Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 142353 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizal Ferdiansyah
"Pengukuran tanggapan film gafchromic EBT 2 dan TLD dengan variasi sudut datang berkas sinar gamma Cobalt-60 telah dilakukan pada kedalaman 1.5 cm, 2.5 cm, 5cm, 7.5 cm, dan 10 cm dengan sudut gantry 0o, 10o, 20o, dan 30o. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Radioterapi Rumah Sakit Persahabatan Jakarta, menggunakan pesawat teleterapi Cobalt-60. Teknik penyinaran dengan kondisi SSD 80 cm dan luas lapangan 10x10 cm2. Penelitian dengan variasi sudut gantry dari 0o sampai dengan 30o mengakibatkan dosis pada kedalaman tertentu mengalami penurunan, dimana pada kedalaman 1.5 cm, 2.5 cm,5 cm, 7.5 cm, dan 10 cm mengalami penurunan dosis terhadap dosis yang diberikan masing-masing sebesar 1.1%, 1.91%, 7.14%, 10.4%, dan 26.8% pada tanggapan film gafchromic EBT 2, 1.07%, 1.65%, 6.75%, 10.47%, dan 24.28% pada tanggapan TLD chip, dan 0.08%, 1.30%, 6.07%, 9.20%, dan 24.47% pada tanggapan TLD rod. Pada perlakuan klinis, nilai yang masih diterima sekitar 3%.
Hasil pengukuran menunjukkan dosis kedalaman pada fantom cenderung menurun terhadap kenaikan sudut gantry. Di sisi lain, hasil profil berkas pada tanggapan film gafchromic EBT 2 berdasarkan panjang flattened region (FR) menunjukkan bahwa pada kedalaman 0 cm dan 1.5 cm masih diperbolehkan sampai sudut gantry 30o. Pada kedalaman 2.5 cm hanya diperbolehkan sampai sudut 20o. Sedangkan, pada kedalaman 5 cm, 7.5 cm, dan 10 cm hanya diperbolehkan pada sudut 0o, karena jika dilakukan penyinaran pada sudut miring (atau lebih dari 0o) akan terjadi perubahan panjang flattened region lebih dari 2 mm.

Measurement of the response of film gafhcromic EBT 2 and TLD with variation incidence angle of Cobalt-60 gamma ray beam have been done in depth 1.5 cm, 2.5 cm, 5 cm, 7.5 cm, and 10 cm with gantry angle 0o, 10o, 20o, and 30o. Experiments were done at Radiotherapy Instalation of Persahabatan Jakarta Hospital using Cobalt-60 unit. Irradiating technique with condition SSD 80 cm and wide of field radiation 10x10 cm2. Experiment with variation of gantry angle from 0o up to 30o resulting the dose in certain depth decrement, where in the depth 1.5 cm, 2.5 cm, 5 cm,7.5 cm, and 10 cm have the dose decreased of a given dose, respectively by 1.1%, 1.91%, 7.14%, 10.4%, dan 26.8% from the response of gafchromic EBT 2 film, 1.07%, 1.65%, 6.75%, 10.47%, dan 24.28% from the sesponse of TLD chip, and 0.08%, 1.30%, 6.07%, 9.20%, dan 24.47% from the response of TLD rod. In clnical, the value approved until3%.
The result of measurement show that phantom depth dose have decreased against gantry angle increment. In the other hand, the beam profile result from the response of gafchromic EBT 2 film by long flattened region (FR) indicates that at a depth of 0 cm and 1.5 cm are still allowed to gantry angle 30o. At a depth of 2.5 cm is only allowed up to 20o angle. Meanwhile, at a depth of 5 cm, 7.5 cm, and 10 cm are permitted only on the angle 0o, because if the irradiation at an oblique angle (or more than 0o) will occur long flattened region changes more than 2 mm.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S54775
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septi Purwaningsih
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil dosis sinar-x Computed Tomography dengan variasi pitch menggunakan film Gafchromic XR QA2 dan TLD pada fantom kepala orang dewasa dan kepala pediatrik. Untuk tujuan tersebut dilakukan pengukuran dan analisis profil dosis di sepanjang sumbu z rotasi scan pada pusat fantom dan beberapa tepi di kedalaman 1 cm, analisis profil dosis pada posisi yang sama dengan nilai pitch yang berbeda, dan analisis profil dosis pada kepala orang dewasa dan kepala pediatrik. Dari pengukuran dan analisis data diperoleh hasil profil dosis pada scan kepala orang dewasa dan kepala anak-anak dengan nilai dosis maksimal di tengah, menurun pelan ke arah tepi dengan tendensi cenderung simetri. Profil dosis dengan variasi nilai pitch, diperoleh nilai dosis yang semakin menurun dengan bertambahnya nilai pitch. Profil dosis pada scan kepala orang dewasa memiliki nilai dosis lebih besar dari pada dosis pada scan kepala pediatrik, karena scan kepala orang dewasa menggunakan mAs lebih besar. Hasil pengukuran menggunakan TLD diperoleh data yang bersifat disktrit, namun memiliki pola distribusi dan nilai dosis yang hampir sama dengan hasil dari pengukuran menggunakan film Gafchromic. Hasil pengukuran profil dosis menggunakan film Gafchromic didapatkan grafik kontinu. Nilai dosis maksimum hasil scan didapatkan pada posisi jam 12 dan minimum pada posisi jam 6. Profil dosis pada pitch 0,75; 1 dan 1,5 mengalami fluktuasi dosis dengan amplitudo pada pitch 0,75 dan 1,5 mempunyai nilai yang lebih besar jika dibandingkan dengan amplitudo pada pitch 1.

This research aims to check pattern dose profile on the adult and pediatric head scan. Comparing result measurement dose profile along the z- axis rotation at a depth 1 cm and center phantom with variety pitch. Measurement using cylinder PMMA homogeneous phantom diameter 16 cm and 10 cm using XR QA2 Gafchromic film and TLD. Result of research get dose profile adult and pediatric head scan have same pattern, the maximum dose in the middle and tendency symmetry in the edge. Value dose proportional with value of pitch. Dose in the adult head more than dose pediatric head because dose in adult head scan using bigger mAs. Dose of TLD measurement values obtained are discrete, but has a distribution and dose values are almost the same as the measurement results in XR QA2 Gafchromic film. Result of Gafchromic film measurement is continue graphic. The maximum dose of the scan results at the 12 o'clock position and minimum at 6 o'clock position. Result of research get fluctuated dose and amplitude of pitch 0.75 and 1.5 have greater than amplitude pitch 1.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T43843
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amsori
"Pengukuran dosis permukaan pada fantom telah dilakukan dengan menggunakan TLD (Thermo Luminescent Dosimeter). Penelitian dilaksanakan di Instalasi Radioterapi Rumah Sakit Persahabatan Jakarta, menggunakan pesawat teleterapi Cobalt-60. Energi foton yang dipancarkan oleh pesawat ini yaitu 1,17 MeV dan 1,33 MeV. Teknik penyinaran dengan kondisi SSD 80 cm dan luas lapangan radiasi 10 cm x 10 cm. Jenis TLD yang digunakan untuk pengukuran ini adalah TLD 100 LiF chip dengan faktor kalibrasi 3,15 x 10-4 Gy/nC. Penelitian dengan variasi sudut gantri dari 0o sampai dengan 70o mengakibatkan dosis permukaan berubah dari 0,453 Gy sampai dengan 0,567 Gy. Hasil pengukuran menunjukkan dosis permukaan pada fantom cenderung meningkat terhadap kenaikan sudut gantri sebesar 4,167 % pada skala 50.

Measurement of phantom surface dose have been done by using TLD (Thermo Luminescent Dosimeter). Research executed in Radiotherapy Instalation of Hospital of Friendship Jakarta, using typical Cobalt-60 unit. Photon energy transmitted by this unit is 1,17 MeV and 1,33 MeV. Irradiating technique with condition SSD 80 cm and wide of field radiation 10 cm x 10 cm. Used Type TLD for this measurement was TLD 100 LiF Chip with calibrate factor 3,15 x 10-4 Gy/nC. Research with variation of gantry angle from 0o up to 70o resulting surface dose change from 0,453 Gy up to 0,567 Gy. Result of measurement show that phantom surface dose was increase to gantry angle equal to 4,167 % at scale 50."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S29191
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Kurniawan
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S29030
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pontoh, Putri Amalia
"ABSTRAK
Potensi induksi radiasi sekunder tidak hanya bergantung pada jumlah dosis penyerapan yang diberikan, tetapi juga pada karakteristik pasien. Selama perlakuan terapi menggunakan Gamma Knife Radiosurgery (GKRS), tubuh pasien menerima iradiasi akumulasi dosis hamburan dan kebocoran. Oleh karena itu, perlu untuk mengetahui dosis radiasi organ kritis pasien yang diterima selama perawatan Gamma Knife Radiosurgery dan membandingkan dengan batasan dosis masing-masing organ. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan dosimeter film GafChromic XR-QA2 dan thermoluminescent dosimeter (TLD) yang diletakkan pada permukaan organ kritis fantom. Pemasangan head frame di fantom antropomorfik (Alderson Rando Phantom, Laboratorium Penelitian Alderson, Inc., Stamford, Connecticut) dan scalp measurement digunakan untuk mengukur geometri kepala fantom. Magnetic Resonance Imaging (MRI) digunakan untuk memperoleh citra fantom antropomorfik dan kemudian dipindahkan ke Leksell Gamma Planning (LGP) untuk menentukan perencanaan posisi target, distribusi dosis dan dosis preskripsi maksimum pada target 36 Gy. Unit LGK Perfexion (Elekta AB, Stockholm, Swedia) digunakan untuk menyinari fantom dengan target diposisikan di tengah, dan volume target divariasi dari 5 cc, 10 cc, 15, dan 20 cc serta ukuran kolimator dari 4 mm, 8 mm, dan 16 mm. Dosimeter diletakkan di permukaan lensa, tiroid, payudara, fundus uterus, ovarium, dan testis. Kemudian dosimeter dianalisa untuk memperoleh dosis pada organ kritis. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa dosis yang terlihat pada lensa, tiroid, dan payudara dipengaruhi oleh jarak organ dari target, volume target, dan ukuran kolimator. Diperoleh bahwa dosis radiasi pada organ kritis berkontribusi kurang dari 3%, relatif terhadap dosis target maksimum. Dosis radiasi pada organ kritis yang diambil menggunakan film GafChromic XR-QA2 lebih tinggi dibandingkan TLD dengan diskrepansi mencapai 50%. Jika dibandingkan dengan referensi, pengukuran dosis XR-QA2 tidak jauh berbeda sehingga diketahui bahwa film XR-QA2 dapat digunakan untuk mengukur radiasi hambur. Namun, perhatian khusus dan optimisasi harus dilakukan untuk perencanaan perlakuan dengan mempertimbangkan ukuran kolimator yang digunakan dan meminimalkan waktu perlakuan.

ABSTRACT
The potential for secondary radiation induction depends not only on the amount of absorption dose received, but also on patient characteristics, such as age (in general, younger patients will be more vulnerable). During treatment using Gamma Knife Radiosurgery (GKRS), patient's body receives an dose accumulation from scattering and leakage. Therefore, it is necessary to know the dose of patient's organs at risk (OAR) received during Gamma Knife Radiosurgery treatment and compare it with the dose limit of each organs. Measurements obtained using a GafChromic XR-QA2 dosimeter and thermoluminescent dosimeter (TLD) placed on the surface of phantom critical organs. Installation of head frame in anthropomorphic phantom (Alderson Rando Phantom, Alderson Research Laboratory, Inc., Stamford, Connecticut) and scalp measurement used to measure phantom head geometry. Magnetic Resonance Imaging (MRI) used to obtain anthropomorphic phantom image and then transferred to the Leksell Gamma Planning (LGP) to determine the planning treatment planning such as target position, dose distribution and target maximum prescription dose at 36 Gy. The LGK Perfexion unit (Elekta AB, Stockholm, Sweden) used to illuminate the phantom with the target positioned in the middle, and the target volume varies from 5 cc, 10 cc, 15 and 20 cc and collimator sizes from 4 mm, 8 mm and 16 mm. The dosimeters placed on the surface of the lens, thyroid, breast, uterine fundus, ovaries and testes. Then the dosimeters analyzed to obtain the dose in OAR. The measurement results shows that the dose at lens, thyroid, and breast depend on the distance from the target, target volume, and collimator size. The radiation dose in OAR contributed less than 3%, relative to the maximum target dose. The radiation dose in critical organs taken using GafChromic XR-QA2 film is higher than TLD with a 50% discrepancy. When compared with the reference, the measurement of XR-QA2 dose is not much different so it is known that XR-QA2 film can be used to measure scattering radiation. However, special attention and optimization must be done for treatment planning by considering the size of the collimator used and minimizing the treatment time."
2020
T55381
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
I Wayan Balik Sudarsana
"Telah dilakukan pengukuran untuk menentukan OF berkas lapangan terbuka dan berkas filter wedge ternyata hasilnya tidak beda. Mengukur dosis primer tidak bisa dilakukan secara eksperimen melainkan secara teori, dengan cara ekstrapolasi kurva OF pada kedalaman 0,5 cm diperoleh sebesar 0,7066. Nilai PDD hasil pengukuran dari 0,5 cm sampai 20 cm tidak jauh berbeda dengan nilai yang berikan oleh BJR. Perbedaan keduanya berada dalam rentang -3,36% sampai 0,60%. Radiasi primer untuk kedalaman rendah ditentukan dengan pendekatan hubungan antara dosis relatif dengan luas lapangan sedangkan untuk kedalaman lebih tinggi dari 3 cm pendekatan dosis relative sebagai fungsi linier Z. Nilai PDD radiasi primer dibandingkan dengan nilai yang diberikan BJR dari 0,5 cm sampai 20 cm perbedaan dalam rentang -4,31% sampai 9,28%.

A measurement has been performed to know the output factors for open and with wedge filters beams the result indicate the same value . Dose primary can?t measurement but just calculate and than primary OF from OF curve ekstrapolation for 0.5 cm deep are 0.7066. PDD value measurement for 0.5 cm to 20 cm there were not so difference value with PDD BJR. Both different are - 3.36% to 0.60%. Primary dose for less than 3 cm solution from dose relative linier with field size. If more than 3 cm solution from dose relative with Z. PDD primary dose compare with BJR for 0.5 cm to 20 cm are -4,31% to9,28%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T21052
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarifatul Ulya
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dosimetri film EBT3 pada berkas elektron lapangan kecil dengan mengimplementasikannya pada kasus karsinoma nasofaring dan sinonasal. Penelitian ini dilakukan menggunakan Linac Synergy Platform yang memproduksi berkas elektron dengan energi 6, 8, 10, 12, 15 MeV. Film EBT3 dengan ukuran 3.2×2.5 cm2 diiradiasi menggunakan range dosis 0-500 cGy. Penelitian ini menggunakan lapangan radiasi 1×1, 2×2, 3×3, 5×5, 8×8 dan 10×10 cm2. Film dipindai menggunakan flatbed scanner Epson Perfection V700 dalam evaluasi pixel value. Perhitungan dan plot antara netOD dan dosis untuk mendapatkan kurva kalibrasi. Evaluasi uncertainty dan sensitivitas film EBT3 dilakukan dengan ImageJ dan MatLab. Hasilnya menunjukkan uncertainty tertinggi pada lapangan 1x1 cm2 dengan nilai 4.6%. Nilai sensitivitas film EBT3 konstan ketika dosis yang diberikan >100 cGy, namun berbeda untuk lapangan kecil yang sensitivitasnya sangat dipengaruhi oleh energi yang diberikan. Selain itu, pixel value yang diperoleh dipengaruhi oleh selang waktu antara iradiasi dengan pemindaian dan rotasi film EBT3 pada saat pemindaian. Namun, pixel value film EBT3 tidak dipengaruhi oleh pembalikan (flipped) film EBT3. Homogenitas scanner Epson V700 arah longitudinal lebih tinggi daripada arah transversal. Berdasarkan hasil pengujian menggunakan persamaan kalibrasi lapangan 10×10 cm2 dapat digunakan untuk membaca dosis sampai lapangan 5×5 cm2, dan khusus untuk energi 15 MeV dapat digunakan sampai lapangan 2×2 cm2. Pada kasus karsinoma nasofaring, semakin kecil lapangan berkas elektron maka nilai presentase diskrepansi dosisnya semakin besar dengan nilai terbesarnya -16.47% (6 MeV) pada lapangan 1×1 cm2. Sedangkan pada OAR spinal cord pada energi rendah dan lapangan kecil nilai nilai dosis yang terukur 0 cGy atau berkas elektron jangkauannya tidak sampai pada spinal cord (OAR). Namun untuk kasus sinonasal selain ukuran lapangan, nilai diskrepansi dosis juga dipengaruhi oleh ketidakhomogenan pada target dengan nilai terbesarnya 10.66% (12 MeV) pada lapangan 2×2 cm2. Hasil koreksi matriks pada scanner rata-rata dapat meningkatkan pembacaan dosis pada implementasi energi berkas elektron lapangan kecil pada kasus karsinoma nasofaring dan sinonasal.

This study aimed to determine the dosimetry characteristics of the EBT3 film on a small field electron beam and implementation in nasopharyngeal carcinoma and sinonasal case. The experiments were done using Linac Synergy-Platform which produces an electron beam with the energy of 6, 8, 10, 12, 15 MeV. EBT3 films with the size of 3.2×2.5 cm2 was irradiated using dose in the range of 0 to 500 cGy. We did the experiments using radiation field size of 1×1, 2×2, 3×3, 5×5, 8×8 and 10×10 cm2. The irradiated film was scanned using Epson Perfection V700 flatbed scanner to evaluate the pixel value. We calculated the NetOD (NOD) and plotted the characteristics curve between dose and NOD. We compared the uncertainty and sensitivity of characteristics curve of the EBT3 film between MatLab and ImageJ software. The results show the largest Uncertainty of characteristics curve around of 4.6% at 1×1 cm2. Sensitivity value was constant when film irradiated with >100 cGy, it's influenced much by the energy for small field. In addition, the pixel value obtained is influenced by the time interval between irradiation by scanning and rotation EBT3 film at the time of scanning. However, the pixel value is not influenced by the film EBT3 flipped. Epson V700 scanner homogeneity in the longitudinal direction is higher than the transverse direction. Based on the results of field testing using calibration equation 10×10 cm2 can be used to read the dose until 5×5 cm2 field, and specifically to the energy 15 MeV can be used to read doses a 2×2 cm2. In cases of nasopharyngeal carcinoma, the smaller the field of electron beam then the value of the dose the greater the percentage of discrepancy with the greatest value of -16.47% (6 MeV) on 1×1 cm2 field size. While in OAR spinal cord at low energy and small field values measured dose of 0 cGy or electron beam not coverage to the spinal cord (OAR). But for cases of sinonasal with addition of field size, dose discrepancy value is also affected by irregularities on the target with the greatest value of 10.66% (12 MeV) in 2×2 cm2 field size. The result of the matrix correction increase accuration on implementing electron small field beam in the case of nasopharyngeal carcinoma and sinonasal.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T45837
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanungkalit, Erlin Ingrina
"Telah dilakukan kalibrasi film Gafchromic XR-RV3 yang dilakukan di Secondary Standard Dosimetry Laboratory (SSDL) BATAN untuk pengukuran dosis kulit pasien selama prosedur intervensional dipandu fluoroskopi. Film dikalibrasi di udara dan di fantom dengan dosis penyinaran 1, 5, 10, 15, 50, 100, 200, dan 300 cGy pada kualitas berkas 70, 80, 90 dan 100 kV. Persamaan faktor kalibrasi dihasilkan dari grafik hubungan nilai kerapatan optik (OD) dengan dosis. Hasil dari pengukuran faktor kalibrasi di udara dan di fantom merupakan persamaan polinomial orde kelima dengan R=1. Dalam penelitian ini juga dilakukan komisioning scanner Perfection V700 di Laboratorium Fisika Medis dan Biofisika yang bertujuan untuk menguji konsistensi scanner, homogenitas scanner, homogenitas film dan suhu ruang penyimpanan film, serta menentukan faktor fading film.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa film memiliki komposisi yang tersebar merata pada setiap lapisannya. Berdasarkan respon scanner disarankan untuk melakukan pemindaian pada bagian pusat bedscanner namun tidak disarankan untuk melakukan pemindaian secara berulang. Selama penyimpanan dan proses pembacaan film sebaiknya suhu ruangan dijaga konstan. Berdasarkan lama waktu pemindaian film selama 72 hari, diperoleh laju penurunan nilai pixel film yaitu 314.3 pixel/pekan serta dihasilkan faktor koreksi fading y = -0.002x + 4.701 dengan R2=0.997, sebagai kompensasi waktu pemindaian yang berbeda.

Calibration of Gafchromic XR-RV3 film has been done at Secondary Standard Dosimetry Laboratory (SSDL) BATAN for measurement of patient skin dose during fluoroscopically guided interventional procedures. The film was calibrated free-in-air and on-phantom with exposure doses of 1, 5, 10, 15, 50, 100, 200 and 300 cGy at four x-ray beam qualities of 70, 80, 90 and 100 kV. Calibration factor function was generated from the graph equation between the optical density (OD) and doses. The resulted calibration factor free-in-air and on-phantom were defined in fifth order polynomial function with R=1. In this study commissioning perfection V700 scanner at the Laboratory of Medical Physics and Biophysics which aimed for consistency testing of scanner, the homogeneity of scanner, the homogeneity of film, and the temperature during storage, as well as determined the fading factor of film, was also performed.
The results shows that the composition of film layer was spread equally. Based on the response of scanner, it is recommended scan at center of flatbed but not recommended to perform repeatedly scanning. The room temperature during storage and the process of film reading should be kept constantly. Based on 72 days of the film scanning time, the decrease rate of film pixel value is 314.3 pixel/week and fading correction factor is in term of y = -0.002x + 4.701 with R2=0.997 to compensate reading time variation.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S53482
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Diah Lestari
"Radioterapi lapangan kecil mulai banyak digunakan pada radioterapi modern seperti Intensity modulated radiotherapy (IMRT), stereotactic radiosurgery (SRS), dan Volumetric modulated arc therapy (VMAT). Akurasi terhadap pengukuran profil berkas dan percentage depth dose (PDD) menjadi kompleks karena ketidakseimbangan elektron. Oleh karena itu, film Gafchromic EBT2 digunakan untuk dosimeter radioterapi lapangan kecil karena memiliki resolusi spasial yang tinggi. Analisa dosimetri pada film Gafchromic EBT2 sangat dipengaruhi oleh penggunaan resolusi spasial citra. Penggunaan resolusi yang terlalu tinggi dapat menyebabkan noise yang cukup besar sebaliknya resolusi citra yang terlalu rendah tidak mampu menampilkan hasil analisa yang cukup akurat. Dengan demikian penggunaan resolusi citra yang optimum menjadi parameter penting dalam analisa dosimetri pada film Gafchromic EBT2. Resolusi citra yang optimum dapat ditentukan dengan melakukan uji respon terhadap variasi resolusi citra yakni : 50, 75, 100, 150, dan 240 dpi pada saat melakukan scanning film dengan Epson Perfection V700 menggunakan orientasi film landscape. Analisa dosimetri dilakukan menggunakan algoritma MATLAB dan dibandingkan dengan penelitian sebelumnya menggunakan ImageJ, Monte Carlo dan PPC untuk melihat karakteristik dosimetri terhadap penggunaan resolusi. Secara keseluruhan hasil evaluasi menunjukkan kondisi optimum resolusi citra 150 dpi diperoleh pada TPR20,10 dengan S.D. 8.10 % dan dmax dengan S.D 4.78%. Hasil evaluasi profil berkas menunjukkan resolusi optimum untuk FWHM dan Penumbra dicapai pada resolusi 75 dpi dengan S.D. 7.0 2% dan 12.43%. Hasil evaluasi VACF menunjukkan resolusi optimum dicapai pada resolusi 50 dan 75 dpi. Hasil yang diperoleh dari masing-masing parameter dosimetri memiliki kecenderungan optimum pada resolusi citra75 dpi.

Small field radiotherapy were increasing used in modern radiotherapy especially in intensity modulated radiotherapy (IMRT), stereotactic radiosurgery (SRS), and volumetric modulated arc therapy (VMAT). Accurate beam profile and percentage depth dose (PDD) measurements of such as beams were complicated due to the electron disequilibrium. Hence the EBT2 (external beam therapy) Gafchromic film was used for dosimetry small field radiotherapy because of its high spatial resolution. Spatial resolution influence dosimetric analyze for EBT2. More perturbation cause by using high spatial resolution otherwise low image spatial resolution couldn?t determined accurately. Such as, small field radiotherapy required the optimum image resolution for important parameter in dosimetric analyze EBT2. Optimum image resolution could be determine with testing dosimetric characterization to resolution response by 50, 75, 100, 150, and 240 dpi with landscape film orientation during film scanning by Epson Perfection V700. Dosimetric analyze was done by MATLAB algorithm and compare to ImageJ, Monte Carlo and PPC from prior research to evaluate dosimetry characteristic to image resolution. The results show that optimum image resolution was 150 dpi with S.D. 8.10 % and 4.78% for TPR20,10 and dmax respectively. Beam profile evaluation for FWHM dan Penumbra attained for 75 dpi with S.D. 7.0 2% and 12.43%. VACF evaluation show that optimum image resolution rich at 50 and 75 dpi. The result for each dosimetry parameter attained to optimum image resolution at 75 dpi"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S54792
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>