Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160871 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putri Estiani
"Dengan filter dan fitur mengedit lainnya, Instagram seringkali dilihat sebagai platform yang memungkinkan pengguna untuk menyempurnakan foto. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana pengguna Instagram usia dewasa dini menggunakan situs jejaring sosial tersebut untuk mempresentasikan diri. Melalui analisis tematik data dari photo-elicitation interview dengan tiga individu berbeda, temuan menunjukkan bahwa pengguna menunjukkan potret diri ideal melalui foto Instagram agar bisa diterima di lingkungan pergaulan. Presentasi diri melalui foto tersebut menunjukkan karakteristik mereka masing-masing, namun juga dibentuk faktor lain di luar diri pengguna.

Armed with filters and photo-editing tools, Instagram is known to have the builtin abilities to idealise images. This research aims to know how early adult users utilise the social networking site to present themselves. Through thematic analysis of data obtained from photo-elicitation interview with three different individuals, findings show that users present an ideal self-image through their Instagram photos based on the motive to be socially accepted. This self-presentation shows their unique characteristics, but is "socialised" by other factors outside themselves.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S56803
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rama Davis
"[ABSTRACT
The research titled ?The Meaning Behind Instagram?s Young Adults Users in Jakarta,
Indonesia?s Ambition in Gaining Many Followers and Likers in the Social Networking Site?,
discusses about how the respondents act and behave in doing communication process in their
Instagram account. As technology now provides a situation where the users can do multi-way
communication process in the Internet, specifically in this case is Instagram, and perform
users? virtual identity, the number of likers and followers is sometimes perceived as the
validation of the users in the real life. This qualitative research tries to analyze that using indepth
interview as its data sampling method. The respondents are consisted of young adults
(male and female), who live in Jakarta, Indonesia, and can be categorized as active
Instagram users. The result of this research is based on Symbolic Interaction (SI) Theory,
which mainly focuses on three key concepts ? mind, self, and society. In conclusion, the
respondents seek for approval and acceptance from their followers, which also can be
considered as society, in a form of likes and followers.
ABSTRAK
Penelitian berjudul ?Makna Dibalik Remaja Pengguna Instagram di Jakarta,
Indonesia Yang Berambisi Mendapatkan Banyak Followers dan Likes di Situs Media Sosial
Tersebut?, membahas tentang bagaimana responden bertindak dan berperilaku dalam
melakukan proses komunikasi dalam akun Instagram mereka. Teknologi sekarang
menyediakan situasi dimana pengguna dapat melakukan proses komunikasi multidimensi
dalam Internet, khususnya dalam hal ini adalah Instagram, menunjukan kehidupan pengguna
di dalam dunia virtual, jumlah ?likers? dan ?followers? kadang-kadang dianggap sebagai
validasi dari pengguna di kehidupan nyata. Penelitian kualitatif ini mencoba untuk
menganalisis bahwa menggunakan wawancara mendalam sebagai yang metode ?sampling
data?. Para responden terdiri dari orang dewasa muda (pria dan wanita), yang tinggal di
Jakarta, Indonesia, dan dapat dikategorikan sebagai pengguna Instagram aktif. Hasil
penelitian ini didasarkan pada Simbolik Interaksi (SI) Teori, yang terutama berfokus pada
tiga konsep utama - pikiran, diri, dan masyarakat. Kesimpulannya, responden mencari
persetujuan dan penerimaan dari pengikut mereka, yang juga dapat dianggap sebagai
masyarakat, dalam bentuk ?likes? dan ?followers?.;Penelitian berjudul ?Makna Dibalik Remaja Pengguna Instagram di Jakarta,
Indonesia Yang Berambisi Mendapatkan Banyak Followers dan Likes di Situs Media Sosial
Tersebut?, membahas tentang bagaimana responden bertindak dan berperilaku dalam
melakukan proses komunikasi dalam akun Instagram mereka. Teknologi sekarang
menyediakan situasi dimana pengguna dapat melakukan proses komunikasi multidimensi
dalam Internet, khususnya dalam hal ini adalah Instagram, menunjukan kehidupan pengguna
di dalam dunia virtual, jumlah ?likers? dan ?followers? kadang-kadang dianggap sebagai
validasi dari pengguna di kehidupan nyata. Penelitian kualitatif ini mencoba untuk
menganalisis bahwa menggunakan wawancara mendalam sebagai yang metode ?sampling
data?. Para responden terdiri dari orang dewasa muda (pria dan wanita), yang tinggal di
Jakarta, Indonesia, dan dapat dikategorikan sebagai pengguna Instagram aktif. Hasil
penelitian ini didasarkan pada Simbolik Interaksi (SI) Teori, yang terutama berfokus pada
tiga konsep utama - pikiran, diri, dan masyarakat. Kesimpulannya, responden mencari
persetujuan dan penerimaan dari pengikut mereka, yang juga dapat dianggap sebagai
masyarakat, dalam bentuk ?likes? dan ?followers?., Penelitian berjudul “Makna Dibalik Remaja Pengguna Instagram di Jakarta,
Indonesia Yang Berambisi Mendapatkan Banyak Followers dan Likes di Situs Media Sosial
Tersebut”, membahas tentang bagaimana responden bertindak dan berperilaku dalam
melakukan proses komunikasi dalam akun Instagram mereka. Teknologi sekarang
menyediakan situasi dimana pengguna dapat melakukan proses komunikasi multidimensi
dalam Internet, khususnya dalam hal ini adalah Instagram, menunjukan kehidupan pengguna
di dalam dunia virtual, jumlah ‘likers’ dan ‘followers’ kadang-kadang dianggap sebagai
validasi dari pengguna di kehidupan nyata. Penelitian kualitatif ini mencoba untuk
menganalisis bahwa menggunakan wawancara mendalam sebagai yang metode ‘sampling
data’. Para responden terdiri dari orang dewasa muda (pria dan wanita), yang tinggal di
Jakarta, Indonesia, dan dapat dikategorikan sebagai pengguna Instagram aktif. Hasil
penelitian ini didasarkan pada Simbolik Interaksi (SI) Teori, yang terutama berfokus pada
tiga konsep utama - pikiran, diri, dan masyarakat. Kesimpulannya, responden mencari
persetujuan dan penerimaan dari pengikut mereka, yang juga dapat dianggap sebagai
masyarakat, dalam bentuk ‘likes’ dan ‘followers’.]"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Kamila
"Pengguna situs jejaring sosial kian meningkat, bersamaan dengan itu, waktu yang dihabiskan dalam penggunaan situs jejaring sosial juga kian meningkat bahkan cenderung berlebihan. Penggunaan situs jejaring sosial yang berlebihan diketahui dapat mendorong seseorang melakukan pembelian kompulsif secara online. Namun penelitian terkait hal tersebut masih terbatas. Untuk itu, tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh penggunaan situs jejaring sosial yang berlebihan terhadap pembelian kompulsif secara online, dengan menggunakan dimensi money attitude sebagai variabel mediasi yang dapat menjelaskan pengaruh penggunaan situs jejaring sosial yang berlebihan terhadap pembelian kompulsif secara online, serta religiusitas sebagai variabel moderasi yang dapat melemahkan pengaruh tersebut. Responden dalam penelitian ini adalah dewasa muda muslim Indonesia yang berjumlah 602 orang. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan SEM Lisrel 8.8. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh penggunaan situs jejaring sosial yang berlebihan berpengaruh positif terhadap pembelian kompulsif secara online yang dimana hubungan keduanya dapat dijelaskan melalui dimensi money attitude yang diantaranya money power dan money anxiety. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa religiusitas dapat memperlemah hubungan antara penggunaan situs jejaring sosial yang berlebihan dengan money power dan money anxiety.

The users of social networking sites (SNS) has increased, along with with the increase on its users, the time spent on sns has also increased and even been excessive. This excessive usage could drive into an online compulsive buying. However, there is a lack of study analyzing this relationship. Therefore this study will analyze the influence of excessive social networking sites usage towards online compulsive buying by the mediationg role of money attitude as variables that could explain explain the relationship between excessive social networking sites usage and online compulsive buying and moderating role of religiousity as a variable that could weaken the relationship. Respondents of this study are Indonesian muslim young alduts with total of 602 respondents. Analysis of this study is using SEM Lisrel 8.8. This study found that the excessive use of social networking sites positively influence online compulsive buying where the relationship between them is explained by money power and money anxiety as money attitude. Beside of that this study also found that religiosity weaken the relationship between excessive SNS usage and money power and money anxiety."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naura Khansa Priono
"Media digital membuka ruang publik baru dan memberikan kesempatan bagi individu untuk dapat mengeksplorasi dan menghasilkan konten milik mereka sendiri. Kemampuan untuk mengkostumisasi dan memproduksi konten atas kemauan pribadi ini kemudian memberi kesempatan individu untuk bisa melakukan presentasi diri secara daring dan membangun kesan tertentu di benak para penikmat kontennya. Youtube dan Instagram sebagai salah satu bentuk media baru dengan konsep media sharing menjadi sarana untuk bisa merealisasikan hal tersebut. Studi ini ingin melihat dan menganalisis praktik presentasi diri yang dilakukan oleh Idol Korea Selatan melalui kanal Youtube dan Instagram pribadi mereka dengan studi kasus pada salah seorang member EXO, Park Chanyeol. Sebagai publik figur yang gerak-geriknya pastinya akan selalu menjadi sorotan masyarakat, situasi ini dapat dimanfaatkan untuk bisa menunjukkan sisi tertentu dari diri mereka untuk menciptakan kesan positif dengan tujuan membangun kedekatan dan keterikatan dengan para penikmat kontennya. Studi ini dilakukan untuk menganalisis teknik-teknik apa saja yang digunakan oleh Park Chanyeol dalam mempresentasikan dirinya di Instagram dan Youtube dengan mengacu pada konsep taktik presentasi diri milik Jones & Pittman (1982) melalui studi literatur dan analisis konten sosial media sederhana. Hasil menunjukkan bahwa Ingratiation, self-promotion, dan exemplification adalah tiga taktik yang terlihat dalam konten-konten Instagram dan Youtube milik Chanyeol. Meskipun pada Instagram dan Youtube terdapat perbedaan bentuk penyampaian, namun pesan presentasi diri yang disampaikan tetap dapat menciptakan positive image dan affinity pada audiens.

Digital media opens up new public spaces and provides opportunities for individuals to explore and produce their own content. This ability to customize and produce content on their own accord gives individuals the chances to be able to present themselves online and build a certain impression on the minds of the content viewers. Youtube and Instagram as a form of new media with the concept of media sharing are the means to make this happen. This study wants to see and analyze the self-presentation practices carried out by South Korean idols through their personal Youtube and Instagram channels with a case study on one of the EXO members, Park Chanyeol. As a public figure whose movements will undoubtedly always be in the public spotlight, this situation can be used to be able to show a certain side of themselves to create a positive impression with the aim of building bonds, affinity and relationships with audience. This study was conducted to analyze the techniques used by Park Chanyeol in presenting himself on Instagram and Youtube by using the concept of Jones & Pittman's (1982) self-presentation tactics through literature studies and social media content analysis. The results show that Ingratiation, self-promotion, and exemplification are three tactics seen in Chanyeol's Instagram and Youtube content. Even though there are differences in the way of transmitting messages on Instagram and Youtube, the self-presentation message that is conveyed can still create a positive image and affinity for the audience."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Cleisia Tyas Alemina Theodora Inakawa
"ABSTRAK
Skripsi ini berjudul "Evaluasi Penggunaan Social Networking Blitzmegaplex Terhadap Sikap Khalayak (Studi Kasus Penarikan Film Hollywood di Indonesia periode Februari 2011-Oktober2011)". Kesimpulan dari skripsi ini didapatkan bahwa lewat jejaring sosial yang dimilikinya Blitzmegaplex memberikan informasi dan juga berinteraksi dengan publik. Langkah aktif yang dilakukan oleh Blitzmegaplex melalui twitter dan Facebooknya berhasil memberikan pengertian kepada publik dan mempertahankan citra Blitzmegaplex sebagai perusahaan yang baik.Tetapi dibalik keberhasilan kinerja jejaring sosial Blitzmegaplex terdapat beberapa kekurangan diantaranya terlalu seringnya Blitzmegaplex memberikan informasi dengan bahasa inggris yang dirasa kurang baik. Karena tidak semua publik Blitzmegaplex dapat berbahasa inggris dan mengerti apa yang mereka
informasikan jika mereka memakai bahasa asing."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lazuardyna Ulfa Ramadhanty
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kepribadian serta motif implisit pengguna Social Networking Sites (SNS) LinkedIn di Indonesia dalam memperoleh Networking Career Benefits. Hal ini dilatarbelakangi oleh penggunaan SNS yang semakin marak bukan hanya untuk kepentingan personal individu, tetapi juga profesional. Variabel yang diuji dalam penelitian ini adalah Extraversion, Protean Career Orientation, Implicit Motives, Networking Behavior, Penggunaan LinkedIn, dan Networking Career Benefits. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengguna LinkedIn di Indonesia yang berusia 25-34 tahun. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dengan pengambilan data kuesioner dan observasi akun LinkedIn terhadap 615 responden. Pengukuran yang digunakan menggunakan pendekatan multidimensi. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisa jalur (path analysis) menggunakan tool SmartPLS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik extraversion memiliki pengaruh positif terhadap penggunaan LinkedIn: active scope tetapi tidak dengan protean career orientation. Selain itu, tidak semua networking career benefit diterima individu dalam penggunaan Linkedin; hanya berupa work-related assistance, job-search assistance, protection and political guidance serta information and ideas

This study aims to determine the personality characteristics and implicit motives of LinkedIn Social Networking Sites (SNS) users in Indonesia in obtaining Networking Career Benefits. This is motivated by the increasingly widespread use of SNS not only for individual personal interests but also for professionals. The variables tested in this study were Extraversion, Protean Career Orientation, Implicit Motives, Networking Behavior, Use of LinkedIn, and Networking Career Benefits. The sample used in this study is LinkedIn users in Indonesia aged 25-34 years. The research was conducted using quantitative methods with questionnaire data collection and LinkedIn account observations of 615 respondents. The measurement used is multidimensional. The analysis was done using path analysis using SmartPLS tools. The results of this study indicate that xetraversion characteristics have a positive influence on the use of LinkedIn: active scope but not with protean career orientation. In addition, not all networking career benefits are received by individuals in using Linkedin; only in the form of work-related assistance, job-search assistance, protection and political guidance and information and ideas."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ukhti Salamah
"ABSTRAK
Dibalik popularitasnya, Instagram merupakan media sosial yang memiliki dampak negatif paling tinggi bagi penggunanya. Hal ini dikarenakan konten yang diunggah oleh pengguna Instagram merupakan gambar ideal yang dapat mengecilkan hati pengguna lain yang melihatnya. Penelitian ini menguji hubungan antara up-social comparison dengan self-esteem pada siswa yang menggunakan Instagram. Penelitian ini menggunakan Skala Self-Esteem Rossenberg sebagai alat pengukur harga diri, serta Social Comparison di Facebook yang dikonstruksikan oleh Vogel et al (2014) yang telah diadaptasi oleh peneliti sebagai alat ukur dari upward social comparison. Sebanyak 472 mahasiswa S1 terlibat dalam penelitian ini. Data partisipan diolah dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan sosial ke atas secara signifikan berkorelasi negatif dengan harga diri. Hal ini menunjukkan kecenderungan bahwa semakin tinggi perbandingan sosial ke atas yang dialami individu diikuti dengan harga diri yang semakin rendah. Selain itu, ditemukan juga bahwa 2,3% varians harga diri dapat dijelaskan dengan perbandingan sosial ke atas
ABSTRACT
Behind its popularity, Instagram is a social media that has the highest negative impact on its users. This is because the content uploaded by Instagram users is an ideal image that can discourage other users who see it. This study examines the relationship between up-social comparison and self-esteem in students who use Instagram. This study uses the Rossenberg Self-Esteem Scale as a means of measuring self-esteem, as well as Social Comparison on Facebook which was constructed by Vogel et al (2014) which has been adapted by researchers as a measuring tool for upward social comparison. A total of 472 undergraduate students were involved in this study. Participant data was processed using simple linear regression analysis. The results showed that upward social comparison was significantly negatively correlated with self-esteem. This shows a tendency that the higher the upward social comparison experienced by the individual is followed by the lower self-esteem. In addition, it was also found that 2.3% of the variance in self-esteem can be explained by upward social comparisons"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Vashti Annisa
"ABSTRAK
Pertanyaan lsquo;siapakah kita di dunia maya rsquo; mulai muncul dengan lahirnya internet dan media sosial, dimana kita diberikan kesempatan untuk mempertunjukan diri kita kepada dunia. Di dalam dunia tersebut, tidak ada batasan dan siapapun bisa menjadi apa atau siapapun yang mereka mau. Di Instagram--medium dimana orang mengunggah foto dan video--orang-orang dapat melakukan hal tersebut kepada publik, baik publik secara luas atau publik pilihan mereka dimana akun mereka tidak terbuka untuk umum.Bagaimana kita menggambarkan diri kita di dunia maya biasanya membutuhkan lsquo;impression management rsquo;. Goffman membuat teori ini di tahun 1967 dimana ia mengatakan bahwa orang-orang mempunyai kesan yang mereka buat untuk diri mereka sendiri dalam kontak secara langsung atau komunikasi melalui medium perharinya. Walaupun media sosial belum ada pada tahun tersebut, teori Goffman dapat diaplikasikan jaman sekarang. Terlebih lagi karena media sosial adalah tempat untuk membentuk kesan kita dan hal tersebut akan dilihat oleh banyak orang bahkan orang yang tidak kita kenal jika kita memperbolehkan hal itu untuk terjadi. Presentasi diri merupakan hal yang menarik untuk digali lebih dalam karena hal ini sering terlihat di akun banyak orang.

ABSTRACT
The question of lsquo Who Are We Online rsquo arises with the birth of the internet and social media, where we are given the opportunity to present ourselves to the world. That being said, it is important to highlight the fact that there is no boundary in this particular medium, one can be anyone they want. On Instagram a photo sharing platform people can post photos or videos of themselves to their public, whether it is to the free public or to their chosen public when their profile is private. How we portray ourselves online nowadays usually involve a very heavy impression management. Goffman created this theory back in 1967 where he described that people tend to have an image that they create for themselves in daily contact whether it is face to face or in mediated communication. Even though social media was not created back in his days, his theory can very much be applied to this time and age. Especially because social media acts as a platform to build an image of yourself and it is seen by everyone from the people we know even to strangers if we allow them to. Self presentation is an interesting topic to explore as it is often seen that people rsquo s account is carefully crafted for its audience. "
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Kurnia Latif Maulani
"Fenomena detoksifikasi Instagram merupakan fenomena kontemporer dimana pengguna menjauhi Instagram selama kurun waktu tertentu karena penggunaannya telah menjadi negatif bagi dirinya baik secara fisik maupun mental. Penelitian ini mencoba mengeksplorasi motivasi, refleksivitas pengalaman, dan pengaruh dari detoksifikasi Instagram terhadap konsumsi media sosial individu di masa depan. Menggunakan pendekatan analisis fenomenologi interpretatif (IPA) melalui wawancara mendalam dengan 3 individu yang mewakili generasi digital, peneliti menemukan bahwa partisipan memutuskan untuk melakukan detoksifikasi Instagram karena adanya paparan yang tinggi akan hidup orang lain melalui Instagram, adanya persepsi bahwa Instagram bukanlah ruang aman bagi partisipan, serta munculnya perasaan beban saat Instagram menjadi sebuah kewajiban. Selama proses refleksi pengalaman detoksifikasi Instagram, partisipan juga menemukan bahwa mereka tetap dapat menjalani hidupnya dengan baik tanpa Instagram, berhenti membandingkan hal yang sedang mereka sedang jalani, dan menyadari tidak ada hal-hal yang benar-benar mereka lewatkan. Partisipan juga mengembangkan pemaknaan yang lebih baik akan waktu, ruang, dan diri setelah selesainya periode detoksifikasi Instagram, sehingga dapat mengendalikan perilaku media sosialnya secara lebih sehat di masa depan

Instagram detox is a relatively new phenomenon where Instagram users refrains from using Instagram for a certain period of time because it has negative effects on their mental and physical state. This thesis attempts to explore the motivation, reflective experience, and impact of Instagram detox to the participant’s future social media consumption. Using Interpretative Phenomenology Analysis approach through in-depth interviews with 3 participants who are part of digital natives, it was found that participants decide to do Instagram detox because there’s a high exposure to other people’s life through Instagram, a perception that Instagram is not their safe place, as well as a heavy feeling that comes when Instagram becomes an obligation. When reflecting about their Instagram detox experience, participants also found that they still live well without Instagram, stop comparing the things that they were experiencing, and realize that they did not really miss out on anything. Participants also develop a better sense of time, space, and self after Instagram detox period, thus they can control their future social media behavior in a healthier way."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chyntia Novy
"Salah satu peran public relations adalah membangun hubungan dengan para pemangku kepentingan melalui engagement. Engagement terkait erat dengan bagaimana memelihara para pemangku kepentingan dan hal ini selalu terkait erat dengan dialog dan komunikasi dua arah. Pentingnya engagement telah semakin ditingkatkan dengan pengembangan media sosial, yang memberikan peluang bagi publik untuk terlibat dengan perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi komunikasi perusahaan dalam membangun engagement melalui pola komunikasi simetris dua arah pada konten media sosial Instagram, serta engagement yang terbentuk didalamnya. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis, pendekatan kualitatif dengan studi kasus pada Instagram Sinar Mas. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara mendalam, sedangkan data sekunder diperoleh dari observasi terhadap Instagram Sinar Mas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi perusahaan untuk membangun engagement adalah dengan merancang konten yang relevan dengan kehidupan sehari- hari, menggunakan visual design kreatif yang disesuaikan dengan target audiens, menempatkan audiens dalam posisi yang setara, membuat pesan yang sederhana dan menyisipkan pertanyaan sehingga dapat lebih mendorong komunikasi dua arah. Peneliti juga menemukan bahwa dalam membangun engagement, perusahaan secara efektif menerapkan komunikasi simetris dengan membangun interaksi, dialog, komunikasi timbal balik, serta berusaha untuk selalu merespon pesan yang masuk. Dalam hal ini, engagement yang terbentuk berada pada tingkat menengah atau pada tingkat analisis individu yang disimpulkan dari hasil interaksi dan keterlibatan secara kognitif, afektif dan perilaku dari pengikutnya di Instagram. Meski engagement merupakan aspek penting, namun engagement di media sosial tidak menjadi satu-satunya faktor yang mempengaruhi strategi komunikasi perusahaan secara keseluruhan.

One of the roles of public relations is to build relationships with stakeholders through engagement. Engagement is closely related to how maintanining stakeholders which always closely related to dialogue and two-way communication. The importance of engagement has been further enhanced by the development of social media, which provides opportunities for the public to engage with companies. This study aims to describe the corporate communication strategy in building engagement through two- way symmetrical communication on Instagram social media content, as well as the engagement formed therein. This research uses a constructivist paradigm, qualitative approach with case study on Sinar Mas‘ Instagram. Primary data collection was done by in-depth interviews, while secondary data was obtained by observations on Sinar Mas‘ Instagram.
The results show that corporate strategy to build engagement is by designing relevant content to everyday life, using creative visual design tailored to target audience, put audience in an equal position, create simple messages and insert questions so that it can further encourage two-way communication. Researchers also found that in building engagement, company effectively implement symmetrical communication by building interaction, dialogue, reciprocal communication, and trying to always respond the incoming messages. In this case, engagement that is formed is at the intermediate level or at the level of individual analysis which concluded from interaction results and cognitive, affective and behavior engagement of followers on Instagram. Despite engagement is an important aspect, engagement on social media is not the only factor that affects the whole corporate communication strategy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>