Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149366 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mitea Kaniraras
"Hubungan perkawinan orangtua yang tidak harmonis atau berkonflik dapat berdampak buruk pada anak mereka. Persepsi anak terhadap hubungan orangtuanya dapat menimbulkan fear of intimacy, yang nantinya dapat berakibat buruk di saat anak dewasa. Dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran ada atau tidaknya hubungan antara persepsi hubungan perkawinan orangtua dengan fear of intimacy pada dewasa muda, serta arah dari hubungan tersebut. Sebanyak 103 partisipan mengisi alat ukur Conflict Tactics Scale: Father-Mother Resolution dan Fear of Intimacy Scale yang telah diadaptasi ke bahasa Indonesia. Untuk mengetahui hubungan kedua variabel dari data yang diperoleh, digunakan teknik perhitungan pearson correlation. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa persepsi hubungan perkawinan orangtua tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap fear of intimacy (reasoning ayah p = 0,124 > 0,05 dan ibu p = 0,880 > 0,05; verbal aggression ayah p 0,225 > 0,05 dan ibu p = 0,992 > 0,05; physical aggression ayah p = 0,120 > 0,05 dan ibu p = 0,094 > 0,05). Dengan demikian, temuan ini mengindikasikan bahwa tidak terdapat hubungan antara persepsi hubungan perkawinan orangtua dan fear of intimacy.

Conflict in parental marital relationship can have a negative impact on their children. Children?s perception of their parent relationship can cause fear of intimacy which can be dangerous when children become young adults. This study used quantitative approach to see if there is any relation between perception of parental marital relationship and fear of intimacy in young adults, as well as the direction of the relationship. A total of 103 participants filled Conflict Tactics Scale: Father-Mother Resolution and Fear of Intimacy Scale which were adapted into Indonesian. Chi square technique was used to determine the relationship between the two variables from the data obtained. The results showed that the perception of parental marital relationship doesn?t have a significant relationship to fear of intimacy (father?s reasoning p = 0,124 > 0,05 and mother?s p = 0,880 > 0,05; father?s verbal aggression p 0,225 > 0,05 and mother?s p = 0,992 > 0,05; father?s physical aggression p = 0,120 > 0,05 and mother?s p = 0,094 > 0,05) Thus, these findings indicate that there is no relation between perception of parental marital relationship and fear of intimacy."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55116
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devirianty
"Fear of intimacy merupakan hambatan yang menghalangi dewasa muda untuk membangun keintiman dalam rangka membentuk hubungan romantis dengan pasangan. Self-esteem rendah sebagai faktor internal yang memungkinkan seseorang untuk mempunyai fear of intimacy tinggi, merupakan salah satu akibat dari fenomena perceraian yang semakin marak di Indonesia sekarang ini. Dewasa muda yang berasal dari keluarga bercerai cenderung mempunyai self-esteem yang rendah dibandingkan dewasa muda dari keluarga utuh, dan karena itu cenderung mempunyai fear of intimacy yang tinggi. Penelitian ini mencoba untuk mencari dan menemukan arah korelasi self-esteem dengan fear of intimacy pada dewasa muda melalui pendekatan kuantitatif. 103 partisipan yang terdiri dari tiga kelompok berdasarkan status perkawinan orangtua (menikah, bercerai, janda/duda meninggal) mengisi alat ukur yang terdiri dari adaptasi Fear of Intimacy Scale (FIS) dan Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES). Pengolahan data dengan teknik chi-square menunjukkan adanya korelasi negatif yang signifikan ( Pearson?s r = - .368, p value = 0.00) antara skor self-esteem dan skor fear of intimacy. Korelasi negatif yang ditemukan mengindikasikan bahwa semakin baik self-esteem seseorang maka semakin rendah kecenderungan fear of intimacy. Oleh karena itu, self-esteem anak yang orangtuanya bercerai (cenderung rendah) perlu mendapat perhatian khusus agar tidak tumbuh menjadi faktor internal yang menimbulkan fear of intimacy saat anak berusia dewasa muda.

Fear of intimacy are barriers that prevent young adults to build intimacy in order to form a romantic relationship with a partner. Low self-esteem as internal factors that enable a person to have a high fear of intimacy, is one result of the growing phenomenon of divorce in Indonesia today. Young adults from divorced families tend to have lower self-esteem than young adults from intact families, and therefore tend to have a high fear of intimacy. This study tries to seek and find the direction of the correlation of self-esteem and fear of intimacy in young adults through a quantitative approach. 103 participants consisting of three groups based on parental marital status (married, divorced, widow / widower dies) fill the adaptation of Fear of Intimacy Scale (FIS) and the Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES). Data analysis with chi-square technique showed a significant negative correlation (Pearson's r = - .368, p value = 0:00) between the scores of self-esteem and fear of intimacy scores. Negative correlation that was found indicating that if a person's has better self-esteem, they would have the lower the tendency of fear of intimacy. Therefore, the self-esteem of children whose parents divorce (rather low) need special attention so it wont grow into internal factors that give rise to fear of intimacy when children were in young adult."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56876
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Karunia Rahma
"ABSTRAK
Intimacy merupakan salah satu aspek terpenting terutama pada individu dewasa muda. Individu yang sulit membangun intimacy dengan oranglain disebut dengan fear of intimacy. Fear of Intimacy dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah hubungan dalam keluarga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara keberfungsian keluarga dan fear of intimacy pada individu dewasa muda. Partisipan penelitian ini berjumlah 743 orang dewasa muda laki-laki dan perempuan yang berusia antara 21-40 tahun. Penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengukuran keberfungsian keluarga menggunakan alat ukur Revised- Family Assesment Device dan fear of Intimacy diukur menggunakan Revised-Fear of Intimacy Scale. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang sinifikan antara keberfungsian keluarga dan fear of intimacy pada dewasa muda r = -,229, p < 0.01 . Sebagai tambahan, hasil peneltiian ini menemukan bahwa dimensi behavioral control dari keberfungsian keluarga memiliki korelasi yang paling tinggi dengan fear of intimacy sedangkan dimensi affective responsiveness tidak berkorelasi dengan fear of intimacy. Arah korelasi yang didapatkan negatif, artinya semakin baik family functioning maka semakin rendah tingkat fear of intimacy.

ABSTRACT
Intimacy is one of the most important things in young adulthood. A young adult who can not build intimacy easily with others called as fear of intimacy. Fear of intimacy can caused by many factors such as family relationship. This research is conducted to find about the relationship between family functioning and fear of intimacy in young adults. Participants in this study consist of 743 young adults of man and woman aged between 21 40 years . This study was a correlational study using a quantitative approach. Family functioning was measured by Revised Family Assessment Device and Fear of Intimacy measured by Revised Fear of Intimacy Scale. The result showed that there is a significant relationship between family functioning and fear of intimacy r ,229 , p 0.01 . In addition to this research found that the behavioral control dimension of family functioning has most correlated with fear of intimacy meanwhile affective responsiveness dimension of family functioning has no correlated with fear of intimacy. The direction of correlation is negative, it means that he higher of family functioning then the lower of fear of intimacy."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rif`atul Mahmudah
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara aspek intimacy dalam Sternberg's Triangular Theory of Love dengan kesiapan menikah pada dewasa muda. Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif ini melibatkan 120 orang dewasa muda yang telah merencanakan pernikahan dengan pasangannya Partisipan diminta untuk mengisi kuesioner yang mengukur intimacy dan kesiapan menikah. Intimacy diukur dengan menggunakan subscale intimacy yang menjadi bagian dari alat ukur Triangular Love Scale (TLS) yang dikembangkan oleh Robert J. Sternberg. Kesiapan menikah diukur dengan menggunakan Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah (Wiryasti, 2004). Adapun area-area kesiapan menikah yang diukur adalah komunikasi, keuangan, anak dan pengasuhan, pembagian peran suami-istri, latar belakang pasangan dan relasi dengan keluarga besar, agama, serta minat dan pemanfaatan waktu luang. Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara intimacy dan kesiapan menikah. Selain itu, ditemukan adanya perbedaan mean kesiapan menikah yang signifikan berdasarkan tahun rencana pelaksanaan pernikahan.

This research is examined to understand the relationship between intimacy of Sternberg's Triangular Theory of Love and readiness for marriage in young adults. The research used quantitative approach and involving 120 young adults that have planned a marriage with their couple. Intimacy was measured using a subscale intimacy which is a part of Triangular Love Scale (TLS) that developed by Robert J. Sternberg. Readiness for marriage is measured by the Modified Marriage Readiness Inventory (Wiryasti, 2004). The areas measured on the readiness for marriage is communication, finance, children and parenting, husband and wife roles, partner background and relationships with family, religion, interest and use of leisure time. The result of this research showed that there is a significant relationship between intimacy and readiness for marriage. Furthermore, this research find a significant mean difference in readiness for marriage based on years of the implementation of marriage."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Risky Adinda
"Menjalani hubungan romantis yang memuaskan merupakan tugas perkembangan yang khas pada dewasa muda. Intimacy merupakan salah satu faktor penting dalam hubungan romantis, yang telah konsisten ditemukan mempengaruhi kepuasan hubungan. Penelitian-penelitian sebelumnya meneliti pola attachment sebagai faktor individual yang mempengaruhi baik intimacy maupun kepuasan hubungan. Pola avoidant dan anxious attachment yang memanifestasikan rasa tidak amannya dengan menghindari atau mencemaskan hubungan romantisnya berkorelasi negatif dengan tingkat intimacy dan kepuasan hubungan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek pola avoidant dan anxious attachment sebagai moderator antara intimacy dan kepuasan hubungan berpacaran pada dewasa muda. Sebanyak 881 dewasa muda (18-30 tahun) berpartisipasi dalam penelitian. Intimacy diukur menggunakan Personal Assessment of Intimacy in Relationships (Schaefer & Olson, 1981; Constant dkk, 2016); pola attachment diukur menggunakan Experiences in Close Relationships-Revised (Fraley, Waller, & Brennan, 2000); dan kepuasan hubungan diukur menggunakan Relationship Assessment Scale (Hendrick, 1988). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) intimacy dapat memprediksi kepuasan hubungan secara signifikan; (2) avoidant dan anxious attachment tidak signifikan memoderatori hubungan antara engagement dan communication intimacy dengan kepuasan hubungan; dan (3) pola anxious attachment signifikan memoderatori hubungan antara shared friends intimacy dan kepuasan hubungan. Dengan demikian, pengalaman shared friends intimacy dapat memberikan kepuasan hubungan yang lebih tinggi bagi individu dengan tingkat anxious attachment yang lebih tinggi.

Having a satisfying romantic relationship is a typical developmental task for young adults. Intimacy is one of the important factors in romantic relationships, consistently found to affect relationship satisfaction. Previous studies have examined attachment style as the individual factor that influences both intimacy and relationship satisfaction. Avoidant and anxious attachment, which manifest their feelings of insecurity by avoiding or worrying about their relationship, negatively correlated with intimacy and relationship satisfaction. This study aims to test the effect of avoidant and anxious attachment style as a moderator between intimacy and relationship satisfaction. A sample of 881 young adults (18-30 years old) participated in the study. Intimacy was measured using the Personal Assessment of Intimacy in Relationships (Schaefer & Olson, 1981; Constant et al, 2016); attachment style was assessed using the Experiences in Close Relationships-Revised (Fraley, Waller, & Brennan, 2000); and relationship satisfaction was measured using the Relationship Assessment Scale (Hendrick, 1988). Results showed that (1) intimacy significantly predicted relationship satisfaction; (2) neither avoidant nor anxious attachment significantly moderated the relationship between engagement and communication intimacy with relationship satisfaction; and (3) anxious attachment significantly moderated the relationship between shared friends intimacy and relationship satisfaction. Thus, the experience of shared friends intimacy can promote higher relationship satisfaction for individuals with higher level of anxious attachment."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tangkilisan, Patricia Sefrieda Nindya Karina
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara komponen intimacy dalam teori triangular cinta Sternberg dan kepuasan perkawinan pada individu yang berada dalam tahap perkawinan yang memiliki anak remaja. Sebanyak 157 partisipan mengisi kuesioner intimacy (subskala intimacy dari Sternberg's Triangular Love Scale) dan kepuasan perkawinan (Fowers and Olson's ENRICH Marital Satisfaction Scale). Pada penelitian ini, partisipan ditemukan memiliki intimacy dan kepuasan perkawinan yang tinggi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara intimacy dan kepuasan perkawinan (r = .767, p < .01). Selain itu, ditemukan adanya korelasi yang signifikan antara lama berpacaran dan kepuasan perkawinan (r = .164, p < .05).

The aim of this research was to examine the relationship between the intimacy component of Sternberg's Triangular Theory of Love and marital satisfaction in individuals who are in the marital stage with teenagers. A total of 157 participants complete questionnaires on intimacy (Sternberg's Triangular Love Scale) and marital satisfaction (Fowers and Olson's Marital Satisfaction). In this research, participants were found to have high intimacy and marital satisfaction. The result also indicates a positive and significant relationship between intimacy and marital satisfaction (r = .767, p < .01). In addition, a significant correlation was found between courtship length and marital satisfaction (r = .164, p < .05). "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46606
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annajm Arradita Andhi Ajeng
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah keberfungsian keluarga dapat memprediksi intimacy dalam hubungan berpacaran pada dewasa muda yang memiliki orang tua bercerai. Selain itu penelitian ini juga ingin melihat apakah dimensi-dimensi dari keberfungsian keluarga yaitu problem solving, communication, roles, affective responsiveness, affective involvement dan behavior control secara bersama-sama dapat memprediksi intimacy dalam hubungan berpacaran pada dewasa muda yang memiliki orang tua bercerai. Pengukuran intimacy dilakukan dengan menggunakan Miller Social Intimacy Scale MSIS sementara pengukuran keberfungsian keluarga dilakukan dengan menggunakan Family Assessment Device FAD yang didasari oleh teori McMaster Model of Family Functioning. Responden dalam penelitian ini terdiri dari 188 perempuan dan 67 laki-laki dewasa muda yang memiliki orang tua bercerai, berumur 20-40 tahun, sedang menjalin hubungan berpacaran, dan belum menikah. Hasil penelitian dengan teknik simple regression menunjukkan bahwa keberfungsian keluarga tidak signifikan memprediksi intimacy dalam hubungan berpacaran pada dewasa muda yang memilki orang tua bercerai. Hal yang sama juga ditemukan pada dimensi-dimensi dari keberfungsian keluarga, dimana hasil multiple regression menunjukkan bahwa dimensi-dimensi dari keberfungsian keluarga secara bersama-sama tidak signifikan memprediksi intimacy dalam hubungan berpacaran pada dewasa muda yang memiliki orang tua bercerai.

This study conducted to examined family functioning as predictor of intimacy in dating relationship among young adults with divorced parents. This study also examined whether the dimensions of family functioning problem solving, communication, roles, affective responsiveness, affective involvement and behavior control could simultaneously predict intimacy in dating relationship among young adults with divorced parents. Intimacy was measured with Miller Social Intimacy Scale MSIS and family functioning was measured with Family Assessment Device FAD based on McMaster Model of Family Functioning Theory. This study consisted of 188 females and 67 males young adults with divorced parents, aged 20 40, is in dating relationship during the study, and have not been married before. The result with simple regression indicated that family functioning not significantly could be a predictor of intimacy in dating relationship among young adults with divorced parents. The same result was found on the dimensions of family family functioning in which multiple regression showed that the dimensions of family functioning could not simultaneously predict intimacy in dating relationship among young adults with divorced parents."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Octacia Sjam
"ABSTRAK
Status Intimacy Pada Pasangan Suami Istri Kristen Dengan Usia Pemikahan
l - 2 Tahun dan Pengamhnya Terhadap Kehidupan Pemikahan
(118 +- xv), (8 tabel)_ (I skema), (4 lampiran)
Dalam suatu pemikahan, dua orang yaitu pda dan wanita beréatu
untuk mcmbina suatu kehidupan rumah tangga yang akan mereka jalani
sepanjang kehidupan mereka. Salah satu faktor penentu kelanggengan
dalam suatu pemikahan adalah kemampuan individu untuk membuka diri
kepada pasangannya dan menjalin suatu relasi yang hangar. Kemampuan ini
sering disebut sebagai intimacy. Intimacy setiap individu dapat berbeda~
beda tingkat kedalaman dan komitmennya. Perbedaan tingkat kedalaman
dan komitmen dalam inlimacy, disebut status intimacy.
Permasalahan yang ingin dijawab dalam pcnelitian ini adalah
bagaimana status intimaqy pada pasangan suami istri Kristen dengan usia
pemikahan I - 2 tahun dan pengaruhnya terhadap kehidupan pemikahan
mereka. Unluk menjawab permasalahan penelitian lersebut, penelitl
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara Penelitian
ini melibatkan 3 pasangan suami istri Kristen dcngan usia pemikahan 1 - 2
lahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua subjek pda yang
berstatus sebagai suami dalam penelitian ini memiliki status intimacy yang
berada pada tahap p.seudofntimate_ Sedangkan subjek wanita yang bcrstatus
sebagai istri dalam penelitian ini masing-masin memiliki status intimacy
yang berada pada tahap psendointimate, intimate dan merger committed.
Status inlimaqv yang dirniliki oleh suami dan istri juga belpengamh
terhadap kehidupan pemikahan mereka, dimana suami maupun istri yang
zidak terpenuhi kebutuharmya dalam relasinya dengan pasangan akibat
adanya perbcdaan status intimacy antara keduanya, mengalami
ketidakpuasan dalam pemilcahan mereka. Namun, adanya ajaran Kristiani
yang dihayati oleh semua subjck sebagai dasar dari pernikahan telah
membuat mereka berhasil untuk terus mempertahankan kehidupan
pemikahannya.

"
2005
T34104
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haniya Mufida Zahra
"Dalam dinamika media sosial, tekanan mempertahankan citra positif dapat memicu perasaan rendah diri, sementara ketakutan tertinggal mendorong keterlibatan berlebihan, berpotensi memengaruhi kesejahteraan mental pengguna. Pemahaman mendalam terhadap interaksi kompleks ini esensial untuk mengembangkan pendekatan yang seimbang dan positif terhadap penggunaan media sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara Fear of Missing Out (FoMO) dengan harga diri pada dewasa awal (usia 18-25 tahun) pengguna media sosial di DKI Jakarta. Desain penelitian menggunakan metode cross-sectional dengan sampel sebanyak 108 responden dewasa awal pengguna media sosial di DKI Jakarta, yang dipilih secara purposive sampling melalui media social. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) dan Fear of Missing Out Scale (FoMOs). Analisis statistik chi-square pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat harga diri dengan perasaan FoMO dalam konteks penggunaan media sosial kelompok dewasa awal di wilayah DKI Jakarta (p = 0,120; α = 0,05). Penelitian selanjutnya disarankan untuk lebih mengidentifikasi faktor yang berkaitan dengan FoMO seperti alasan penggunaan media sosial, jenjang pendidikan terakhir, status ekonomi dan sosial, ketergantungan pada penilaian orang lain, dan keterbatasan dalam penggunaan media sosial.

In social media, efforts to maintain a positive image can lead to low self-esteem, while the fear of missing out (FoMO) may drive excessive usage, potentially affecting mental well-being. This study aims to explore the relationship between FoMO and self-esteem in early adults using social media in DKI Jakarta (ages 18-25). A cross-sectional method was employed with a sample of 108 respondents, selected through purposive sampling on social media. The research instruments included the Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) and Fear of Missing Out Scale (FoMOs). Chi-square analysis indicates no significant influence between self-esteem and FoMO levels among early adult social media users in DKI Jakarta (p = 0.120; α = 0.05). The subsequent research is suggested to delve into the respondents' identities, such as occupation, education level, and reasons for using social media, as well as exploring the extent to which variables may be interconnected."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Richa Mandasari
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran fear of intimacy dalam hubungan romantis pada dewasa muda yang mengalami perceraian orangtua. Fenomena yang seringkali terjadi pada dewasa muda yang mengalami
perceraian orangtua ketika menjalani hubungan romantis adalah kesulitan untuk mempertahankan hubungan dan memiliki fear of intimacy. Penelitian ini
merupakan penelitian yang menggunakan metode kuantitatif. Partisipan penelitian
ini adalah dewasa muda yang mengalami perceraian orangtua dan sedang menjalani hubungan romantis. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur fear of
intimacy dalam hubungan romantis adalah Fear of Intimacy Scale (FIS) yang terdiri dari 34 item yang sudah diadaptasi. Hasil penelitian dari 104 orang
partisipan menunjukkan bahwa mayoritas memiliki tingkat fear of intimacy yang rendah dalam hubungan romantis.

ABSTRACT
This research aims to have a description on fear of intimacy towards romantic relationship in young adult who have experienced parental divorce. When facing romantic relationship, young adult who have experienced parental divore are often difficult to survive and also have a fear of intimacy. This research is using quantitative methods. The participants of this research are young adult who have experienced parental divorce and currently is in romantic relationship. Fear of intimacy are measured by Fear of Intimacy Scale (FIS) that consists of 34 adapted items. The result from 104 participants shows that majority of research participants have low level of fear of intimacy."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S54086
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>