Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167592 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
"Air Limbah kolam ikan resirkulasi memiliki karakteristik yang mirip dengan perairan eutrofik sehingga tidak aman untuk dibuang ke perairan umum secara langsung. Pada penelitian ini dilakukan evaluasi kemampuan tiga variasi kepadatan eceng gondok (Eichornia crassipes) untuk memperbaiki kualitas air limbah kolam ikan resirkulasi tersebut. Tujuan penelitian adalah untuk 1) mengungkapkan dinamika kualitas air dalam batch culture 2) kinetika laju reduksi nutrien nitrogenik-fosforik dan konstituen pencemar lainnya, dan 3) efektifitas penyisihan nutrien. Eksperimen terdiri atas empat bak plastik, B1, B2, B3 dan B4. Bak B1 merupakan kontrol, hanya berisi air limbah tanpa eceng gondok. Bak B2, B3 dan B4 berisi eceng gondok dengan kepadatan awalnya berturut-turut adalah 1.618,40 gram/m2; 2.436,51 gram/m2 ; dan 3.243,93 gram/m2. Percobaan dilakukan selama empat hari. Pengukuran pH,Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen,DO), konduktifitas, suhu, Total Dissolved Solid (TDS), dan persen DO saturation dilakukan tiga kali sehari pada jam 09.00-09.30 ; 12.00- 12.30 dan 16.00-16.30, sedangkan Senyawa nutrien nitrogenik (N-NH3+; N-NO2 -; N-NO3-, Total Nitrogen (TN)), fosfor (TP), Total Suspended Solid (TSS) dan Total Organic Matter (TOM) dianalisis dua kali sehari pada pagi dan sore hari. Reduksi parameter konduktifitas,TDS, nutrien,nitrogenik, dan fosforik dalam bak-bak yang ditumbuhi eceng gondok mengikuti model kinetika order pertama. Kepadatan eceng gondok ideal adalah 2.436,51 gram/m2 (bak B3)karena menghasilkan pertambahan densitas yang paling tinggi (147,13 gram/m2). Bak berisi eceng gondok paling efektif menyisihkan turbiditas (94,28 persen-100 persen), N-nitrit (98,21 persen-98,93 persen), TP (92,86 persen-93,62 persen), N-nitrat (58,33 persen-83,33 persen), TN (59,46 persen-66,06 persen), N-ammonia (18.82 persen-46,88 persen) dan konduktifitas (16,34 persen-23,54 persen). Seluruh perlakuan dan kontrol terbukti tidak efektif untuk menyisihkan material organik. "
570 LIMNO 21:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Prapti Sri Margiasih
"ABSTRAK
Perubahan fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi
tempat pemukiman ternyata banyak menimbulkan masalah.
Lahan pertanian sekarang ini terutama yang berada
disekitar perkotaan banyak yang dirubah menjadi tempat
tinggal. Salah satu masalah yang ditimbulkan dengan adanya
perobahan ini terutama masalah air bersih.
Pondok Ungu adalah daerah perumahan yang baru, sebagai
sumber air bersih ternyata masyarakat Pondok Ungu
menggunakan air tanah. penggunaan air tanah sebagai sumber
air bersih terutama di daerah pertanian ternyata kurang
baik. Air tanah didaerah pondok Ungu ini ternyata banyak
mengandung senyawa-senyawa nitrogen seperti amonia,
flitrit, dan nitrat.
Amonia adalah salah satu senyawa yang menurut persyaratan
air bersih tidak diperkenakan ada. Adanya amonia dalam
air menunjukan bahwa dalam air tersebut masih terjadi
proses peruraian.
Untuk menghilangkan amonia dan dalam air dapat dilakukan
dengan berbagai cara antara lain dengan melakukan
penyaringan. Penyaringan air yang dilakukan dengan
menggunakan suatu model saringan yang dibuat dengan
mengkombinasikan pasir dan kerikil. Penggunaan kerikil
bertujuan agar terjadi proses aerasi pada waktu dilakukan
proses penyaringan.
Ketebalan lapisan kerikil yang dipergunakan diperoleh
dengan cara percobaan yang berulang-ulang. Dari hasil
percobaan yang dilakukan ternyata diperoleh ketebalan
setinggi 32,57 cm dengan diameter antara 15-20 min adalah
merupakan ukuran yang paling efektif dalam menurunkan
amonia dari dalam air."
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Percobaan dilakukan untuk mengetahui pengaruh padat penebaran terhadap pertumbuhan dan performa benih ikan gurami (Osphronemus goramy, Lacepede 1801) dalam sistem resirkulasi air. Benih gurami (berat rata-rata 13,73 ± 0,93 g) ditebar dengan padat penebaran 4, 7, 10, 13, dan 16 ekor/20 l air. Pakan yang diberikan berupa pelet komersial dengan kandungan protein 38%. Pakan diberikan dua kali/hari sebanyak 3% berat tubuh ikan. Hasil percobaan selama 30 hari menunjukkan bahwa padat penebaran 4, 7, 10, 13, dan 16 ekor/20 l air masing-masing menghasilkan weight gain/WG (11,65; 10,24; 13,32; 10,03, dan 8,27 g), specific growth rate/SGR (2,07%; 1,93%; 1,83%; 1,87%; dan 1,57%), survival rate/sintasan (58,3%; 76,2%; 83,3%; 89,7%; dan 85,4%), dan feed conversion ratio/FCR (1,03; 1,31; 1,28; 1,0; dan 1,27). Hasil uji statistika Kruskal Wallis (p > 0,05) menunjukkan bahwa padat penebaran tidak berpengaruh terhadap WG, SGR, sintasan, dan FCR."
Universitas Indonesia, 2010
S31658
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Listy Ayuningtias
"Meningkatnya produksi sampah akibat aktivitas manusia mengakibatkan terjadinya penumpukan di Tempat Pemrosesan Akhir TPA. Kondisi tersebut menyebabkan lahan TPA menjadi semakin terbatas. Untuk mengatasi permasalahan tersebut salah satu metode yang dapat dilakukan adalah dengan mempercepat proses stabilisasi landfill melalui mekanisme resirkulasi lindi. Dalam prosesnya mendekomposisi sampah air lindi yang dihasilkan dari landfill akan berpotensi mencemari lingkungan bila tidak ditangani dengan tepat. Di antara senyawa berbahaya yang terdapat dalam air lindi diantaranya adalah senyawa nitrogen baik berupa ammonia nitrit maupun nitrat.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi ammonia nitrit dan nitrat pada air lindi yang dihasilkan dari lysimeter dengan dan tanpa proses resirkulasi serta untuk mengetahui waktu pembentukan senyawa ammonia nitrit dan nitrat dalam lysimeter terkait dengan kondisi temperatur sampah dan pH lindi. Penelitian dilakukan dengan membuat pemodelan sistem sanitary landfill dalam dua buah lysimeter masing masing untuk proses dengan resirkulasi dan tanpa resirkulasi. Pada lysimeter juga diberikan asupan air sesuai dengan data curah hujan yang ada.
Hasil pengamatan terhadap kedua lysimeter selama 100 hari menunjukkan bahwa konsentrasi ammonia dan nitrat pada lysimeter dengan resirkulasi lysimeter A cenderung lebih tinggi dibandingkan pada lysimeter tanpa resirkulasi lysimeter B. Sedangkan untuk konsentrasi nitrit pada kedua lysimeter tidak menunjukkan perbedaan yang berarti. Senyawa ammonia nitrit dan nitrat pada kedua lysimeter sudah terbentuk sejak awal penelitian meskipun pada awalnya memiliki nilai yang relatif rendah. Terkait dengan temperatur sampah diketahui bahwa pelepasan ammonia tertinggi terjadi pada temperatur 30°lC Sedangkan terkait dengan pH lindi konsentrasi ammonia meningkat pada rentang nilai pH 7 5 8.

A rapid increase in waste volumes caused by human activities resulted in the accumulation of waste in landfill. This condition causes landfill that willrun out of space within years In order to overcome this problem leachate recirculation is applied to accelerate waste stabilisation. Leachate generated from landfill would potentially contaminate the environment if not handled properly. Among the hazardous substances contained in leachate some of them are nitrogen compounds such as ammonia nitrite and nitrate.
The objective of the research project was to investigate ammonia nitrite and nitrate concentrations in leachate generated from lysimeters with and without recirculation as well as to determine the time formation of ammonia nitrite and nitrate in lysimeters associated with waste temperature and leachate pH. Two lysimeters were used to simulated sanitary landfill with and without recirculation. Water was added to both lysimeters in accordance with the rainfall data.
Experiments carried out in lysimeters demonstrated that for 100 days the concentrations of ammonia and nitrate in lysimeter with recirculation lysimeter A tend to be higher than in lysimeter without recirculation lysimeter B. However nitrite concentration in both lysimeters showed no significant differences. Ammonia nitrite and nitrate in both lysimeters have been formed since the beginning of the study in low concentration. Associated with waste temperature the highest ammonia release occured at temperature of 30°C andrelated to leachate pH ammonia concentration increased in the range of 7 5 8 pH value."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52379
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2000
TA955
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Manalu, Tahan Adrianus
"Terapi air putih merupakan metode perawtaan dan penyembuhan dengan menggunakan air untuk mendapatkan manfaat terapis dalam penanganan penyakit. Diabetes melitus adalah salah satu penyakit degeneratif yang akan meningkat jumlahnya di masa yang akan datang. Untuk itu perlu dilakukan suatu upaya untuk menkan terjadinya peningkatan insiden penyakit tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh terapi air putih terhadap penurunan kadar gula darah seaat pada pasien DM tipe 2. Dengan demikian terapi air putih berpengaru terhdap penurunan kadar gula darah sesaat pada pasien DM tpe 2.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang terapi air secara internal dengan setting yang berbeda seperti jumlah sampel yang lebih besar, dilakukan pada pasien yang tidak menggunakan insulin atau pada kelompok-kelompok di masyarakat yang berisiko tinggu untuk kejadian DM
Water therapy is a method of treatment and healing by using water to obtain therapeutic benefits in treating disease. Diabetes mellitus is a degenerative disease that will increase in number in the future.
For this reason, it is necessary to make an effort to suppress the increase in the incidence of the disease. This study aims to explain the effect of water therapy on reducing temporary blood sugar levels in type 2 DM patients.
It is necessary to do further research on internal water therapy with different settings such as a larger sample size, carried out in patients who do not use insulin or in groups in the community who are at high risk for the incidence of DM.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Gusmawan
"Latar belakang: Infark miokard merupakan sindrom koroner akut yang ditandai dengan nekrosis miokardium. Inflamasi menjadi salah satu proses kunci yang terlibat pada infark miokard. Salah satu molekul yang berperan penting dalam progresi infark miokard adalah Nitrogen Oksida (NO), yang dapat diukur secara tidak langsung sebagai kadar nitrit. Sudah banyak studi tentang peran kardioprotektif ekstrak Centella asiatica, namun masih minim studi terkait perannya dalam memodulasi inflamasi infark miokard, khususnya dalam memodulasi pelepasan NO. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ekstrak daun Centella asiatica terhadap kadar nitrit pada jantung tikus dengan infark miokard akibat induksi isoproterenol. Metode: Penelitian ini menggunakan sampel jaringan jantung tikus jantan galur Wistar yang dibagi dalam tiga kelompok, yaitu kelompok normal, kelompok kontrol negatif yang diberikan isoproterenol 85mg/kgBB, dan kelompok isoproterenol dengan ekstrak etanol-air Centella asiatica 200mg/kgBB telah diberikan oleh peneliti utama sebelumnya. Kadar nitrit diukur pada homogenat jaringan jantung tikus dengan kit uji Griess pada panjang gelombang 540nm. Kadar protein di jaringan jantung diukur dengan uji Bradford pada panjang gelombang 595nm. Hasil: Berdasarkan pengukuran kadar nitrit, rata-rata kadar nitrit tertinggi pada kelompok isoproterenol sebesar 0,082 mM, diikuti dengan kelompok isoproterenol yang diberikan ekstrak Centella asiatica sebesar 0,0707mM, dan terakhir kelompok normal sebesar 0,027mM. Terdapat perbedaan kadar nitrit yang signifikan antara kelompok jaringan jantung isoproterenol dengan kelompok normal (p=0,025). Tidak ada perbedaan kadar nitrit yang signifikan antara kelompok yang diberikan isoproterenol dan ekstrak Centella asiatica dengan kelompok normal (p=0,102). Tidak ada perbedaan kadar nitrit yang signifikan antara kelompok isoproterenol dengan kelompok isoproterenol yang diberikan ekstrak Centella asiatica (p=0,520). Adapun berdasarkan hasil pengukuran kadar protein, tidak ada perbedaan kadar protein yang signifikan antara tiga kelompok percobaan. Kesimpulan: Pemberian isoproterenol meningkatkan kadar nitrit pada jaringan jantung tikus secara signifikan dibandingkan jaringan jantung tikus normal (kontrol). Ekstrak etanol-air Centella asiatica dapat menurunkan kadar nitrit pada jaringan jantung tikus dengan infark miokard akibat induksi isoproterenol.

Introduction: Myocardial infarction is an acute coronary syndrome with myocardium necrosis. Inflammation becomes one of the principal process in myocardial infarction. One of the molecule with prominent role in myocardial infarction progression is Nitrogen Oxide (NO), which can be measured indirectly as nitrite level. There have been many studies on cardioprotective role of Centella asiatica, but there are still few studies on its role for modulating myocardial infarct inflammation, especially modulating NO release. Therefore, this research aims to analyze the effect of Centella asiatica leave extract toward nitrite level in mouse heart with isoproterenol-induced myocardial infarction. Method: This reseach uses heart tissue samples of male wistar mouse divided into three groups, which are normal group , negative control group with 85mg/kgBB isoproterenol , and isoproterenol group with ethanol-water extract of Centella asiatica 200mg/kgBB given by the main researcher before. Nitrie level measurement of mouse heart tissue homogenate is conducted with Griess kit assay at the wavelength 540nm. Protein level measurement of heart tissue is conducted with Bradford assay at the wavelength 595nm.Result: Based on the nitrite level measurement, isoproterenol group has the highest nitrite level average, which is 0.082 mM, followed by isoproterenol with Centella asiatica group with 0.0707 mM, and control group with lowest nitrite level average of 0.027 mM. There is significant nitrite level difference between isoproterenol group and control group (p=0,025). There is not significant nitrite level difference between isoprotrenol with Centella asiatica group and control group (p=0,102). There is not significant nitrite level difference between isoproterenol group and isoprotrenol with Centella asiatica group (p=0,520). Based on the protein level measurement, there is not significant difference of protein level between all of groups. Conclusion: Isoproterenol increases nitrite level of mouse heart tissues significantly compared to the normal mouse heart tissue (control). Ethanol-water Centella asiatica extract can reduce nitrite level in mouse heart tissue with isoproterenol-induced myocardial infarction."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>