Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 193151 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Fitri Aprilia
"Pada sebuah jaringan, jumlah server hampir pasti lebih kecil dari jumlah customer yang mengaksesnya, sehingga server terkadang kesulitan untuk memenuhi semua kebutuhan customer. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya pelanggaran pada Service Level Agreement (SLA). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa connection-oriented bandwidth scheduler merupakan bandwidth scheduler yang paling efektif. Pengujian dilakukan untuk mengetahui skalabilitas dan keandalan dari connection-oriented bandwidth scheduler menggunakan Peersim Simulator.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa connection-oriented bandwidth scheduler memiliki efisiensi yang tinggi. Saat keadaan default, utilisasi link hampir mencapai 90,00%. Sementara itu kenaikan level parallel degree ternyata memiliki pengaruh yang linier terhadap kenaikan utilisasi link. Semakin tinggi level parallel degree, semakin besar pula utilisasi link. Namun kenaikan tertinggi terjadi saat parallel degree level 2, dengan kenaikan 5,12% dibandingkan dengan parallel degree level 1. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa pada saat simulasi, sistem yang menerapkan connection-oriented bandwidth scheduler mampu menangani jaringan dengan perbandingan server dan customer sebesar 1: 89.

In a network, the number of servers is almost certainly less than the number of customers who access it, so sometimes, it might be difficult to meet all the customer’s needs. This can lead to violations of the Service Level Agreement (SLA). Previous studies showed that one of the most effective bandwidth scheduler is connection-oriented bandwidth scheduler. Testing was conducted to determine the scalability and reliability of the connection-oriented bandwidth scheduler using Peersim Simulator.
Simulation results show that connection-oriented bandwidth scheduler has a high effectiveness. During the default state, the utility link almost reaches 90.00%. Meanwhile the increase in the level of parallel degree proved to have a linear influence on the increase in the utility link. However, the highest increase occurred when the level of parallel degree is set to 2, with an increase of 5.12% in link utility. Analysis of the simulation results also shows that during the simulation, the system using connection-oriented bandwidth scheduler is able to handle a network with a server and customer ratio of 1: 89.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56088
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Ademulia Djufri
"Pengukuran bandwidth yang tersedia cukup penting untuk dapat meningkatkan optimasi jaringan. Bandwidth yang tersedia adalah bandwidth total maksimum yang dapat dipergunakan dikurangi dengan bandwidth yang ialah terpakai. Pengukuran bandwidth yang tersedia dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu pengukuran pasif, tidak mengganggu jaringan tetapi hanya memodifikasi paket yang akan masuk ke jaringan agar didapatkan informasi yang diinginkan , dan pengukuran aktif dengan memasukkan paket ke dalam jaringan agar didapatkan informasi tentang jaringan yang akan di ukur.
Pengukuran aktif dapat dibagi menjadi dua yaitu mengirim pasangan paket( packet pair) dan rentetan paket ( packet train ). Salah satu sistem yang menggunakan metode packet pair adalah Spruce. Pathload dan PathChirp merupakan sistem - sistem yang menggunakan metode packet train. Untuk mengetahui kebaikan dan keburukan dari 3 jenis sistem yang mewakili 2 metode tersebut akan di bandingkan diatas suatu konfigurasi tertentu.
Hasil pengujian diatas konfigurasi tersebut menunjukkan bahwa estimasi bandwidth yang tersedia tidak mungkin mencapai kesalahan 0 %, sedangkan penggunaan bandwidih tersendiri tidak mungkin mencapai 100%. Metode packet train lebih baik dibandingkan dengan metode packet pair karena mampu mendeteksi bandwidth secara keseluruhan. Sistem PathChirp dianggap terlampau optimistik mendeteksi bandwidth yang tersedia. Sistem Pathload dianggap sistem yang paling baik diantara ketiga sistem walaupun masih mempunyai kelemahan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S39997
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Madron, Thomas W.
New York: John Wiley & Sons, 1993
004.68 MAD p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mulatua, Tresna Soaduon
"Jaringan bisa menjadi sibuk karena banyaknya antrian paket akibat dari “bottleneck”, dan dibutuhkan suatu metode untuk mengaturnya. Pada skripsi ini akan dibahas tentang perancangan dan kinerja dari bermacam-macam metode antrian menggunakan perangkat lunak OPNET Modeler 14.5, antara lain First In First Out (FIFO), Priority Queue (PQ), Weighted Fair Queue (WFQ), Custom Queue (CQ), dan Modified Weighted Round Robin (MWRR) pada jaringan WAN. Rancangan pengujian pada skripsi ini akan dibuat 2 skenario rancangan pengujian yaitu : kondisi jaringan dengan beban 75% dan dengan kondisi jaringan beban 100% pada jalur WAN DS1.
Dari hasil analisa yang dilakukan, didapatkan hasil pada aplikasi FTP untuk skenario 75% beban dan 100% beban metode yang mempunyai hasil response time untuk proses download dan upload terkecil adalah metode Custom Queue (CQ). Hasil delay terkecil dan paling mendekati standar ITU pada aplikasi video conference juga didapatkan saat menggunakan metode Custom Queue (CQ) pada kedua skenarionya dengan nilai 152 msec. Aplikasi VoIP mempunyai jitter terkecil pada skenario 75% dihasilkan saat menggunakan metode PQ, dan saat skenario 100% beban dihasilkan saat menggunakan metode WFQ, sedangkan untuk delay terkecil pada kedua skenario beban dihasilkan oleh metode WFQ dengan nilai 250 msec.

Network can have a congestion state because so many packet stuck in queue line of “bottleneck” and need a method to arrange the traffic. This thesis analyze about performance and implementation from many queue method using OPNET Modeler 14.5 sofware such as, First In First Out (FIFO), Priority Queue (PQ), Weighted Fair Queue (WFQ), Custom Queue (CQ), and Modified Weighted Round Robin (MWRR) in WAN network. The testing design for this thesis will be using 2 scnearios which are : a condition with 75% background load and a condition with a heavier background load 100% in DS1 WAN link.
The result from analyzing network, FTP application for 75% and 100 % network load, method that have the lowest delay for download response time and upload response time was custom queue (CQ) method. Result for the lowest delay for video conference application and the most closer to the ITU standard is also from custom queue method for both scenario with 152 msec. VoIP application for 75% network load have the most least jitter using priority queuing (PQ) method, and for 100% network load the most least jitter was using weighted fair queuing (WFQ) method. And the most least delay for both scenario was result by weighted fair queuing (WFQ) method at 250 msec.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44305
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Justine Kael Tanady
"Asuransi Peer to Peer (P2P) didefinisikan sebagai sistem pengelolaan dana yang dilakukan secara bersama di antara sekelompok individu yang berlandaskan asas kepercayaan di antara semua pihak dimana individu-individu tersebut akan menanggung risiko di bawah nilai ambang batas tertentu dan sisanya dapat ditanggung oleh pihak (re)asuransi mengingat adanya keterbatasan kapabilitas membayar individu dalam menanggung risiko. Risiko komunitas asuransi P2P akan dibagikan diantara partisipan dengan menggunakan conditional mean risk sharing rule. Risiko tiap individu akan diperhitungkan dan berpengaruh ke besaran kontribusi yang harus dibayar oleh masingmasing partisipan. Penggunaan conditional mean risk sharing rule memberikan keuntungan dalam beberapa aspek, (1) memiliki sifat risk-averse yang menguntungkan setiap partisipan, (2) individu baru tidak perlu melakukan penyesuaian risiko, sehingga memudahkan proses transfer risiko, (3) dalam skenario tertentu, dimana terjadi kerugian diatas nilai ambang batas yang ditentukan, individu hanya dapat dikenakan biaya tambahan sebesar besaran premium yang dimiliki. Dalam upaya menganalisis konsep penggunaan conditional mean risk sharing rule terhadap asuransi P2P akan dilakukan (1) Analisa literatur terhadap model asuransi P2P, sifat komonotonik, dan conditional mean risk sharing rule, (2) Penjabaran proses penentuan kontribusi dengan menggunakan conditional mean risk sharing rule, (3) menentukan kontribusi risiko dengan model kerugian compound poisson, dan (4) Analisa numerik dari model pembagian kerugian dengan conditional mean risk sharing rule pada komunitas dengan kelompok risiko berbeda. Hasil yang diharapkan akan menunjukkan perbedaan besaran kontribusi dari tiap partisipan dengan risiko yang berbeda melalui pembagian conditional mean risk sharing rule.

Peer to Peer (P2P) insurance is defined as a fund management system that is carried out jointly among a group of individuals based on the principle of trust between all parties where these individuals will bear the risk below a certain threshold value and the rest can be borne by the third party (re)insurance company due to individual limited capabilities in bearing certain amount of risk. The risk of the P2P insurance community will be shared among participants using the conditional mean risk sharing rule. The risk of each participant will be calculated and will affect the amount of contribution that must be paid by each participant. The use of the conditional mean risk sharing rule provides benefits in several aspects, (1) having a risk-averse nature that benefits each participant, (2) new participants do not need to undergo risk adjustment, thus facilitating the risk transfer process, (3) in certain scenarios, where If there is a loss above the specified threshold value, the participant can only be charged an additional fee of the amount of the premium they have. In an effort to analyze the concept of using the conditional mean risk sharing rule for P2P insurance, it will be carried out (1) Literature analysis on the P2P insurance model, its comonotonic nature, and the conditional mean risk sharing rule, (2) Elaboration of the contribution determination process using the conditional mean risk sharing rule, (3) determine the risk contribution with the compound Poisson loss model, and (4) numerical analysis of the risk sharing model with conditional mean risk sharing rule in P2P insurance community with different risk profile. The expected results will show the difference in contribution of participants with different risks from the distribution of the conditional mean risk sharing rule that was made earlier."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahjuni
"Arsitektur jaringan overlay P2P berjenjang terstruktur (structured hierarchical P2P) sangat sesuai untuk jaringan heterogen karena mempertimbangkan keberagaman kapabilitas peer. Pada penelitian ini diusulkan pendekatan baru mekanisme rejoin yang dinamakan collective rejoin, dimana proses rejoin dilakukan secara per kelompok, sebagai alternatif dari pendekatan individual rejoin yang selama ini diterapkan pada arsitektur P2P berjenjang terstruktur berbasis Chord. Setiap kelompok yang mengalami kegagalan superpeer akan menunjuk normal peer dengan kapabilitas tertinggi dalam kelompoknya sebagai superpeer baru. Superpeer baru ini yang akan mengirimkan pesan rejoin ke sistem. Dengan pendekatan ini, jumlah trafik rejoin akan jauh berkurang dibandingkan pendekatan individual rejoin, sehingga konsumsi bandwidth untuk overhead trafik pengelolaan dapat dikurangi.
Kinerja pendekatan collective rejoin ini dievaluasi dengan menggunakan parameter: variasi nilai rasio superpeer, tingkat dinamika jaringan (churn), ukuran jaringan, dan tingkat kesibukan jaringan (lookup query rate). Evaluasi kinerja dilakukan dengan mengamati jumlah trafik yang dihasilkan oleh proses rejoin pada saat terjadi kegagalan superpeer (rejoin traffic load), rasio antara lookup query yang berhasil diselesaikan terhadap seluruh lookup query yang terjadi (successful lookup rate), dan banyaknya hop yang harus ditempuh untuk menyelesaikan sebuah lookup query (lookup query cost). Nilai efisiensi diperoleh berdasarkan penghitungan penghematan penggunaan bandwitdh yang dapat dilakukan oleh pendekatan collective rejoin. Pada seluruh parameter yang diujikan, pendekatan collective rejoin menghasilkan jumlah trafik rejoin yang lebih sedikit dibandingkan dengan pendekatan individual rejoin. Hal ini dibarengi juga dengan successful lookup rate yang rata-rata lebih baik, dengan tanpa meningkatkan lookup query cost. Rasio superpeer dan ukuran jaringan berpengaruh signifikan terhadap nilai efisiensi. Sedangkan pada pengujian terhadap parameter tingkat dinamika jaringan dan tingkat kesibukan jaringan, nilai efisiensi relatif tetap. Hasil simulasi menunjukkan bahwa pendekatan collective rejoin efektif jika diterapkan pada jaringan P2P berjenjang terstruktur dengan ukuran kelompok yang besar (pada penelitian ini, dengan rasio superpeer terbesar adalah 10%).

By considering the diversity of p overlay network architecture is weeer capability, structured hierarchical P2Pll suited for heterogeneous networks. In this research, a new approach of rejoin mechanism is proposed, called collective rejoin, whereby rejoin process is done per group. Each group that experiences a superpeer failure will appoint a normal peer that has highest capabilities in the group as the group's new superpeer. This new superpeer will send rejoin message to the system. Using this approach, the number of rejoin traffic is less than individual rejoin. In turn, it will decrease the bandwidth consumption of management traffic overhead The collective rejoin approach performance is evaluated using parameters: variety of superpeer ratio, network dynamics level (churn), network size, and overlay network activities level (lookup query rate).
Performance evaluation is conducted by observing the number of rejoin traffic, the successful lookup rate, and the lookup query cost. The efficiency value is obtained by calculating bandwidth consumption saving by the collective rejoin approach. On all tested parameters, the collective rejoin approach produces fewer rejoin traffics than the individual rejoin approach. The successful lookup rate of collective rejoin is outperform the individual rejoin. The lookup query cost of the collective rejoin can be maintained at the same value as in the individual rejoin. Superpeer ratio and network size significantly impact the efficiency. Meanwhile, networks dynamic and activities provide a relative stable efficiency. The results show that the collective rejoin approach is useful for large group size hierarchical structured P2P (in this research the maximum superpeer ratio is 10%).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
D1939
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardian Prawirayudha
"Skripsi ini membandingkan performa dari jaringan automatic 6to4 tunneling dengan jaringan manually configured IPv6 tunneling. Uji coba dilakukan pada jaringan lokal dengan menggunakan empat macam topologi jaringan, jaringan IPv4, jaringanIPv6, jaringan automatic 6to4 tunneling dan jaringan manually configured IPv6 tunneling. Aplikasi yang digunakan berupa aplikasi video streaming yaitu VLC dan HELIX streaming server. Uji coba dilakukan dengan menggunakan dua buah laptop, router cisco 3700 dan 3800 series, serta sebuah layer-2 switch. Parameter yang diukur adalah packet loss dan throughput. Variasi dalam pengambilan data dilakukan dengan menggunakan file video dengan format yang berbeda-beda. Tiap format video dilakukan pengambilan data sebanyak lima kali tiap topologi jaringan. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa jaringan manually configured IPv6 tunneling memiliki performa yang lebih bagus dibandingkan jaringan automatic 6to4 tunneling yang ditunjukkan dengan lebih kecilnya presentase packet loss yang dihasilkannya. Selisih presentase packet loss sebesar 0,38% pada streaming menggunakan VLC dan 1,3% pada streaming menggunakan HELIX.

This thesis compares performances of automatic 6to4 tunneling network and manually configured IPv6 tunneling network. Testing is done on a local network by using four kinds of network topology; they are IPv4 network, IPv6 network, automatic 6to4 tunneling network and manually configured IPv6 tunneling network. Testing uses two video streaming applications, they are VLC and HELIX streaming server. The local network uses two laptops, 3800 and 3700 series Cisco routers, and a layer-2 switch. The parameters are packet loss and throughput. Variation is done by using videos in different formats. The data are collected five times each video format on each topology. The result of data processing show that manually configured IPv6 tunneling network has better performance compared with automatic 6to4 tunneling network because it has lower packet loss percentage. The packet loss difference is about 3,8% in streaming using VLC and 1,3% in streaming using HELIX."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S51032
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cipto Wibowo
"PT CNAF merupakan salah satu perusahaan pembiayaan otomotif dibawah PT CIMB Niaga Tbk. Dalam rangka pencapaian visinya, perusahaan dituntut agar dapat memberikan pelayanan yang cepat, mudah, dan aman kepada konsumen, melalui penyelenggaraan kegiatan operasional yang baik. Pemanfaatan sistem informasi dan teknologi informasi sebagai sarana pendukung pada lingkup internal perusahaan, dapat membantu terciptanya terselenggaranya kegiatan operasional yang baik. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam penyediaan sistem informasi perlu ditunjang dengan ketersediaan infrastruktur teknologi informasi yang handal.
Salah satu aspek yang sangat penting dalam penyediaan sistem informasi tersebut adalah ketersediaan layanan jaringan komputer. Masalah yang sering dihadapi adalah terjadinya downtime pada jaringan komputer terutama pada jaringan WAN (Wide Area Network). Kondisi geografis tiap kantor cabang, keandalan komponen jaringan, dampak aktivitas pembangunan prasarana, catu daya listrik, dan faktor cuaca sering kali menimbulkan berbagai permasalahan sulit pada layanan jaringan. Hilangnya ketersediaan pada layanan jaringan akan berdampak pada terhentinya penggunaan sistem informasi.
Untuk mengatasi masalah tersebut dan sebagai upaya meningkatkan ketersediaan layanan, diterapkan manajemen ketersediaan pada layanan jaringan. Penelitian ini menggunakan kerangka kerja ITIL Ver. 3 sebagai panduan untuk manajemen ketersediaan. Langkah-langkah yang dilakukan melibatkan reactive activities dan proactive activities yang merupakan kunci utama dalam proses manajemen ketersediaan. Hasil yang diharapkan dari rancangan/ penerapan sistem manajemen ketersediaan ini dapat meminimalisasi resiko ketersediaan, mempersingkat waktu downtime layanan jaringan, dan membantu dalam memastikan tingkat ketersediaan layanan yang diberikan sesuai atau melebihi kebutuhan bisnis yang telah disepakati saat ini dan masa depan dengan biaya yang efektif.

PT CIMB Niaga Auto Finance is the premiere automotive finance company under PT Bank CIMB Niaga Tbk. In order to achieve the vision, the company is required to provide their services easily, quickly and safely to the consumers, through the implementation of good operational activities. The use of information systems and information technology as a support tools for the internal company, can help to create a good implementation of operational activities. In this regard, the provision of information systems needs to be supported by the availability of reliable information technology infrastructure.
One of very important aspect in the provision of the information system is a computer network service availability. The problems that often occured is the downtime on computer networks, especially in the WAN (Wide Area Network). The geographical conditions of each branch office, the reliability of network components, the impact of infrastructure development activities, electrical power supply, and weather conditions often lead to complicated problems in network services. The loss of availability of the network services have an impact on the cessation of the use of information systems.
To overcome these problems, and as an effort to increase the availability of services, conducted availability management implementation on network services. This study uses the ITIL framework Ver. 3 as a guide to availability management. The performed activities involving reactive and proactive activities that the key element in the management process availability. The expected result of the design / implementation of the availability management system can minimize the risk of availability, shorten the downtime of network services, and assist in ensuring the availability of services provided meet or exceed agreed business needs of current and future cost-effective manner.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2014
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Pada Mobile Ad hoc NETwork (MANET), node yang dilengkapi dengan peralatan wireless memiliki kemampuan untuk mengelola dan mengorganisasi secara mandiri, walaupun tanpa kehadiran suatu infrastruktur jaringan. Jaringan ad hoc hybrid, memungkinkan beberapa node yang bergerak bebas (mobile) membangun komunikasi yang seketika (instant) dan terbebas dari ketergantungan pada infrastruktur dapat mengakses ke Local Area Network (LAN) atau ke Internet. Fungsi dari jaringan ad hoc sangat tergantung pada routing protocol yang menentukan jalur atau rute diantara node. Ad hoc On-demand Distance Vector (AODV) adalah salah satu routing protocol pada jaringan ad hoc yang bersifat reactive. Protokol ini adalah salah satu protokol yang paling banyak diteliti dan digunakan. Pada penelitian ini dilakukan pengkajian protokol AODV dengan membangun suatu testbed menggunakan Personal Computer, beberapa Laptop (sistem operasi Linux Red Hat 9.0 dan Fedora Core 2), serta Personal Digital Assitant (PDA). Penelitian ini juga membuat package yang lengkap dengan cara cross compilation untuk PDA iPAQ. Hasil yang didapat dari analisa simulasi protokol AODV dengan menggunakan Network Simulator NS-2 didapatkan rata-rata packet delivery ratio 99,89% , end-to-end delay sebesar 0,14 detik dan routing overhead sebesar 1.756,61 byte per detik. Kemudian hasil pengukuran simulasi dibandingkan dengan hasil pengukuran testbed. Dari hasil pengukuran testbed didapatkan packet delivery ratio adalah sebesar 99,57%, end-to-end delay sebesar 1,004 detik dan routing overhead sebesar 1.360,36 byte per detik.

Abstract
In Mobile Ad hoc NETwork (MANET), node supplemented with wireless equipment has the capacity to manage and organise autonomously, without the presence of network infrastructures. Hybrid ad hoc network, enable several nodes to move freely (mobile) to create instant communication. Independent from infrastructure. They could access the Local Area Network (LAN) or the Internet. Functionalities of ad hoc network very much dependent on the routing protocol that determines the routing around node. Ad hoc On-demand Distance Vector (AODV) is one of routing protocols in ad hoc network which has a reactive characteristic. This protocol is the most common protocol being researched and used. In this Research, AODV protocol investigation was conducted by developing a testbed using Personal Computer, several Laptops (the Linux Red Hat operation system 9.0 and Fedora Core 2), and Personal Digital Assistant (PDA). This research also made a complete package by mean of cross compilation for PDA iPAQ. In general, results obtained from the simulation of AODV protocol using Network Simulator NS-2 are packet delivery ratio 99.89%, end-to-end delay of 0.14 seconds and routing overhead of 1,756.61 byte per second. Afterwards results from simulation were compared to results from testbed. Results obtained from testbed are as follows: the packet delivery ratio is 99.57%, the end-to-end delay is 1.004 seconds and the routing overhead is 1,360.36 byte per second."
Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Sugiarti
"Mobile Ad Hoc Network (MANET) merupakan jaringan yang dapat berdiri sendiri, sehingga memungkinkan perangkat mobile dapat membangun komunikasi tanpa adanya infrastruktur pusat. Semakin besamya kebutuhan akan koneksi internet bagi user yang mobile, maka perlu dilakukan interkoneksi antara MANET dengan internet. Interkoneksi antara MANET dengan Jaringan internet dapat dicapai dengan menggunakan Gateway yang berfungsi sebagai penghubung antara MANET dengan internet. Sebelum berkomunikasi dengan internet sebuah mobile node hams mencari rute menuju gateway. Oleh karena itu dibutuhkan mekanisme pencarian gateway (gateway discovery). Ada tiga pendekatan gateway discovery yaitu proactive, reactive, dan hybrid. Pada penulisan tugas akhir ini dilakukan perbandingan terhadap kinerja dari masing-masing metode gateway discovery tersebut dengan mengubah-ubah advertisement interval dari gateway. Routing protocol MANET yang digunakan adalah Ad Hoc On-demand Distance Vector (AODV) yang telah dikembangkan untuk dapat melakukan interkoneksi antara MANET dengan internet. Untuk dapat melihat kinerja dari ketiga metode gateway discovery tersebut maka dilakukan simulasi dengan menggunakan Network Simulator (NS-2). Hasil simulasi untuk skenario yang digunakan pada tugas akhir ini menunjukkan bahwa packet delivery ratio cukup tinggi untuk semua metode gateway discovery, metode reactive memiliki packet delivery ratio 99,996 %, sedangkan proactive dan hybrid gateway discovery 100 _/o. Untuk end-to-end delay metode reactive menunjukkan delay paling besar dari dua metode lain. Untuk overhead AODV metode hybrid menghasilkan overhead AODV yang paling besar."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S40199
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>