Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150213 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurilma Fauzia
"Kondisi pencemaran udara di kota-kota besar di Indonesia semakin menampakkan kondisi yang sangat meprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Kadar debu pada 3 kota besar di Indonesia yakni DKI Jakarta, Yogyakarta dan Semarang sebesar 280μg/m3, dimana nilai tersebut sudah melebihi baku mutu. Kontribusi debu pada udara ambient di DKI Jakarta yang bersumber dari kendaraan bermotor sebesar 4.486.991 ton/tahun.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besar risiko kesehatan akibat pajanan PM10 pada populasi berisiko di Terminal Bus Pulogadung. Desain studi dalam penelitian ini menggunakan metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL).
Hasil penelitian didapatkan bahwa nilai tingkat risiko (RQ) pajanan PM10 berisiko terhadap kesehatan populasi berisiko baik untuk perhitungan real time maupun life span. Rekomendasi manajemen risiko dapat dilakukan dengan mengurangi konsentrasi PM10 sampai batas aman yaitu dengan upaya perbaikan lingkungan terminal.

Condition of air pollution in major cities in Indonesia are increasingly displaying very poor condition. Sources of air pollution can come from a variety of activities such as industry, transport, offices, and housing. The Dust levels in the three major cities in Indonesia, Jakarta, Yogyakarta and Semarang for 280μg/m3, where the value has exceeded the threshold limit value ( TLV ). Contributions of dust in ambient air in Jakarta that comes from motor vehicles amounted to 4,486,991 tons / year.
This aim of this study is to analyze the big health risk of PM10 exposure at risk populations in Pulogadung Bus Terminal. The design of this study used the method of Environmental Health Risk Analysis ( ARKL ).
The results showed that in real time or life span calculation the level of risk (RQ) for risk agent PM10 is risky for the risk population health. Risk management recommendations can be done by reducing PM10 concentrations to safe limits as environmental improvement terminal.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55302
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Kusuma Wardani
"Banyak kota-kota didunia dilanda oleh permasalahan lingkungan, paling tidak adalah semakin memburuknya kualitas udara yang terpapar oleh polusi udara saat ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kota-kota seluruh dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memasukkan 5 kota besar di Indonesia dalam hasil pemantauan polusi udara 1.082 kota di 91 negara. Jakarta menempati peringkat ke-238 dengan kadar PM10 sebesar 43 mikrogram/m3. Penelitian ini bertujuan menganalisis besar risiko kesehatan pajanan PM10, SO2 dan NO2 pada hari kerja, hari libur dan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) pada populasi tukang ojek, PKL, petugas parkir, petugas satuan pengamanan dan polisi lalu lintas yang berjumlah 59 orang di wilayah Bundaran HI Jl. MH Thamrin Jakarta. Desain studi penelitian ini menggunakan metode analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL). Hasil penelitian didapatkan nilai RQ untuk risk agent PM10 beresiko terhadap kesehatan populasi sampel baik perhitungan real time maupun life span.

Many cities in the world beset by environmental problems, at least the worsening of air quality that are exposed by the current of air pollution is an integral part of the life of cities around the world. World Health Organization (WHO) includes 5 major cities in Indonesia in 1082 the results of monitoring of air pollution in 91 countries. Jakarta is ranked 238 with PM10 levels by 43 mikrogram/m3. The aim of this study is to analyze the big risk of PM10, SO2 and NO2 health exposure in weekdays, weekend, and free day car with 59 of motorcycle taxi drivers, cadgers, parkers, guards, and traffic polices in Bundaran HI Jl. MH Thamrin Jakarta area as the population. The design of study uses environmental health risk analysis method. The result of the study shows that in real time or life span calculation RQ value for risk agent PM10 is risky for the population health."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nada Syifa
"Pencemaran udara luar ruangan telah menjadi salah satu risiko lingkungan terbesar terhadap kesehatan. Pedagang kaki lima dianggap sebagai populasi yang paling berisiko karena bekerja dalam waktu yang cukup lama dan secara terus-menerus terpapar polusi udara. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi risiko kesehatan akibat pajanan agen risiko partikulat yaitu Total Suspended Particulate (TSP), PM10, dan PM2.5 terhadap pedagang kaki lima di Kelurahan Glodok, Jakarta Barat. Penelitian menggunakan pendekatan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) menggunakan data primer dengan jumlah sampel pedagang kaki lima sebanyak 65 responden. Berdasarkan hasil pengukuran, konsentrasi TSP sebesar 43 μg/m3, PM10 sebesar 25 μg/m3, dan PM2.5 sebesar 16 μg/m3. Seluruh konsentrasi partikulat masih di bawah standar baku mutu Indonesia, namun untuk PM2.5 sudah sedikit melebihi standar baku mutu World Health Organization (WHO). Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan nilai rata-rata dan nilai tengah, tingkat risiko seluruh pajanan partikulat (TSP, PM10, PM2.5) menunjukkan nilai RQ ≤1 atau dinyatakan aman. Berdasarkan hasil perhitungan setiap responden, terdapat 2 responden berisiko terhadap pajanan PM10 dan PM2.5. Pengelolaan risiko yang dapat dilakukan adalah menurunkan konsentrasi partikulat hingga batas aman, salah satunya dengan mengembangkan substitusi bahan bakar dengan yang lebih ramah lingkungan dan menggunakan sumber tenaga alternatif rendah polusi seperti tenaga listrik.

Outdoor air pollution has become one of the greatest environmental risks to health. Street vendors are considered to be the population at risk because they work long hours and are constantly exposed to air pollution. This study aims to estimate the health risks due to exposure to particulate risk agents, namely Total Suspended Particulate (TSP), PM10, and PM2.5 to street vendors in Glodok Urban Village, West Jakarta. The study used an Environmental Health Risk Analysis (EHRA) approach using primary data with a sample of 65 street vendors. Based on the measurement results, the concentration of TSP was 43 g/m3, PM10 was 25 g/m3, and PM2.5 was 16 g/m3. All particulate concentrations are still below the Indonesian quality standards, but PM2.5 has slightly exceeded the World Health Organization (WHO) quality standards. Based on the results of calculations using the average and median values, the risk level of all particulate exposures (TSP, PM10, PM2.5) shows an RQ≤1 or is declared safe. Based on the calculation results of each respondent, there are 2 respondents at risk of exposure to PM10 and PM2.5. Risk management that can be done is to reduce the concentration of particulates to a safe limit, one of them is by developing fuel substitution with more environmentally friendly and using alternative sources of low-pollution energy such as electric power."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Istiqamah
"Peningkatan jumlah kendaraan di Kota Bekasi, menyebabkan pencemaran PM10. Hal ini diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk yang berdampak pada alih fungsi lahan seperti Ruang Terbuka Hijau (RTH). Jumlah RTH Kota Bekasi tahun 2012 sekitar 10,95%.. Keberadaan RTH dapat menurunkan PM10 di udara melalui fungsi daun yang dapat menyerap dan mengendapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh RTH terhadap konsentrasi PM10 dan risikonya terhadap kesehatan. Metode yang digunakan yaitu analisis risiko kesehatan lingkungan, mengestimasi risiko kesehatan non karsinogenik pajanan PM10. Dipilih dua lokasi jalan raya yang berbeda berdasarkan cakupan ruang terbuka hijau tertinggi (Jati Kramat, Kecamatan Jati Asih) dan terendah (Kaliabang, Kecamatan Medan Satria). Sampel lingkungan dan populasi diambil sebanyak 3 titik di Jalan Raya Jati Kramat dan 3 titik di Jalan Raya Kaliabang. Setiap titik diukur pada jarak 1 dan 100 meter dari jalan raya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi PM10 di Jati Kramat lebih rendah dan di bawah baku mutu, penurunan PM10 di Jalan Raya Jati Kramat lebih besar dibandingkan Jalan Raya Kaliabang. Risiko kesehatan non-karsinogenik daerah Jati Kramat baik real time maupun life span lebih besar, hal ini dikarenakan lebih besarnya nilai asupan pajanan. Manajeman risiko yang dipilih adalah dengan menambah ruang terbuka hijau untuk menurunkan konsentrasi PM10.

Increasing vehicle in Bekasi caused PM10 pollution. In addition, increasing of population can impact the land function like green space. Percentage of green space in 2012 about 10,95%. The existence green space can reduce PM10 because leaf will absorbs and precipitates. This study aims to determine the effect of green space to the concentrastion of PM10 and health risk of population. Method study uses enviromental health risk analysis for estimating health risk non-carcinogenic of PM10 exposure. Choosed the different location based on percentage of green space highest (Jati Kramat, Jati Asih) and lowest (Kaliabang, Medan Satria). The environment and population sample was selected 3 points on Jati Kramat Highway and 3 points on Kaliabang Highway. All points was observed at 1 meter and 100 meters from street. The Result refers that concentration PM10 on Jati Kramat is lower and still under standart, in additional PM10 decrease on Jati Kramat more significant (p-value 0,007) than Kaliabang (P-value 0,024). Health risk non-carcinogenic on Jati Kramat in real time or life span is higher, it caused the value exposure intake is high. Risk management was choosed is reduce the exposure PM10 by adding green space on this location."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55333
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isnatami Nurul Azni
"Pajanan agen risiko kesehatan dari lingkungan kerja berdampak pada timbulnya risiko penyakit akibat kerja sehingga pekerja menjadi tidak produktif. Oleh karena itu, untuk mengestimasi risiko kesehatan dari pajanan agen risiko berupa PM10 dari lingkungan kerja, sebuah penelitian analisis risiko telah dilakukan pada 70 orang pekerja industri readymix PT. X Plant Kebon Nanas. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan pendekatan analisis risiko. Risiko kesehatan akibat pajanan PM10 dihitung dengan membandingkan asupan PM10 dengan dosis referensi. Konsentrasi PM10 diukur pada 6 titik. Hasil konsentrasi tertinggi yaitu 0,407 mg/M3 dan terendah yaitu 0,167 mg/M3 dengan perhitungan konsentrasi rata-rata yaitu 0,289 mg/M3. Hasil perhitungan risiko yang diterima saat ini (realtime) terdapat 21,4% pekerja yang berada dalam kategori berisiko. Sedangkan hasil estimasi risiko yang diterima seumur hidup (lifetime) hanya 2 orang pekerja yang dalam kategori tidak berisiko. Manajemen risiko yang dapat dilakukan adalah dengan menurunkan konsentrasi menjadi 0,08 mg/M3. Dengan konsentrasi tersebut pekerja diestimasikan aman bekerja selama 11 jam per hari dan 362 hari per tahun.

Exposure of a risk agent from the workplace affect the incidence of occupational diseases so the workers are not able to work productively. To estimate health risk from exposure to PM10, health assessment has been conducted among 70 readymix workers of PT. X at Kebon Nanas Plant. PM10 as risk agent was measured in six points and the result of the highest concentration was 0.407 mg/M3 and the lowest concentration was 0.167 mg/M3 with the average concentration was 0.289 mg/M3. The estimations of health risks are represented by Risk Quotient (RQ), which is obtained from the comparison of the daily intake and reference dose. The calculations of the real time risk showed that 21.4 percent of workers are not safe from a health risk (RQ > 1). While only 2 workers are safe from life time risk. The result of safest concentration was 0.08 mg/M3. With that concentration, estimated workers will be safe to work for 11 hr/day and 362 days/year without adverse health effect."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60375
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Ayuwardani
"Penanganan batubara akan selalu menghasilkan debu batubara dalam jumlah yang signifikan, termasuk di dalamnya PM10. PM10 adalah partikulat respirabel yang dapat terhirup manusia dan mengendap di thoraks.Penelitian ini menggunakan pendekatan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan dengan desain studi cross sectional untuk mengetahui tingkat risiko kesehatan pekerja Divisi Alat Berat di PT Z.Penelitian dilakukan di PT Z pada bulan Mei-Juni 2015.Jumlah sampel diambil dengan metode total sampling sejumlah 47 responden. Konsentrasi PM10 diukur di 6 titik sampling dengan hasil konsentrasi tertinggi 0,355 mg/m3 dan konsentrasi terendah 0,151 mg/m3.
Rata-rata pola aktivitas pekerja di divisi Alat Berat PT Z menunjukkan waktu kerja selama 8 jam/ hari, 263 hari/ tahun, selama 13,3 tahun. Hasil perhitungan asupan untuk durasi realtime adalah 0,0065 mg/kg/hari dengan RQ = 0,75. Sedangkan hasil perhitungan untuk asupan lifetime yaitu 0,012 mg/kg/hari dengan RQ = 1,38. Manajemen risiko yang paling mungkin dilakukan adalah dengan menurunkan konsentrasi menjadi 0,16 mg/m3. Pengendalian PM10 di area kerja dapat dilakukan dengan carakonstruksi jalan yang tepat, pengairan rutin di sepanjang jalan, penggunaan terpal untuk menutup muatan truk, hingga pemasangan barrier tanaman.

Coal handling will always produce significant amount of coal dust, including PM10. PM10 is a respirableparticulate that can be inhaled by human and settle in thoracic area. This research is using Environmental Health Risk Analysis with cross sectional study design to determine health risk level of workers in Heavy Equipment division in PT Z. This study was conducted in PT Z in May-June 2015. The number of samples taken by total sampling method is 47 respondents. PM10 concentrations were measured at 6 sampling points with the results of the highest concentration of 0.355 mg/m3 and the lowest 0.151 mg/m3.
The average activity patterns of Heavy Equipment workers shows a working hour of 8 hours/ day, 163 day/year for 13.3 years. The intake measurement for real-time duration in 0,0065 mg/kg/days with RQ value of 0.75, whereas the intake measurement for life-span duration is 0.012 mg/kg/days with an RQ value of 1.38. The most feasible risk management is to lower the concentration of PM10 to 0,16 mg/m3. PM10 quality control in the working area can be done by proper road construction, regular watering on haul roads, applying tarps on truckbed, and the installment of plant barrier.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Betty Susilowati
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya risiko kesehatan akibat pajanan benzene pada pekerja industri sepatu kulit di PIK Pulogadung. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis risiko kesehatan lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 52 pekerja memiliki nilai RQ > 1 untuk efek pajanan realtime dan sebanyak 37 pekerja memiliki nilai RQ > 1 untuk efek pajanan lifetime. Selain itu didapatkan hasil bahwa semua pekerja disana memiliki risiko kanker untuk pajanan lifetime dan realtime karena nilai ECR>10-4. Karena nilai RQ> 1 dan ECR>10-4 maka perlu dilakukan manajemen risiko. Manajemen risiko untuk efek pajanan non karsinogenik dilakukan dengan menurunkan konsentrasi benzene menjadi 0,042 mg/m3, lama pajanan menjadi 5,4 jam/hari, frekuensi pajanan menjadi 114 hari/tahun dan menetapkan durasi pajanan yang aman yaitu 10,8 tahun. Sedangkan manajemen risiko untuk efek pajanan karsinogenik dilakukan dengan menurunkan konsentrasi benzene menjadi 0,023 mg/m3, lama pajanan menjadi 2 jam/hari, frekuensi pajanan menjadi 63 hari/tahun, dan menetapkan durasi pajanan yaitu 5 tahun.

This study aims to determine the magnitude of health risk from exposure to benzene in the leather shoe industry workers in PIK Pulogadung. This research uses a risk analysis environmental health approach. The results of this study shows that 52 workers have RQ > 1 for realtime risk exposure and 37 workers have RQ > 1 for lifetime risk exposure. Beside that, the results show that all of the workers have a cancer risk for lifetime risk exposure and realtime risk exposure because ECR > 10-4. Since value of RQ > 1 and ECR > 10-4 so it is necessary for risk management. Risk management carried out to reduce non carcinogenic effect of exposure with decrease the concentration of benzene into 0,042 mg/m3, then reduce exposure time into 5,4 hour/day, reduce exposure frequency into 114 days/year and establish a safe exposure duration of 10,8 years. Whereas the risk management for carcinogenic exposure is decrease the benzene concentration into 0,023 mg/m3, then reduce time exposure into 2 hour/day, reduce exposure frequency into 63 days/year, and establish a safe exposure duration of 5 years."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lailatul Qomariyah
"Partikulat (PM2.5), nitrogen dioksida (NO2), dan benzo(a)pyrene diketahui sebagai polutan yang sering ditemukan di udara dari sisa/hasil pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor yang dapat mempengaruhi kualitas udara terutama pada populasi rentan seperti anak-anak dimana sebagian waktunya dihabsikan di sekolah.
Penelitian ini bertujuan untuk adalah mengestimasi risiko pajanan partikulat (PM2.5), nitrogen dioksida (NO2), dan benzo(a)pyrene pada siswa di tiga sekolah dasar negeri Jakarta Barat.
Penelitian ini menghasilkan konsentrasi PM2.5 terkecil dan terbesar di SDN Cengkareng Barat. Sedangkan konsentrasi NO2 terkecil di SDN Cengkareng Barat dan terbesar di SDN Cengkareng Timur. Sementara konsentrasi benzo(a)pyrene terkecil di SDN Cengkareng Barat dan terbesar di SDN Cengkareng Timur.
Kesimpulan dari penelitian ini, risiko non karsinogen pajanan PM2.5, NO2, dan benzo(a)pyrene dari ketiga sekolah memiliki nilai RQ ≤ 1 atau dikatakan aman sedangkan risiko kesehatan karsinogenik pajanan benzo(a)pyrene memiliki nilai E > 4 yang berarti siswa di sekolah berisiko.

Particulates (PM2.5), nitrogen dioxide (NO2), and benzo (a) pyrene are known to be pollutants that are often found in air from residual combustion of motorized vehicles that can affect air quality especially in vulnerable populations such as children where some of the time is validated at school.
This study aims to estimate the risk ofparticulate exposure (PM2.5), nitrogen dioxide (NO2), and benzo (a) pyrene in students in three West Jakarta state elementary schools.
This research resulted in the smallest and largest PM2.5 concentration in Cengkareng Barat Elementary School. While the smallest NO2 concentration was in SDN Cengkareng Barat and the largest was in SDN Cengkareng Timur. While the smallest concentration of benzo (a) pyrene is in West Cengkareng SDN and the largest is in East Cengkareng SDN.
Conclusions from this study, the risk of non-carcinogen exposure to PM2.5, NO2, and benzo (a) pyrene from the three schools has a RQ value of ≤ 1 or is said to be safe while the carcinogenic risk of benzo exposure (a) pyrene has an E value> 4 which means students at risk school.
"
2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Putri Calista
"Pencemaran udara menjadi ancaman besar bagi masyarakat dunia. Salah satu indikator yang umum adalah Particulate Matter 2.5 atau PM 2.5. PM 2.5 merupakan polutan yang dapat masuk ke paru-paru bahkan sampai pada alveolus dan dapat berdifusi ke pembuluh darah. PM 2.5 juga dapat mengandung ataupun mengadsorpsi logam berat, gas beracun, virus, bakteri, dan zat berbahaya lainnya. Tingginya konsentrasi PM 2.5 dapat menimbulkan berbagai efek kesehatan pada manusia. Salah satu sumber PM 2.5 adalah transportasi. Sekolah yang lokasinya dekat dengan jalan raya berisiko terhadap pajanan PM 2.5 yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi risiko kesehatan terhadap pajanan PM 2.5 pada siswa dan guru yang bekerja di SDN Cisalak 1 Tahun 2024. Penelitian ini dilakukan dengan metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) dari Bulan Maret-Mei 2024. Sampel pada penelitian ini terdiri dari 23 guru dan 63 siswa kelas 4 dan kelas 5. Pengukuran konsentrasi PM 2.5 dilakukan di 5 titik menggunakan alat DustTrak DRX 8533 selama 1 jam di tiap titiknya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata konsentrasi PM 2.5 di SDN Cisalak 1 adalah 0,208 mg/m3 atau 0,121 mg/m3 setelah dikonversi menjadi konsentrasi 24 jam. Konsentrasi tersebut masih berada di atas baku mutu Permenkes RI No. 2 Tahun 2023. Besar risiko secara realtime dan lifespan, baik pada siswa maupun guru secara keseluruhan menyatakan nilai RQ ≤ 1 yang artinya secara keseluruhan, siswa dan guru masih aman dari pajanan PM 2.5 dengan konsentrasi tidak lebih dari 0,208 mg/m3. Namun, jika dilakukan perhitungan secara individu, didapatkan sebanyak 4,48% dan 55,5% siswa berisiko terhadap pajanan PM 2.5 secara realtime dan lifespan. Sdangkan pada guru sebanyak 72,7% guru berisiko terhadap pajanan PM 2.5 secara lifespan selama 30 tahun. Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir risiko tersebut adalah dengan melakukan pembatasan pajanan melalui pembersihan ruang kelas secara rutin, penyortiran barang atau berkas, dan melakukan penghijauan di area sekolah.

Air pollution is a major threat to world society. One common indicator is Particulate Matter 2.5 or PM 2.5. PM 2.5 is a pollutant that can enter the lungs and even reach the alveoli and can diffuse into the blood vessels. PM 2.5 can also contain or adsorb heavy metals, toxic gases, viruses, bacteria and other dangerous substances. High concentrations of PM 2.5 can cause various health effects in humans. One source of PM 2.5 is transportation. Schools that located close to highways have a high risk of PM 2.5 exposure. This study aims to estimate the health risk of exposure to PM 2.5 in students and teachers working at SDN Cisalak 1 in 2024. This research was conducted using the Environmental Health Risk Analysis (ARKL) method from March-May 2024. The sample in this study consisted of 23 teachers and 63 students in grades 4 and 5. PM 2.5 concentrations were measured at 5 points using a DustTrak DRX 8533 for 1 hour at each point. The results of this study show that the average PM 2.5 concentration at SDN Cisalak 1 is 0.208 mg/m3 or 0.121 mg/m3 after being converted to a 24 hour concentration. This concentration is still above the quality standards of  Permenkes RI No. 2 Tahun 2023. The overall RQ value, for both students and teachers, is RQ ≤ 1, which means that overall, students and teachers are still safe from exposure to PM 2.5 with a concentration of no more than 0.208 mg/m3. From individual calculations, the results showed that 4.48% and 55.5% of students were at risk of exposure to PM 2.5 in realtime and lifespan. Meanwhile, 72.7% of teachers are at risk of exposure to PM 2.5 over a lifespan of 30 years. To reduce exposure can be done by cleaning up the classrooms, sorting items or files, and planting trees in school area."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tumanggor, Benhard Nataniel
"Timbal (Pb) merupakan logam berat dengan nomor atom 82 dan massa atom 207,2. Timbal bersumber dari alam, industri, serta transportasi. Timbal dari industri berasal dari industri baterai, industri kimia, industri bahan bakar, dan industri peleburan aki bekas serta dari transportasi berasal dari bahan bakar kendaraan bermotor. Sumber-sumber logam timbal ini dapat menyebabkan pajanan timbal ke dalam lingkungan sehingga mengakibatkan terjadinya pencemaran udara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko kesehatan (Risk Quotient) akibat pajanan timbal pada masyarakat lingkungan di sekitar Kawasan Industri Manis, Banten. Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Juli tahun 2019 menggunakan metode penelitian Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL). Metode penelitian ini untuk menghitung atau memprakirakan risiko pada kesehatan manusia. Nilai RQ dinyatakan berisiko jika RQ>1. Nilai pengukuran timbal (Pb) didapat dari dua titik sampling uji udara ambien di sekitar Kawasan Industri Manis yaitu 1,58 μg/Nm3 pada titik 1 dan 0,23 μg/Nm3 pada titik 2. Nilai rata-rata pengukuran timbal (Pb) dari kedua titik adalah 0,905 μg/Nm3. Hasil pengukuran tersebut masih dibawah Baku Mutu Udara Ambien yang ditetapkan dalam PP Nomor 41 Tahun 1999. Nilai jumlah asupan pada penelitian ini dihitung secara real time dan life span. Nilai jumlah asupan pajanan timbal (Pb) dengan durasi pajanan real time yaitu 2,2038x10-4 mg/kg/hari. Sedangkan nilai jumlah asupan dengan durasi pajanan life span adalah 2,8746x10-4 mg/kg/hari. Nilai tingkat risiko dihitung dengan membandingkan antara nilai asupan (intake) dengan nilai default RfC. Nilai RfC didapatkan dari IRIS US-EPA yaitu 4,93x10-4 mg/kg/hari. Nilai tingkat risiko dihitung berdasarkan beberapa durasi pajanan mencakup real time dan life span (1, 10, 23, 30, 60, dan 100 tahun). Nilai tingkat risiko (RQ) akibat pajanan timbal (Pb) yang didapatkan adalah 0,0388; 0,194; 0,447; 0,583; 1,166; dan 1,943.

Lead (Pb) is a heavy metal with an atomic number of 82 and an atomic mass of 207.2. Lead is sourced from nature, industry, and transportation. Lead from industry comes from the battery industry, chemical industry, fuel industry, and used battery smelting industries as well as from transportation derived from motor vehicle fuel. These sources of lead metal can cause lead exposure into the environment resulting in air pollution. This study aims to determine the level of health risk (Risk Quotient) due to lead exposure to the neighborhood community of Manis Industrial Zone, Banten. This research was conducted in April-July 2019 using the method of research Environmental Health Risk Analysis (ARKL). This research method is to calculate or predict risks to human health. RQ value is stated as risk if RQ >1. The measurement value of lead (Pb) was obtained from two ambient air tes sampling points around the Manis Industrial Zone was 1.58 μg/Nm3 at the first point and 0.23 μg/Nm3 at the second point. The average value of lead (Pb) measurement from both points is 0.905 μg/Nm3. The results of these measurements are still below the Ambient Air Quality Standard according to PP No. 41 Tahun 1999. The amount of intake in this study is calculated in real time and life span. The value of lead (Pb) exposure intake with real time exposure duration was 2.2038 x10-4 mg/kg/day. While the value of the amount of intake with the duration of life span exposure is 2.8746x10-4 mg/kg/day. The value of the risk level is calculated by comparing the value of the intake with the default value of the RfC. The RfC value was obtained from IRIS US-EPA which was 4.93x10-4 mg/kg/day. Risk level values are calculated based on several exposures including real time and life span (1, 10, 23, 30, 60, and 100 years). The value of risk level (RQ) due to lea exposure (Pb) obtained is 0.0388; 0.194; 0.447; 0,583; 1,166; and 1,943."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>