Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74144 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Muhammad Amanatulloh
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S11927
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Yani
Jakarta: DEA Press, 2003
297.351 AHM p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
D. Rusdianto Erawan
"Ajaran Islam tidak mengajarkan cara membuat mesjid secara fisik, sehingga bentuk bangunan mesjid di dunia berbeda satu sama lain tergantung budaya masyarakat yang mendukungnya. Di Jakarta bangunan mesjid yang masih dapat dilihat secara fisik, semuanya berasal dari masa kolonial, sehingga arsitektur kolonial, menurut penelitian terdahulu, turut mewarnai bangunan mesjid secara fisik. Masyarakat yang bermukim di Jakarta sejak dahulu sangat majemuk, sehingga selain budaya tradisional dan kolonial kemungkinan ada unsur budaya lain yang masuk, terutama budaya yang berkembang disekitar mesjid. Selain itu, pada awal abad ke-20 berkembang pula arsitektur indis dan arsitektur bergaya kubisme, maka penelitian ini dimaksudkan untuk melihat seberapa besar unsur-unsur budaya di atas dalam mempengaruhi bentuk mesjid secara fisik, baik arsitektur maupun ornamental. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengklasifikasi bentuk komponen yang ada pada mesjid-mesjid yang diteliti. Tahap selanjutnya adalah membandingkan bentuk komponen tersebut dengan bentuk yang sama, yang terdapat pada mesjid lain atau bangunan lain, yang memiliki kesamaan akar budaya dan umur. Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan sumber data Mesjid Al-Makmur, Cikini dan Mesjid Hidayatullah, Karet, dapat ditarik kesimpulan bahwa mesjid-mesjid pada awal abad ke-20, secara arsitektural dan ornamental dipengaruhi oleh unsur- budaya tradisional, kolonial, lingkungan sekitar, Arab, dan Cina. Mesjid-mesjid tersebut tidak memiliki ornamen yang kaya. Selain itu mesjid-mesjid tersebut memperlihatkan unsur budaya indis dan arsitektur kubisme yang berkembang pesat pada saat itu."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1999
S11882
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Uli Jati Utami
"Salah satu bangunan suci masa Hindu-Buddha di Nusantara adalah patirthan atau pemandian air suci. Di dalam bangunan suci terpahatkan berbagai jenis ragam hias atau ornamen yang merupakan bentuk hasil dari kesenian yang biasa disebut dengan seni hias, yang bertujuan untuk memperindah suatu bangunan. Ragam hias menjadi suatu pelengkap dan memberikan petunjuk mengenai fungsi dari suatu benda atau bangunan.
Penelitian ini membahas mengenai Patirthan Bebitra di Gianyar yang memiliki ragam hias ornamental. Perumusan masalah yang ada di dalam penelitian ini yang pertama, yaitu mengenai bagaimana bentuk dan keletakan ragam hias di Patirthan Bebitra, kedua mengenai bagaimana fungsi dan kronologi relatif ragam hias pada Patirthan Bebitra. Patirthan Bebitra dibuat pada sebuah lorong buntu yang membentang dengan arah utara-selatan. Lorong terdiri dari dinding sebelah barat dan dinding sebelah timur yang memiliki berbagai macam ragam hias.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pengumpulan data, pengolahan data, dan penafsiran data. Keletakan ragam hias yang terpahat pada Patirthan Bebitra berdasarkan urutan keletakannya yang dimulai dari dinding lorong sebelah barat, yaitu dua relief manusia, tiga relief tantri kamandaka dan terakhir jaladawra burung garuda. Kemudian dilanjuti dengan keletakan ragam hias pada dinding lorong sebelah timur yang dimulai dari arah utara ke selatan, yaitu berupa relief kala sungsang, relief raksasa, relief hanoman, relief yang tidak dapat diidentifikasi, relief perempuan, dan relief laki-laki.
Berdasarkan ragam hias yang terpahatkan di Patirthan Bebitra dapat diketahui bahwa patirthan tersebut memiliki 12 relief dan hanya 11 relief yang dapat diketahui bentuknya. Berdasarkan bentuk dan keletakan dari ragam hias yang ada di Patirthan Bebitra maka dapat dikethahui fungsinya, yaitu untuk merefleksi diri petapa atau kaum agamawan sebelum melakukan meditasi dan Patirthan Bebitra ini berasal dari sekitar abad ke-14-15 Masehi.

One of the sacred buildings of the Hindu-Buddhist period in the Archipelago is patirthan or holy water baths. In the sacred building carved various types of decoration or ornaments which are the form of the results of art commonly called ornamental art, which aims to beautify a building. The decoration becomes a complement and gives instructions regarding the function of an object or building.
This study discusses Patirthan Bebitra in Gianyar which has a variety of ornamental ornaments. The first formulation of the problem in this study, which is about how the shape and layout of the ornamental variations in Patirthan Bebitra, secondly about how the function and chronology of the relative decoration in Patirthan Bebitra. Patirthan Bebitra is made in a dead-end alley that runs north-south. The hallway consists of the west wall and east wall which have various kinds of decoration.
The method used in this study, namely data collection, data processing, and data interpretation. The layout of the ornamental sculptures carved on Patirthan Bebitra based on the location of the sequence that starts from the western aisle wall, namely two human reliefs, three reliefs of Kamandaka tantri and finally the eagle bird. Then followed by the placement of decoration on the east hallway wall that starts from north to south, namely in the form of reliefs when breech, giant reliefs, hanoman reliefs, relief that can not be identified, female reliefs, and reliefs of men. Based on the decoration carved on Patirthan Bebitra, it can be seen that the patirthan has 12 reliefs and only 11 reliefs can be identified.
Based on the shape and layout of the various decorations in Patirthan Bebitra, the function can be known, which is to reflect on the ascetic or religious figures before meditating and Patirthan Bebitra originates from around the 14th-15th century."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"The entry of Islam religion gives a new color in the art especially the ornamental arts. In Islam reli gion, there is a prohibition to draw a living thing, so there is an effort to disguise it. In the podium of the Kajoran mosque there is an ornament with animal and plants motives. Based on research, it is known that despite the geometrical motives, there are motives with a form like an elephant, dragon, bird, and a lotus in that podium. It is possible that the meaning of those ornamental motives still has a relevancy with Islamic teachings. This shows a big tolerance of Islam religion to the culture that has existed in a region, as long as it does not make a conflict with Islam religion’s teachings."
PURBAWIDYA 2:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Fanani
Yogyakarta: Benteng Pustaka, 2009
726.2 FAN a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Meilis Sawitri
"Meilis Sawitri. Mesjid An Nawir Pakojan Jakarta: Suatu Tinjauan Arsitektur dan Ragam Hias. (Di bawah bimbingan Tawalinuddin Harris, S.S, M.A). Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1993. Penelitian mengenai mesjid An Nawir Pekojan Jakarta bertujuan untuk mengetahui bentuk arsitektur dan ragam hias dan pengaruh yang ada serta latar belakang sejarahnya. Pene1itian dilakukan dengan tahap-tahap observasi, deskripsi dan eksplanasi. Keberadaan mesjid dalam suatu tempat menunjukkan adanya suatu perkampungan muslim. Karena mesjid selain sebagai pusat peribadat kaum muslim juga digunakan untuk hubungan antara umat Islam. Mesjid sebagai hasil karya arsitektur masa lalu merupakan obyek yang menarik untuk diteliti. Arsitektur suatu mesjid biasanya merupakan cerminan dari budaya masyarakat pada masa itu. Menurut Pijper mesjid tua di Indonesia mempunyai ciri-ciri berdenah persegi, fondasi masif, atap tum-pang, di sisi barat ada bagian yang menonjol untuk mihrab, mempunyai serambi dan kolam. Dari ciri-ciri tersebut An Nawir yang dibangun oleh Sayid Abdullah bin Husain Alaydrus termasuk mesjid tua dan menurut UUD No. 5 1992 usia mesjid ini termasuk bangunan purbakala karena dibangun tahun 1760 M. Melihat usia dan latar belakang sejarah menyebabkan mesjid ini mempunyai arsitektur yang unik yang merupa_kan perpaduan berbagai kebudayaan yang masuk saat itu. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa awalnya daerah Pekojan merupakan perkampungan para pedagang muslim yang datang dari luar Indonesia. Kamudian pada abad 18 kebanyakan yang tinggal di Pekojan adalah warga keturunan Arab Hadramaut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mesjid sabagai bangunan suci umat Islam mempunyai fungsi utama sebagai rumah peribadatan. Berbeda dengan mesjid tua lain seperti mesjid Agung Banten, Agung Demak dan Al Mansyur yang mempunyai ruang khusus untuk wanita. Di mesjid An Nawir ini tidak ada ruang untuk wanita, hal tersebut disebab_kan latar belakang kebudayaan masyarakatnya yang seba_gian besar berasal dari Arab yang sangat tegas memi_sahkan antara wanita dengan pria. Dari penelitian diperoleh kesimpulan bahwa bahwa pengaruh arsitektur Eropa terlihat pada atap mesjid dan tiang-tiang di ruang utama dan komponen lain pada bangunan mesjid. Pengaruh Arab jelas terlihat dengan adanya ribath dan ghurfah yang jarang dijumpai pada mesjid tradisional bentuk menara yang bercirikan Hadra_maut dan bagian bangunan lainnya dari arsitektur dan ragam hias. Unsur tradisional antara lain didapati pada fondasi, denah mesjid, mimbar dan ragam hias. Dari penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa mesjid ini te1ah mengalami perluasan. Hal ini didasari dari bentuk denah, konstruksi atap dan tiang-tiang dalam ruang utama. Bertolak dari hasil penelitian ini diharapkan akan dilakukan suatu penelitian lebih lanjut terhadap mesjid-mesjid di Jakarta dan latar belakang sejarah mesjid yang banyak diwarnai berbagai kebudayaan masyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S11776
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hikmah
"Masjid umumnya digunakan untuk tempat shalat, baik berjamaah atau sendiri. Masjid juga digunakan sebagai tempat menuntut ilmu agama, syiar Islam dan kegiatan sosial lainnya. Terdapat faktor yang mempengaruhi komunikasi dan kenyamanan pendengaran bagi jemaah masjid dan penceramah (guru atau khatib), yaitu faktor lingkungan seperti akustik.
Penelitian ini membahas mengenai keadaan akustik bangunan masjid serta kaitannya dengan kenyamanan pendengaran para jemaah pada saat shalat dan kegiatan pengajian berlangsung.
Hasil penelitian yang dilakukan dalam pengukuran waktu dengung (RT) dan kekerasan bunyi di Masjid Jami Al-Istiqomah Tegal Parang pada saat kosong (tidak ada jemaah) dan penuh dengan jemaah ketika acara Malam Nisfu Sya'ban di masjid tersebut, menunjukkan bahwa masjid tersebut belum memenuhi kriteria akustik yang baik untuk mendukung kegiatan di dalam sebuah masjid.
Dari hasil penelitian yang didapat, selanjutnya penulis memberikan saran perbaikan akustik pada masjid tersebut agar memenuhi kriteria akustik yang baik untuk sebuah bangunan masjid.

Mosque is commonly used as praying site, either with companion or alone. Beside, it has another function for the youth to learn Islamic studies, both educational and social activity. There are some factors which might influence the communication and convinience inside mosque while in lecturing section for audience and the lecture (cleric), it is environmental factor such as acoustic.
This research is mainly discuss about the acoustic condition of the building and its connection with the convinience of audience while in both praying and reciting section.
The result an of investigation which have been observation about reverberation time and intensity of sound at Jami? Al-Istiqomah Mosque Tegal Parang while its empty (without any people inside) and while its full capacity when Night of Nisf Shabaan Ceremony, showed that the mosque is not fulfill the proper acoustic criteria yet, for supporting any activity inside the building.
From the results obtained, the authors further suggest ways to improve acoustics in the mosque in order to meet the criteria for good acoustics for a mosque.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64086
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulita Ambarsari
"ABSTRAK
Topik penelitian mengenai Pemanfaatan Koleksi Buku di Pusat Perpustakaan Masjid Istiqlal. Bertujuan untuk mengetahui koleksi buku dalam subjek apa yang paling diminati oleh pemakai dan mengatahui gambaran yang jelas mengenai pemanfaatan koleksi buku oleh para pemakai. Serta sejauh mana pemanfaatan koleksi buku di Pusat Perpustakaan Masjid Istiqlal.Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat peminja_man pada tartu buku. Adapun populasi pada penelitian ini adalah seluruh jumlah koleksi buku yang terdapat di per_pustakaan. Sampel yang diteliti sebanyak 384 judul sampel. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar koleksi buku di Pusat Perpustakaan Islam Indonesia telah dimanfaatkan hal ini dapat diketahui, dari 384 seluruh koleksi yang diteliti ternyata 201 koleksi yang telah dimanfaatkan atau sekitar 52,3%. Dalam kelas agama Islam secara umum dapat dilihat hampir sebagian besar dari koleksi ini telah dimanfaatkan yaitu sekitar 71%. Dari seluruh subjek yang diteliti menunjukkan bahwa Subjek Al Qur'an dan Ilmu yang berkaitan nerupakan koleksi yang sangat diminati oleh pemakai yaitu sekitar 87,5% koleksi yang telah dimanfaatkan. Pada koleksi umum (koleksi yang bukan subjek Islam) dapat diketahui bahwa Karya Umum merupakan Subjek yang paling diminati oleh pemakai yaitu sekitar 80%. Pada kelas Ilmu Murni kurang dimanfaatkan oleh pemakai hal ini dapat diketahui yaitu dari 11 sampel yang diolah ternyata hanya 1 sampel yang dimanfaatkan atau sekitar 9,1%. Dengan demikian koleksi buku di Pusat Perpustakaan Islam Indonesia Masjid Istiglal dapat dikatakan bahwa sebagian besar koleksinya telah dimanfaatkan.

"
1996
S15647
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>