Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148722 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dina Isholawati
"Penelitian ini memanfaatkan karbon aktif dan zeolit sebagai adsorben untuk proses disinfeksi alternatif Escherichia coli. Metode alternative disinfeksi bakteri Escherichia coli yang potensial salah satunya menggunakan proses kavitasi hidrodinamika water jet. Untuk mengoptimalkan penelitian ini digunakan adsorben karbon aktif dan zeolit dengan variasi dosis adsorben. Pada laju alir disinfeksi 9 liter/menit menunjukkan hasil yang terbaik untuk disinfeksi bakteri Escherichia coli.
Dosis adsorben terbaik untuk karbon aktif maupun zeolit aktif yaitu dosis 2 gram/liter. Pada dosis tersebut menunjukkan jumlah bakteri pada konsentrasi awal berkisar 1.106 CFU/mL dan jumlah bakteri yang didisinfeksi pada menit ke 60 menggunakan karbon aktif dan zeolit aktif adalah 0 CFU/mL dan 291 CFU/mL. Adsorben dianalisis menggunakan karakterisasi Brunauer-Emmett-Teller (BET) Autosorb sebelum dan setelah disinfeksi, hasil presentase mengecilnya luas permukaan karbon aktif dan zeolit aktif adalah 28 % dan 18%.

This study utilizes activated carbon and zeolite as an adsorbent for alternative disinfection of Escherichia coli. Beside that to ability adsorbtion organic materials, theseadsorbents can also function as a disinfectant. Alternative method of disinfection of Escherichia coli bacteria that is potentially one of them using hydrodynamic cavitation process water jet.At a flow rate of disinfection 9 liters / min showed the best results for the disinfection of Escherichia coli bacteria.
The best dose ofadsorbent for activated carbon and active zeolite is2 grams / liter. In this study indicates that the number of bacteria in initial concentration range 1.106 CFU/mL and number of bacteria disinfected in 60 minutes uses activated carbon and zeolite active are 0 CFU / mL and 291 CFU / ml.Adsorbents were analyzed by Brunauer-Emmett-Teller (BET) Autosorb characterization before and after disinfection, the results of shrinking percentage of the surface area of activated carbon and zeolite active were 28% and 18%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55085
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tatia Chairunnisa
"[Penelitian ini memanfaatkan karbon aktif dan zeolit sebagai adsorben untuk
proses disinfeksi alternatif Escherichia coli. Metode alternatif disinfeksi bakteri
Escherichia coli yang potensial salah satunya menggunakan proses kavitasi
hidrodinamika plat orifice. Untuk meningkatkan kinerja disinfeksi, digunakan
adsorben karbon aktif dan zeolit dengan variasi laju alir. Pada laju alir 9
liter/menit menunjukkan hasil yang terbaik untuk disinfeksi Escherichia coli.
Dosis untuk kedua adsorben tersebut adalah 3 gram/liter. Pada dosis tersebut
menunjukkan jumlah bakteri pada konsentrasi awal kisaran 106 CFU/ml dan
jumlah bakteri yang didisinfeksi pada menit ke 60 menggunakan karbon aktif dan
zeolit berturut-turut adalah 66,67 CFU/ml dan 533 CFU/ml. Luas permukaan
adsorben berkurang setelah proses disinfeksi. Presentase pengurangan luas
permukaan karbon aktif tanpa plat orifice dan karbon aktif dengan plat orifice
adalah 7,4% dan 6,3%. Sedangkan untuk zeolit tanpa plat orifice dan zeolit
dengan plat orifice adalah 14,14% dan 25,48%., This research used activated carbon and zeolite as adsorbent for Escherichia coli
disinfection process. One of alternative process that potentially for E.coli
disinfection is hydrodynamic cavitation using orifice plate. In term to increase the
disinfection activity, activated carbon and zeolite are used with flow rate
variation. It showed that the best flow rate for disinfection Escherichia coli is 9
LPM. Futhermore, we used 3 gram/liter for each of adsorbent. The initial
consentration of Escherichia coli is 106 CFU/ml and the quantity of bacteria that
has been disinfected at 60 minutes with both activated carbon and zeolite are
66,67 CFU/ml and 533 CFU/ml. The surface area of adsorbent is decrease after
disinfection process. The decrease presentation of activated carbon without orifice
plate and activated carbon with orifice plate are 7,4% and 6,3%. Whereas, the
decrease presentation of zeolite without orifice and zeolite with orifice are 14,14%
and 25,48%.]"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58843
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rioneli Ghaudenson
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji kinerja kombinasi metode ozonasi dan kavitasi hidrodinamika dengan pelat berlubang dalam proses desinfeksi bakteri E.coli. Pada penelitian ini, dilakukan variasi dosis ozon, laju alir sirkulasi, dan metode disinfeksi. Ozon diproduksi menggunakan ozonator komersial dengan dosis ozon 64,83 mg/jam, 108,18 mg/jam, dan 135,04 mg/jam sementara kavitasi dibangkitkan menggunakan pelat berlubang. Metode desinfeksi yang akan divariasikan pada percobaan ini adalah: kavitasi hidrodinamika, ozonasi, dan gabungan keduanya. Hasil terbaik pada masing-masing metode didapatkan pada menit ke-60 dan laju alir sirkulasi 7 L/menit.
Metode gabungan kavitasi dan ozonasi mampu mendesinfeksi hingga 0 CFU/mL dari konsentrasi awal 2,10 x 105 CFU/mL. Metode ozonasi tunggal mampu mendesinfeksi bakteri E.coli hingga 0 CFU/mL dari konsentrasi awal 1,32 x 105 CFU/mL selama 60 menit. Metode kavitasi hidrodinamik memberikan hasil penyisihan paling sedikit, yaitu 5,20 x 104 CFU/mL dari konsentrasi awal 2,17 x 105 CFU/mL. Disimpulkan bahwa metode kombinasi menghasilkan desinfeksi bakteri E.coli yang lebih cepat dan lebih baik dibandingkan metode tunggalnya.

This research aims to evaluate the performance of hybrid method of ozonation and hydrodynamic cavitation with orifice plate on E.coli bacteria disinfection. Ozone dose, circulation flowrate, and disinfection method were varied. Ozone was produced by commercial ozonators with ozone dose of 64,83 mg hour, 108,18 mg hour, and 135,04 mg hour. Meanwhile, hydrodynamic cavitation was generated using an orifice plate. The disinfection methods compared in this research are hydrodynamic cavitation, ozonation, and the combination of both. The best result on each method was achieved on the 60th minutes and with a circulation flowrate of 7 L min.
The hybrid method attained final concentration of 0 CFU mL from the initial concentration of 2,10 x 105 CFU mL. The ozonation method attained final concentration of 0 CFU mL from the initial concentration of 1,32 x 105 CFU mL. Cavitation method gives the least elimination with final concentration of 5,20 x 104 CFU mL from the initial concentration of 2,17 x 105 CFU mL. In conclusion, hybrid method gives a faster and better disinfection of E.coli than each method on its own.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67885
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Amalia
"Penelitian ini mengkombinasikan metode ozonasi dan kavitasi hidrodinamikka dengan injektor venturi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui signifikansi kinerja dari penggabungan metode ozonasi dan kavitasi hidrodinamika terhadap proses desinfeksi bakteri Escherichia coli. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan desinfeksi dengan metode ozonasi tunggal dan kavitasi tunggal sebagai pembanding. Variasi yang dilakukan adalah laju alir yaitu 3, 5 dan 7 L/menit dan dosis ozon 64,83, 108,18 dan 135,04 mg/jam. Metode kombinasi ozonasi dan kavitasi hidrodinamika laju alir 7 L/menit dan dosis ozon 135,04 mg/jam menghasilkan kinerja terbaik dengan konsentrasi awal sebesar 1,49 x 105 CFU/mL, semua bakteri dapat terdesinfeksi selama 45 menit. Hasil tersebut lebih baik dibandingkan metode kavitasi hidrodinamika tunggal laju alir 7 L/menit dengan bakteri tersisa sebesar 21 dan semua bakteri terdesinfeksi pada metode ozonasi tunggal dengan dosis ozon 135,04 mg/jam selama 60 menit.

This research combine ozonation and cavitation hydrodynamic methods with venturi injector. The purpose of this research is to observe significance of ozonation and hydrodynamic cavitation method to disinfection process of Escherichia coli bacteria. To achieve these objectives, disinfection process with single ozonation and single cavitation method was used as a comparison. The variations being used are flowrate 3, 5, 7 L min and dosage of ozone 64.83, 108.18 and 135.04 mg h. Combination of ozonation and hydrodynamic cavitation 7 LPM and 135.04 mg h dosage of ozone showed the best performance with initial concentration is 1.49 x 105 CFU mL, all bacteria were disinfected for 45 minutes. The results is better than the single hydrodynamic cavitation method 7 LPM which had 21 remaining of bacteria and all bacteria were disinfected on a single ozonation method 135.04 mg h dosage of ozone for 60 min."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67211
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indika Sunarko
"ABSTRAK
Pada penelitian ini dilakukan proses disinfeksi bakteri Escherihia coli
(E.coli) menggunakan metode kavitasi hidrodinamika dengan menggunakan dua
jenis kontaktor yang berbeda yaitu orifice plate dan injektor venturi. Dari kedua
perlakukan berbeda ini didapatkan hasil bahwa orifice plate dengan konsentrasi
awal 104 CFU/mL mengalami penurunan menjadi 0 CFU/mL dalam waktu 20
menit, dan pada injektor venturi dari konsentrasi awal 104 CFU/mL mengalami
penurunan menjadi 0 CFU/mL dalam waktu 30 menit. Disimpulkan bahwa orifice
plate dapat mendisinfeksi E.coli dengan lebih efektif dan lebih cepat
dibandingkan dengan injektor venturi. Metode disinfeksi ini layak dan berpotensi
untuk dikembangkan ke dalam skala yang lebih besar karena biayanya yang
murah dan hasilnya yang effisien."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43186
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Radinal Sarip
"Penelitian ini ditujukan untuk mengevaluasi kinerja rangkaian alat desinfeksi gabungan ozonasi dan kavitasi hidrodinamika terhadap bakteri Escherichia coli. Dosis ozon dan laju alir sirkulasi limbah air tercemar bakteri Escherichia coli digunakan sebagai variabel penelitian untuk mengetahui kondisi terbaik kombinasi metode-metode tersebut. Variasi laju alir limbah dilakukana pada 4 ; 5,5; 7 LPM sedangkan dosis ozon divariasikan dengan penggunaan ozonator komersial rumah tangga mulai dari 1 84,38 mg/jam , 2 157,44 mg/jam dan 3 231,36 mg/jam unit ozonator.
Hasil desinfeksi menunjukan penurunan lebih baik untuk setiap kenaikan laju alir air sirkulasi serta kenaikan dosis ozon. Metode terbaik merupakan metode gabungan kavitasi hidrodinamika pada 7 LPM dan ozonasi dengan dosis 231,36 mg/jam dengan waktu operasi selama 60 menit yang mampu menurunkan konsentrasi bakteri Escherichia coli sampai 17 CFU/mL untuk konsentrasi awal 8,4 x 105, 0 CFU/mL untuk konsentrasi awal 9,7 x 104, dan 0 CFU/mL untuk konsentrasi awal 8,3 x 103 . Kata kunci : desinfeksi, Eschericia coli, ozon, ozonasi, kavitasi hidrodinamika.

This research aimed to evaluate the performance of a series of combined ozonation disinfection unit and hydrodynamic cavitation in the disinfection of Escherichia coli bacteria. Ozone dose and the circulation flow rate of wastewater contaminated with the Escherichia coli is used as variables of research to determine the best conditions of the combination methods. Variations of waste flow rate are 4 5.5 and 7 LPM, while ozone dosage is varied by using household commercial ozonator ranging from 1 84,38 mg h , 2 157,44 mg h and 3 231,36 mg h unit of ozonator.
The best result of decreasing the Escherichia coli bacteria concentration was obtained by combining method of disinfection by hydrodynamic cavitation at 7 LPM and ozonation from 3 units ozonator with 231.36 mg h of ozone dosage for 60 minutes of desinfection are 17 CFU mL final concentration from 8.4 x 105, 0 CFU mL for initial concentration 9,7 x 104 CFU mL, and 0 CFU mL for initial concentration 8,3 x 103 CFU mL. Keywords disinfection, Eschericia coli, ozone, ozonation, hydrodynamic cavitaion.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66934
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sergie
"Kombinasi metode ozonasi dan kavitasi ultrasonik diketahui dapat digunakan sebagai alternatif desinfeksi bakteri Escherichia coli. Ozon diketahui dapat menyerang membran sel bakteri dan kavitasi ultrasonik meningkatkan perpindahan massa ozon ke sistem. Variabel penelitian yang diamati seperti intensitas gelombang 30 , 60 dan 100, dosis ozon 84 mg/jam, 157 mg/jam dan 231 mg/jam dan kombinasi keduanya diamati kemampuannya dalam mendesinfeki E.coli. Intensitas gelombang 100 dan konsentrasi ozon 231 mg/jam menghasilkan proses desinfeksi yang terbaik pada kondisi masing-masing, sehingga gabungan keduanya dipilih dalam proses kombinasi kedua metode. Proses kombinasi ini menghasilkan pengurangan jumlah koloni bakteri paling cepat dan juga menurunkan konsentrasi bakteri ke jumlah koloni paling kecil dengan persentase pengurangan konsentrasi sebesar 99,99 dalam waktu 15 menit. Selain itu, desinfeksi dengan menggunakan ozon saja dengan konsentrasi 231 mg/jam menghasilkan persentase desinfeksi sebesar 99,04 dan kavitasi ultrasonik dengan intensitas 100 menghasilkan persentase desinfeksi sebesar 68 pada menit ke 15.

Combination of ozone and ultrasonic cavitation can be used as an alternative process for disinfection of Escherichia coli where the residual of this process is considered to be more safety than the previous one e.g. chlorination. Ozone can attack membrane cell of bacteria and ultrasonic cavitation has an advantage in generation of OH radicals which make an enzyme denaturation on bacteria. This research divided by three kinds of disinfection method to find the best applicable one, which are disinfection using ozone only, ultrasonic cavitation only and combination of ozone and ultrasonic cavitation. The best condition for E.coli disinfection resulted by this research is when a combination of 231 mg L of ozone and 100 wave intensity is used. This condition gave a result of 99,99 percentage of E.coli disinfection in 15 minutes. Other condition where 231 mg L of ozone is used, resulting 99,04 of disinfection and 100 wave intensity gives 68 of disinfection for 15 minutes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67262
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Farah
"Kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih marak terjadi di Indonesia, dengan penyebab utama yaitu komplikasi akibat inhalasi polutan senyawa organik volatil (VOC) dan jasad renik di udara. Salah satu alternatif dari usaha purifikasi udara adalah dengan proses fotokatalisis. TiO2 P25 adalah jenis fotokatalis yang sering digunakan karena sifatnya yang non-toksik, stabil, serta ramah lingkungan, namun memiliki kelemahan, yaitu rendahnya efisiensi proses fotokatalisis. Penelitian yang telah dilakukan, memiliki tujuan untuk meningkatkan performa fotokatalisis dari TiO2 dengan memberi dopan CuO, serta mencari loading optimum dari CuO, dimana CuO berfungsi untuk meningkatkan efisiensi performa fotokatalisis di bawah sinar foton, dan secara natural, adalah agen anti-bakteri. Proses deposisi dopan adalah dengan metode Photo Assisted Deposition (PAD) yang diikuti oleh kalsinasi. Karakterisasi yang dilakukan untuk melihat perbedaan antara TiO2 dan CuO-TiO2 adalah SEM-EDX, XRD, dan UV-Vis DRS. Uji kinerja yang telah dilakukan adalah uji kinerja CuO-TiO2 dalam mendegradasi senyawa organik, yang diwakilkan oleh formaldehida dan disinfeksi mikro-organisme, yang diwakilkan oleh bakteri Escherichia coli. Hasil SEM menunjukkan bahwa adanya perbedaan secara morfologis dari CuO-TiO2 dan TiO2 yaitu adanya titik-titik abu-abu pada CuO-TiO2 yang menandakan adanya deposisi CuO, hasil EDX juga mengonfirmasikan adanya CuO pada TiO2, dimana semakin banyak prekusor CuO ditambahkan, maka semakin banyak CuO yang terdeteksi pada TiO2. Kemudian hasil XRD menunjukkan bahwa adanya peak CuO pada difraktogram XRD, yang menandakan keberadaan CuO pada permukaan TiO2. Selanjutnya, hasil dari UV-Vis DRS menunjukkan bahwa CuO menurunkan band-gap energy dari nano-komposit, dengan sampel yang memiliki penurunan band-gap energy optimum adalah 3% CuO-TiO2. Dalam performa uji kinerja fotokatalisis, sampel 3% CuO-TiO2 adalah sampel yang optimum, dengan kinerja degradasi formaldehida mencapai 50% dalam waktu irradiasi 30 menit, dan disinfeksi bakteri E coli mencapai 96% dalam waktu irradiasi 120 menit, sehingga disimpulkan yang optimum adalah 3% CuO-TiO2.

Numerous cases of Acute Respiratory Infection (ARI) are prevalent in Indonesia, with the main causes of complications due to inhalation of Volatile Organic Compound (VOC) and microorganisms in the air. One alternative of air purifying effort is by photocatalysis process. TiO2 P25, is a photocatalyst that is often used because it is non-toxic, stable, and environmentally friendly, even though it has the disadvantage of low photocatalytic process efficiency. This research that has been done, has the aim of increasing the photocatalytic performance of TiO2 by doping it with CuO, as well as determining the optimum loading of CuO, which serves to improve the efficiency of photocatalytic process under photon light, as well as a natural anti bacterial agent. To deposit CuO to TiO2, Photo Assisted Deposition (PAD) method followed by calcination will be implemented. Characterizations done to determine the difference between TiO2 and CuO-TiO2 are SEM-EDX, XRD, and UV-Vis DRS. The performances test that are done are, organic compounds degradation test, which is modeled by formaldehyde and micro-organisms disinfection test, which is modeled by Escherichia coli bacteria. SEM results indicate that there are morphological differences of CuO-TiO2 and TiO2, namely the presence of gray dots on CuO-TiO2, while the EDX results also confirm the presence of CuO on TiO2, where it is proven that the more CuO precursor is added, the more CuO is detected on TiO2. Subsequently, XRD results show that there is a CuO peak on the XRD diffractogram, which indicates the presence of CuO on the TiO2 surface. Furthermore, the results of the DRS UV-Vis indicate that CuO decreases the band-gap energy of nano-composites, with samples having an optimum decrease in band-gap energy is 3% CuO-TiO2. Photocatalytic performance test results show that 3% CuO-TiO2 is the optimum sample, with the formaldehyde degradation reaches 50% in 30 minutes of irradiation, and E coli bacterial disinfetion reaches 96% in 120 minutes of irradiation. 3% CuO-TiO2, therefore it is concluded that the optimum sample is 3% CuO-TiO2."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Merry Dwi Anggraeni
"Salah satu indikator pencemaran air adalah bakteri Escherichia coli. Disinfeksi secara kimiawi menggunakanklor palingbanyakdigunakan,namun memilikikekurangan yaitu menghasilkan senyawa halogen organik yang bersifatracun. Proses fisika menggunakan sinar UV yang terbatas pada penyebaran cahaya serta biaya yang lebih mahal juga telah diteliti. Kavitasi dapat menjadi salah satu alternatif proses disinfeksi bakteri E.coli.Kavitasi bertindak sebagai biosida lewat senyawa kimia melalui pembangkitan radikal OH dan melalui mekanisme fisik.Dari penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa kavitasi water jet dapat mengurangi konsentrasi E.coli hingga 99,99%.

One of indicator in water pollution is Escherichia colibacterium. Disinfection using chlorine is the most widely used, but has the disadvantage that generates an organic halogen compounds which are toxic. Physical processes using UV light that is limited in light scattering and more expensive also been investigated. Cavitation can be an alternative disinfection of E. coli. Cavitation by acting as a biocide chemical compounds through the generation of OH radicals and through physical mechanisms. From the research that has been done known that the water jet cavitation can reduce E. coli concentrations of 99.99%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43092
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Almira Ramadini Puteri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang paling berhubungan dengan kontaminasi bakteri Escherichia coli pada makanan di kantin fakultas universitas X. Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain cross sectional. Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data primer dengan mengambil sampel makanan sebanyak 70 sampel dan wawancara langsung dengan pedagang makanan kantin menggunakan kuesioner. Sebanyak 70 sampel makanan dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa sebagian besar sampel makanan terkontaminasi bakteri Escherichia coli (60%). Terdapat hubungan yang signifikan antara kontaminasi bakteri Escherichia coli dengan higiene dan sanitasi peralatan masak (p=0,005) dan lingkungan kantin (p=0,010). Sedangkan faktor higiene dan sanitasi penjamah, sarana kantin dan proses pengolahan makanan tidak memiliki hubungan yang signifikan.
Berdasarkan analisis multivariat, terdapat tiga faktor yang paling berpengaruh terhadap kontaminasi bakteri Escherichia coli pada makanan, yaitu faktor higiene dan sanitasi proses pengolahan, peralatan masak dan lingkungan kantin. Maka dari itu, penjamah makanan di kantin fakultas universitasi perlu diberikan pembinaan dan pelatihan terkait praktik hygiene dan sanitasi untuk meminimalisasi kontaminasi bakteri Escherichia coli pada makanan.

The objective of this research is to analyze factors most associated with Escherichia coli bacteria contamination in food at faculty canteen of university X. This research used cross sectional design. Research used primary data through laboratory test of 70 food samples and direct interview to 70 food handlers with questionnaire.
Laboratory test results showed that food contaminated with the Escherichia coli bacteria is 60%. There are significant association between hygiene and sanitation of cooking utensils (p=0,005) and canteen environment (p=0,010) with Escherichia coli bacteria contamination. Hygiene and sanitation of food handler, food processing and canteen facilities have not significant associations with Escherichia coli bacteria contamination.
Based on multivariate analysis, the most factors that influence in this research are hygiene and sanitation of food processing, cooking utensils and canteen environment. Therefore, training of food handler should be command in order to minimize Escherichia coli food contamination.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60912
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>