Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 48921 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Panggabean, Lumria Nora Fransisca
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
TA2355
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Boston: Elsevier, 2016
622.342 GOL
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Catherine Juwita
"Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara mengamanatkan kewajiban peningkatan nilai tambah melalui kegiatan pengolahan dan/atau pemurnian di dalam negeri bagi setiap pemegang izin dan kontrak karya pada tahun 2014 nanti. Skripsi ini mengkaji tentang pengaturan kewajiban peningkatan nilai tambah melalui kegiatan pengolahan dan/atau pemurnian di dalam negeri pada produk akhir mineral tembaga menurut UU No. 4 Tahun 2009 dan Kontrak Karya PT Freeport Indonesia. Dengan menggunakan metode yuridis normatif, penelitian ini menunjukkan bahwa UU No. 4 Tahun 2009 tidak memberikan penjelasan tentang kewajiban peningkatan nilai tambah tersebut. Kewajiban ini dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 7 Tahun 2012 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral. Peraturan Menteri tersebut menjelaskan bahwa untuk mineral tembaga harus diolah di dalam negeri, dan hal ini mengakibatkan setiap kontraktor pertambangan tembaga, termasuk PT Freeport Indonesia, berkewajiban mendirikan smelter, terlepas dari apakah pendirian smelter tersebut menguntungkan atau merugikan kontraktor. Sedangkan, apabila mengacu pada Kontrak Karya PT Freeport Indonesia, PT Freeport Indonesia mendirikan smelter hanya apabila menguntungkan sesuai dengan klausul ?paling menguntungkan secara ekonomi?. Dalam hal terjadi perbedaan pengaturan, maka untuk kewajiban peningkatan nilai tambah, bagi PT Freeport Indonesia yang berlaku adalah UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara dan juga Kontrak Karya PT Freeport Indonesia karena keduanya mengatur hal yang sama, yaitu kewajiban peningkatan nilai tambah; sedangkan untuk pendirian smelter, bagi PT Freeport Indonesia yang berlaku adalah Kontrak Karya PT Freeport Indonesia karena adanya asas grandfather clause dalam arah kebijakan dasar investasi bahwa peraturan yang terbit setelah Kontrak Karya PT Freeport Indonesia ditandatangani tidak berlaku surut terhadap Kontrak Karya PT Freeport Indonesia.

The Law No. 4 of 2009 on Mineral and Coal Mining mandated an obligation of increasing added value through processing and/or refining activities inside the country for each of the licensee and contract of work holders in the year of 2014. This mini thesis examines the interpretation of the obligation of increasing added value through processing and/or refining activities inside the country of copper mineral products according to The Law No. 4 of 2009 and The Contract of Work of PT Freeport Indonesia. By using normative methods, this study shows that The Law No. 4 of 2009 does not provide an explanation of the increasing added value obligation. This obligation is further elaborated in The Minister Regulation of Energy and Mineral Resources No. 7 of 2012 on Mineral Added Value through the Processing and Refining Activities. The Minister Regulation explained that for copper minerals must be processed inside the country, and this has resulted in any copper mining contractors, including PT Freeport Indonesia, is obliged to establish a smelter, regardless of whether the establishment of the smelter is profitable or harmful to the contractor. Meanwhile, according to The Contract of Work of PT Freeport Indonesia, PT Freeport Indonesia will establish a smelter if only it is profitable in accordance with the clause ?most economically profitable?. In case of there is a difference of regulation, then for the obligation of increasing added value, The Law No. 4 of 2009 concerning Mineral and Coal Mining and The Contract of Work of PT Freeport Indonesia should be applied to PT Freeport, as both regulate the same thing which is the obligation of increasing added-value; while for the establishment of a smelter, for PT Freeport Indonesia the regulation that should be applied is The Contract of Work of PT Freeport Indonesia because of the principle of grandfather clause in the basic policy direction of investment that regulates issued after the Contract of Work of PT Freeport Indonesia had been signed does not apply retroactively to the Contract of Work of PT Freeport Indonesia. "
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
S45205
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutahaean, Imanuel Abdi Plerusthe
"Dalam industri pengolahan mineral, keberhasilan proses ditentukan oleh kadar konsentrat, perolehan, serta liberasi mineral berharga. Jenis bijih yang masuk kedalam proses di plant bervariasi tipe dan sifatnya. Dalam penelitian ini, bijih yang dipakai merupakan problematic ore, karena mengandung High Pyrite. High pyrite merupakan bijih yang susah diproses, karena bisa menimbulkan dilema, karena pada dasarnya kita tidak menginginkan pyrite ada di konsentrat kita, itu harus dibuang untuk mendapatkan kadar akhir konsentrat murni _30%, tapi kerugiannya kita bisa kehilangan Au (emas), karena biasanya emas berasosiasi/berikatan dengan pyrite. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel proses yang efektif untuk memproses bijih yang mengandung pyrite. Penelitian ini difokuskan pada pengaruh variabel flotasi yang berubah-ubah, yaitu: pH = rendah / sedang / tinggi (9.5 / 10.5 / 11.5), Dosis Secondary collector = rendah / sedang / tinggi (0 / 10 / 20g/t), tipe Frother = 3 tipe (F597 / OTX140 / MIBC), SMBS = rendah / sedang / tinggi, Sodium Carbonate = rendah / sedang / tinggi. Dengan variabel yang dijaga konstan adalah grind(+80% passing 65 mesh), Primary collector dose( 40g/t), Collector type(AP7249), Frother dose(12g/t). Hasil pengujian menunjukkan bahwa perolehan tembaga/CuR terendah adalah 5,7 % dan tertinggi adalah 64,2 %. Sedangkan untuk perolehan emas/AuR, yang terendah sebesar 2,7 % dan yang terbesar adalah 63,8 %, dengan perolehan tembaga dan emas terbaik diperoleh pada pH 9.5, SIBX 20g/t dan SMBS 50g/t.

In industry processing of mineral, efficacy of process determined by rate of concentrate grade, recovery, and also liberation of valuable mineral. Ore type which enter into process in the plant vary type and in character. In this research, ore weared to represent ore problematic, because containing High Pyrite. High Pyrite represent ore which is hard to be processed, because can generate dilemma, because basically we do not wish pyrite in our concentrate, that have to be thrown to get final rate of pure concentrate _ 30%, but it's a loss out because we can lose Au (gold), because usually gold have association / band with pyrite. This research aim to know effective process variable to process ore that contain of pyrite. This research is focussed of influence of variable of flotation fickle, that is: pH = low / med / high ( 9.5 / 10.5 / 11.5), Secondary collector dose= low / med / high ( 0 / 10 / 20 g t), Frother type = 3 types ( F597 / OTX140 / MIBC), SMBS = low / med / high, Sodium Carbonate = low / med / high. Other set-points that will be kept constant are grind(+80% passing 65mesh), Primary collector dose( 40g/t), Collector type(AP7249), Frother dose(12g/t). Result of examination indicates that lowest CuR is 5,7 % and highest is 64,2 %. While for gold recovery, the lowest equal to 2,7 % and biggest is 63,8 %, with the best CuR and AuR were obtained at pH 9.5, SIBX at 20g/t and SMBS at 50g/t."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S41776
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emerson, Craig
Canberra: Australian National University , 1982
338.476 EME e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Sulaksono
"Dengan seiring tuntutan investasi PT Freeport Indonesia Company (P.T. F.I.C.) terhadap optimalisasi penerimaan negara, pemenuhan kebutuhan tembaga dalam negeri, alih teknologi canggih peleburan tembaga, konservasi dan pelestarian lingkungan serta harmonisasi masyarakat di lingungan tambang, maka perlu upaya peningkatan sektor ekonomi dengan mengoptimalkan kepentingan nasional dan iklim investasi tetap terjaga.
Pada kontrak karya generasi kelima PT F.I.C. yang diberikan tambahan kewajiban harus mendirikan pabrik peleburan tembaga (smelter), dengan melakukan metode aliran kas didiskon (discount cash flow method) untuk analisa investasi akan diperoleh hasil economic return perusahaan yang masih menguntungkan dan optimalisasi penerimaan negara bagi Pemerintah dengan berpegang pada penelitian pakar-pakar tambang serta membandingkan kontrak pertambangan dari segi keekonomian dengan negara-negara lain.
Dari hasil analisa investasi PT FIC pada Kontrak Karya Generasi kelima, diperoleh tingkat pengembalian modal 15 % lebih besar dari tingkat suku bunga pinjaman 10,7 %, nilai sekarang bersih positip sebesar US$. 54.835.95 ribu dan indek keuntungan lebih besar dari satu yaitu 1,09 maka perusahaan layak melakukan investasi di Indonesia. Dan nilai yang diterima keseluruhan pemerintah dibanding dengan nilai perusahaan sebelum pajak dari tahun 1997-2000 sebesar 45,86 %, 41,51 %, 45,43 %, 57,83 % lebih kecil dari 60 % maka produk kontrak karya generasi kelima cukup menarik. Dan ini sebagai dasar pembuatan produk kontrak karya akan datang dari segi keekonomian dengan tanpa membebani lagi aspek keuangan dan perpajakan pada perusahaan, tentunya aspek lain juga mendukung sektor Pertambangan.

In line with the investment demand of PT FIC toward the optimalization of the state revenue, the fulfillment of domestic copper demand, the transfer of high-technology copper melting, conservation and preservation of environment and development of the people near the mining location, an effort to improve the economic sector is needed to optimize the national interest and maintain the investment climate.
In the fifth generation production sharing, PT FIC is given additional obligation to establish copper smelling factory (Smelter), by performing with discount cash flow method for investment analysis to obtain economic return which is still profitable and optimize the state revenue to be received by the government based on researches of mining experts and compare the mining contract in economic term with other countries.
From the investment analysis PT FIC of the fifth generation profit sharing is obtained internal rate of return is 15 % exceeds MARL, net present value is US$. 54,835.95 and profitability index is 1,09, that PT FIC feasible for mining to Indonesia. And the economic return obtained net effective tax rate from years 1997-2000 is 45,86 %, 41,51 %, 45,43 %, 57,83 % not exceeds is 60 %, that the fifth generation profit sharing is quite profitable. And this is the base of the next production sharing contract in economic terms without burdening the finance and tax aspect to company, certainly other aspects are also conducive for the mining sector."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T10775
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raditya Indera Syahreza
"ABSTRAK
Globalisasi telah menciptakan dunia yang semakin terbuka dan adanya saling ketergantungan (dependensi) antarnegara yang cukup besar. Indonesia misalnya adalah salah satu negara yang memiliki ketergantungan besar terhadap negara lain terutama untuk membantu mengolah sumber daya alamnya. Ketergantungan ini terlihat dari banyaknya perusahaan transnasional (TNC) yang beroperasi di Indonesia. Banyaknya TNC sebenarnya adalah hal yang bagus karena berarti pemerintah berhasil membangun suasana ekonomi yang kondusif bagi negara lain untuk berinvestasi. Teori yang dapat digunakan untuk mengkaji beroperasinya TNC disebuah negara adalah teori diplomasi perusahaan. Pada diplomasi perusahaan setiap TNC harus mempertimbangkan keinginan-keinginan negara tuan rumah dan bertindak secara etis menggunakan keempat elemen kebiasaan diplomasi perusahaan. Keempat elemen itu adalah personal, learning, openness,and mindset. PT Freeport Indonesia adalah perusahaan pertambangan yang paling lama beroperasi di Indonesia. Ternyata banyak praktik-praktik bisnis PTFI yang melanggar empat elemen tersebut. Pelanggaran terhadap keempat elemen kebiasaan diplomasi perusahaan tersebut juga berdampak pada citra PTFI di mata masyarakat.

ABSTRACT
Globalization has made the world more open and dependency between countries are even greater. Indonesia for example, is one country that has a large dependence on other countries. Especially in processing it?s natural resources. This dependence is evident from the many transnational corporations (TNCs) operating in Indonesia. The number of TNC is actually a good thing because it means the government managed to build an conducive economy atmosphere for other countries to invest. One of the theory that can be used to assess the operation of the TNC in a country is the theory of corporate diplomacy. In corporate diplomacy TNC should consider the wishes of the host country and act ethically using four behavioral elements of corporate diplomacy. The fourth elements are personal, learning, openness, and mindset. PT Freeport Indonesia is the longest operating mining corporation in Indonesia. Apparently there are a lot of PTFI?s business practices that violates those four elements. Violations of the four elements of corporate diplomacy also have an impact on the PTFI's image in the public?s eyes.
"
2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mealey, George A.
New Orleans: Freeport-McMoran Copper & Gold, 1996
622.343 MEA g (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
T.A. Nurwinakun
"Kepulauan Indonesia terletak di daerah perbenturan tiga lempengan raksasa, yaitu lempeng Australia yang bergerak ke utara, lempeng Pacific yang bergerak ke barat dan lempeng Eurasia yang relatif diam.
Benturan ketiga lempengan tersebut mengakibatkan Indonesia dipenuhi deretan gunung api, yang selain berpotensi mendatangkan bencana, juga menawarkan potensi sumber daya mineral dan energi yang besar dan beragam. Di kawasan timur Indonesia, batuan yang dihasilkan bersifat ultra bass yang berpotensi mengandung besi, nikel, khrom dan kobalt. Di kawasan barat Indonesia batuannya bersifat asam yang berpotensi mengandung tembaga, timah putih, emas, perak dan platina. Disamping itu proses alam lainnya telah melakukan pengikisan dan pengendapan, sehingga terbentuk endapan batuan yang berpotensi mengandung minyak bumi, gas, batubara, dan gambut.
Dengan kondisi geologi yang menjanjikan ditemukannya berbagai ragam sumber daya mineral dan energi sebagaimana digambarkan di atas, Indonesia selama PJP-I (Pembangunan Jangka Panjang Pertama) secara umum telah berhasil memanfaatkannya untuk kepentingan pembangunan. Sektor pertambangan khususnya, baik pertambangan minyak dan gas bumi (migas) maupun pertambangan umum (non-migas) telah memainkan peranan yang amat penting dalam pembangunan ekonomi nasional, khususnya sebagai sumber penerimaan negara dan penghasil devisa.
Peranan lainnya antara lain dalam memproduksi bahan-bahan baku untuk memenuhi kebutuhan industri dan energi dalam negeri serta pembangunan prasarana dan sarana sosio-ekonomi. Tidak kurang penting adalah peranannya dalam penyediaan lapangan kerja dan dalam menumbuhkan kehidupan sosial ekonomi berbagai wilayah di tanah air yang semula merupakan daerah terpencil tanpa kehidupan berarti. Dampak lainnya dapat terlihat dari tumbuh dan berkembangnya berbagai industri samping dan industri penunjang.
Pasal 33 Ayat (2) dan Ayat (3) UUD 1945 secara jelas telah merumuskan falsafah mengenai pengelolaan kekayaan alam termasuk berbagai bahan galian sebagai berikut:
Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai negara;
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat?."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Harjanto
"Analisis potensi penghematan energi dan penghematan biaya dilakukan pada proses Kominusi, divisi konsentrasi pabrik pengolahan tembaga di Indonesia. Estimasi perhitungan dilakukan dengan pendekatan perhitungan slurry heat capture ratio dan efisiensi Carnot. Hasil perhitungan dan analisis menunjukkan bahwa panas hasil proses Kominusi berpotensi untuk dikonversi menjadi energi listrik, dengan estimasi efisiensi konversi sebesar 70%. Dalam hal ini, panas yang dihasilkan dari Ball Mill memiliki potensi lebih tinggi dibandingkan Semi Autogenous Mill. Sedangkan, potensi energi Listrik hasil konversi panas limbah proses Kominusi diperkirakan sebesar lebih dari 2 GWh/tahun, sedangkan potensi biaya yang bisa dihemat mencapai sekitar 0,2 juta USD/tahun.

An analysis of the potential for energy and cost savings was conducted on the comminution process in the concentration division of copper minerals processing plants in Indonesia. Estimated calculations were carried out using the slurry heat capture ratio approach and Carnot efficiency calculations. The results of the calculation and analysis show that the thermal/heat from the comminution process has the potential to be converted into electrical energy, with an estimated conversion efficiency of 70%. In this case, the heat generated from the Ball Mill has a higher potential than the Semi Autogenous Mill. Meanwhile, the potential for electrical energy from the conversion of Kominusi process waste heat is estimated at more than 2 GWh/year, while the potential costs that can be saved reach around 0.2 million USD/year."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>