Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 126068 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Utami Putri Manvi, autho
"ABSTRAK
Dalam lingkup rumah tangga-mikro, orang tua memegang peran penting
dalam menentukan kualitas anak. Teori klasik Becker dan Lewis (1974)
membuktikan keterbatasan pendapatan dalam rumah tangga membuat orang tua
menghadapi trade-off antara jumlah anak dan kualitas anak. Studi ini bertujuan
melakukan pengujian teori Becker secara empiris di Indonesia. Menggunakan data
IFLS4 dan metode OLS, ditemukan hubungan positif antara jumlah anak dan lama
sekolah. Hal ini mengindikasikan tidak terdapat trade-off antara kuantitas dan
kualitas anak usia 7-24. Selanjutnya, variabel tingkat pencapaian pendidikan juga
digunakan dalam uji ini sebagai pendekatan kualitas pendidikan lainnya.
Menggunakan metode order logit, hasil pengujiannya mendukung temuan
sebelumnya yaitu tidak terdapat trade-off antara jumlah anak dan tingkat
pencapaian pendidikan anak.

ABSTRACT
Parents play an important role in determining the quality of children at
home production. Classical theory of Becker and Lewis (1974) had proven that
there is trade-off between quantity and quality of children because of their low
income parents. This study aim for testing the Becker’s theory empirically in
Indonesia by using the data IFLS 4 and OLS method. It is found that there is a
positive relationship between number of children and years of schooling. This
study indicates that there is no trade-off between quantity and quality of children
ages 7-24. Furthermore, educational attainment level is also tested as an approach
another education quality. By using order logit method, the test results support
previous findings that could not find trade-off between number of children and
level of educational attainment of children in Indonesia."
2014
S55265
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helvira Novianti Pratiwi
"Fenomena bullying pada anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif cukup menghawatirkan. Hal tersebut dapat disebabkan karena kurangnya keterampilan kerjasama yang dimiliki anak berkebutuhan khusus. Keterampilan kerjasama diasumsikan memiliki hubungan dengan kualitas pertemanan pada anak berkebutuhan khusus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara keterampilan kerjasama dan kualitas pertemanan pada anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif. Penelitian yang bersifat korelasional ini menggunakan sampel anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di sekolah dasar inklusif negeri maupun swasta dengan rentang usia middle childhood atau 6-12 tahun sebanyak 108 partisipan. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Social Skills Improvement System Gresham Elliot, 2008 dan Friendship Quality Questionaire Parker Asher, 1993.
Hasil analisis korelasional keterampilan kerjasama dan kualitas pertemanan menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan. Dengan kata lain, semakin tinggi keterampilan kerjasama anak berkebutuhan khusus, maka akan semakin tinggi pula kualitas pertemanan yang dimiliki. Selain itu, terdapat perbedaan yang signifikan pada keterampilan kerjasama dan kualitas pertemanan berdasarkan jenis kelamin. Hasil analisis menunjukkan bahwa anak perempuan memiliki keterampilan kerjasama dan kualitas pertemanan yang lebih tinggi daripada anak laki-laki. Orang tua dan guru di sekolah dasar inklusif disarankan untuk mengembangkan keterampilan kerjasama guna meningkatkan kualitas pertemanan anak berkebutuhan khusus.

The rate of bullying against children with special needs in inclusive primary schools is highly alarming. Children with special needs are at greatest risk of being bullied because they typically lack of cooperation skills. It is assumed that cooperation skills would determine the quality of friendship in children with special needs.The purpose of this study is to examine whether there is a correlation between cooperation skills and the quality of friendship in children with special needs in in inclusive primary schools. This correlational study used a sample of children with special needs who attend inclusive primary schools. They were in middle childhood, aged 6 to 12 years. In total, 108 participants were involved for this study. Social Skills Improvement System Gresham Elliot, 2008 and Friendship Quality Questionaire Parker Asher, 1993 were used as research instruments.
The findings of this study indicate that there is a positive and significant correlation between cooperative skills and the quality of friendship in children with special needs. In other words, it appears that higher cooperation skills lead to a high quality friendship in special needs children. Moreover, this study found that cooperation skills and the quality of friendship in special needs children would vary significantly by gender. Girls reported to have better cooperation skills, thus having a higher quality of friendship than boys.The results advocate that developing cooperation skills for children with special needs is important because it helps them build friendships in an inclusive environment. They provide an insight to parents and teachers in inclusive primary schools that these cooperations skills should be reinfornced to maintain quality of friendship in children with special needs.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Nurdinawati
"ABSTRAK
Penilitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh struktur keluarga, yaitu keluarga utuh, cerai, dan menikah kembali terhadap pencapaian pendidikan anak berupa status kelajutan sekolah anak ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dengan menggunakan data Sakerti 2000 dan 2007. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik biner diketahui bahwa struktur keluarga turut menentukan pencapaian pendidikan anak pada periode transisi awal, yaitu dari SD ke SMP. Faktor terkuat dalam menentukan pencapaian pendidikan anak dalam penelitian ini adalah pendidikan KRT dan pendapatan KRT, terutama untuk jenjang pendidikan tinggi. Temuan lain yang menarik adalah anak laki-laki memiliki kecenderungan yang lebih rendah untuk melanjutkan pendidikan dibandingkan anak perempuan.

ABSTRACT
The aim of this research is to study the impact of family structure, which are children living with parents who are either married, divorced, or re-married on children’s educational attainment defined as transition to the higher level of schooling. Results of logistic regression analysis using IFLS 2000 and 2007 data show that family structure affect children’s educational attainment, especially for transition from SD to SMP. The strongest determinants of children’s educational attainment, however, are parent’s education and household income, especially for transition from SMA to University. Other interesting result is that boys are less likely than girls to continue education."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silviana Maharani
"Salah satu aspek penentu kondisi perekonomian suatu negara adalah kualitas human capital. Melalui investasi pada kesehatan dapat meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Peningkatan kesehatan dari status gizi yang lebih baik menjadi faktor penting terhadap pertumbuhan ekonomi di jangka Panjang Namun permasalahan gizi masih menjadi permasalahan utama yang dihadapi oleh berbagai negara khususnya Indonesia. Salah satu aspek yang mendukung percepatan penurunan permasalahan gizi pada anak adalah kualitas air dan fasilitas sanitasi yang digunakan oleh anak tersebut sehari-hari. Dengan meggunakan data Indonesia Family Life Survey (IFLS) 5 dengan menggunakan indikator antropometri akan digunakan untuk menilai status gizi seorang anak. Menggunakan model analisis logit biner untuk melihat berapa besar peluang seorang anak mengalami permasalahan gizi berdasarkan kondisi air dan fasilitas sanitasi yang digunakan dengan variabel kontrol lainnya. Selain itu, menggunakan model ordered logit juga digunakan untuk menilai tingkat keparahan permasalahan gizi pada anak.Hasil estimasi logit biner ditemukan bahwa fasilitas sanitias berpengaruh signifikan dalam menurunkan kemungkinan anak mengalami stunting dan underweighr sedangkan kondisi air berpengaruh signifikan dalam mengurangi kemungkinan anak mengalami wasting. Berdasarkan tingkat keparahan gizi, ditemukan bahwa fasilitas sanitasi yang layak secara signifikan mengurangi kemungkinan anak mengalami permasalahan gizi yang lebih parah. 

One aspect that determines the economic condition of a country is the quality of its human capital. Investing in health can lead to a better quality of life. Improved health from better nutritional status is an important factor for long-term economic growth. However, nutritional problems are still a major problem faced by various countries, especially Indonesia. One aspect that supports the acceleration of the reduction of nutritional problems in children is the quality of the water and sanitation facilities used by them daily. Using data from the Indonesia Family Life Survey (IFLS), anthropometric indicators will be used to assess the nutritional status of a child. Using a binary logit analysis model to see how likely a child is to experience nutritional problems based on the condition of water and sanitation facilities used with other control variables The results of the binary logit estimation found that sanitation facilities have a significant effect on reducing the likelihood of children experiencing stunting and underweight, while water conditions have a significant effect on reducing the likelihood of children experiencing wasting. Based on the severity of nutrition problems, it was found that proper sanitation facilities significantly reduced the likelihood of children experiencing more severe nutrition problems."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melati Dinda Devina
"Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan adanya hubungan antara kontrol diri dan kualitas pertemanan pada anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk melihat perbedaan kualitas pertemanan dan kontrol diri berdasarkan jenis kelamin. Pengukuran kontrol diri dilakukan menggunakan adaptasi alat ukur Social Skills Improvement System SSIS yang dikembangkan oleh Gresham dan Elliot 2008 . SSIS memiliki 7 tujuh dimensi yang terdiri dari kerjasama, komunikasi, empati, asertif, keikutsertaan, tanggung jawab, dan kontrol diri. Dalam penelitian ini, peneliti hanya mengukur dimensi kontrol diri. Pengukuran kualitas pertemanan dilakukan dengan alat ukur Friendship Quality Questionnaire yang dikembangkan oleh Parker dan Asher 1993. FQQ memiliki 6 enam dimensi yang terdiri dari validation and caring, conflict resolution, conflict and betrayal, help and guidance, intimate exchange, serta companionship and recreation. Responden dalam penelitian ini berjumlah 84 responden dengan karakteristik berusia 6-12 tahun, memiliki satu jenis kebutuhan khusus yang tergolong ringan, serta memiliki kemampuan membaca dan menulis. Melalui teknik pearson correlation, diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan antara kontrol diri dan kualitas pertemanan pada anak berkebutuhan khusus r=0,444, p.

This research is conducted to prove that there is a relationship between selfcontrol and friendship quality in children with special needs in inclusive primary school. The differences of friendship quality and self control based on gender are also examined. Self control is measured with an adaptation of Social Skills Improvement System SSIS which was developed by Gresham and Elliot 2008. SSIS has 7 seven dimensions which consists of cooperative, communication, emphaty, assertive, engagement, responsibility, and selfcontrol. In this research, specifically researcher only measure the self control dimension. Friendship quality is measured with Friendship Quality Questionnaire which was developed by Parker and Asher 1993. FQQ has 6 six dimensions which consists of validation and caring, conflict resolution, conflict and betrayal, help and guidance, intimate exchange, and companionship and recreation. Eighty four participants aged 6 ndash 12 years old, has only one type of special needs that classified as mild, and have ability to read and write, participated in this study. Based on pearson correlation technique, there is relationship between self control and friendship quality in children with special needs r 0,444."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herdina Nur Islamiati
"Penelitian ini menganalisis dampak modal sosial pada capaian pendidikan anak dan bagaimana variasi dampak modal sosial di berbagai tipe keluarga. Dalam penelitian ini, capaian pendidikan diukur dari tingkat keberhasilan anak dalam menyelesaikan pendidikan sekolah menengah, dimana sampel terbagi menjadi dua kelompok yakni jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Dengan menggunakan regresi logit dan data Indonesia Family Life Survey (IFLS) gelombang 4 dan 5, ditemukan hasil yang bervariasi antar jenjang pendidikan. Baik pada jenjang SMP maupun SMA, jumlah saudara, ekspektasi orang tua, dan diskusi orang tua secara signifikan mempengaruhi capaian pendidikan anak. Sementara itu, variabel tipe keluarga hanya berpengaruh di jenjang SMA. Dibanding dengan tipe keluarga lain, anak yang tinggal di tipe keluarga dengan orang tua tunggal memiliki probabilitas yang paling kecil dalam menyelesaikan jenjang SMA.

This study examines the impact of social capital on children's educational attainment and how the impact of social capital varies across different types of families. In this study, educational attainment was measured by the level of success of children in completing secondary school education, where the sample was divided into two groups, namely Junior High School (SMP) and Senior High School (SMA). By using logit regression and data from the Indonesia Family Life Survey (IFLS) waves 4 and 5, it was found that the results varied between levels of education. At both the junior and senior high school levels, the number of siblings, parental expectations, and parental discussions significantly affect a child's educational attainment. Meanwhile, the type of family variable only has an effect at the high school level. Compared to other types of families, children living in single-parent families have the lowest probability of completing high school."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yeyep Mulyana
"ABSTRAK
Tesis ini membahas mengenai batas usia perkawinan Anak perempuan yang berimplikasi terhadap hak anak untuk mendapatkan pendidikan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif dengan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan (statute approach).
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan antara perkawinan pada usia Anak dengan hak anak untuk mendapatkan pendidikan yaitu praktik perkawinan anak merupakan usia dimana anak sedang dalam proses menempuh pendidikan/usia wajib belajar yang dijamin oleh Peraturan perundang-undangan, karena mayoritas kebijakan sekolah tidak akan menerima peserta didik dalam status sudah melakukan perkawinan dengan demikian anak tidak mendapatkan hak pendidikannya, oleh karena itu dengan ditolaknya uji materil terkait pendewasaan usia perkawinan anak dalam Putusan Perkara No 30-74/PUU-XII/2014 maka batas minimal usia perkawinan untuk perempuan tetap 16 Tahun dan tetap adanya pengaturan mengenai dispensasi untuk melakukan perkawinan dibawah usia 16 Tahun, dengan masih berlakunya ketentuan dimaksud, maka secara otomatis perkawinan pada usia anak tetap banyak dilakukan di masyarakat yang hal tersebut jelas berdampak dan berimplikasi juga terabaikannya hak anak untuk mendapatkan pendidikan
Dalam penelitian ini menyarankan perubahan terhadap ketentuan pengaturan dalam Pasal 7 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan serta Perlu adanya suatu kebijakan dari pemerintah yang mengatur bahwa setiap anak terlepas dari statusnya dia sudah menikah atau apapun itu tetap berhak untuk mendapatkan pendidikan, karena pendidikan merupakan hak setiap anak yang wajib dipenuhi oleh Negara dan tentunya memperkuat sosialisasi dan penguatan kepada masyarakat secara masif sehingga terjadi dukungan tokoh adat, tokoh agama dan tokoh masyarakat yang akan mendukung dan memberi pemahaman kepada orang tua tentang dampak negatif melakukan perkawinan pada usia anak di daerah mereka masing-masing

ABSTRACT
The research showed that there is a relations between marriage at age Children with the right of children to education is the practice of child marriage is the age at which a child is in the process of education / compulsory school age are guaranteed by legislation, because the majority of the school's policy will not accept learners in marital status have done so children do not get the right education, therefore a refusal of judicial review related to the maturation of the marriage age children in the Decision on Case No. 30-74 / PUU-XII / 2014, the minimum age of marriage for women remain 16 Years and keep their arrangements regarding dispensation to perform marriages under the age of 16 years, with still stipulation in question, it is automatically age marriage still plenty to do in the community that it clearly had an effect and implication also the neglect of the rights of children to education
This study suggests amendments to arrangements in Article 7 Paragraph (1) of Law No. 1 of 1974 on the marriage as well as a need for a policy of the government which provides that every child regardless of he's married or no it still has the right to get an education, because education is the right of every child that must be met by the State and certainly strengthen the dissemination and reinforcement to the public on a massive scale, causing the support of traditional leaders, religious leaders and community leaders who will support and understanding to parents about the negative effects do age marriage in their respective areas."
2016
T46101
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afifah Karimah
"ABSTRAK
Domesticity atau perasaan at home merupakan pijakan seseorang dalam mengekspansi dunianya. Adalah kesempatan bergerak, mengontrol, mempersonalisasi, dan merasa memiliki; yang membuat domesticity dapat hadir di mana saja. Metode framing dari media dipakai untuk melakukan pembongkaran, pem-filter-an, dan pengorganisasian kembali kualitas domestik; baik dalam studi konteks, maupun dalam pengaplikasian arsitektur. Dari studi konteks, yakni ruang berjalan anak SD sepulang sekolah ke rumahnya, terungkap bahwa penemuan anak SD akan objek "tak bertuan", event, dan set of surfaces yang tepat dan dapat ia personalisasi adalah pemicu penting hadirnya domesticity. Kualitas tersebut saling terkait satu sama lain, sehingga terungkap the organised frame berupa segmen-segmen pengalaman domestik anak SD; yang bersifat portabel meski pada konteks dimana saja. Frame domestik tersebut kemudian menjadi basis merancang arsitektur sekolah dasar yang memungkinkan anak SD melakukan personalisasi-personalisasi, sehingga ia merasa at home dengan berbagai proses dan sumber belajar. Perwujudan frame edukasi domestik tersebut dilakukan dengan manifestasi segmen-segmen menjadi spasial, yang berasal dari spatial tools ter-filter berupa learning resources dan learning supporters. Dan, penghadiran segmen-segmen pun diorganisasikan terhadap potensi lahan ter-filter. Pada akhirnya, framing domesticity untuk edukasi merupakan upaya menselebrasi hal-hal sederhana sebagai titik berangkat dalam perancangan arsitektur, serta upaya dalam mereposisi sekolah dasar yang begitu formal menjadi terasa lebih terbuka sehingga dunia anak SD terekspansi ke berbagai proses dan sumber belajar.

ABSTRACT
Domesticity or feeling at home is a key starting point where someone can start to expand their world to an environment. The keys of domesticity, surprisingly, are often neglected. Where someone has opportunity to move, own, control, and personalise the environment thus domesticity could arise anywhere. Framing method, derivated from knowledge of mass media communication, is used in this thesis for unfolding, filtering, and organising domestic qualities, which seems neglected both from the context study and to the architectural application. From the context study of children's city experience of going back to home after school, unfolded that no man's object, event, and set of surfaces which relevant and they can personalise to, are essential qualities which arises domesticity. Those essential qualities are mutually related in variety of ways, thus forming the portable organised frame the segments of children domestic experience. This portability means the frame could be applied to any context. The frame then becomes the basis for designing the architecture of new elementary school, that gives many opportunities for children to personalise their learning experiences, thus making them feel at home with it. The spatial manifestation of the frame or the segments are based on the filtered spatial tools the learning resources and the learning supporters. Also, the segments are organised towards the filtered potencials on the site. Finally, framing domesticity for education is an attempt to celebrate the ordinary as starting point on designing architecture, and also an attempt to repositioning the architecture of formal elementary school to be felt more at home and open, so that children's world could be expanded to learning processes and learning resources."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T50306
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Pratiningtyas
"Rendahnya partisipasi sekolah pada anak disabilitas masih menjadi permasalahan di tingkat global maupun nasional. Salah satu faktor yang menghambat anak disabilitas untuk mengakses layanan pendidikan adalah keterbatasan anggaran pendidikan di rumah tangga. Sejak tahun 2014, pemerintah Indonesia telah melaksanakan Program Indonesia Pintar yang bertujuan meningkatkan partisipasi sekolah pada tingkat pendidikan dasar dan menengah pada keluarga miskin. Belum banyak penelitian yang menyoroti manfaat program ini bagi keluarga dengan anak penyandang disabilitas di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Program Indonesia Pintar dan pengeluaran pendidikan rumah tangga pada keluarga dengan anak usia sekolah dan disabilitas dengan menggunakan data SUSENAS BPS 2018 yang meliputi 1.051 rumah tangga di Indonesia. Hasil pengujian Ordinal Least Square (OLS) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pengeluaran pendidikan per anak sekolah antara keluarga yang menerima Program Indonesia Pintar dan yang tidak. Hasil ini menyiratkan bahwa pemerintah perlu merancang sebuah program khusus untuk meringankan kendala anggaran pendidikan pada keluarga dengan anak-anak disabilitas sehingga partisipasi sekolah anak-anak dari kelompok ini dapat meningkat, dan kemiskinan yang berhubungan dengan status disabilitas dapat dikurangi.

The school participation rate for children with disabilities is still a problem at the global and national levels. One factor that hinders access to education for disabled children is the educational budget constraint of families with disabled children. Since 2014 the Government of Indonesia has implemented Program Indonesia Program to increase school participation at the primary and secondary education levels of low-income families. There are not many studies that highlight the benefits of this program for families with children with disabilities in Indonesia. This study wants to know the relationship between Program Indonesia Pintar and the households' education expenditure of families with school-aged and disabled children by applying the SUSENAS BPS 2018 data of 1.051 households in Indonesia. The Ordinary Least Square (OLS) test results indicate that there is no significant difference in the education expenditure per schooled child between families that receive Program Indonesia Pintar and those that do not. These results imply that the government has to design a specific program to relieve education budget constraints of the families with disabled children so that school participation of children with disabilities can increase, and poverty that has been associated with disability status can be alleviated."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>