Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173843 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahayu Puji Astuti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor internal dan eksternal terhadap kelelahan yang terjadi pada pengemudi Bus Transjakarta Koridor 9. Variabel yang diteliti adalah usia, IMT, dan kuantitas tidur sebagai faktor internal. Shift kerja, durasi mengemudi, dan waktu istirahat sebagai faktor eksternal. Kelelahan diukur menggunakan kuesioner kelelahan subjektif dari IFRC. Hasil dari penelitian ini adalah sebagian besar pengemudi mengalami kelelahan ringan. Umumnya kelelahan tersebut mengarah pada pelemahan aktivitas. Obesitas merupakan satu-satunya faktor dalam penelitian ini yang berhubungan dengan kelelahan yang terjadi pada pengemudi Bus Transjakarta Koridor 9 tahun 2014.

This study aims to determine relationship internal factor and external factor with fatigue in Transjakarta Bus driver corridor 9. Variable examined include age, IMT, and quantity of sleep as internal factors. Workshift, driving duration, and breaking time as an external factors. The instrument of this study is questionnaire subjective feeling of fatigue of IFRC. The results of this study are most driver experienced mild fatigue. The general fatigue leads to weakening activity. Obesity is the only factor in this study is related to driver fatigue which occurs in TransJakarta Bus Corridor 9, 2014."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55588
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Olivia Yolanda
"Bus merupakan sarana transportasi publik yang masih menjadi pilihan masyarakat luas untuk menempuh perjalanan jarak dekat maupun jarak jauh karena biayanya yang relatif lebih murah. Kondisi pengemudi berperan penting dalam penyediaan pelayanan kebutuhan masyarakat akan transportasi ini. Pengemudi yang mengalami kelelahan dan tidak diatasi maka akan meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan. Oleh karena itu, survei ini bertujuan untuk melihat kelelahan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya yang mungkin terjadi pada pengemudi Bus Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) Jurusan Jakarta-Solo. Variabel yang diteliti diantaranya faktor internal pengemudi (usia, jenis, IMT, kondisi fisik, masa kerja, waktu tidur) dan faktor eksternal pengemudi (durasi mengemudi, waktu kerja dan jadwal kerja). Kelelahan diukur menggunakan kuesioner berdasarkan gejala kelelahan subjektif.
Hasil survei menunjukkan sebagian besar pengemudi mengalami kelelahan ringan dan hanya sebagian kecil yang mengalami kelelahan sedang dengan durasi mengemudi dan kurangnya waktu tidur sebagai faktor yang berhubungan terhadap terjadinya kelelahan pengemudi Bus Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) Jurusan Jakarta-Solo.

Bus is still the popular choice of mass public transport for common people to travel in short or long distance, because the fare is relatively cheap. And the driver's condition plays important role in the presentation of this mass public transportation service. The unrested fatigue will increase the possibility of accident to occur, therefore this survey dedicated to review this fatigue and the all the influencing factor that will likely to happen and affect the driver of City bus between Jakarta and solo.The variable that will be reviewed is the driver's internal factor (age, types of imt, physical condition, years of work, sleep time) and the drivers external factor (driving duration, work hour and work schedulle) fatigue is measured with a questionaire based on subjective fatigue symptoms.
The survey results shows that most drivers only suffer minor fatigue and only a few suffer medium fatigue with drivings duration and lack of rest time as the influencing factor of this fatigue to affect the jakarta-solo bus driver.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45358
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratiwi Andiningsari
"Tingginya persaingan antar perusahaan jasa angkutan travel dengan trayek Jakarta-Bandung, berdampak pada kurangnya perhatian perusahaan pada kondisi stamina pengemudi travel. Apabila kondisi ini terus bekerlanjutan akan menimbulkan kelelahan kerja. Berdasarkan fakta yang berkembang, kelelahan yang terjadi pada pengemudi dikarenakan pengemudi kerap bekerja diatas jam kerja yang seharusnya dan tidak mendapat penghasilan yang tetap. Untuk itu melalui penelitian ini penulis bermaksud untuk melihat terjadinya kelelahan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada salah satu perusahaan penyedia jasa angkutan travel yang ada di Jakarta dengan trayek menuju Bandung yaitu PT Batara Titian Kencana (X-Trans). Variabel yang diteliti, diantaranya dari faktor Internal (usia, IMT, kondisi fisik, dan masa kerja), Faktor eksternal (durasi mengemudi dan shift kerja), dan gejala-gejala kelelahan yang diukur berdasarkan Subjective Symptom Test (SST). Penelitian ini bersifat kuantitatif observasional dan menggunakan desain penelitian Cross-Sectional (potong lintang). Hasil penelitian menunjukkan mayoritas pengemudi X-Trans Jakarta, Tanggerang, dan Bekasi hanya mengalami kelelahan ringan dan hanya faktor kondisi fisik (kesehatan) dan masa kerja yang terdapat perbedaan proporsi dengan terjadinya kelelahan pada pengemudi travel X-Trans Jakarta tahun 2009.

The high competition among the transportation services Travel Company?s route from Jakarta to Bandung, made a lack of impact on the company's attention on the condition of drivers travel stamina. If this condition continues can made fatigue work. Based on the fact, fatigue that occurs because of drivers often work over work hours and that should not get a fixed income. Therefore, it is through this research the author intends to see the occurrence of fatigue and the factors that influence on one of the largest travel service providers who have transport in Jakarta, Bandung route towards the PT Batara Titian Kencana (X-Trans). Variables examined, including the Internal factors (age, BMI, physical condition, and the period of work), external factors (the duration of driving and shift work), and symptoms of fatigue are measured based on the subjective Symptom Test (SST). This research is quantitative observational and research design using a Cross-Sectional. Results of a research show the majority of drivers X-Trans Jakarta, Tanggerang, Bekasi, and only a mild reaction condition and the only physical factors (health) and the work that there are differences in proportion with the occurrence of fatigue on drivers travel X-Trans Jakarta in 2009."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Ramadini
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26562
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Meivita
"Latar belakang dan tujuan: Tekanan panas merupakan masalah penting dalam industri manufaktur. Paparan tems menerus akan menyebabkan kelelahan. Kelelahan kerja berkepanjangan yang berlangslmg minimal enam bulan tanpa pemulihan yang optimal, akan menyebabkan kelelahan kronis, da.n selanjutnya akan mengakibatkan penurunan kernampuan kelja dan produktivitas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tekanan panas dan kelelahan kronis Serta faktor-faktor lain yang berhubungan pada peke1ja bagian produksi di perusahaan pemintalan benang PT "X" Karawang.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan metode acak sederhana secara manual. Data dikumpulkan melaiui kucsioncr rncngcnai lcaraktcristik pekcija dan masa kclja, kucsioncr kclclahan (SSRT dari IFRC), pengukuran tinggi dan berat badan, dan penilaian Indeks Suhu Bala dan Basah untuk mengukur tekanan panas, serla pengukuran intensitas bising dengan sommd level meter oleh dinas kesehatan.
Hasil: Prevalensi kelelahan kronis pada pekelja di bagian produksi adalah 68,8%. Prevalensi kelelahan kronis di bagian dengan tekanan panas Iebih dari 30°C sebesar 84,0%, dan tekanan panas kurang atau sama dengan 30°C sebesar 4O,9%. Tekanan panas Iebih dari 30°C, masa kerja lcbih dari lima tahun, usia lcbih dari 30 tahun dan IMT tidak normal merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan tcljadinya kclelahan kronis. Tckanan panas Iebih dari 30°C mcningkatkan resiko kelelahan kronis 40,28 kali lipat (Adj OR 40,28, 95% CI: 7,42;2l8,5, p = 0,000). Masa kerja Iebih dari 5 tahun meningkatkan risiko kelelahan kronis 7,6 kali lipat (Adj OR 7,64, 95% CI: l,59;36,68, p >= 0,011). Usia Iebih dari 30 tahun meningkatkan risiko kelelahan kronis 6,7 kali lipat (Adj OR 6,69, 95% CI:1,37;32,54, p = 0,0l9). IMT tidak normal meningkatkan risiko kelelahan kronis 4,5 kali lipat (Adj OR 4,45, CI: l,3l;I5,l8, p = 0,01 7).
Kesimpulan: Prevalensi kelclahan kronis pada pekezjaan di bagian produksi adalah 68,8% dan Iebih banyak terjadi pada pekerja terpajan panas Iebih dari 30°C Tekanan panas Iebih dari 30°C, masa kerja lebih dari lima tahun, usia Iebih dari 30 tahun dan [MT tidak normal didapat berhubungan dengan terjadinya kelelahan kronis.

Background and Aim: Heat stress is an important problem in manufacturing industry. Continues exposure can cause fatigue. Long lasting fatigue for minimally six months without optimal recovery will produce chronic fatigue. Which at the end will decrease working capability and productivity. This study aim to assess the relation between heat stress and others related factors with chronic fatigue in production workers at yarn manufacture "X" Karawang.
Methods: A cross sectional study was used. Sample was selected by manual simple random method. Data were collected through questionnaire that covered workers characteristics and working variables , fatigue questionnaire (SSRT trom IFRC), measurement of body height and weight, and Wet Bulb Globe Temperature Index for measuring heat stress, and noise level mesurement with Sound Level Meter by Local Health Office.
Result: The prevalence of chronic fatigue in production worker was 68.8%. The prevalence of chronic fatigue in area with heat stress >30°C was 84.0%, while in areas with heat stress S30 C it was 40.9%. Heat stress >3o°c, working period >5 years, age >30 years old and abnormal BMI were risk factors to chronic fatigue. Heat stress >30°C increases chronic fatigue risk by 40,28 times (Adj OR 40,28, 95% CI: 7,42;218,5, p = 0,000). Working period >5 years increases risk by 7,6 time (Adj OR 7,64, 95% CI: l,59;36,68, p = 0,011). Age >30 years old increases risk by 6,7 times (Adj OR 6,69, 95% CI: l,37;32,54, p = 0,019). Abnormal BM] increases risk by 4,5 times (Adj OR 4,4S, CI: 1,31;l5,l8, p = 0,017).
Conclusion: The overall chronic fatigue prevalence was 68.8%. Heat stress >30°C, Working period >5 years, age >30 years old and abnormal BMI were related with chronic fatigue.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T29203
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Kartiko Sari
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas hubungan karakteristik individu (usia dan Indeks Massa Tubuh), gaya hidup (asupan energi, vitamin B Kompleks, dan zat besi, konsumsi air, minuman isotonik, kafein, dan suplemen, kuantitas kualitas tidur, dan merokok), dan faktor pekerjaan (masa kerja, shift kerja, durasi mengemudi, dan waktu istirahat kerja) terhadap Tingkat Kelelahan Pengemudi Taksi Express Group di Pool Taksi Cilangkap Tahun 2014. Penelitian menggunakan disain studi cross sectional. Sampel diambil secara acak sederhana dengan jumlah sebanyak 96 orang. Data dianalisis menggunakan uji chi square, uji t independen, dan uji regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi kelelahan sebesar 74%, berusia rata ? rata 42, memiliki IMT lebih, asupan dan konsumsi mencukupi AKG 2013, kuantitas kualitas tidur buruk, dan nilai merokok rendah. Mayoritas mengambil shift sore, memiliki durasi mengemudi > 8 jam dan waktu istirahat > 2 jam. Kuantitas kualitas tidur dan shift kerja menunjukkan hubungan bermakna dengan tingkat kelelahan. Asupan energi diinterpretasikan sebagai faktor protektif terhadap tingkat kelelahan pengemudi taksi melalui analisis muktivariat. Disarankan agar para pengemudi mencatat asupan makanan harian dan menyempatkan tidur cukup terutama sebelum mengemudi pada shift malam serta meregulasi shift kerja pengemudi bagi perusahaan.

ABSTRACT
This undergraduate thesis discusses the relationship of individual characteristics (age and Body Mass Index), lifestyle (intake of energy, vitamin B-complex, iron, water, consumption of ion supply drink, caffeine, supplement, sleep quality, and smoking habits), and work related factor (years of service, work shift, driving duration, and rest break) with fatigue among Express Taxi Driver at Express Taxi Pool Cilangkap 2014. The study used cross-sectional design. Samples are taken randomly with a total of 96 people. The research data is calculated using the chi square test, t independent test, and regression logistic test.
The study result showed that the prevalence of driver fatigue is 74% and majority is at 42 yo, Overweight BMI, intake and consumption fit AKG 2013, bad sleep quality, low smoking dependence, taking night shift, > 8 hours of driving duration, and > 2 hours of rest break. There are relation of sleep quality, and work shift to fatigue. Furthermore, energy intake is shown as a protective factor in fatigue among taxi driver. It is recommended that drivers should write their daily food intake and have enough sleep before night shift driving also regulating the work shift for the taxi company.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S55657
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trise Kurniasari
"Latar Belakang: Performans dan kesehatan pekerja terpajan panas bergantung pada tiga aspek, yaitu heat strain, status hidrasi dan penyakit yang berhubungan dengan panas.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan prevalensi kelelahan kronik pada pekerja dengan pajanan tekanan panas ge;30°C dan pajanan panas

Background.The performance and health of heat exposed workers depends on three aspects, namely heat strain, hydration status and heat related disease. The purpose of this study was to examine the differences in the prevalence of chronic fatigue in workers with exposure to heat pressure ge 30°C and heat exposure "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Melissa Ayu L. Witjaksono
"Latar Belakang: Post-stroke fatigue merupakan invisible handicap dengan prevalensi global 23% - 85%. Faktor yang berkaitan multidimensional, dan berdampak negatif terhadap angka rawat, luaran fungsional, kualitas hidup, dan kesintasan. Prevalensi dan faktor-fakor yang berkaitan dengan late PSF pada populasi stroke iskemik di Indonesia belum ada.
Metode: Penelitian potong-lintang ini menggunakan teknik pengambilan sampel berurutan pada seluruh pasien stroke iskemik yang kontrol ke Poli Saraf RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Data primer didapatkan menggunakan kuisioner Fatigue Severity Scale, Skala Kecemasan dan Depresi Rumah Sakit, Montreal Cognitive Assessment, dan Pittsburgh Sleep Quality Index versi Indonesia. Data sekunder didapatkan dari rekam medis. Analisis dilakukan untuk menilai prevalensi, hubungan PSF dengan faktor-faktor yang memengaruhi, dan korelasi item FSS dengan PSF.
Hasil: Dari 248 pasien, 100 pasien pertama yang memenuhi kriteria penelitian diambil sebagai subjek penelitian. Prevalensi PSF didapatkan sebanyak 49%. Pada analisis multivariate, pekerjaan sebelum stroke (aOR 0,34; IK95% (0,11-0,99); p=0,047), jumlah komorbid (aOR 3,07; IK95% (1,17-8,10); p=0,023), dan talamus (aOR 0,17; IK95% (0,03-0,89); p=0,036) menentukan kejadian PSF. Pada uji korelasi, item FSS yang berkorelasi tertinggi adalah item 8 dan 5.
Simpulan: Pada penelitian ini, hampir setengah pasien stroke iskemik mengalami late PSF. Faktor-faktor yang berkaitan perlu diinterpretasi secara hati-hati. Fatigue bersifat subjektif sehingga faktor psikososial dan budaya perlu dipertimbangkan.

Background: Post-stroke fatigue is an invisible handicap with a global prevalence of 23%-85%. The factors associated is multidimensional, and has negatif impact on hospitalization, functional outcome, quality of life, and survival. The prevalence and factors associated with late PSF among the Indonesian population with ischemic stroke has not been published.
Methods: This is a cross-sectional study using consecutive sampling techniques on stroke ischemic patients who visits the Neurolgy clinic at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital. Primary data is obtained by questionnaires consisting of the Indonesian version of the Fatigue Severity Scale, Hospital Anxiety and Depression Scale, Montreal Cognitive Assessment, dan Pittsburgh Sleep Quality Index. Secondary data is obtained through medical records. Analysis are performed to obtain the prevalence, relationship between PSF and associated factors, and correlation between FSS items with PSF.
Results: From 248 patients, the first 100 patients meeting the study criteria were taken as study subjects. The prevalence of PSF is 49%. In multivariate analysis, employment before stroke (aOR 0.34; 95%CI (0.11-0.99); p=0.047), number of comorbid (aOR 3.07; 95%CI (1.17-8.10); p=0.023), and thalamus (aOR 0.17; 95%CI (0.03-0.89); p=0.036) are associated with PSF. In the correlation test, the items from FSS that have the highest correlation to PSF are items 8 and 5.
Conclusion: In this study, nearly half of ischemic stroke patients experienced late PSF. Related factors need to be interpreted carefully. Fatigue is a subjective symptom so cultural and psychosocial factors needs to be considered.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Ronny Hartono
"Pendahuluan: Pekerja angkat angkut di pelabuhan masih sangat dibutuhkan. alat bantu angkat angkut barang, seperti forklift, troli sudah tersedia, namun masih dibutuhkan mengangkat barang secara manual, dari kapal ke darat. Pekerjaan angkat angkut dapat menimbulkan kelelahan kronis, baik akibat kerja fisik maupun akibat monotoni kerja. Kelelahan dapat menurunkan produktifitas serta membahayakan lingkungan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kelelahan kronis dengan jenis pekerjaan angkat angkut pada pekerja bongkar muat kapal laut
Metode Penelitian: Desain penelitian adalah cross sectional dengan analisis komparatif kelelahan kronis pada pekerja bongkar muat tanpa alat bantu dan menggunakan alat bantu. Sampel dipilih secara consecutive sampling didapat 31 pekerja angkat angkut tanpa alat bantu dan 31 pekerja dengan alat bantu. Penelitian ini mengunakan kuesioner OFER versi Indonesia untuk mengetahui apakah pekerja mengalami kelelahan kronis atau tidak dan intershift recovery pekerja baik atau buruk. Variabel yang diteliti adalah: jenis pekerjaan angkat angkut, usia, status gizi/IMT, masa kerja, lama kerja, dan pemulihan antar shift/intershift recovery. Analisis statistik menggunakan SPSS versi 20.0.
Hasil Penelitian: Proporsi kelelahan kronis yang dialami oleh pekerja angkat angkut bongkar muat kapal laut tanpa alat bantu sebesar 90,3%, sedangkan pada pekerja angkat angkut dengan alat bantu sebesar 22,6% . Intershift Recovery yang tidak baik berhubungan dengan terjadinya kelelahan kronis, dengan OR 65,43. Sedangkan variabel usia, status gizi, masa kerja dan lama kerja tidak ditemukan hubungan yang bermakna.
Kesimpulan: Kelelahan kronis banyak dialami oleh pekerja angkat angkut bongkar muat kapal laut tanpa alat bantu dengan proporsi sebesar 90,3%. Intershift recovery yang tidak baik paling berhubungan dengan terjadinya kelelahan kronis. Usia, status gizi, masa kerja dan lama kerja tidak berhubungan dengan terjadinya kelelahan kronis. Diperlukan waktu istirahat yang cukup antar shift untuk mengurangi kelelahan kronik.

Introduction: Lifting workers in ports are still needed. Even though some lifting equipment is already available, such as forklift and trolley, manual lifting is still needed, especially from ship to land. Lifting and hauling, manually or with tools, can cause chronic fatigue, due to the heavy physical work and work monotony. Fatigue can reduce productivity and endanger the work environment. This study aims to determine the relationship between chronic fatigue and the type of lifting work in loading and unloading workers.
Methods: This research used a cross-sectional design with comparative analysis between loading/unloading workers with and without assistive equipment. The sample was selected by consecutive sampling, resulting in 31 workers who lifted without tools and 31 workers with tools. This research used the Indonesian version of the OFER questionnaire to determine whether workers experience chronic fatigue or not and whether the intershift recovery of workers is good or bad. The variables researched were types of work, age, nutritional status/BMI, years and hours of work and intershift recovery. Statistical analysis using SPSS version 20.0.
Results: The proportion of chronic fatigue experienced by workers loading and unloading ships without assistive equipment is equal to 90,3%, while the workers loading and unloading with tools is 22,6% . Poor intershift recovery is associated with chronic fatigue, with an OR of 65.43. No significant association was found between variables of age, BMI, hours of work, period of work and chronic fatigue.
Conclusion: Chronic fatigue is experienced by 90.3% of loading and unloading workers who did not use equipment Poor inter-shift recovery is most associated with chronic fatigue. Age, nutritional status, years, and hours of work are not associated with chronic fatigue. Sufficient rest time between shifts is needed to reduce chronic fatigue.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Guntur Tjora
"Setiap perusahaan akan berusaha mencapai tingkat produktivitas yang setinggi-tingginya dalam kelangsungan operasionalnya. Untuk menunjang tujuan dimaksud, maka peranan kesehatan pekerja menjadi hal yang amat strategis. Sehubungan dengan hal tersebut maka pemulihan kelelahan pekerja dipandang sangat penting untuk dapat dikelola secara baik.
Penelitian ini berupaya mengungkap kontribusi berbagai faktor yang berpengaruh terhadap sindroma kelelahan kronik ( Chronic Fatigue Syndrome) dan mengkaji sejauh mana efek terapi relaksasi napas lambat dalam pemulihannya.
Metode penelitian ini adalah studi eksperimen pre dan post, yang dilaksanakan di Kantor pusat PT AT di Jakarta periode Juli - September 2003 dengan melibatkan 45 (empat puluh lima) pekerja pria yang di wawancara dan mengisi kuesioner, serta mereview rekam medis yang ada di Poliklinik perusahaan. Diagnosis sindrom kelelahan kronik didasarkan atas kriteria mayor dan minor ( versi Central Disease Control).
Pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling. Intervensi berupa relaksasi napas lambat selama 4 ( empat ) minggu dengan frekuensi tiga kali 5 sampai 10 menit setiap hari, secara mandiri dan dimonitor dua kali seminggu oleh peneliti selama 20 menit. Sebelum dan sesudah relaksasi dilakukan penghitungan skor kelelahan (versi Fatigue Severity Scale )
Hasil ; Penelitian ini menemukan bahwa responden berusia rata-rata 34.38 ±7.88 tahun, masa kerja rata-rata 7.27 ± 3.82 tahun, IMT 20.3 ± 2.7 , pendidikan umumnya setingkat SLTA ( 51.1 %) serta 37.8 % responden mempunyai gaya hidup baik. Rerata skor kelelahan preintervensi 35.80 ± 2.78 dan post-intervensi 28.73 ± 2.70.
Analisis statistik menunjukkan bahwa terapi relaksasi napas lambat berpengaruh bermakna terhadap skor kelelahan ( paired l-lest analysis) p-value < 0.001 ( 0.000 ). Selanjutnya didapatkan bahwa semua faktor variabel independen ( umur, masa kerja, pendidikan, status gizi dan gaya hidup ) tak berpengaruh bermakna terhadap skor kelelahan kronik dengan p-value > 0.05.

Every company attempts to reach the highest productivity rate in its operation, and for such intended purpose, the role of workers' health becomes something very strategic. In relation to the above, recovery of workers ' fatigue is deemed important to be properly managed
This research is intended to reveal the contribution of a number of factors that influence fatigue (Chronic Fatigue Syndrome) and study of how far the effect of long breath relaxation therapy is in its recovery.
This research method is an experiment study ( before and after design) performed at the central Office of PT Antam Tbk in Jakarta for the period of July - September 2003 by involving 45 (forty-five) interviewed male workers and they filled in questionnaires before and after the relaxation. Fatigue Severity Scoring, review on the medical records existing in the company's Policlinic, diagnosis on chronic fatigue syndrome based on major and minor criteria (CDC version) and sampling were conducted on a simple random sampling basis. Intervention in the form of long breath relaxation for 4 (four) weeks with the frequency of 3 times 5 minutes every day was monitored 2 times a week
Result: This research revealed that the respondents have the average age of 34.38 ± 7.88 years, average employment term of 7.27 ± 3.82 years, BMI of 20.3 ± 2.7 and generally education of Senior High School (SLTA) level, where 37.8% of the respondents have good life style, with the average pre-intervention score of 35.80 ±2.78 and post-intervention score of 28.73 2'2. 70.
Statistic analysis shows that long breath relaxation therapy brings significant influence to the fatigue score (paired t-test analysis), namely p-value < 0.001 (0.000), .
Subsequently, it was found out that all independent variable factor (age, employment term, education, Body Mass Index and life style) no significant influence to the chronic fatigue syndrome with namely p-value > 0.05."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13653
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>