Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182789 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurul Fadhilah
"Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan usia menarche berdasarkan faktor jenis diet, asupan gizi, status gizi, dan faktor lainnya pada remaja putri. Jenis penelitian dilakukan dengan desain penelitian cross-sectional yang dilakukan pada 121 remaja putri usia 11-14 tahun di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi dan Pusdiklat Maitreyawira, Jakarta Barat. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata usia menarche responden adalah 11,89 tahun atau 142,71 bulan. Rata-rata usia menarche responden vegetarian adalah 148,65 bulan.
Berdasarkan hasil analisis bivariat, variabel jenis diet, status gizi, persen lemak tubuh, usia menarche ibu, dan keterpaparan terhadap media informasi adalah variabel yang memiliki perbedaan bermakna dengan usia menarche remaja putri dengan p-value < 0,05. Berdasarkan analisis multivariat, variabel jenis diet merupakan variabel yang paling mempengaruhi usia menarche (r=0,490, b=9,92).

This study aims to determine the difference age of menarche is based on the type of dietary, nutrient intake, nutritional status, and other factors in adolescent girls. Types of research is a cross-sectional study design conducted in 121 young women aged 11-14 years at Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi and Pusdiklat Maitreyawira, Jakarta Barat. The results showed the average of menarcheal age is 11.89 years or 142.71 month. The average of menarcheal age in vegetarian is 148.65 month.
Based on the bivariate analysis, the variable type of diet, nutritional status, percent body fat, mother's age of menarche, and exposure to media information is a variable that has a significant difference in age of menarche in adolescent girls with a p-value <0.05. Based on the multiariate analysis, variable type of diet is a dominant variable to menarcheal age (r=0.490, b=9.92).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56137
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Novita Dewi
"Prevalensi gizi lebih terus meningkat setiap tahunnya. Gizi lebih memiliki dampak serius bagi perkembangan penyakit tidak menular dan produktifitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran prevalensi gizi lebih dan faktor risiko dominan penyebab gizi lebih pada dewasa usia 20-59 tahun di Pusdiklat Buddhis Maitreyawira Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan desain studi cross-sectional pada 157 responden. Pengambilan data dilakukan pada bulan April-Mei 2015 dengan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi gizi lebih di lokasi penelitian sebesar 28%.
Dari hasil analisis bivariat diketahui adanya hubungan bermakna antara gizi lebih dengan jenis diet, usia, status pernikahan, aktivitas fisik, pengetahuan gizi, asupan energi dan asupan lemak (p value < 0,05). Walaupun tidak bermakna secara statistik, responden dengan status gizi lebih cenderung memiliki skor kualitas diet yang rendah. Dari hasil analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda, diketahui asupan energi merupakan faktor dominan gizi lebih (OR = 19,743) pada dewasa setelah dikontrol variabel usia, jenis kelamin, status pernikahan, aktivitas fisik, pengetahuan gizi, asupan karbohidrat, asupan protein, asupan lemak dan kualitas diet. Perlu dilakukan intervensi kepada pihak terkait di lokasi penelitian untuk mengurangi dan mengatasi kejadian gizi lebih.

Prevalence of overnutrition increased over year. Overnutrition had serious impact to development of non communicable disease and decrease productivity. This purpose of this study was to describe the prevalence of overnutrition and to find which of the risk factor is the dominant factor that is related to overnutrition in adult 20-59 years old at Pusdiklat Buddhis Maitreyawira Jakarta. This study was conducted with cross-sectional study design with 157 respondents. The data were collected during April-May 2015 with purposive sampling method. The results showed that overnutrition prevalence was 28%. Although there was no significant relationship between diet quality and overnutrition, overweight/obese respondent tend to have lower diet quality score than another.
From bivariate analyses, there were significant relationship between overnutrition and vegetarian diet, age, marital status, physical activity, nutritional knowledge, energy intake, and fat intake (p value = 0,05). From multivariate analyses, we found that energy intake as a dominant factor which cause overnutrition in adult (OR = 19,743) after controlled with age, gender, marital status, physical activity, nutritional knowledge, carbohydrate intake, protein intake, fat intake and diet quality. Therefore, intervention to the related side at study location should be done to decrease and overcome overnutrition.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60370
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Kurniawati
"Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) dan faktor lainnya dengan nilai z-score BB/U, TB/U dan BB/TB balita usia 6-59 bulan. Data sekunder yang digunakan berasal dari data survei Penilaian Status Gizi (PSG) dan Kadarzi 2012 di Kota Probolinggo. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan melibatkan 337 sampel keluarga. Hubungan antara status Kadarzi dan faktor lainnya dengan nilai z-score BB/U, TB/U dan BB/TB balita dianalisis menggunakan uji T-Test Independen, uji Anova dan uji Korelasi. Uji multivariat yang digunakan adalah uji Regresi Berganda.
Hasil penelitian menyatakan bahwa sebanyak 32,6% keluarga balita di Kota Probolinggo telah berperilaku Kadarzi. Persentase gizi kurang, pendek dan kurus pada balita masih di atas angka nasional. Nilai z-score BB/U, TB/U dan BB/TB balita adalah -1,06±1,34 SD, -1,45±1,94 SD, dan -0,36±1,56 SD. Uji statistik yang dilakukan menemukan hubungan antara konsumsi garam beryodium, pemberian vitamin A, usia balita, pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan nilai z-score BB/U balita (p<0,005).
Terdapat hubungan signifikan antara pemberian vitamin A dan pengetahuan gizi ibu dengan nilai z-score TB/U balita (p<0,005). Terdapat hubungan antara usia balita dengan nilai z-score BB/TB balita (p<0,005). Uji Regresi Berganda menunjukkan bahwa pendidikan ibu adalah faktor yang paling berhubungan terhadap rata-rata nilai z-score BB/U balita. Konsumsi makanan beraneka ragam adalah faktor yang paling berhubungan terhadap rata-rata nilai z-score BB/TB balita di Kota Probolinggo. Pesan Kadarzi beserta indikatornya masih perlu disosialisasikan untuk mengurangi terjadinya masalah gizi di Kota Probolinggo. Masih perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan serta pengetahuan gizi ibu untuk mengurangi terjadinya masalah gizi di Kota Probolinggo.

This research is aimed to know the relationship between nutritional family awareness, called Kadarzi, and other factors with WAZ, HAZ and WHZ of children 6-59 months. The secondary data was used from survey PSG and Kadarzi 2012 in Probolinggo. This research uses the cross sectional study with 337 samples. The relationship betwees Kadarzi and other factor with WAZ, HAZ and WHZ were analized with Independent T-Test, Annova Test and Correlation Test. Linear Regression Test was used to multivariate analysis.
The result shown that 32,6% family in Probolinggo are Kadarzi. The percentage of underweight, stunting and wasting are above national rates. The mean of WAZ, HAZ and WHZ children are - 1,06±1,34 SD, -1,45±1,94 SD, and -0,36±1,56 SD. The statistical test shows that iodized salt consumption, vitamin A supplementation, children age, father's education and mother's education were associated with the mean of WAZ of children (p<0,005).
There are significantly association between vitamin A supplementation and mother's nutritional knowledge with the mean of HAZ of children (p<0,005). The children age was associated with the mean of WHZ of children (p<0,005). Linier Regression Test shows that mother's education is the most related factor for the mean of WAZ and food diversity consumption is the most related factor for the mean of WHZ of underfive children in Probolinggo. The inform about Kadarzi and its indicators are needed to decrease undernutrition problems in Probolinggo. Besides, up grading mother's education and nutritional knowledge are needed to decrease undernutrition in Probolinggo.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47446
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umaima Kamila
"Latar Belakang : Masalah status gizi kurang masih menjadi salah satu problem kesehatan yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia hingga saat ini. Berbagai program telah dicanangkan oleh pemerintah untuk menanggulanginya namun belum membuahkan hasil. Untuk menyelesaikan masalah status gizi diperlukan pemahaman yang mendalam atas faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi, dimana salah satunya adalah asupan kalori harian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan asupan kalori harian.
Metode : Penelitian ini dilakukan terhadap 73 orang anak usia sekolah di Yayasan Kampung Kids dengan menggunakan desain cross-sectional. Data yang diambil meliputi jenis kelamin, usia, berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh dan asupan nutrisi harian. Status gizi diukur dengan menggunakan persentil kurva Center for Disease Control (CDC) sedangkan asupan nutrisi harian dengan metode wawancara. Selanjutnya dicari hubungan antara keduanya dengan menggunakan software SPSS 11.5.
Hasil : Rerata tinggi badan (132,09cm) dan berat badan (27,07kg) responden tidak ideal berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2004. Responden umumnya memiliki status gizi normal berdasarkan ketiga status gizi yaitu 50,7% (BB/U), 71,2% (TB/U), dan 63 % (IMT). Mayoritas responden mendapatkan asupan nutrisi harian yang normal (60,3%). Analisis variabel dengan menggunakan two sample Kolmogorov-Smirnov test untuk menentukan hubungan antara status gizi dan asupan nutrisi harian adalah p=1,000 (BB/U)., p=0,461(TB/U), dan p=0,799 (IMT).
Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan bermakna antara asupan kalori harian dan status gizi pada anak usia sekolah di Yayasan Kampung Kids.

Background : Nutritional Problem has been one of many health problems which are faced by Indonesian people until now. Various programmes have been launched by the government to overcome this problem but still have not get significant result. To handle this nutritional problem, we need to understand completely about all factors influnce the nutritional status. One of those key factors is daily calorie intake.
Method: This research conducted on 73 schoolaged children who were registered in KampungKids Foundation using crosssectional method. Data collected were gender, age, weight, height, body mass index (BMI) and daily calorie intake. Nutritional status was measured by using CDC percentile curve. In other hand, daily calorie intake data were collected by interviewing. The data then were analyzed with SPSS 11.5 software.
Result : The height average (132,09cm) and weight average (27,07kg) were not ideal according to Nutritional Sufficiency Value (AKG) 2004. Most of the respondent had normal nutritional status for all indicators : 50,7% for (Body Weight/Age), 71,2% for (Body Height/ Age), and 63% for (BMI/Age). Most of respondents had normal daily calorie intake (60,3%). Analysis of variables using two sample Kolmogorov-Smirnov test to find the association between daily calorie intake and nutritional status gave results, p=1,000 (BW/A), p=0,461(BH/A), and 0,799 (BMI).
Conclusion : There is no significant association between daily calorie intake and nutritional status among school-aged children in Kampung Kids Foundation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Christy
"Obesitas merupakan masalah kesehatan global yang terjadi akibat penimbunan lemak tubuh secara berlebihan sehingga meningkatkan risiko terjadinya penyakit kronis. Prevalensi obesitas terus meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia, kejadian obesitas cenderung lebih tinggi pada kelompok penduduk dewasa dengan pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan proporsi karakteristik individu (umur, jenis kelamin, dan tingkat pendapatan), faktor perilaku (aktivitas fisik dan kebiasaan sarapan), asupan zat gizi (energi, karbohidrat, lemak, dan protein), dan faktor stres terhadap kejadian obesitas pada PNS di Direktorat Jenderal Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja Tahun 2014. Penelitian menggunakan disain studi cross sectional. Sampel diambil secara acak sederhana dengan jumlah sebanyak 135 orang. Data penelitian dianilisis menggunakan uji chi square.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi obesitas pegawai sebesar 54,1% dan terdapat perbedaan proporsi asupan energi, karbohidrat, lemak, dan protein terhadap kejadian obesitas. Disarankan agar pegawai memperhatikan asupan makanan dan melakukan aktivitas fisik berupa olahraga.

Obesity is a global health problem caused by excessive accumulation of body fat that increases the risk of chronic diseases. The prevalence of obesity continues to be risen. In Indonesia, the incidence of obesity tend to be higher in the adult population especially for civil servant.
This study aims to determine the differences in the proportion of individual characteristics (age, gender, and income level), behavioral factors (physical activity and breakfast habit), nutrient intake (energy, carbohydrate, fat, and protein), and stress level toward obesity in civil servant at Directorate General of Employment 2014. The study uses crosssectional design. The samples are taken randomly with a total of 135 people.
The result of this research is analyzed using the chi-square test. The result shows that the prevalence of obesity is 54.1%. Furthermore, there are statistically differences in the proportion of energy, fat, carbohydrate and protein intake to obesity. It is recommended for employees in order to pay attention to food intake and physical activity.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56099
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Nursita Angesti
"Air merupakan zat gizi penting yang dibutuhkan oleh tubuh. Kekurangan cairan tubuh dapat menimbulkan kondisi dehidrasi sehingga menyebabkan penurunan performa fisik, kognitif dan mental termasuk tingkat konsentrasi. Kondisi dehidrasi tidak hanya terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi juga pada remaja. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional untuk mengetahui hubungan status gizi dan faktor lainnya dengan status hidrasi pada remaja di 3 SMA di Kota Bekasi tahun 2013. Data yang dikumpulkan meliputi status hidrasi, status gizi, pengetahuan air dan dehidrasi, asupan air, kebiasaan minum, aktivitas fisik dan karakteristik responden (jenis kelain, usia, jumlah uang saku).
Status hidrasi diukur menggunakan grafik warna urin, status gizi dengan antropometri, dan asupan air dengan food recall 2x24 jam. Pengetahuan air dan dehidrasi, kebiasaan minum, aktivitas fisik dan karakteristik responden (jenis kelain, usia, jumlah uang saku) diukur menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan dari 153 total responden terdapat 62,7% remaja yang mengalami dehidrasi. Faktor yang berhubungan secara bermakna adalah status gizi, pengetahuan air dan dehidrasi, asupan air, kebiasaan minum, jenis kelamin, dan usia. Proporsi remaja yang mengalami dehidrasi lebih tinggi pada remaja yang memiliki status gizi lebih, berpengetahuan air dan dehidrasi yang rendah, memiliki asupan air yang rendah, berjenis kelamin laki-laki dan berusia 16 tahun. Diperlukan perhatian atau upaya lebih untuk meningkatkan pengetahuan dan praktik mengenai gizi seimbang termasuk pentingnya memenuhi kebutuhan cairan tubuh.

Water is an important nutrient required for the body. Loss of water can lead dehydration and decrased physical, mental, and cognitive performance. Dehydration not only occurs in childresn and elderly, but also in adolescents. The study was a cross sectional design to determine the relation between of nutritional status and other factors to hydration status of 3 senior high school?s student at Bekasi 2013. Data include hydration status, nutritional status, knowledge of water and dehydration, water intake, drinking habits, physical activity, and characteristic of subjects (sex, age and amount of pocket money).
Hydration status was measured by urine color graph, nutritional status by anthropometri, and water intake by 2x24 hours food recall. Knowledge of water and dehydration, drinking habits, physical activity, and characteristic of subjects (sex, age and amount of pocket money) was measured by questionnare.
With 153 subjects this study showed 62,7% of adolescents are dehydration. Factor associated are nutritional status, knowledge of water and dehydration, water intake, drinking habits, sex and age. However, dehydration higher at overnutrition adolescents, low level of knowledge, low of water intake, bad habit of drinking, male, and 16 years old. Required more attention and effort to improve knowledge and practical about nutrition balanced included the important fluid balance.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52881
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ikhlasul Amal
"Tingkat kebugaran kardiorespiratori seseorang berhubungan dengan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan status kebugaran kardiorespiratori berdasarkan status gizi (IMT dan persen lemak tubuh), aktivitas fisik, asupan gizi, dan perilaku merokok. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional. Penelitian dilakukan pada bulan April hingga Juni tahun 2015 di Dinas Kesehatan Kota Depok. Responden dalam penelitian ini adalah 72 orang pegawai Dinas Kesehatan Kota Depok. Pengambilan data status kebugaran kardiorespiratori menggunakan 1 mile walk test, status gizi diukur dengan pengukuran antropometri, asupan gizi diperoleh dengan metode food recall 2 x 24 jam, aktivitas fisik diperoleh dengan GPAQ, dan perilaku merokok diperoleh melalui pengisian kuesioner. Analisis yang dilakukan adalah analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis bivariat yang digunakan adalah uji chi-square, independent t-test, dan non-parametric test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 62,5% pegawai tidak bugar. Variabel yang memiliki perbedaan bermakna terhadap status kebugaran kardiorespiratori pada penelitian ini adalah IMT dan aktivitas fisik.

Cardiorespiratory fitness level of a person associated with the risk of death from cardiovascular disease. This study aims to determine differences in cardiorespiratory fitness status based on nutritional status (BMI and body fat percentage), physical activity, nutrient intake, and smoking behavior. This study used a cross-sectional study design. The study was conducted in April and June 2015 in Depok City Health Department. Respondents in this study were 72 employees of Depok City Health Department. Cardiorespiratory fitness status data was collected with an 1 mile walk test, nutritional status measured by anthropometric measurements, nutrient intake obtained by the method of food recall 2 x 24 hours, physical activity obtained by GPAQ, and smoking behavior was obtained through questionnaires. Analysis is conducted univariate and bivariate analyzes. Bivariate analysis used was chi-square test, independent t-test, and non-parametric test. The results showed that there were 62.5% of employees do not fit. Variables that have significant differences on the status of cardiorespiratory fitness in this study is BMI and physical activity.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60408
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sunersi Handayani
"ABSTRAK
Pengukuran VO2max secara langsung memang menghasilkan data yang akurat dan dapat dipercaya tetapi umumnya memerlukan waktu lebih banyak, peralatan yang mahal serta tenaga pelaksana terlatih. Penelitian sebelumnya telah berhasil mengembangkan model prediksi khusus untuk anak-anak dari etnis Jawa berdasarkan jenis kelamin, denyut nadi dan waktu tempuh berjalan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model prediksi yang cocok bagi kelompok usia remaja dengan prediktor jenis kelamin, status gizi (IMT/U dan PLT), aktivitas fisik dan asupan gizi. Penelitian dilakukan pada 78 remaja laki-laki dan 114 remaja perempuan dengan rata-rata usia 16,19±0,5 tahun. Nilai estimasi VO2max diukur berdasarkan tes lari 1 mil, jenis kelamin, IMT/U ditentukan berdasarkan pengukuran berat badan dan tinggi badan, PLT diukur dengan BIA, aktivitas fisik diketahui melalui pengisian kuesioner, dan asupan gizi dihitung dengan menggunakan metode food record 3 hari. Terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin, IMT/U, persen lemak tubuh, aktivitas fisik, seluruh asupan zat gizi makro (energi, karbohidrat, protein, lemak) dan beberapa asupan zat gizi mikro (vitamin B2, vitamin B6 dan seng) dengan nilai estimasi VO2max. Model prediksi non latihan dibentuk melalui analisis multi regresi linier VO2max= 40,7 + 3,1 JK - 2,5 IMT/U - 0,08 PLT + 0,4 AF - 0,004 P + 0,001 A - 1,76 B6 - 0,2 B12 + 0,5 Zn. Untuk meningkatkan nilai VO2max pada remaja, sekolah direkomendasikan untuk mengimplementasikan program TOP yang kegiatannya berfok us pada kegiatan pengendalian berat badan, peningkatan aktivitas fisik, dan promosi asupan yang bergizi seimbang.

ABSTRACT
A direct measurement on maximal oxygen uptake (VO2max) provides accurate and reliable data but requires more time, costly aquipment and trained personnel. Previous research has developed a VO2max prediction model special for Javanese children using sex, heart rate and walk time.
The purpose of this study was to investigate the use of gender, nutritional status (body mass index for age and percent fat), physical activity level, and dietary intake in another VO2max prediction model for adolescent. The design study was a cross sectional one. Subjects were 78 male and 114 female wih a mean age of 16,19±0,5 years. Estimated VO2max was measured from one mile run test; sex; BMI for age was calculated from measured height and weight, percent fat was assessed by BIA, self report physical activity was assessed by PAQ-A and 3 day food records were used to calculate the average dietary intake. Male students (42,45 ml/kg/min) had significantly higher estimated VO2max than female (38,74 ml/kg/min). There were significant correlations between sex, BMI for age, percent fat, physical activity, all macronutrient intake (energi, carbohydrat, protein, and fat) and some micronutrient intake (vitamin B2, vitamin B6 and zinc) with estimated VO2max. The non-exercise prediction model was developed by a multiple regression analysis: VO2max= 40,7+3,1 JK-2,5 IMT/U-0,08 PLT + 0,4 AF-0,004 P + 0,001 A-1,76 B6-0,2 B12+0,5 Zn. In order to improve adolescent?s VO2max, school was recomended to implement TOP program focused on weight management, increased physical activity and promoted adequate dietary intake."
2013
T36795
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Nur Kumalasari
"Perkembangan motorik merupakan salah satu aspek perkembangan penting bagi anak-anak karena melalui perkembangan motorik, anak mempelajari lingkungan dan memiliki pengalaman baru yang dapat menstimulasi hubungan di antara sel-sel saraf anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perkembangan motorik serta faktor-faktor yang berhubungan dengan perkembangan motorik pada anak umur 7-36 bulan di Kelurahan Pademangan Barat, Jakarta Utara.
Desain penelitian yaitu desain studi cross sectional, dengan sampel 134 anak berumur 7-36 bulan yang terdapat di Kelurahan Pademangan Barat, Jakarta Utara Bulan April-Mei 2014. Variabel yang diteliti meliputi stunting,wasting, asupan zat gizi (energi, protein, zat besi), ASI eksklusif, penyakit infeksi (diare dan ISPA), pengetahuan, serta stimulasi perkembangan sebagai variabel independen dan sebagai variabel dependen adalah perkembangan motorik. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara menggunakan kuesioner dan formulir food recall 2x24 jam, pengukuran antropometri berat badan dan tinggi badan, serta penilaian perkembangan motorik dengan formulir Denver II. Analisis statistik yang digunakan adalah uji chi square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak berumur 7-36 bulan yang mengalami keterlambatan perkembangan motorik di Kelurahan Pademangan Barat, Jakarta Utara berjumlah 17,2%. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara severely stunting/ sangat pendek, wasting/ kurus, asupan energi, penyakit diare, serta stimulasi perkembangan dengan perkembangan motorik.
Berdasarkan penelitian tersebut, setiap ibu balita serta anggota keluarga lainnya diharapkan dapat berperan mendukung tumbuh kembang anak dengan pemberian nutrisi, pemantauan status gizi, penerapan lingkungan sehat, dan pemberian stimulasi yang tepat. Selain itu, para petugas kesehatan diharapkan dapat meningkatkan edukasi kepada keluarga, khususnya para ibu balita tentang pentingnya pemantauan status gizi dan pemberian stimulasi perkembangan untuk anak.

Motor development is one of the important aspect in children?s development. Through the attainment of motor skill, children start to explore their environment and engage with their new experiences that stimulate the neurogical synapses. This research purposed to analyze the relationship between stunting, wasting, nutition intake (energy, protein, iron), exclusive breastfeeding, infectious disease (diarrhea and acute respiratory infection), mother?s knowledge, and stimulation with motor development among children 7-36 months of age in Subdistrict of Pademangan Barat, North Jakarta.
This research used cross sectional study design with purposive sampling and 134 actual subjects in 7 maternal and children health care center in Subdistrict of Pademangan Barat, North Jakarta on April ? May 2014. The dependent variable is motor development and the independent variables are stunting, wasting, nutrition intake (energy, protein, iron), exclusive breastfeeding, infectious disease (diarrhea and acute respiratory infection), mother's knowledge, and stimulation. The data were collected through interview by using questionnaire and food recall sheet, anthropometric measurement (height and weight), and examine motor development by using Denver II sheet. Data analysis was performed using chi square test. The result showed that 17,2% of children have motor development delay.
The result of bivariate analysis showed that there was an association between severely stunting with children?s motor development. There were also significant association between wasting, energy intake, diarrhea, and stimulation with children?s motor development.
From this study, we suggest that mother and other family have to support the children?s development by providing adequate nutritious food, better stimulation, health environment, and maintaining nutritional status of the children. The health care workers are also required to provide and promote more information about children?s development for mother dan the family.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56752
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nindya Dwi Hutami
"Nilai VO2max yang rendah pada anak-anak merupakan faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskular. Skripsi ini merupakan penelitian dengan desain studi cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin, status gizi, aktivitas fisik, dan asupan gizi dengan nilai estimasi VO2max. Pada penelitian ini responden sebanyak 89 (laki-laki = 48; perempuan = 41) siswa kelas 4 dan 5 SD Islam As-Syafi’iyah 02 Bekasi. Nilai VO2max diukur menggunakan tes 20m shuttle run.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata VO2max laki-laki (44,30 ml/kg/menit) lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata VO2max perempuan (41,22 ml/kg/menit). Pada penelitian ini, variabel yang memiliki hubungan yang bermakna dengan nilai estimasi VO2max yaitu jenis kelamin, status gizi (IMT/U), dan aktivitas fisik. Status gizi yang baik dan aktivitas fisik yang baik dibutuhkan untuk mencapai nilai VO2max yang baik.

The low value of VO2max was a risk factor for cardiovascular disease in children. The purpose of this cross-sectional study was to investigated the correlation between sex, nutritional status (BMI/A), physical activity, and nutritional intake with the estimated value of VO2max. The samples were 89 (male = 48; female = 41) students grade 4 and 5 from SD Islam As-Syafi'iyah 02 Bekasi. VO2max was measured by 20m shuttle run test.
The results showed that the mean of VO2max in male students (44,30 ml/kg/min) was higher than the mean of VO2max in female students (41,22 ml/kg/min). Sex, nutritional status (BMI/A), and physical activity was significantly related to estimated value of VO2max by bivariat analysis. Good nutritional status and high physical activity are required to improve VO2max value.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47473
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>