Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137033 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Galih Jatra Muda K.
"Ketika pada saluran transmisi yang panjangnya mencapai puluhan hingga ratusan kilometer terjadi gangguan maka akan menimbulkan permasalahan dalam menentukan lokasi terjadinya gangguan. Oleh karenanya dibutuhkan metode-metode untuk mengestimasi lokasi terjadinya gangguan pada saluran transmisi salah satunya adalah metode gelombang berjalan. Pada skripsi ini akan dibahas langkah-langkah estimasi lokasi gangguan dengan metode gelombang berjalan dan membahas pengaruh faktor-faktor yang terkait dengan gangguan pada saluran transmisi seperti jarak gangguan, jenis gangguan, resistansi gangguan, dan impedansi per satuan panjang dari penghantar saluran terhadap tingkat akurasi metode gelombang berjalan. Analisis dilakukan melalui suatu simulasi menggunakan perangkat lunak MATLAB 2013. Pada simulasi, pengolahan sinyal gelombang berjalan dilakukan dengan menggunakan transformasi Clarke dan transformasi Wavelet. Dari hasil simulasi diketahui bahwa tingkat akurasi metode gelombang berjalan hanya dipengaruhi oleh jarak gangguan dan impedansi saluran transmisi.

Faults in power transmission line which is length reached tens to hundreds of kilometres will give rise to problems in determining the location of the faults. Therefore it needs methods to estimate the location of the faults, one of the methods is travelling wave method. This thesis will discussed the steps of estimating fault location in transmission line by using the travelling wave method and figuring out the effect of fault distance, kinds of fault, fault resistance, and transmission line impedance per unit of length to the accuracy of travelling wave method. In this simulation, the travelling wave signal processing is done by using Clarke transform and Wavelet transform. The analysis is done through the simulation using MATLAB 2013 software. From the results of this simulation obtained that only fault distance and transmission line impedance affect the accuracy of travelling wave method."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56279
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raju Eka Candra
"Identifikasi fluida menjadi bagian penting dalam karakteristik reservoar. Salah satu metode untuk mengidentifikasi fluida adalah dengan metode AVO (Amplitude Versus Offset). Untuk memperoleh hasil yang optimal dalam identifikasi fluida ini adalah dengan melakukan pengolahan data seismik yang baik dan benar. Salah satu alur dalam pengolahan data seismik adalah tehnik stack/stacking, dalam penelitian ini digunakan 2 metode stack yakni stack konvensional (NMO/DMO stack) dan Stack Common Surface Reflection (Stack CRS). Kedua metode stack tersebut mempunyai perbedaan dalam penerapan metode ilmiahnya, yaitu dalam hal penerapan batas luasan yang akan di stack.
Metode stack konvensional yang selama ini dipakai sangat bergantung kepada model kecepatan, sedangkan dalam CRS stack dapat mengkoreksi kecepatan yang tidak akurat dalam proses stacking. Ketidakuratan penentuan model kecepatan ini disebabkan frekuensi seismik yang memiliki keterbatasan, keterbatasan tersebut didapat ketika suatu sumber gelombang seismik menjalar ke suatu titik dibawah permukaan yang berarah normal dengan sumber dan merefleksikannya, maka informasi yang diterima tidak hanya dari satu titik saja tetapi dari seluas zona fresnel. Dalam CRS stack ini seluruh titik dalam zona fresnel di stacking, sehingga dengan menggunakan stacking operator yang tepat, stack CRS menghasilkan rekaman data pre-stack yang lebih baik daripada metode stack konvensional.
Operator dalam zero-offset CRS stacking didasarkan pada 3 atribut muka gelombang, yaitu sudut datang atau emergence angle ( α ) sinar pada zero offset dan 2 jari - jari kurvatur dari bentuk muka gelombang yang diwakili dengan RN dan RNIP (jari - jari gelombang Normal Incident Point). Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan diharapkan kegunaan CRS untuk menghasilkan analisis AVO yang lebih baik daripada metode konvensional, dan juga diharapkan CRS dapat meningkatkan Signal to noise ratio lebih baik daripada metode stack konvensional, sehingga mampu memetakan anomali AVO lebih baik.

Identification of fluid is important in the reservoir characteristics. One of the methods for identifying fluid is the AVO (Amplitude Versus Offset) method. To obtain optimal results is performed by applying a good and proper processing. One a good methodh processing sequence to enhance signal-to-noise ratio is stacking technique, this study used two methods stack, first is the conventional stack (NMO / DMO stack) and second is Common Reflection Surface stack (CRS stack). Both methods have differences in the application of scientific, which is in terms of the application for area stacking boundary.
Conventional stacking method that has been used is very dependent on the velocity model, while the CRS stack can correct an inaccurate velocity on stacking process. Inaccuracies of determining velocity model caused by seismic frequency has a limit, that limitation is obtained while the seismic source propagation to pint in subsurface at normal ray from source and reflect, the information not only from one point but whole of fresnel zone. In CRS stack the input take from the whole point from the fresnel zone to stacking, so that with proper stacking, CRS stack will produce pre-stack data better than conventional stack method.
The zero offset operator from CRS stacking is based on three attributes wavefront, they are the angle of incidence angle (α) at zero offset rays and two wavefront curvature of the shape represented by the RN and RNIP. Therefore, in this study would be expected to produce AVO analysis by CRS better than the conventional method and can enhance the signal to noise ratio stack better than the conventional methods, so as to mapping better AVO anomalies.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T41705
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldi Pratama Putra
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat astrofisika dari bintang boson dua fluida dan perbandingannya dengan model bintang boson satu fluida pada temperatur nol dan temperatur tidak nol. Persamaan keadaan bintang boson dua fluida didapatkan pada sistem nonrelativistik dengan menggunakan representasi termodinamika serta memenuhi persamaan Gross-Pitaevskii.
Penelitian ini dibatasi dengan pendekatan bahwa bintang dalam kondisi statik dan simetri bola. Persamaan keadaan bintang boson dua fluida dijadikan input Persamaan Tolman-Oppenheimer-Volkoff yang dikerjakan secara numerik dengan metode Runge-Kutta dan metode cari akar.
Didapatkan relasi massa dengan jari-jari bintang boson dua fluida dengan massa maksimum pada temperatur nol dan temperatur tidak nol adalah sekitar 0.51m*. Diketahui juga bahwa pada sistem bintang boson dua fluida pada temperatur tidak nol terdapat daerah ketidakstabilan bintang pada saat tekanan dan densitas energi rendah (limit mendekati nol).

The purpose of this study is to find out the astrophysical properties of two-fluid boson star and comparison with boson star at zero and non-zero temperature systems. The equation of state of two-fluid boson star in a non-relativistic system was found using thermodynamics representation which satisfies Gross-Pitaevskii approximation.
This study is constrained to a static and spherically symmetric approximation. The equation of state of two-fluid boson star becomes an input for The Tolman-Oppenheimer-Volkoff equation which then is solved numerically using Runge-Kutta and root-finding method.
We find the mass-radius relation of two-fluid boson star whose maximum mass at zero and non-zero temperature is about 0.51$m*$. We also find, in non-zero temperature system, that the two-fluid boson star has instability region in low pressure and low energy density (limit to zero).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60044
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nada Wahyudhia
"Pada sistem tenaga listrik, terdapat tiga komponen penting yang berperan dalam menyalurkan energi listrik, yaitu sistem pembangkitan, transmisi, dan distribusi. Dalam beberapa kasus, digunakanlah saluran hibrida yang menggabungkan saluran udara tegangan tinggi (SUTT) dan saluran kabel bawah tanah (SKTT) dengan pertimbangan tertentu seperti keterbatasan biaya dan pertimbangan lingkungan. Namun, perbedaan karakteristik antara kedua jenis saluran tersebut dapat menyebabkan kesalahan dalam deteksi lokasi gangguan. Untuk meningkatkan keandalan sistem, digunakan sistem proteksi yang bertugas mengamankan sistem tenaga listrik dengan melakukan identifikasi dan pemindaian terhadap gangguan yang terjadi, sehingga dapat meminimalisasi kegagalan pasokan listrik yang dapat menyebabkan ketidakstabilan sistem. Dilakukan pengujian antara relai jarak dengan relai gelombang berjalan untuk mendeteksi lokasi gangguan menggunakan perangkat lunak MATLAB. Data hasil simulasi menunjukkan Rata-rata persentase kesalahan deteksi lokasi gangguan pada sistem gelombang berjalan ujung tunggal adalah sekitar 1,12%, sedangkan pada sistem gelombang berjalan ujung ganda hanya sekitar 0,36%. Di sisi lain, relai jarak menunjukkan tingkat kesalahan yang jauh lebih tinggi, dengan rata-rata sekitar 33,73%. Dari penelitian ini terungkap bahwa sistem proteksi gelombang berjalan ujung ganda lebih efektif dalam mendeteksi lokasi gangguan dibandingkan dengan sistem gelombang berujung tunggal dan sistem proteksi relai jarak.

In the electrical power system, there are three crucial components that play roles in delivering electrical energy, namely generation, transmission, and distribution systems. In some cases, hybrid channels combining high-voltage overhead lines (SUTT) and underground cable channels (SKTT) are utilized with certain considerations such as cost limitations and environmental concerns. However, differences in characteristics between these two types of channels can lead to errors in fault detection. To enhance system reliability, a protection system is employed to secure the power system by identifying and scanning disturbances that occur, thus minimizing power supply failures that could lead to system instability. Testing is conducted between distance relays and traveling wave relays to detect fault locations using MATLAB software. Simulation data shows that the average error percentage of fault location detection in the single-ended traveling wave-based system is approximately 1.12%, while in the double-ended traveling wave-based system it is only about 0.36%. On the other hand, distance relays exhibit a much higher error rate, averaging around 33.73%. This research reveals that the double-ended traveling wave protection system is more effective in detecting fault locations compared to the single-ended traveling wave system and the distance relay protection system."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Mahadiraka Rumamby
"Smoothed Particle Hydrodynamics (SPH) awalnya dibuat untuk mensimulasikan fenomena non-aksisimetris dalam astrofisika. Namun, metode ini masih memiliki beberapa kelemahan, yaitu biaya komputasi yang tinggi yang diperlukan untuk memodelkan nilai dengan resolusi tinggi dan masalah dengan kondisi batas. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab apakah pemodelan SPH dengan fokus pada aliran kontinu dapat menghasilkan nilai yang akurat secara kuantitatif dengan biaya komputasi yang rendah. Penelitian ini akan menggabungkan algoritma dan pengkodean pada program utama sungai berkelok-kelok dan algoritma aliran kontinu dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang akurat secara kuantitatif pada interaksi fluida padat dengan aliran kontinu pada saluran berkelok-kelok menggunakan metode SPH. Penelitian ini menggunakan bahasa pemrograman Fortran untuk pemodelan metode numerik SPH (Smoothed Particle Hydrodynamics), model dilakukan dalam bentuk saluran terbuka berkelok-kelok berbentuk U secara 3D, dimana dinding saluran merupakan dinding yang tidak dapat ditembus dan menggunakan saluran kontinu. mengalir dengan jumlah partikel yang terbatas.

Smoothed Particle Hydrodynamics (SPH) was originally created to simulate nonaxisymmetric phenomenon in astrophysics. However, this method still has several shortcomings, namely the high computational cost required to model values with high resolution and problems with boundary conditions. This research aims to answer if SPH modeling with a focus on continuous flow can produce quantifiably accurate values with low computational cost. This research will combine algorithms and coding in the main program of meandering river and continuous flow algorithm with the aim of obtaining quantitatively accurate results on solid fluid interactions with continuous flow on a meandering channel using the SPH method. This study uses the Fortran programming language for modeling the SPH (Smoothed Particle Hydrodynamics) numerical method, the model is conducted in the form of a U-shaped meandering open channel in 3D, where the channel walls are non-penetrable wall and uses a continuous flow with a limited number of particles."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Witjaksono
"Suatu aliran fluida dapat mempengaruhi suatu benda yang terendam ketika aliran tersebut melewati permukaan benda. Bentuk atau geometri dari suatu benda dapat menimbulkan karakteristik atau pola aliran tertentu saat aliran fluida melewati benda. Hal ini yang menyebabkan terjadinya suatu fenomena aliran fluida. Untuk mengetahui fenomena yang terjadi pada fluida disekitar benda dapat dilakukan visualisasi terhadap aliran fluida pada benda tersebut. Masalah yang dikaji pada tugas akhir ini adalah mengenai fenomena antara lain separti efek aliran ikut, separasi, dan gaya hambat yang ditimbulkannya pada atap gedung rektorat UI pada saat fluida melintasi permukaan benda. Untuk visualisasi aliran fluida digunakan rnetode smoke-wire. Metode ini adalah salah satu cara yang digunakan untuk memvisulisasikan aliran fluida sehingga terlihat garis alir dari fluida ternebut. Penelitian dilakukan dengan membandingkan eksperimen pada wind tunnel dengan visualisasi foto dengan menggunakan metode smoke wire. Visualisasi smofre..wire menunjukkan streamline fluida, pola aliran fluida yang ditimbulkan, dan fenomena yang terjadi. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dengan melakukan pengukuran terhadap tekanan statik, kecepatan fluida, dan koefisien hamhat, didapat bahwa efek gradien tekanan yang tidak menguntungkan dapat menimbulkan efek wake dan separasi pada kecepatan 2,46 m/s. Gradien tekanan yang tidak menguntungkan juga dapat menyebabkan hambatan yang besar pada kecepatan 4,93 - 17,94 m/s.

Fluid flow can affect immersed body when flow lead through surface of the body. Shape or geometry of body can generate certain characteristic or pattern of fluid flow when flaw lead through body, This matter can cause fluid flow phenomena, To identify the phenomena of fluid, which is enclosing body, we can visualize the fluid of the body. Matter that is discussed in this hook is about the phenomena like effect of wake, separation, and drag force that is developed above the roof of Rektorat Ul building when fluid flow over surface of the body. To visualize the fluid flow, we use smoke wire method. This method is one of the methods to visualize fluid flow, so the fluid streamline is displayed. The examination compares wind runnel experiment with picture visualization using smoke wire method. Smoke-wire visualization show fluid streamline, fluid flow pattern, and existing phenomena From the data that has been gained by experiments, dealing with static pressure. fluid velocily, and drag coefficient, the result is adverse pressure gradient can create wake and separation effect in the velocity of 2,46 m/s. Adverse pressure gradient can also cause high drag in thevelocity of 4,93 - 17,94 m/s."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37511
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Willem Wicaksono
"Skripsi ini membahas fenomena aliran air pada minichannel. Fenomena tersebut antara lain adalah pressure drop dari aliran dan nilai friction factor ( f ) yang dihasilkan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dan hasil-hasilnya disampaikan dalam bentuk grafik yang kemudian dianalisa secara deskriptif. Pengamatan dilakukan terhadap flow rate dan head loss dari aliran dengan cara mengalirkan air dari sebuah bak tampungan air dengan head tertentu ke dalam sebuah test section berukuran mini (1 mm x 0.8 mm) dengan panjang 67 cm. Hasil penelitian meunjukkan pressure drop yang cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat dari head loss pada manometer yang dipasang pada test section. Dan nilai dari friction factor yang didapat pun bervariasi pada tiap metode pencarian nilai friction factor yang digunakan.

This work will disccus about mininchannel flow phenomena. The phenomenons are pressure drop and friction factor (f). The method that used in this research was experimental method and the results were presented in the form of graphics for further analysis. The observation was done to the flow rate and pressure drop that occur when water from water container flow trough the minichannel which has 1 mm x 0.8 mm size and 67 cm long. The experimental result showed that the pressure drop that occur was very high. It can be seen from head loss in manometer which is connected with the test section. Moreover the value of friction factor obtained from this experiment has been various for each method being used."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S50771
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Riantika
"Eksploitasi energi panas bumi menyebabkan terjadinya perubahan parameter fisik, seperti perubahan massa di dalam reservoir akibat aktivitas produksi dan injeksi. Aktivitas produksi dan injeksi, seperti ekstraksi fluida, injeksi fluida, serta pengisian fluida secara alami dapat memengaruhi kesetimbangan massa dan aliran fluida di reservoir. Untuk menjaga keberlanjutan eksploitasi energi panas bumi, perlu dilakukan kegiatan monitoring secara berkala untuk memantau kondisi massa dan aliran fluida di reservoir. Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk monitoring kondisi reservoir adalah Microgravity 4D. Metode Microgravity 4D dapat mendeteksi perubahan medan gravitasi berdasarkan distribusi variasi densitas batuan baik secara lateral atau horizontal di dalam reservoir. Perubahan medan gravitasi berasoisiasi dengan volume massa batuan di reservoir, yang digunakan untuk menentukan nilai perubahan massa di zona proven produksi dan injeksi. Berdasarkan hasil penelitian ini, kesetimbangan massa fluida di reservoir menunjukkan adanya massa sebesar 17,92 MTon yang diprediksi berasal dari pengisian fluida secara alami yang bergerak melewati zona struktur graben di sekitar lapangan penelitian. Pengisian fluida secara alami tersebut memberikan kontribusi pada reservoir selama periode tersebut.

The exploitation of geothermal energy causes changes in physical parameters, such as changes in mass within the reservoir due to production and injection activities. Production and injection activities, such as fluid extraction, fluid injection, and natural fluid recharge, can affect the mass balance and fluid flow in the reservoir. To maintain the sustainability of geothermal energy exploitation, regular monitoring activities are necessary to observe the mass and fluid flow conditions in the reservoir. One method that can be used for monitoring reservoir conditions is 4D Microgravity. The 4D Microgravity method can detect changes in the gravitational field based on the distribution of rock density variations, both laterally and horizontally within the reservoir. Changes in the gravitational field are associated with the volume of rock mass in the reservoir, which is used to determine the value of mass changes in the production and injection proven zone. Based on the results of this study, the mass balance of fluid in the reservoir indicates a mass of 17.92 MTon, predicted to come from natural fluid recharge moving through the graben structure zone around the research field. This natural fluid recharge contributes to the reservoir during the period studied."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tunas Alam
"ABSTRAK
Telah dilakukan studi sintesis dan karakteristik zeolit HY dengan pori hirarki menggunakan metode template dan non template sebagai katalis untuk reaksi perengkahan n-heksadekana. Hasil karakterisasi XRD menunjukkan zeolit NaY hirarki dengan metode template dan non template memiliki puncak khas pada 2 teta 6?, 10? dan 11? yang merupakan puncak karakteristik untuk zeolit NaY, walaupun untuk NaY hirarki dengan template memiliki sedikit pengotor yaitu zeolit NaP. Adsorpsi dengan nitrogen menunjukkan bahwa NaY hirarki dengan template dan non template memilki hysterical loop pada P/Po 0,7 ndash; 0,9 yang mengindikasikan adanya pori hirarki pada kedua zeolit tersebut dan hasil pengukuran BET menghasilkan luas permukaan 393,496 m2/g dan 528,82 m2/g untuk NaY hirarki dengan template dan NaY hirarki tanpa template secara berturut-turut. Zeolit NaY hirarki kemudian dimodifikasi dengan metode tukar kation sehingga menghasilkan HY berpori hirarki dan hasil karakterisasi dengan IR-DRS menunjukkan adanya penambahan keasaman pada kedua zeolit HY berpori hirarki. Uji keasaman dengan adsorpsi menggunakan ammonia yang menunjukkan adanya puncak pada bilangan gelombang 1458 cm-1 dan 1443 cm-1 untuk HY hirarki template dan HY hirarki non template dimana bilangan gelombang tersebut merupakan vibrasi NH3 bebas yang teradsorpsi. Zeolit HY berpori hirarki kemudian digunakan sebagai katalis reaksi perengkahan katalitik menggunakan n-heksadekana sebagai senyawa model dan hasil reaksi perengkahan menunjukkan zeolit HY berpori hirarki memiliki selektivitas yang tinggi untuk menghasilkan fraksi gasolin dengan selektivitas sebesar 30 dan 23 dibandingkan dengan zeolit HY mikropori yang memiliki selektivitas sebesar 25 .

ABSTRACT
The synthesis and characteristic of HY zeolit with pore hierarchy using template and non template method had been done as cracking catalyst on n hexadecane. The XRD pattern showed both the hierarchical NaY zeolit with the template and non template methods had a characteristic peak at 2 teta 6 , 10 and 11 which are the characteristic peaks for NaY zeolits although for the hierarchical NaY the template has slightly impurities NaP zeolit. Adsorption with nitrogen showed that the hierarchical NaY with templates and non templates exhibited hysterical loop on P Po 0.7 0.9 which indicated a hierarchical pore on both zeolits and BET measurements results for NaY hierarchy with template and NaY hierarchy non template has surface area 393.496 m2 g and 528.82 m2 g for NaY hierarchy with template and NaY hierarchy non template, respectively. Zeolit NaY hierarchy was then modified by cation exchange method to form hierarchical HY and characterization results with IR DRS showed the addition of acidity in both zeolit after adsorption using ammonia, which are indicated peak at 1458 cm 1 and 1443 cm 1 for hierarchical HY with template and a non template which the wave numbers for NH3 vibrations. Hierarchical HY zeolits were then used as a catalytic cracking reaction catalyst using n hexadecane as a model compound and the cracking reaction result shows a porous HY porous zeolit having high selectivity to produce a gasolin fraction with selectivity of 30 and 23 compared to a micropore HY zeolit that having selectivity by 25 ."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T48261
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfien Muhammad
"

Indonesia sebagai negeri agraris mayoritasnya menggunakan padi sebagai makanan pokok. Selain menjadi bahan makanan, padi juga dapat dimanfaatkan sebagai energi terbarukan salah satunya dengan menggunakan teknologi gasifikasi. Salah satu keuntungan teknologi ini adalah fleksibilitas produk syngas yang dapat dimanfaatkan langsung atau digabungkan dengan pembangkit listrik. Namun masih ada kendala besar sebelum dapat memanfaatkan syngas ini yaitu adanya tar yang tidak diinginkan. Sebelum dapat dimanfaatkan seperti masuk kedalam motor pembakaran dalam (Internal Combustion Engine ) tar perlu dikurangi kadarnya dengan beberapa metode, salah satunya adalah metode sekunder yaitu kondensasi. Metode ini dapat memisahkan tar dengan syngas berdasarkan titik embun tar. Pada penelitian ini akan dilakukan analisis senyawa tar yang terkondensasi dengan menggunakan aplikasi Computational Fluid Dynamic (CFD) Ansys Fluent 19.2 dengan menggunakan laju aliran 0,002 m3/s yang didapatkan dari hasil penelitian sebelumnya dan variable waktu pengambilan data dari rentan waktu 10 sampai 25 menit, 30 sampai 45 menit, 40 sampai 65 menit, dan 70 sampai 85 menit. Efisiensi pengurangan tar juga diteliti pada tiap-tiap variable tersebut dan dilihat karakteristiknya pada kondenser. Pengurangan tar tertinggi terjadi pada rentan waktu 70-85 menit, yaitu efisiensi pengurangan tar 64,46%.

 


Indonesia as an agrarian country whose majority use rice as the main food. Besides food, rice could become a renewable energy resource by using gasification technology. One of the advantages of gasification technology is the flexibility of the producer gas so-called syngas. It could use in direct combustion and or coupled using the Internal Combustion Engine (IC Engine) for electricity. The biggest problem before it can be used is the presence of tar. Before it enters the IC Engine, it has to be removed using some methods, one of them is condensation. This method can separate tar with syngas based on tar dew point. In this study, the compounds of tars that condensed will be analysed using Computational Fluid Dynamic (CFD) Ansys Fluent 19.2 application with 0,002 m3/s from previous study and variable time with range 10-25 minute, 30-45 minute, 40-65 minute, dan 70-85 minute. Tar reduction efficiency was also examined in each of these time variables and the characteristics of the water condenser observed. The highest tar reduction occurs in the range of 70-85 minutes, which is the efficiency of tar reduction of 64,45%.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>