Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160993 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anissa Feby Canintika
"Acanthamoeba merupakan amoeba yang umumnya ditemukan di lingkungan dan dapat menyebabkan infeksi serius pada otak, paru-paru atau mata. Salah satu infeksi yang disebabkan oleh Acanthamoeba adalah keratitis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa FKUI mengenai diagnosis dan tatalaksana keratitis Acanthamoeba ditinjau dari karakterisik mahasiswa. Penelitian ini merupakan studi cross-sectional, yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Penelitian ini dilakukan dengan menyebar kuesioner pada 107 mahasiswa tingkat I-III yang menggunakan lensa kontak. Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu 6 bulan, terhitung mulai tanggal 26 Januari 2013 sampai 24 Juni 2013. Sebanyak 86,7% responden memiliki pengetahuan yang kurang, sementara 13,3% memiliki pengetahuan yang cukup, 0% memiliki pengetahuan yang baik. Analisis Chi-square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan dengan jenis kelamin responden (p=0,402), namun terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan (kuliah tingkat 1 dan 2 dengan mahasiswa tingkat 3) pengetahuan tentang keratitis Acanthamoeba (p=0,003). Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan tidak berhubungan dengan jenis kelamin responden, namun berhubungan bermakna dengan pengetahuan tentang keratitis. Maka dari itu diperlukan penelitian lebih lanjut mengetahui strategi yang baik untuk memperbaiki perilaku tersebut.

Acanthamoeba is a microscopic amoeba commonly found in the environment and may cause serious infections in the brain, lungs, or eyes. One of the infections that caused by Acanthamoeba is keratitis. This study aims to determine the level of Faculty of Medicine University of Indonesia (FMUI) students’ knowledge about the diagnosis and management Acanthamoeba infections. This study was a cross-sectional study which was conducted at FMUI. The research was carried out within a period of 6 months, starting on January 26, 2013 until June 24, 2013, with a sample of 107 students FKUI level I-III who are using contact lenses. 86.7% of respondents had poor knowledge, while 13.3% had moderate knowledge, 0% had good knowledge. Chi-square analysis showed that there was no sigficant relationship between the level of knowledge and the sex of the respondent (p = 0.402), while there was significant relationship between the level of education (college level 1 and 2 with level 3 students) with knowledge of Acanthamoeba infections (p=0,003). These results indicate that the level of knowledge was not associated with respondent gender, but significantly associated with knowledge of keratitis. Therefore further research is required to know a good strategy to correct the behavior.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdinand Wahyudi
"Penelitian yang diadakan di Malaysia pada tahun 2001dan beberapa penelitian di Amerika Serikat menunjukan penggunaan lensa kontak merupakan faktor risiko utama Acanthamoeba Keratitis (AK). Pengetahuan dan penelitian tentang faktor risiko AK pada pengguna lensa kontak di Indonesia masih sedikit dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari hubungan antara tingkat pengetahuan mengenai faktor risiko AK pada pengguna lensa kontak dan karakteristik mahasiswa FKUI yang mempengaruhinya. Pengumpulan data berdasarkan kuesioner pada 106 mahasiswa FKUI tingkat I, II, dan III yang dipilih secara nonprobability sampling. Karakteristik mahasiswa yang diteliti adalah jenis kelamin dan tingkat pendidikan mahasiswa. Pengetahuan yang diteliti ialah faktor risiko AK. Analisis Univariate menunjukkan 52,6% responden memiliki tingkat pengetahuan baik, 2,1% memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan 45,3% memiliki tingkat pengetahuan kurang. Analisis bivariate menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin (p=0,964) dengan tingkat pengetahuan faktor risiko AK dan terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan mahasiswa (p=0,03) dengan tingkat pengetahuan faktor risiko AK. Laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pengetahuan dan mengakses informasi mengenai kesehatan mata karena pendidikan yang lebih tinggi memungkinkan individu memiliki informasi, kemampuan berpikir kritis dan kemampuan kognitif yang lebih baik untuk mengakses informasi mengenai kesehatan mata.

Study conducted in Malaysia in 2001 and studies in the United States show the use of contact lens is a major risk factor for Acanthamoeba keratitis (AK). Knowledge about risk factor for Acanthamoeba keratitis in contact lens users in Indonesia is still low and little research is done. The purpose of this study is to assess the relationship between the knowledge level regarding risk factor for Acanthamoeba keratitis in contact lens users andits relation to student characteristics in Faculty Medicine of University Indonesia (FMUI). A questionnaire-based survey was carried out with 106 students, selected by nonprobability sampling from first, second and third grade students in FMUI. Student characteristics studied were gender and education level in FMUI. Questions regarding knowledge on Acanthamoeba keratitis were risk factor. Univariate analysis showed 52.6% of respondents had high knowledge level, 2.1% had a moderate level of knowledge, and 45.3% had low knowledge levels. Bivariate analysis showed that there was no significant relation between sex (p = 0.964) with the knowledge levelregarding risk factors for Acanthamoeba Keratitis and there is a significant relation between the education level of students (p = 0.03) with the knowledge level regarding risk factors for Acanthamoeba keratitis. The results show that both man and women have equal opportunity to acquire the knowledge and information about eye health. Whereas with higher levels of education, individuals have critical thingking skills and better cognitive to obtain information about eye health.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haloho, Andreas S
"Acanthamoeba dikenal sebagai organisme penginfeksi baru yang mulai banyak mendapatkan perhatian dalam dunia kedokteran. Organisme ini merupakan sejenis parasit yang diketahui cukup sering menginfeksi pengguna lensa kontak dan bermanifestasi di mata sebagai Acanthamoeba Keratitis (AK). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengetahuan mahasiswa kedokteran mengenai etiologi dan patofisiologi infeksi yang dapat ditimbulkan oleh Acanthamoeba. Responden adalah mahasiswa kedokteran FKUI tingkat I, II, dan III yang menggunakan lensa kontak. Tingkat pengetahuan responden dinilai berdasarkan jawaban mereka terhadap kuesioner penelitian yang sebelumnya telah dilakukan uji validitas dan realibilitas. Hasil penelitian menunjukkan 18,6% responden memiliki tingkat pengetahuan baik, 41,2% cukup, dan 40,2% kurang. Analisis data menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan responden (chi square, p=0,902; p>0,05), namun tingkat pendidikan memiliki hubungan yang bermakna dengan tingkat pengetahuan (chi square, p=0,000; p<0,05). Faktor yang mempengaruhi hasil ini adalah tidak ditemukannya diskriminasi gender pada responden dan sistem kurikulum yang membuat responden dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih baik.

Acanthamoeba is known as the new infectious agent which begin to get much more attention in medicine. This organism is a kind of parasite which is known to infect the contact lens user frequently and has manifestation in the eyes as Acanthamoeba Keratitis (AK). The aim of this research is to get the information about the medicine students? level of knowledge about the etiology and pathophysiology of Acanthamoeba Infection. Respondents is the students in first, second, and third degree in FMUI who use the contact lens. The level of knowledge is measured based on the the answers of the respondents to the questionnaire which has been done validation and realibility testing. The results show 18,6% respondents have the good level of knowledge, 41,2% fair, and 40,2% poor. After these data have been analyzed, we got the conclusion that the gender has no differences to the level of knowledge (chi-square, p=0,902; p>0,05), but the level of education is proven to influence the level of knowledge (chi square, p=0,000; p<0,05). These results are caused by no gender discrimination between respondents and the curriculum which makes the higher degree respondents have the better level of knowledge.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Andriani
"Dalam 25 tahun mendatang, angka mortalitas akibat penyakit infeksi diperkirakan akan menurun, namun penyakit infeksi di Indonesia hingga tahun 2007 masih menjadi penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan. Keluarga memiliki asosiasi yang kuat dengan kesehatan dan penyakit seseorang melalui hubungan dan dinamika kehidupannya.
Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik demografis, profil keluarga dan penyakit infeksi terbanyak di Klinik Dokter Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2006-2008 serta hubungannya.
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan 103 data sekunder dari laporan studi kasus pasien di Klinik Dokter Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2006-2008 digunakan dalam penelitian ini.
Hasil penelitian mendapatkan bahwa penyakit infeksi terbanyak adalah infeksi M. tuberculosis , infeksi saluran pernapasan akut, infeksi saluran pencernaan, infeksi kulit, dan infeksi yang belum diketahui penyebabnya. Terdapat hubungan bermakna antara bentuk keluarga dan jumlah anggota dalam satu rumah dengan infeksi M. tuberculosis. Terdapat hubungan bermakna antara usia pasien dengan infeksi saluran pencernaan, dan status pernikahan pasien dengan infeksi saluran pencernaan.
Jadi, penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa terdapat hubungan bermakna antara karakteristik demogafis dan profil keluarga dengan penyakit infeksi pasien di Klinik Dokter Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2006-2008.

In the next 25 years, mortality rate of infectious diseases is estimated to decrease, but infectious diseases until 2007 still become the most frequent of diseases in clinical patients in Indonesia. Family has a strong association with health and disease through a relationship and the dynamics of life.
This study aims to determine the demographic characteristics, family profile, the most frequent of infectious diseases and their relationships in Clinic of Family Medicine, Faculty of Medicine University of Indonesia in 2006-2008.
It uses cross-sectional design and the data were collected by means of patient case reports.
The result of this study is the most frequent of infectious diseases are M. tuberculosis infection, acute respiratory tract infection, gastrointestinal tract infection, skin infection, and unknown infection. There are significant associaton between family profile (family structure and the amount of family member) and M. tuberculosis infection. There are significant association between demographic characteristics (age and marital status) and gastrointestinal tract infection.
From those results, this study concludes that there are significant association between demographic characteristics, family profile and infectious diseases in Clinic of Family Medicine, Faculty of Medicine University of Indonesia in 2006-2008.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Daiyane Safirasari
"Latar Belakang: Sebagai dokter gigi dalam melakukan layanan kesehatan kepada pasien sudah seharusnya menggunakan perawatan EBD. Mengajarkan EBD kepada mahasiswa kedokteran gigi saat ini adalah kunci untuk meningkatkan proporsi perawatan yang didasarkan pada bukti di masa yang akan datang. Tujuan: Mengetahui hubungan berbagai faktor yang berhubungan dengan pengetahuan dan persepsi mahasiswa fakultas kedokteran gigi Universitas Indonesia mengenai EBD.Metode: Design study menggunakan studi Cross-Sectional, cara pengambilan sampel menggunakan kuesioner melalui gogle form, jumlah sampel 416 mahasiswa FKG UI dimulai dari umur 18-25 tahun, angkatan 2017-2021, alat ukur menggunakan skala likert. Kuesioner terdiri dari 22 pertanyaan dengan 5 pertanyaan pada bagian pengetahuan (skala 1=benar, 0 = ragu-ragu / tidak tahu), 7 pertanyaan mengenai akses sumber pengetahuan (skala 1=Tidak pernah, 2=jarang, 3=Kadang-kadang, 4= sering , 5= sangat s ering) dan 10 pertanyaan mengenai persepsi (skala 1= Sangat tidak setuju , 2= Tidak setuju , 3= Netral, 4= Setuju , 5= Sangat setuju). Teknik pengambilan data menggunakan non probability sampling dengan purposive sampling. Data yang terkumpul diolah dengan menguji antar variabel secara bivariat dengan uji continuity correction, pearson chi-square dan regresi logistik biner. Hasil : Hasil uji bivariat menunjukan bahwa terdapat hubungan antara usia, angkatan masuk dan program pendidikan dengan pengetahuan mengenai EBD (p-value <0,05). Terdapat hubungan antara program pendidikan dan angkatan masuk dengan akses mengenai sumber pengetahuan EBD (p-value < 0,05). Namun, tidak terdapat hubungan antara usia, jenis kelamin, program pendidikan, dan angkatan masuk dengan persepsi mengenai EBD. Kesimpulan : Terdapat hubungan antara program pendidikan preklinik dan klinik mengenai akses sumber pengetahuan EBD pada mahasiswa FKG UI.
.....Background: As a dentist in providing health services to patients, they should use EBD treatment. Teaching EBD to dental students today is key to increasing the proportion of evidence-based care in the future. Objective: To find out various factors related to the knowledge and perceptions of students of the Faculty of Dentistry at the University of Indonesia regarding EBD. Methods: A cross-sectional study, the sampling method used a questionnaire via Google form, the sample size was 416 FKG UI students starting at the age of 18-25 years, class 2017-2021, the measurement tool used a Likert scale. The questionnaire consisted of 22 questions with 5 questions on the knowledge section (scale 1=true, 0=doubtful / don't know), 7 questions regarding access to knowledge sources (scale 1=Never, 2=rarely, 3=Sometimes, 4 = often, 5 = very often) and 10 questions regarding perception (scale 1 = Strongly disagree, 2 = Disagree, 3 = Neutral, 4 = Agree, 5 = Strongly agree). The data collection technique uses non-probability sampling with purposive sampling. The collected data was processed by testing between variables in a bivariate manner with continuity correction, pearson chi-square and binary logistic regression tests. Results: The results of the bivariate test showed that there was a relationship between age, the enrollment force and educational programs and knowledge of EBD (p-value <0.05). There is a relationship between educational programs and the incoming cohort with access to EBD knowledge sources (p-value <0.05). However, there is no relationship between age, gender, educational program, and intake force with perceptions of EBD. Conclusion: There are differences between preclinical and clinical education programs regarding access to EBD knowledge sources for FKG UI students."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mifta Nurindah
"Penelitian ini membahas pergeseran trend penyakit penyebab mortalitas utama dari penyakit infeksi menjadi penyakit non infeksi dan peran keluarga terhadap prevalensi penyakit non infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik demografis, profil keluarga, dan penyakit non infeksi di KDK FKUI tahun 2006-2008, serta hubungannya. Metode yang digunakan adalah potong lintang dengan 103 sampel data sekunder dari laporan studi kasus mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sepuluh pola penyakit non infeksi terbanyak adalah hipertensi derajat II, diabetes melitus tipe 2, gizi kurang, obesitas derajat I, hipertensi derajat I, alergi, penyakit saluran cerna non infeksi, katarak, penyakit muskuloskeletal, dan obesitas derajat II. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara karakteristik demografis dan profil keluarga dengan penyakit non infeksi di KDK FKUI tahun 2006 – 2008.

This study discusses about trend of disease’s shift from infectious diseases to non infectios diseases and role of family to non infectious diseases’ prevalence. The purpose of this study is to understand about demographic characteristics, family profiles, non infectious diseases in Clinic of Family Medicine, Faculty of Medicine, University of Indonesia, and their relationships. This study is conducted by using cross sectional method with 103 secondary datas from case study report. Result shows that the top ten non infectious diseases are stage II hypertension, type 2 diabetes melitus, malnutrition, grade I obesity, stage I hypertension, allergy, non infection gastrointestinal diseases, cataract, musculoskeletal diseases, and grade II obesity. This study concludes that there are significant association between patient’s demographic characteristics and family profiles with non infectious diseases in Clinic of Family Medicine, Faculty of Medicine, University of Indonesia 2006-2008."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agatha
"Latar belakang: Penggunaan internet meningkat terutama dengan adanya pandemik COVID-19 yang terjadi, hal ini berkontribusi terhadap kejadian adiksi internet. Usia remaja dan dewasa muda, sepertinya usia seorang mahasiswa, merupakan populasi paling rentan terhadap penggunaan internet dan adiksi internet. Adiksi internet sering juga dihubungkan dengan beberapa aspek psikologis, salah satunya yang akan dibahas pada penelitian ini, merupakan kualitas tidur. Metode: Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang dengan metode analitik observasional. Data penelitian didapat dengan menyebarkan kuesioner daring menggunakan Google Forms, berisi lembar informed consent, kuesioner data demografik, Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), dan Kuesioner Diagnostik Adiksi Internet (KDAI). Kuesioner disebarkan melalui sosial media kepada populasi target. Kemudian data yang didapat dilakukan uji statistik menggunakan program SPSS, untuk menemukan hubungan antara masalah adiksi internet dan gangguan tidur. Hasil: Dari 282 responden penelitian yang merupakan mahasiswa FKUI tahap akademik, ditemukan prevalensi adiksi internet yaitu 23,40% (n=66), dan prevalensi gangguan tidur yaitu 45,39% (n=128). Hubungan dari variabel adiksi internet dan gangguan tidur diuji menggunakan uji Kai-Kuadrat dan ditemukan hubungan signifikan (Nilai p 0,000 (<0,05)). Dari 66 populasi adiksi internet, 46 juga mengalami gangguan tidur. Selain itu, dilakukan juga uji korelasi antara faktor demografik dan pola penggunaan internet terhadap gangguan tidur, menggunakan uji Spearman. Hasil uji korelasi tidak ditemukan hubungan signifikan (Nilai p<0,05). Mahasiswa FKUI cenderung menggunakan internet untuk media sosial (63,48%) dibandingkan dengan pembelajaran (20,92%). Kesimpulan: Ditemukan hubungan bermakna antara adiksi internet dan gangguan tidur pada mahasiswa
Background: Internet usage has increased during the ongoing COVID-19 pandemic, this has contributed to the incidence of internet addiction. Adolescents and young adults are the population most vulnerable population to internet use and internet addiction. Several psychological aspects are often related to internet addiction, one of which will be discussed in this study is sleep quality. Methods: The study that was conducted is a observational analysis cross-sectional design. The data in this research was obtained by distributing an online questionnaire using Google Forms, containing an informed consent sheet, a demographic data questionnaire, the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), and the Kuesioner Diagnostik Adiksi Internet (KDAI). The questionnaire was distributed via social media to the target population. Then the data obtained were statistically tested using the SPSS program, to find the relationship between internet addiction problems and sleep disorders. Results: In a total of 282 respondents from Pre-Clinical students of the Faculty of Medicine, University of Indonesia, it was found that the prevalence of internet addiction was 23.40% (n=66), and the prevalence of sleep disorders was 45.39% (n=128). The relationship between internet addiction and sleep disorders was tested using the Chi-Square test and a significant relationship was found (p-value 0.000 (<0.05)). Of the 66 respondents with internet addiction, 46 also experience sleep disorders. In addition, a correlation test was also conducted between demographic factors and internet usage patterns on sleep disorders, using the Spearman test. Correlation test found no significant relationship (p-value <0.05). FKUI students use the internet for social media (63.48%) compared to learning (20.92%). Conclusion: There is significant relationship between internet addiction and sleep disorders among university students."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noor Izzaty
"Penelitian ini menjelaskan tentang hubungan antara karakteristik, pengetahuan, dan body image dengan perilaku makan pada mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi korelasional. Penelitian ini menggunakan teknik Quota Sampling yang diikuti sebanyak 120 responden dengan mengisi kuesioner daring berbasis google form. Hasil analisis univariat penelitian menunjukkan bahwa (52%) mahasiswi FKM UI memiliki perilaku makan baik, (54%) mahasiswi FKM UI memiliki pengetahuan gizi kurang, (49%) mahasiswi FKM UI dikategorikan body image positif, (53%) mahasiswi FKM UI menggunakan media sosial dengan intensitas tinggi. Hasil uji chi square pada variabel pengetahuan gizi dan penggunaan media sosial dengan perilaku makan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan karena memiliki p-value >0,05. Sedangkan hasil uji chi square pada variabel body image dengan perilaku makan menunjukkan bahwa keduanya memiliki hubungan yang signifikan dengan p-value <0,05.

This study describes the relationship between characteristics, knowledge, and body image with eating behavior in students of the Faculty of Public Health, University of Indonesia. This study uses a quantitative method with a correlational study design. This study uses the Quota Sampling technique which was followed by 120 respondents by filling out a bold questionnaire based on google form. The results of the univariate analysis showed that 52% FKM UI students had good eating behavior, 54% FKM UI students had poor nutritional knowledge, 49% FKM UI students were categorized as positive body image, 53% FKM UI students used high intensity social media. The results of the chi square test on the variables of nutritional knowledge and the use of social media with eating behavior showed that there was no relationship because it had p-value >0.05. While the results of the chi square test on the body image variable with eating behavior showed that both had a significant relationship with p-value <0.05."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haruka Ayu Suhita
"Human Immunodeficiency Virus HIV masih menjadi salah satu fenomena yang tidak dapat dipandang sebelah mata oleh dunia maupun di Indonesia. Permasalahan HIV yang dihadapi tidak dapat dipisahkan dari peran para tenaga kesehatan di Indonesia, salah satunya adalah perawat. Mahasiswa keperawatan sebagai calon perawat di masa depan berkewajiban untuk memiliki pengetahuan yang baik mengenai HIV agar dapat melakukan pelayanan kesehatan dengan optimal. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional yang menggunakan uji Chi-square ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik mahasiswa dan tingkat pengetahuan tentang HIV. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 142 mahasiswa reguler angkatan 2013 hingga 2016 yang ditentukan berdasarkan proportional stratified random sampling. Instrumen yang digunakan adalah HIV Knowledge Questionnaire 18 HIV-KQ 18 untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa tentang HIV. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara karakteristik angkatan dan informasi yang didapat dengan tingkat pengetahuan p=0,000; ?=0,05 dan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara suku dengan tingkat pengetahuan p=0,505; p=0,05. Hasil penelitian ini merekomendasikan pentingnya memberikan pengetahuan mengenai HIV pada mahasiswa keperawatan sejak dini.

Human Immunodeficiency Virus HIV is still one of the phenomena that can not be underestimated by the world and in Indonesia. The problem of HIV encountered can not be separated from the role of health workers in Indonesia, especially the nurse. Nursing students as future nurses are obliged to have a good knowledge about HIV in order to provide optimal health care. Analytical descriptive research with cross sectional approach was used in this study. The aimed of this study is to know the relationship between student characteristics and knowledge level about HIV. The numbers of sample in this study were 142 regular students from 2013 to 2016 determined based on proportional stratified random sampling. The instrument used was HIV Knowledge Questionnaire 18 HIV KQ 18 to determine the knowledge about HIV. The results of this study indicate that there was a significant relationship between year of nursing programme and information obtained with the knowledge level p 0,000 0.05 and there was no significant relationship between the ethnicity with the student's level of knowledge p 0,505 0.05. The results of this study recommend the importance of providing early education about HIV in nursing students.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S68738
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rena Palupi
"Latar Belakang: Masa transisi yang banyak menimbulkan stres adalah transisi dari sekolah menengah menuju perguruan tinggi, yaitu saat tahun pertama perkuliahan, khususnya pada mahasiswa kedokteran. Pendidikan kedokteran merupakan pembelajaran seumur hidup yang membuat mahasiswa menjadi rentan terhadap burnout jika mekanisme koping yang digunakan tidak memadai. Mekanisme koping yang sesuai dapat membantu mahasiswa meminimalisasi kejadian burnout. Mekanisme koping dikelompokkan menjadi problem-focused, emotion-focused, dan dysfunctional coping (Cooper dkk, 2015) serta adaptive coping dan maladaptive coping (Meyer dkk, 2015). Dimensi burnout mencakup kelelahan emosional, sinisme, dan persepsi terhadap pencapaian prestasi diri yang dapat dipengaruhi juga oleh jenis kelamin.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara jenis kelamin dan mekanisme koping terhadap burnout (kelelahan emosional, sinisme, persepsi terhadap pencapaian prestasi diri) pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan sampel total dari mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tahun Akademik 2017/2018 kelas reguler. Jumlah responden yang mengisi kuesioner Brief COPE dan MBI-Student Survey dengan lengkap dan benar adalah 167 responden (response rate = 98,9%).
Hasil: Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan masing-masing dimensi burnout (p >0,05). Sebaliknya, maladaptive/dysfunctional coping memiliki korelasi positif yang bermakna dengan kelelahan emosional (r = 0,403, p <0,001) dan sinisme (r = 0,372, p <0,001). Adaptive coping memiliki korelasi negatif yang bermakna dengan sinisme (r = -0,165, p = 0,033) dan korelasi positif yang bermakna dengan persepsi terhadap pencapaian prestasi diri (r = 0,417, p <0,001).
Kesimpulan: Hubungan jenis kelamin dengan kejadian burnout tidak didapatkan hasil yang bermakna. Namun, maladaptive/dysfunctional coping memiliki korelasi positif dengan kelelahan emosional dan sinisme. Di sisi lain, adaptive coping memiliki korelasi negatif dengan sinisme dan korelasi positif dengan persepsi terhadap pencapaian prestasi diri.

Background: The transition period which causes a lot of stress is the transition from high school to college, that is during the first year of study, especially for medical students. Medical education is a lifelong learning that makes students vulnerable to burnout if the coping mechanism is inadequate. Appropriate coping mechanism can help students to minimize burnout. Coping mechanisms are classified as problem-focused, emotion-focused, and dysfunctional coping (Cooper et al, 2015) as well as adaptive coping and maladaptive coping (Meyer et al, 2015). The burnout dimension includes emotional exhaustion, cynicism, and perception of personal accomplishment that can also be influenced by gender.
Aims: The purpose of this study is to assess the relationship between gender and coping mechanisms with burnout (emotional exhaustion, cynicism, perception of personal accomplishment) of first year undergraduate students in Faculty of Medicine Universitas Indonesia.
Methods: This study was a cross sectional study with a total sampling of first year undergraduate students in Faculty of Medicine Universitas Indonesia 2017/2018 regular class. A total of 167 respondents (response rate = 98,9%) filled completely and correctly the Brief COPE and MBI-Student Survey questionnaire.
Results: There was no significant relationship between gender with each burnout dimensions (p >0.05). Otherwise, maladaptive/dysfunctional coping was significantly correlated with emotional exhaustion (r = 0.403, p <0.001) and cynicism (r = 0.372, p <0.001). There was a significant negative correlation between adaptive coping with cynicism (r = -0.165, p = 0.033) and significant positive correlation with perception of personal accomplishment (r = 0.417, p <0.001).
Conclusions: The relationship between gender with burnout does not get significant results. However, maladaptive/dysfunctional coping positively correlated with emotional exhaustion and cynicism. On the other hand, adaptive coping negatively correlated with cynicism and positively correlated with perception of personal accomplishment.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>