Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 107645 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rella Kumala
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
TA2373
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hastomo Yanuardi
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
TA2366
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S39538
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Shodiq
"Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi perdagangan yang mengarah pada pembentukan pasar bebas bersama dunia menuntut standardisasi produk sebagaimana ditetapkan WTO. Dalam kondisi seperti ini hanya produk dan jasa bermutulah yang akan memenangkan persaingan dan mempertahankan posisinya di pasar.
Total Productive Maintenance (TPM) bermaksud untuk menciptakan kepuasan konsumen dan kepuasan karyawan. Sasaran ini dilakukan dengan cara memperbaiki kondisi perusahaan. Yang dimaksud dengan memperbaiki kondisi perusahaan disini ialah merubah atau meningkatkan sumber daya manusianya melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang dimaksud adalah mendidik orang agar mampu meningkatkan kondisi peralataan, perbaikan bahan dan perbaikan sistem. Dengan perbaikan kondisi perusahaan berupa man, machine, material & method, maka akan mampu menghasilkan tujuan kongkrit yaitu Productivity, Quality, Cost, Delivery, Safety environment & Mental.
TPM merupakan " people oriented system", sehingga dalam melakukan evaluasi pelaksanaan program TPM di Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Dingin PT.Krakatau Steel ini hal yang cukup panting untuk diperhatikan dan dijadikan bahan evaluasi antara lain adalah bagaimanakah mereka mendesain, mengorganisasi dan mengelola TPM serta bagaimana mereka mendesain pelatihan TPM yang melibatkan seluruh level karyawan dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan dasar mengenai TPM serta apakah implementasi TPM ini juga mempertimbangkan aspek-aspek lingkungan kerja serta kesejahteraan dan kepuasan karyawan.
Oleh karenanya alat ukur yang paling tepat dalam melakukan assesment ini adalah Assesment Tool: Human Resources Focus dari MBNQA (Malcolm Baldrige National Quality Award): 2000 Criteria For Performance Excellence.

The terms of globalization and free trading are the two things that always come up and closely related to the way we are living at this age. The simple meaning of the globalization it self is "oneness" of the world, whereas in term of business perspective this oneness leads to standardizing of the product especially for the quality. International bodies for monitoring standard of the product were established such as World Trade Organization (WTO). All these bodies will make sure by issuing the license that such product is exempted to be traded in the international market otherwise no space for the inferior product. It is simply because, the only superior product which is sustain at very high competitive environment.
The product with high quality as requirement of production and also to satisfy the need of the customers and at the same time, employee's oriented approach. Employees as a main factor of production will determine the up and down of the industry. It is obvious, the quality of product are only produced by those who have talent, skill and knowledgeable workers. For this reason, the enhancement of the employees' skills and talent are indispensable ingredient that cannot be avoided by the company. This can be achieved by means provide training course for the employees. The type of the training it self should be comprehensive program to do the job more effective and efficient. In short, the aim of the TPM (Total Productive Maintenance) is encompassing the whole aspect of production such as man, machine, material and method which will lead to ultimate achievement of productivity, quality, cost, delivery, Safety environment & Mental.
TPM is a "people oriented system", so that in the process of evaluating the program of TPM at Cold Rolling Mill PT. Krakatau Steel, it is a very important matter to be taken into consideration and attention which is later it is needed as means of evaluation how they are designing, organizing and managing the TPM which are involving all the management level in the organization for the reason of giving the basic knowledge toward the TPM, moreover, the implementation of TPM is also going to take consideration about working environment aspects and satisfaction of employees. Therefore, the exact tools in doing the assesment are Human resources focus of MBNQA (Malcolm Baldrige National Quality Award): 2000 Criteria for Performance Excellence."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T7504
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
TA2425
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Firdaus
"Hasil proses pengelasan Busur Rendam sangat tergantung dari pemakaian jenis elektroda dan fluks, arus, tegangan listrik, kecepatan pengelasan dan lain-lain. Pemilihan besar arus dan kecepatan pengelasan yang dipakai dalam pengelasan bahan baja adalah cukup penting, karena faktor tersebut akan menentukan masukan panas (heat input) yang terjadi dan struktur mikro pada daerah las.
Pada penelitian ini dipelajari pengaruh besar arus dan kecepatan pengelasan terhadap sifat mekanik (sifat kuat tank, tekuk, ketangguhan, kekerasan) dan struktur mikro dari hasil pengelasan dengan menggunakan proses pengelasan Busur Rendam, elektroda dan fluks yang sama terhadap pengelasan dari masing-masing Baja API 5L-X52 dan Baja SS 400. Tegangan listrik konstan digunakan dalam proses pengelasan ini, sehingga perubahan masukan panas yang diberikan hanya tergantung pada besar arus dan kecepatan pengelasan yang divariasikan. Sesuai standar, arus pengelasan yang digunakan sebesar 300 A, 325 A dan 350 A serta kecepatan pengelasan sebesar 8'10 mm/ menit, 830 mm/menit dan 850 mm/menit.
Dari penelitian ini diperoleh bahwa pengelasan terbaik untuk masing-masing pengelasan Baja API 5L-X52 dan Baja SS 400 tersebut, jika digunakan arus pengelasan 325 A dan kecepatan pengelasan 850 mm/menit.

The result of Submerged Arc Welding (SAW} process depends on the types of electrode and flux, current, voltage, the welding speed, etc. Choosing the welding current and speed which are used on welding of steel material is very important, because of that factors will define the heat input and the micro structure at the welding area.
In this research, it is learned the influence of the welding current and speed at mechanical system (tensile strength, bending, toughness, hardness) and micro structure of the welded result using SAW process at the same electrode and flux on welding with API 5L-X52 steel and 5S 400 steel. The constant voltage is used on this welding process, so that the heat input movement is reached only depending on the various of the current and the welding speed. Based on classification, the welding current and speed are used namely: 300 A, 325 A, and 350 A. 810 mm/minute, 830 mm/minute, and 850 mm/minute.
From this research, the best welding process for APL 5L-X52 steel and SS 400 steel, use welding current of 325 A and the welding speed of 850 mm/minute.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Radtya
Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26661
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Herry Triyatno
"Karya akhir ini membahas mengenai bidang strategi pemasaran, yaitu meliputi strategi korporasi, strategi pemasaran dan bauran pemasaran suatu perusahaan dalam suatu lingkungan usaha. Sebagai fokus penelitian dan pembahasan diambil dari kasus PT Krakatau Steel dalam menghadapi perubahan lingkungan usahanya.
Kebijaksanaan deregulasi yang digulir pemerintah mempunyai tujuan untuk meningkatkan efisiensi industri nasional, termasuk industri baj a. Berakhirnya sis tern tata niaga baj a yang dimonopoli oleh PT Krakatau Steel dan penurunan bea masuk impor secara bertahap yang dimulai sejak tahun tahun 1991, mengakibatkan kinerja PT Krakatau Steel mengalami penurunan secara terus menerus sampai pacta akhir tahun 1994. Hal ini disebabkan karena antisipasi yang dilakukan PT Krakatau Steel dalam menghadapi perubahan lingkungan usaha relatif kurang cepat dibandingkan dengan kecepatan perubahan lingkungan usaha itu sendiri.
Perangkat analisis yang dipergunakan dalam pembahasan masalah Strategi Pemasaran PT Krakatau Steel ini adalah analisis peluang pasar dan kekuatan bisnis perusahaan, analisis portfolio segmen pasar secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis peluang pasar dan kekuatan bisnis PT Krakatau Steel dilakukan untuk mengetahui posisi bersaing perusahaan dalam lingkungan usahanya dan merupakan dasar dalam penentuan strategi korporasi. Kemudian dilanjutkan dengan analisis portfolio segmen pasar, yaitu untuk mengetahui posisi bersaing produk PT Krakatau Steel pacta setiap segmen pasar yang akan dipergunakan untuk menentukan strategi pemasaran dan bauran pemasaran produk untuk setiap segmen pasar.
Dari analisis yang dilakukan maka strategi korporasi yang dipilih adalah strategi pertumbuhan (growth strategy), strategi pemasarannya adalah strategi penetrasi pasar untuk segmen pasar Drum, GIS, Pipe & Tube, dan Others, strategi pengembangan produk untuk segmen pasar Appliances, Automotive dan Enamel. Dan strategi bauran pemasarannya adalah strategi bauran pemasaran yang unik untuk setiap segmen pasar, yaitu yang sesuai dengan strategi korporasi, strategi pemasaran produk setiap segmen pasar.
Dalam tahap pelaksanaan strategi pemasaran ini perlu dilakukan perencanaan dan pengendaliannya pelaksanaan strategi. Dalam tahap perencanaan pelaksanaan strategi ini perlu disiapkan program kerja secara rinci yang didukung oleh sumber daya yang memadai. Dan dalam pengendalian program kerja yang sesuai dengan strategi pemasaran yang sudah di tetapkan, perlu dukungan komi tmen dan konsistensi tingkat manajemen."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Putri Beatrix Septiani
"Skripsi ini membahas bagaimana interpretasi karyawan dalam memaknai budaya K3. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Permasalahan dimulai ketika dengan berkembang pesatnya industri mendorong penggunaan mesin, peralatan kerja, dan bahan-bahan kimia dalam proses produksi semakin meningkat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memberikan kemudahan dalam proses produksi, meningkatnya produktivitas kerja, dan meningkatnya jumlah tenaga kerja. Dengan demikian banyak pula masalah ketenagakerjaan yang timbul termasuk masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Seperti meningkatnya jumlah dan ragam sumber bahaya di tempat kerja, peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, dan pencemaran lingkungan. Rendahnya budaya keselamatan cenderung meningkatkan biaya ekonomi dan lingkungan seperti penurunan produksi, biaya medis, polusi dan penggunaan energi yang tidak efisien. Sebab dari rendahnya budaya keselamatan adalah lemahnya manajemen sumber daya manusia (pelatihan, kondisi kerja, jam kerja) dan manajemen proses (prosedur, sistem keselamatan).
Hal ini pada gilirannya berdampak terhadap manusia, komunitas dan bisnis. Penggunaan berbagai alat dan mesin yang semakin modern menyebabkan karyawan tidak akan terlepas dari resiko yang menyangkut keselamatan dan kesehatan kerja. Resiko ini dapat menimpa tenaga kerja kapan dan dimana saja, sehingga membutuhkan perhatian khusus dari berbagai pihak yang berkaitan seperti pengusaha, tenaga kerja dan manajemen. Sebab masalah keselamatan dan kesehatan kerja bukan semata-mata tanggung jawab pemerintah. Program ini harus didukung oleh semua karyawan dimana karyawan dilibatkan dalam penyelesaian masalah, pembuatan peraturan kerja, kegiatan pemeriksaan dan pelatihan keterlibatan ini dilakukan agar perusahaan mengetahui dan mengerti hal-hal yang dibutuhkan karyawan.

This study discusses how employee’s interpretation in meaning of Safety and Health Occupation’s Culture. This research is qualitative by descriptive design. Problems is started when by expand fast its industry pushes the usage of machine, job or activity equipments, and chemistry materialses in course of production growing mounts. Science and technology progress can give amenity in course of production, increasing of work productivity, and increasing of occupational activity total power. There also many problem arising out occupational is entered problem of health and working safety. Like the increasing of amount and source types danger at work, amount improvement and also level of occupational accident demureness, disease because of occupational and environment contamination. Low its safety culture tends to improve economy expense and environment like production degradation, medical expense, pollution and the usage of inefficient energy. Cause of low its safety culture is weakens its human resource management (training, working condition, office hours) and process management (procedure, safety system).
This condition in turn affect to human, community and business. Usage of various of tool and machines that growing modern cause employees will not be got out of risk that concerning occupation, health and safety. This risk can befall labour anytime and anywhere until require special attention from interconnected many parties like entrepreneur, labour and management. For health and safety issues is not solely a government responsibility. The program must be supported by each other employees where employees are involved in problem solution, service instruction making, this inspection activity and involvement training are conducted in order to company knows and understands things that required employees.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S44436
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistiandriatmoko
"ABSTRAK
Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14001) dirasa perlu diterapkan antara lain karena: a) globalisasi perdagangan dunia menumbuhkan perhatian pada lingkungan global; b) kompetisi perdagangan dunia menimbulkan kebutuhan agar lingkungan tidak menjadi "hambatan non-tarif" (non-tariff barrier); c) tuntutan konsumen akan produk yang ramah lingkungan; d) kesadaran dan kepedulian pelaku industri terhadap pentingnya perlindungan lingkungan dan kesinambungan fungsi lingkungan.
Lingkungan yang telah diakui secara internasional. Tujuan utama sistem ini ialah continual improvement, yaitu suatu rangkaian tindakan perbaikan guna mencapai kemajuan yang terus menerus dan berkesinambungan demi tercapainya kinerja manajemen lingkungan yang optimal.
PT KRAKATAU STEEL dengan clta-citanya sebagai "industri baja kelas dunia" telah memutuskan untuk mengusahakan akreditasi ISO 14001, dengan tujuan untuk memperoleh peluang pasar yang semakin luas bagi produknya dan memperbaiki kinerja manajemen lingkungannya.
Pelaksanaan program akreditasi ISO 14001 di PT KRAKATAU STEEL dikoordinasi oleh Divisi Pengendalian Lingkungan Industri (Divisi PLI) dengan bantuan seorang technical advisor (Dr. Michael Groves) dari PT QUALITEGH PERDANA, Jakarta. Tahap persiapan akreditasi telah dimulai sejak bulan Juni 1996, direncanakan pre-assessment pada bulan Maret 1997, dan main-assessment pada bulan Mei 1997.
Sehubungan dengan program akreditasi tersebut, pada kondisi saat ini beberapa hal yang sangat menarik untuk diteliti ialah: a) Sejauhmana Sistem Manajemen Lingkungan yang sudah diterapkan PT KRAKATAU STEEL tersebut telah sesuai dengan standar ISO 14001 seperti diarahkan dalam "General Guidelines on Principles, System and Supporting Techniques" (ISO 14004); b) Kendala apa yang mempengaruhi tercapainya kesesuaian tersebut; c) Manfaat apa yang dapat diperoleh apabila penerapannya telah sesuai dengan standar ISO 14001.
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini ialah:
1. Mengecek sejauhmana kesesuaian Sistem Manajemen Lingkungan yang diterapkan di PT KRAKATAU STEEL dengan standar 1SO 14001.
2. Menelaah kendala yang mempengaruhi pencapaian kesesuaian seperti tersebut pada poin 1 di atas.
3. Menelaah manfaat yang dapat diperoleh apabila Sistem Manajemen Lingkungan yang telah diterapkan PT KRAKATAU STEEL telah sesuai dengan standar ISO 14001.
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus mengenai penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 di industri baja terpadu PT KRAKATAU STEEL, dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, Selain metode deskriptif kualitatif, dalam penelitian ini juga digunakan metode kuantitatif, yaitu dengan memberi pembobotan dan persentase untuk menilai hasil penelitian deskriptif kualitatif.
Kuantifikasi dilakukan dengan memberi nilai atau jastifikasi menurut proses benchmarking, yaitu proses pengukuran yang sistematis dan berkesinambungan. Proses ini mencakup proses mengukur dan membandingkan secara berkesinambungan antara proses bisnis suatu organisasi dengan proses bisnis organisasi lain yang paling berhasil di seluruh dunia, dengan tujuan mendapatkan informasi bagi upaya perbaikan kinerja organisasi tersebut (Watson, 1996:3).
Dalam kaitannya dengan studi ini, maka proses manajemen lingkungan PT KRAKATAU STEEL diukur dan dibandingkan dengan tolok ukur manajemen lingkungan seperti yang disyaratkan dalam General Guidelines (ISO 14004).
Dalam penelitian ini ditempuh cara-cara sebagai berikut:
1. Menyusun matrik checklist Sistem Manajemen Lingkungan (Lampiran 1). Pengisian matrik ini dilakukan berdasarkan wawancara dengan anggota Komite ISO 14001 PT KRAKATAU STEEL.
2. Jawaban dalam checklist ini selanjutnya digunakan sebagai pedoman . untuk melakukan observasi lapangan maupun observasi dokumen dengan tujuan mengetahui kesesuaiannya.
3. Hasil observasi lapangan maupun observasi dokumen mengenai kesesuaian tersebut, kemudian dideskripsikan untuk diberi nilai.
4. Terhadap elemen-elemen yang belum sesuai, dilakukan identifikasi mengenai kendala yang mempengaruhi pencapaian kesesuaiannya.
5. Menganalisis manfaat yang dapat diperoleh seandainya elemen yang diterapkan tersebut telah sesuai dengan standar ISO 14001.
Adapun pemberian nilai dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 mempunyai lima klausul yang berkedudukan sama pentingnya, sehingga masing-masing klausul diberi bobot dengan nilai maksimum yang sama yaitu 100%.
2. Sesuai dengan EMS - General Guidelines (ISO 14004), dan EMS - Specification with guidance for use (ISO 14001) masing-masing klausul di atas memiliki sejumlah elemen yang harus diperhatikan dalam praktik penerapan Sistem Manajemen Lingkungan. Banyaknya jumlah elemen dalam satu klausul, tergantung pada banyaknya isu yang harus diperhatikan dalam klausul tersebut.
3. Nilai maksimum masing-masing elemen diperoleh dari hasil pembagian nilai maksimum tiap klausul (100%) dengan banyaknya elemen dalam tiap klausul.
4. Masing-masing elemen diberi kisaran nilai dari 0 sampal dengan nilai maksimumnya. Tiap elemen yang dinilai memiliki kedudukan dan kepentingan yang sama.
5. Seberapa besar persentase kesesuaiannya ditentukan melalui cara membandingkan hasil observasi lapangan dan observasi dokumen dengan arahan General guidelines (ISO 14004). Bila kesesuaiannya penuh diberi nilai maksimum, bila kurang dari nilai maksimumnya atau memiliki nilai berkisar antara 0 s/d nilai maksimumnya, maka penerapan elemen tersebut belum sesuai dengan General Guidelines ISO 14004.
Gambaran mengenai seberapa jauh Sistem Manajemen Lingkungan yang diterapkan PT KRAKATAU STEEL telah sesuai dengan standar ISO 14001 dapat dilihat pada tabel benchmarking dibawah ini.
Dari nilai masing-masing klausul diatas apabila dirata-ratakan, maka didapatkan nilai:
90% + 85% + 80% +100% + 100% = 91%
Adapun kendala yang mempengaruhi pencapaian kesesuaian, dan manfaat yang dapat diperoleh apabila penerapan Sistem Manajemen Lingkungan telah sesuai dengan standar ISO 14001, ialah sebagai berikut.
1. Klausul Kebijakan Lingkungan.
Kendala: Substansi dari pernyataan Komitmen dan Kebijakan Lingkungan belum dikomunikasikan secara memadai karena belum mendalamnya pemahaman terhadap substansi Sistem Manajemen Lingkungan.
Manfaat: Apabila dikomunikasikan secara memadai, diharapkan "jiwa" dari Komitmen dan Kebijakan Lingkungan dapat mengakar, tumbuh dan berkembang menjadi budaya pada setiap karyawan, dan kinerja manajemen Lingkungan di PT KRAKATAU STEEL senantiasa terbangun dan terperbaiki secara berkesinambungan.
2. Klausul Perencanaan.
a. Peraturan dan persyaratan terkait.
Kendala: Identifikasi peraturan perundang-undangan yang terkait belum sampai pada ketentuan yang berkait langsung dengan kegiatan perusahaan.
Manfaat: Apabila diidentifikasi sampai pada bab, pasal, dan ayat yang berkait langsung dengan kegiatan perusahaan, akan memudahkan melakukan evaluasi pentaatannya dan melakukan pelacakannya seandainya terjadi pelanggaran.
b. Tujuan dan sasaran lingkungan.
Kendala: Masih banyak tujuan dan sasaran lingkungan yang tidak jelas didefinisikannya dan tidak dirumuskan secara kuatitatif.
Manfaat: Apabila dirumuskan secara kuantitatif dan jelas didefinisikannya, maka akan memudahkan mengukur progressnya dan mengevaluasi pencapaiannya.
3. Klausul Penerapan dan Pelaksanaan.
a. Struktur dan pertanggungan jawab.
Kendala: Sebagian besar karyawan masih mempunyai persepsi bahwa permasalahan lingkungan hidup adalah tugas dan tanggung jawab Divisi Pengendalian Lingkungan Industri (Divisi PLI).
Manfaat: Apabila persepsi tersebut dihilangkan, maka diharapkan akan tumbuh dan berkembang kepedulian karyawan untuk secara proaktif menyelesaikan permasalahan lingkungan di area kerjanya.
b. Pelatihan, penyadaran dan kompetensi.
Kendala: Pengingatan dan penegasan kembali pernyataan Komitmen dan Kebijakan Lingkungan belum dinyatakan dalam prosedur.
Manfaat: Apabila dinyatakan dalam prosedur, maka diharapkan substansi pernyataan Komitmen dan Kebijakan Lingkungan akan semakin dipahami dan dijiwai, sehingga kesadaran dan kompetensi karyawan terhadap perlindungan lingkungan selalu berkembang semakin mantap.
c. Komunikasi.
Kendala: Prosedur-prosedur manajemen lingkungan kurang intensif dikomunikasikan.
Manfaat: Apabila intensif dikomunikasikan, maka diharapkan penerapan dan pelaksanaan prosedur tersebut akan lebih efisien.
d. Dokumentasi
Kendala: Tatacara pengendalian pelaksanaan belum diformulasikan dalam prosedur.
Manfaat: Apabila dituangkan dalam prosedur, maka pelaksanaan pengendalian akan lebih konsisten.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sesuai deskripsi diatas, menunjukkan ada tujuh elemen yang belum sesuai penerapannya atau masih mengalami kendala dalam praktik penerapannya. Padahal apabila kendala tersebut dapat diatasi maka akan dapat diperoleh manfaat daripadanya.
Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan di PT KRAKATAU STEEL 91% secara formal telah sesuai dengan standar ISO 14001. Nilai 91% ini bukan merupakan gambaran bahwa kualitas lingkungan di PT KRAKATAU STEEL telah baik, juga bukan merupakan jaminan bahwa manajemen lingkungan PT KRAKATAU STEEL telah baik.
Apabila ingin mengetahui seberapa jauh praktik penerapan Sistem Manajemen Lingkungan telah berhasil memperbaiki kualitas lingkungan, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan topik 'Evaluasi atau Audit Sistem Manajemen Lingkungan". Sampai saat penelitian ini selesai dilakukan, program manajemen lingkungan baru rampung ditetapkan sebagai sistem dan dalam praktiknya belum terlaksana seluruhnya, sehingga seberapa jauh penrapaian program-program tersebut juga belum dapat diketahui.

ABSTRACT
The Implementation Of Environmental Management System Iso 14001 In PT. Krakatau Steel Integrated Steel IndustryThe Environmental Management System ISO 14001 needs to be implemented becauseof the followingreasons: a) Worldtrade globalizationraised attentions to global environmental issues; b) World trade competition to raises the needs to present environment becoming a ?non tariff barrier"; c) Consumers demand for environmental friendly products; d) Rising awareness and concern of industrialists towards the importance of environmental protection and the maintenance of sustainable environmental function.
ISO 14001 is one of Environmental Management System models which is internationally accredited. The main purpose of this system is "continual improvement", consisting of a series of improved action to achieve continuous and sustainable improvement for reaching optimal environmental management.
PT KRAKATAU STEEL in reaching its goal as "world class steel industry" has decided to obtain ISO 14001 accreditation for the purpose of obtaining larger market opportunity and improved environmental management performance.
The implementation of ISO 14001 accreditation programmed in PT KRAKATAU STEEL is coordinated by the Industrial Environment Controlling Division, with assistance of a technical advisor (Dr. Michael Groves) of PT QUALITECH PERDANA, Jakarta. The preparatory stage of this programmed has started in June 1996, followed by pre-assessment in March 1997 and continued with the main-assessment in May 1997.
Related to the accreditation programmed. at present, it is very interesting to study: a) How far is the Environmental Management System applied by PT KRAKATAU STEEL in accordance with the ISO 14001 standard as directed in "General guideline on principles, system, and supporting techniques (ISO 14004); b) What are the obstacles influencing its achievements; c) What are the advantages if its implementation is in accordance with ISO 14001 standard.
Based on the above points, the objectives of this study is as follows:
1. to identify to what extent the Environmental Management System currently implemented by PT KRAKATAU STEEL, is in accordance with ISO 14001 standard;
2. to study what obstacles are influencing the achievement of the standard adjustment;
3. to study what advantages can be gained if the Environmental Management System is implemented by PT KRAKATAU STEEL follows ISO 14001 standards.
This study constitutes a case study focusing on the implementation of ISO 14001 Environmental Management System in PT KRAKATAU STEEL integrated steel industry, using descriptive and qualitative methodology.
In addition to the method, this study also uses the quantitative method by giving weightings and percentage measurements to evaluate its results.
Quantification is used by providing values based on benchmarking process, i.e. a systematic and continuous measuring process, which covers measuring and comparing processes with successful business organizations in the world. Its purpose is to obtain information's on the performance work of the organization (Watson, 1996:3).
In this study, the process of environmental management in PT KRAKATAU STEEL is measured and compared with environmental management criteria as stipulated in the General guidelines (ISO 14004).
The stages of this study are as follows:
1. Arrange the checklist matrices of Environmental Management System (Appendix 1). This matrices are used to access whether the elements of Environmental Management of ISO 14001 standards have been implemented in PT KRAKATAU STEEL. The content of this matrices is given based on interviews with Committee members of ISO 14001 of PT KRAKATAU STEEL.
2. The results of this checklist are used as guideline to conduct field and document observation in order to access its compliance.
3. Its compliance will be described and provided with values.
4. For elements that deviate the identification of obstacles are carried out accordingly.
5. Analyse the advantages the gains that can be obtain if the elements implemented are in accordance with 1SO 14001 standards.
Methods ways of assessment or justification are as follows:
1. The ISO 14001 Environmental Management System has five clauses; that's having equal significant status. to each clause which is provided with the maximum value of 100%.
2. Based on Environmental Management System - General Guidelines on Principles, System and Supporting Techniques (ISO 14004) and Environmental Management System - Specification with Guidance for Use (ISO 14001), each of the above clause has several elements that should be considered in implementing Environmental Management System. The number of elements in each clause depends on the issues that should be considered in that clause.
3. The maximum value for each element is obtained by dividing the result of maximum value of each clause (100%) the number of elements of the respective clause.
4. Each element is given a value range of zero up to the maximum value and each measured element has the same position and interest.
5. The compliance percentage is determined by comparing the results of field and document observation based on the General Guidelines (ISO 14004). If the adjustment is fully reached, it obtains a maximum value, and if the adjustment is not reached it means that it does not conform with the General Guidelines ISO 14004.
The illustration of Environmental Management System implemented by PT KRAKATAU STEEL which is accordance with the ISO 14001 standard can be seen at the following benchmarking table:
Based on the values, the average value is calculated as follows:
90% + 85% + 80% + 100% + 100%=91%
The obstacles and advantages that influence the ISO 14001 standard compliance are as follows:
1. The Environmental Policy clause.
Obstacles: The substance of environmental commitment and policy is not adequately communicated, due to lack of complete knowledge concern of the substance of Environmental Management System.
Advantaqes: if adequately communicated, it is expected that the "moral duty" of environmental commitment and policy will be deeply rooted, grow and develop as a way of life of each employee, environmental management in PT KRAKATAU STEEL will be established and improved continuously.
2. The clause of Planning.
a. Legal and other requirements.
Obstacles: Identification of legal and other requirements do not specifics details that has direct correlation to the company activity.
Advantages: If identification could be specified to the chapter, article and clause, it would be easier to assess compliance and to conduct investigations should any violation occur.
b. Environmental objectives and targets.
Obstacle: There are still many objectives and targets that are not clearly defined and quantitatively formulated.
Advantages; If the objectives and target are formulated quantitatively and defined clearly; it would be easier to measure its progress and evaluate its achievement.
3. The Implementation and Operation.
a. Structure and responsibility.
Obstacles: Some of the employees have still the perception that "environmental issues" are basically the duty and responsibility of the Industrial Environment Control Division.
Advantages: If such perception could be minimised, it can be expected that .the employees is concern could grow and develop to enable them proactively solve the environmental issues in their working area.
b. Training, awareness and competence.
Obstacles: Reminders and reiterations of environmental commitment and policy statement are not yet stipulated in procedures.
Advantages: If it is contained in the procedures, the substance of environment commitment and policy will be understood and inspiring, so that the awareness and competency of the employees towards the environmental will always be improved.
c. Communication.
Obstacles: -Procedures of environmental management are not yet intensively communicated.
Advantages: If it is intensively communicated, implementation and operation of the procedures will be more efficient.
d. Documentation.
Obstacles: The control operation procedure are not yet formulated in the handbook.Advantages: If it is included in the handbook, the implementation of operation control will be more consistent.
It can be concluded that based on the above description, there are seven obstacles which are not settled or constraints in the implementation of Environmental Management System in PT KRAKATAU STEEL. If these obstacles can be overcome, it will improve the quality of
Environmental Management System.
The implementation of Environmental Management System in PT KRAKATAU STEEL achieves for 91 % is the standards as set in ISO 14001. This value (91%) does not mean that environmental quality at PT KRAKATAU STEEL can be categorized as already good. It does also not assure that environmental management of PT KRAKATAU STEEL can be categorised as good.
To measure how far the implementation of Environmental Management System is successful in improving the quality of the environment, it is necessary to conduct a follow-up study focussing on the "evaluation of the Environmental Management Systems auditing". Until this study is completed, the evaluation of the Environmental Management System can only be limited to the compliance of its system which is the focus of this study to ISO 14001 guidelines.
E. Literature: 30 (1988-1996).
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>