+ akibat adanya doping Fe pada site Mn di sistem sampel La0,67Sr0,33Mn1-xFexO3.

La0,67Sr0,33Mn1-xFexO3 sample with concentration x = 0 ; 0.05 ; 0.10 ; 0.15 ; and 0,5 of La2O3, SrCO2, MnCO3, and Fe2O3 are synthesized using mechanical alloying. The fourth of basic matter are mixed with using Planetary Ball Milling during 15 hours, compacted, calcinations on 8000C during 8 hours and sinter at 1200°C during 12 hours. Phase identification is carried out using X ray diffraction and GSAS refinement, getting La0,67Sr0,33Mn1-xFexO3 which single phase for all x composition, that have Rhombohedral crystal structure. Conductivity and magnetoresistance (MR) are measured using Four Point Probe (FPP), while magnetization is measured using permagraph. From the measurement we get that the bigger Fe doping the more magnetization and conductivity is decreases. For negative magnetoresistance generally is decreases, the biggest negative magnetoresistance is 3,65% for x = 0.05, but for x = 0.5 has positive magnetoresistance. The decreases of magnetization and conductivity due to there were competition between Double Exchange (DE) and Superexchange in the system. Double Exchange (DE) interaction happened between Mn3+-O-Mn4+ ion, while Superexchange a rises because of interaction between Fe3+-O-Fe3+ ion due to Fe doping on Mn site in the La0,67Sr0,33Mn1-xFexO3."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T30359
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hamdan Akbar Notonegoro
"

Bismuth Ferrite, BiFeO3 (BFO) merupakan material yang memperlihatkan sifat ferroelektrik yang baik dan sifat ferromagnetik yang lemah. Lemahnya sifat ferromagnetik material BFO ini disebabkan adanya sifat antiferromagnetik sikloid tipe G. Salah satu upaya meningkatkan sifat ferromagnetik BFO ini adalah dengan mendoping atom Bi yang berada pada posisi A didalam senyawa ABO3 menggunakan Li (Bi1-xLixFeO3, x= 0,02, 0,04, 0,06) dan Zn (Bi1-zZnzO3, z= 0,05, 0,1, 0,15). Proses sintesis doping BFO tersebut dilakukan menggunakan metode sol-gel. Dari sampel hasil doping tersebut diketahui bahwa keberadaan Li dan Zn telah memicu terjadinya kenaikan saturasi magnetik didalam BFO. Kenaikan sifat magnetik ini diakibatkan oleh pengecilan sudut Fe–O–Fe. Pengecilan sudut ini disebabkan oleh perubahan rasio kisi c/a kristal BFO didalam struktur rombohedral dengan spacegroup (s.g.) R3c. Kenaikan sifat magnetik didalam sampel BFO hasil doping tersebut disertai munculnya Fe2+ dan terbentuknya vakansi oksigen sebagai kompensasi atas keberadaan Li1+ dan Zn2+ yang menggantikan posisi Bi3+. Keberadaan Li didalam BFO teridentifikasi pada energi ikat sebesar 56,7 eV menggunakan XPS. Penggunaan metode sol-gel didalam proses preparasi sampel diketahui efektif untuk menghasilkan bubuk sampel berskala nano (<200 nm).


Bismuth Ferrite, BiFeO3 (BFO) is a material that shows excellent ferroelectric properties and weak ferromagnetic properties. The weak ferromagnetic properties of BFO material are due to the antiferromagnetic nature of cycloid type G. One effort to improve the ferromagnetic properties of BFO is to dope Bi atoms in position A in the compound ABO3 using Li (Bi1-xLixFeO3, x= 0,02, 0,04, 0,06) and Zn (Bi1-zZnzO3, z= 0,05, 0,1, 0,15). The BFO doping synthesis process was carried out using the sol-gel method. From the doping sample, it is known that the presence of Li and Zn has triggered an increase in magnetic saturation in BFO. This increase in magnetic properties was caused by the reduction of Fe – O – Fe angle. This reduction in angle is caused by changes in the lattice ratio of c / a BFO crystals in the rhombohedral structure to the spacegroup (s.g.) R3c. The increase in magnetic properties in the doped BFO sample is accompanied by the appearance of Fe2+ and the formation of oxygen vacancy as compensation for the presence of Li1+ and Zn2+ which replace the position of Bi3+. Li's presence in BFO was identified in the binding energy of 56.7 eV using XPS. The use of the sol-gel method in the sample preparation process is known to be effective for producing nanoscale sample powders (<200 nm). 

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vianca Aurellta Khanza
"Tugas karya akhir ini membahas terkait pencegahan doping yang dilakukan oleh Indonesia Anti-Doping Organization(IADO) terhadap atlet melalui edukasi. Doping diartikan sebagai penggunaan zat dan/atau metode terlarang untuk meningkatkan prestasi atlet. Doping tidak hanya melanggar nilai-nilai olahraga, namun juga berbahaya bagi kesehatan atlet. Oleh karena itu, IADO melakukan edukasi sebagai bentuk pencegahan doping pada atlet. Dalam menganalisis edukasi sebagai bentuk pencegahan, penulis menggunakan pendekatan pencegahan kejahatan sosial. Tulisan ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Catatan Tahunan IADO 2022 dan beberapa artikel berita dari situs resmi IADO. Hasil dari analisis menunjukkan bahwa edukasi yang menyasar beberapa cabang olahraga dan provinsi di Indonesia berperan untuk meningkatkan pemahaman atlet seputar anti-doping dan menurunkan angka doping di Indonesia. Namun, masih terdapat beberapa celah perbaikan yang harus IADO benahi agar ke depannya edukasi dapat berperan secara efektif dalam mencegah doping pada atlet.

This paper discusses the prevention of doping carried out by Indonesia Anti-Doping Organization (IADO) for athletes through education. Doping is defined as the use of prohibited substances and/or methods to enhance athlete performance. Doping not only violates sporting values, but is also harmful to the health of athletes. Therefore, IADO conducts education as a form of doping prevention in athletes. In analyzing education as a form of prevention, the authors use a social crime prevention approach. This paper uses secondary data obtained from the 2022 Annual Report and several news articles from the official IADO website. The results of the analysis show that education that targets several sports and provinces in Indonesia plays a role in increasing athletes' understanding of anti-doping and reducing the number of doping in Indonesia. However, there are still a number of drawbacks that IADO must address so that in the future education can play an effective role in preventing doping in athletes."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Donald, Ken
Brisbane: A Boolarong, 1983
615.7 DON d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Iwa Garniwa M.K.
"Isolator berbahan resin epoksi tidak banyak digunakan di Indonesia sebagai isolator luar ruang, padahal di banyak negara penggunaan isolator jenis ini digunakan, bukan hanya untuk tegangan menengah saja tetapi juga tegangan yang lebih tinggi lagi. Isolator jenis ini mempunyai kemampuan elektris dan mekanis yang memenuhi, yaitu mempunyai sifat mekanis yang lebih baik, keretakan dan kebocoran yang rendah, ketahanan busur listrik yang tinggi, bahannya ringan, dan dimensinya yang kompak. Sehingga perlu dikembangkan penelitian jenis isolator ini di lingkungan tropis seperti di Indonesia.
Disertasi ini menyampaikan 3 langkah penelitian yang saling mendukung, yaitu pertama mempelajari karakteristik dan mekanisme kegagalan isolasi pada permukaan isolator jenis resin epoksi, kedua menentukan persamaan empiris kegagalan isolasi pada berbagai kondisi, dan ketiga melakukan langkah optimasi dimensi dari isolator dengan menggunakan metoda simulasi muatan. Di mana hasil optimasi dimensi di uji validitasnya dengan persamaan empiris yang sudah dibangun, sedangkan persamaan empiris didapat melalui pengujian laboratorium dan didukung mekanisme kegagalan isolasi. Sebagai parameter kegagalan isolasi adalah tegangan gagal kritis (Vgk) dan arus bocor (Ib), dan parameter variabelnya adalah jarak rambat (L), Kadar Endapan Garam (KEG), debit embun, jenis polutan, dan temperatur. Sebagai parameter optimasi dimensi adalah medan listrik tangensial dan arus bocor, dan parameter variabelnya adalah dimensi dari isolator.
Mekanisme kegagalan isolasi ditunjang oleh dua metode, yaitu metode kegagalan isolasi udara, dan metode pita kering yang terbentuk. Pita kering yang terbentuk disebabkan oleh adanya arus bocor yang mengalir pada permukaan isolator, baik pada kondisi kering, maupun pada kondisi basah, dan kondisi bersih maupun kondisi berpolutan. Perbedaan terjadinya lewat denyar sebagai interpretasi kegagalan isolasi pada permukaan, antara kondisi bersih dan berpolutan terlihat berbeda secara signifikan. Hal ini ditunjang oleh pengujian secara visual yang direkam oleh alat perekam, di mana lewat denyar kondisi bersih membentuk banjiran serentak di seluruh permukaan isolator secara bersamaan dari elektroda bertegangan ke elektroda nol. Sedangkan kondisi berpolutan membentuk satu jalur atau beberapa jalur lewat denyar, namun didahului lewat denyar setempat atau sebagian.
Persamaan empiris perkiraan kegagalan isolasi yang dibangun pada tulisan ini berdasarkan pengujian laboratorium dengan standar pengujian internasional, di mana validasinya dibandingkan terhadap persamaan empiris yang sudah ada dan dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya yang sudah digunakan sebagai acuan. Persen kesalahan persamaan empiris dihitung, apabila menghasilkan MAE (Mean Ablosut Error) di bawah 10 %, maka persamaan empiris dapat mewakili pada kondisi sebenamya.
Optimasi dimensi rancangan isolator berguna untuk mendapatkan volume isolator yang paling rendah, tetapi tidak melupakan batasan-batasan yang diperbolehkan, sehingga kebutuhan bahan menjadi rendah (biaya lebih murah). Yaitu dengan melakukan iterasi perhitungan medan listrik tangensial dan arus bocor yang dibandingkan dengan batasan-batasan yang diperbolehkan sehingga menghasilkan nilai dimensi yang paling optimum dalam hal ini volumenya terendah. Sebagai uji coba optimasi, maka dilakukan pada 3 buah jenis isolator resin epoksi yang ada di lapangan, di mana menghasilkan volume isolator yang lebih rendah, dan kegagalan isolasinya diperkirakan dengan menggunakan persamaan empiris yang sudah dibangun, sehingga dapat dipilih volume yang paling optimal."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
D541
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Yuliana
"Struktur kristal, sifat panas, sifat magnet, dan juga ukuran kristal dari material fasa tunggal BiFeO3 yang dibuat dengan metode sol-gel telah diteliti. Kalsinasi pada temperatur 450°C, 500°C, dan 550°C selama 2, 6, dan 10 jam digunakan untuk memperoleh material dengan fasa tunggal. Pada temperatur 550oC selama 10 jam material fasa tunggal BiFeO3 terbentuk, sedangkan pada temperatur yang lain didapatkan fasa pengotor Bi2O3 dan Fe3O4.
Analisa pola XRD menunjukkan struktur kristal dari material adalah heksagonal preovskite, dengan nilai parameter kisi yang turun seiring dengan kenaikan temperatur. Pada material dengan fasa tunggal, didapatkan nilai parameter kisi a=b=5.578Å, c=13.867Å. Ukuran kristal yang membesar seiring dengan kenaikan temperatur didapatkan dari perhitungan menggunakan Debye-Scherrer (19-56nm).
Analisa TGA/DSC dari material menunjukkan perubahan struktur fasa yang terjadi dari temperatur 450°C-550°C. Sifat magnetic material dapat dilihat dari hasil uji alat permagraph berupa kurva histerisis yang menunjukkan material memiliki sifat feromagnetik pada temperatur ruang.

The structural, thermal, magnetization properties, and also crystal size of BiFeO3 single-phase materials synthesized by sol-gel method using citric acid as a fuel was investigated. Materials were calcined at 450°C, 500°C, 550°C for 2, 6, and 10 hours to obtain single-phase material. BiFeO3 single-phase materials formed at 550oC for 10 hour, meanwhile on the other temperature Bi2O3 and Fe3O4 present as impurities.
From X-ray diffractometer pattern analysis it seen that crystallite size of hexagonal perovskite BiFeO3 single-phase materials increases with increasing calcination temperature (19-56 nm). As the crystallite size increase with increasing temperature the lattice parameter decreases, for single-phase BiFeO3 a=b=5.578Å, c=13.867Å.
TGA/DSC analysis of the materials shows a structural phase change form at 450°C - 550°C. In addition to magnetic behavior of material was evaluated by permagraph. The hysteresis loops indicate ferromagnetic behavior in BiFeO3 at room temperature.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nikensashi Arumaninggar
"Paduan La1-xBixMnO3 (x= 0,05; 0,15; 0,2; 0,25 dan 0,35) telah berhasil dibuat melalui proses paduan mekanik. Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh substitusi Bismuth (Bi) terhadap sifat magnetoresistansi bahan. Substitusi Bi pada site La diharapkan dapat terbentuk karena jari-jari ion yang hampir sama. Hasil karakterisasi XRD menunjukkan bahwa paduan La1- xBixMnO3 memiliki struktur kristal perovskite orthorombic. Secara umum hasil pengujian Four Point Probe pada suhu ruang menunjukkan penambahan Bi meningkatkan resistansi bahan. Rasio MR optimum mencapai -1,7% pada komposisi La0,95Bi0,05MnO3, paduan tersebut tidak mengalami transisi fasa magnetik, melainkan hanya diakibatkan oleh perubahan orientasi spin yang menjadi teratur karena medan magnet luar. Untuk komposisi Bi diatas 0,2, resistansi meningkat dengan penambahan medan magnet luar yang menyebabkan terjadinya fenomena Positive Magnetoresistance (PMR).

La1-xBixMnO3 compounds (x= 0,05; 0,15; 0,2; 0,25 and 0,35) has been made by mechanical alloying method. The objective of this research is to understand the Bi-substitution effects on the magnetoresistance properties. Bi is expected to substitute the La site due to their ionic radii similarity and it?s isovalence. The XRD characterization shows that La1-xBixMnO3 compound has perovskite orthorhombic crystal structure. The main finding of Four Point Probe characterization at the room temperature is that the Bi substitution increases the resistance of the material. The optimum value of magnetoresistance is up to - 1,7% (Negative Magnetoresistance) found at La0,95Bi0,05MnO3 compound and it does not involve the magnetic phase transition but only caused by the change of spin orientation under the influence of magnetic field. Positive Magnetoresistance are observed for the Bi composition above 0,2 which exhibits the enhancement of resistance by increasing of magnetic field."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43289
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Rahmawati
"Doping yttrium ions, Y3+ into ZrO2 produced Yttria-Stabilized Zirconia, YSZ. Various amount of yttrium ions could provide different ionic conductivity. This research investigated electrical conductivity of various YSZ composition, i.e., 4.5; 8.0 and 10% mol yttrium in ZrO2. The ZrO2 powder used was synthesized from zircon sand, a side product of tin mining plant, Bangka Island, Indonesia. Structural investigation on the prepared YSZ found that yttrium ion doping has changed the crystal structure of ZrO2 from monoclinic to cubic, even though the monoclinic and tetragonal are also still exist. The Y3+ doping changed the cell parameter of ZrO2 crystal. It indicates that the Y3+ entered into the ZrO2 structure and produced vacancy sites. The highest ionic conductivity is provided by 8% mol Yttrium doping or 8YSZ, i.e., 2.74×10-4 S.cm-1 at 700oC with an activation energy of 0.741 eV."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2017
UI-IJTECH 8:5 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>